KEMENTERIAN KEUANGAN DIREKTORAT JENDERAL ANGGARAN POKOK POKOK KETENTUAN MENGENAI REVISI ANGGARAN TA 2017

dokumen-dokumen yang mirip
POKOK-POKOK PERUBAHAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NO. 10/PMK.02/2017 TENTANG TATA CARA REVISI ANGGARAN TA 2017

2016, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2015 tentang Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Tahun Anggaran 2016 (Lembaran Negara R

TATA CARA REVISI ANGGARAN TAHUN ANGGARAN 2016 PMK No.15/PMK.02/2016

2017, No Tahun 2010 Nomor 152, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5178); 2. Peraturan Pemerintah Nomor 45 Tahun 2013 tentang Tat

Pokok Pokok Perubahan Revisi Anggaran Tahun Anggaran 2015

DIREKTORAT ANGGARAN BIDANG POLHUKHANKAM & BA BUN DIREKTORAT JENDERAL ANGGARAN 1

-2-3. Peraturan Presiden Nomor 137 Tahun 2015 tentang Rincian Pendapatan dan Belanja Negara Tahun 2016 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015

KEMENTERIAN PERTAHANAN RI DIREKTORAT JENDERAL PERENCANAAN PERTAHANAN

Denpasar, 25 November Oleh : R. Wiwin Istanti, S.E., Ak., M.Laws Kakanwil DJPB Prov. Bali

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

KEMENTERIAN PERTAHANAN RI DIREKTORAT JENDERAL PERENCANAAN PERTAHANAN

Tata Cara Revisi Anggaran Tahun Anggaran 2015

PENGHEMATAN ANGGARAN JILID II

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 257/PMK.02/2014 TENTANG TATA CARA REVISI ANGGARAN TAHUN ANGGARAN 2015

PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32/PMK.02/2013 TENTANG TATA CARA REVISI ANGGARAN TAHUN ANGGARAN 2013

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

Tata Cara Revisi Anggaran Tahun Anggaran 2014

2018, No Peraturan Pemerintah Nomor 90 Tahun 2010 tentang Penyusunan Rencana Kerja dan Anggaran Kementerian Negara/Lembaga (Lembaran Negara

Revisi Anggaran Tahun Anggaran Bandung, 27 April 2018

PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 257/PMK.02/2014 TENTANG TATA CARA REVISI ANGGARAN TAHUN ANGGARAN 2015

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 257/PMK.02/2014 TENTANG TATA CARA REVISI ANGGARAN TAHUN ANGGARAN 2015

Kewenangan Kanwil DJPb Dalam Revisi Anggaran (DIPA) Tahun Anggaran 2017

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 140/PMK.02/2015

MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7/PMK.02/2014 TENTANG

2011, No d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, huruf b, dan huruf c, perlu menetapkan Peraturan Menteri Keuangan

Sosialisasi Revisi Anggaran Kewenangan Direktorat Jenderal Perbendaharaan Tahun Anggaran Semarang, 5 April 2018

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7/PMK.02/2014 TENTANG TATA CARA REVISI ANGGARAN TAHUN ANGGARAN 2014

KEMENTERIAN PERTAHANAN RI DIREKTORAT JENDERAL PERENCANAAN PERTAHANAN

MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 49/PMK.02/2011 TENTANG TATA CARA REVISI ANGGARAN TAHUN ANGGARAN 2011

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 69/PMK.02/2010 TENTANG TATA CARA REVISI ANGGARAN TAHUN ANGGARAN 2010 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

FORMAT SURAT PERNYATAAN PENGGUNAAN HASIL OPTIMALISASI UNTUK KEGIATAN PRIORITAS, MENDESAK, KEDARURATAN ATAU TIDAK DAPAT DITUNDA

KATA PENGANTAR. Assalamualaikum, Wr. Wb.

MENTERI KEUANGAN R I

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 49/PMK.02/2012 TENTANG TATA CARA REVISI ANGGARAN TAHUN ANGGARAN 2012

2 2. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 5 Tambahan Lembaran Negara No

REVISI ANGGARAN PADA DJA SEMAKIN SEDERHANA, CEPAT DAN AKURAT (Bagian 1)

TABEL 2 RINGKASAN APBN, (miliar rupiah)

JK SOAL PEMANGKASAN ANGGARAN: KALAU PAJAK TURUN, BELANJA HARUS MENYESUAIKAN

ffi SALINAN Dalam rangka melanjutkan pengendalian dan pengamanan pelaksanaan Untuk bphn.go.id

REKAPITULASI TARGET PNBP KEMENTERIAN/LEMBAGA TA

2011, No Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 4355); 3. Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tan

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

2014, No.10 2 Tahun 2003 Nomor 47, Tambahan Republik Indonesia Nomor 4286); Lembaran Negara 2. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan

: s /PB/2014 : Penting/Segera : 1 (satu) Berkas : Perubahan Akun Belanja Barang Persediaan

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI

I. UMUM. Saldo...

SIARAN PERS BADAN PEMERIKSA KEUANGAN

DATA POKOK APBN-P 2007 DAN APBN 2008 DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

DATA POKOK APBN

contoh : contoh :

- 1 - PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 50 TAHUN 2014 TENTANG

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 46 /PMK.02/2008 TENTANG

DATA POKOK APBN KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

DATA POKOK APBN KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 177/PMK.02/2014 TENTANG

DATA POKOK APBN KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

MENTER!KEUANGAN REPUBLJK INDONESIA SALIN AN PERATURAN MENTER! KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA 93 /PMK.02/2017 TENTANG

PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2010 TENTANG PERTANGGUNGJAWABAN ATAS PELAKSANAAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA

DATA POKOK APBN-P 2007 DAN APBN-P 2008 DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

-2- Operasional, (v) Laporan Arus Kas, (vi) Laporan Perubahan Ekuitas, dan (vii) Catatan atas Laporan Keuangan. Laporan Realisasi APBN menggambarkan p

2015, No Mengingat : Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2006 tentang Badan Pemeriksa Keuangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2006 Nomor 85,

2017, No kementerian negara/lembaga dan pengesahan daftar isian pelaksanaan anggaran; c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud da

2016, No b. bahwa dalam rangka pemantapan penerapan kerangka pengeluaran jangka menengah, penganggaran terpadu,penganggaran berbasis kinerja,

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 158/PMK.02/2014 TENTANG

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA,

2 2. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 5, Tambahan Lembaran Negara R

DATA POKOK APBN-P 2006 DAN APBN 2007 DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

2016, No /PMK.02/2013 tentang Tata Cara Pergeseran Anggaran Belanja dari Bagian Anggaran Bendahara Umum Negara Pengelola Belanja Lainnya (BA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2009 TENTANG PERTANGGUNGJAWABAN ATAS PELAKSANAAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA

DATA POKOK APBN DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

PEMAPARAN HASIL STUDY DAN DISKUSI PUBLIK RKA-DIPA, Masihkan Rahasia?

TATA CARA REVISI ANGGARAN TAHUN ANGGARAN 2016 BADAN PENGEMBANGAN INFRASTRUKTUR WILAYAH KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

DATA POKOK APBN KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA. No.1341, 2012 KEMENTERIAAN KOORDINATOR BIDANG KESEJAHTERAAN RAKYAT. Petunjuk Operasional. Kegiatan. Revisi. Pedoman.

FORMAT SURAT PERNYATAAN PENGGUNAAN HASIL OPTIMALISASI ATAU SISA ANGGARAN SWAKELOLA

RINCIAN ANGGARAN BELANJA PEMERINTAH PUSAT TAHUN 2009 MENURUT BAGIAN ANGGARAN, UNIT ORGANISASI DAN JENIS BELANJA ( DALAM RIBUAN RUPIAH ) Halaman : 1

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORATJENDERALPERBENDAHARAAN DIREKTORAT AKUNTANSI DAN PELAPORAN KEUANGAN

PAGU RKAKL/DIPA DAN REALISASI TA 2013 KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

SIARAN PERS BADAN PEMERIKSA KEUANGAN. BPK: Wajar Dengan Pengecualian atas LKPP Tahun 2012

DATA POKOK APBN KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

DATA POKOK APBN KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

JADWAL PENAJAMAN INPRES NO. 10 TAHUN 2016

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PERBENDAHARAAN

TABEL 4 * JUMLAH TENAGA PENGADAAN BERSERTIFIKAT DI PUSAT

MENTER! KEUANGAN REPUBUK INDONESIA SALIN AN

Tata Cara Perencanaan, Penelaahan, dan Penetapan Alokasi Anggaran BA BUN dan Pengesahan DIPA BA BUN (PMK No. 231/PMK.02/2015)

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORA T JENDERAL PERBENDAHARAAN

MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 160/PMK.02/2012 TENTANG

TINJAUAN TENTANG ANGGARAN BANTUAN SOSIAL Biro Analisa Anggaran dan Pelaksanaan APBN Setjen DPR RI

PAGU ALOKASI ANGGARAN KEMENTERIAN NEGARA/LEMBAGA TA 2015

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 137 /PMK.02/2006 TENTANG TATA CARA REVISI DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (DIPA) TAHUN 2007

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 86 TAHUN 2017 TENTANG RINCIAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA TAHUN ANGGARAN 2017

SALINAN TENTANG TUHAN. Tahun. Negaraa

Transkripsi:

KEMENTERIAN KEUANGAN DIREKTORAT JENDERAL ANGGARAN POKOK POKOK KETENTUAN MENGENAI REVISI ANGGARAN TA 2017 Jakarta, Desember 2016 1

POKOK BAHASAN 1. Siklus Anggaran 2. Batasan Revisi 3. Ruang lingkup Revisi 4. Ketentuan-ketentuan baru revisi anggaran 2017 5. Perbaikan ketentuan revisi 6. Daftar revisi anggaran yang menjadi kewenangan DJA & DJPB 2

SIKLUS PENYUSUNAN ANGGARAN, PENETAPAN DIPA, DAN PELAKSANAAN ANGGARAN tahun berjalan Okt-Nov t-1 Des t-1 Jan ------------------------------------- Des UU APBN DIPA PELAKSANAAN APBN RKA-KL Alokasi Anggaran 2017 Pedoman Umum Hal-hal yang harus dialokasikan Hal-hal yang harus dbatasi PENELAAHAN Catatan Hasil Penelaahan Perpres Rincian APBN 1) DIPA Induk terdiri atas 4 (empat) bagian yaiu : a. Lembar Surat Pengesahan DIPA Induk (SP DIPA Induk); b. Halaman I memuat Informasi Kinerja dan Anggaran Program; c. Halaman II memuat Rincian Alokasi Anggaran per Satker; d. Halaman III memuat Rencana Penarikan Dana dan Perkiraan Penerimaan. 2) DIPA Petikan terdiri atas 5 (lima) bagian yaitu : a. Lembar Surat Pengesahan DIPA Petikan (SP DIPA Petikan ); b. Halaman I memuat Informasi Kinerja dan Sumber Dana : Halaman I A mengenai Informasi Kinerja; Halaman I B mengenai Sumber Dana; c. Halaman II memuat Rincian Pengeluaran; d. Halaman III memuat Rencana Penarikan Dana dan Perkiraan Penerimaan; e. Halaman IV memuat Catatan. Monitoring & Evaluasi APBN Perubahan Perubahan Kebijakan REVISI ANGGARAN 3

BATASAN REVISI (1) Revisi Anggaran dilakukan dengan memperhatikan ketentuan mengenai: petunjuk penyusunan dan penelaahan RKA-K/L dan pengesahan DIPA sebagaimana diatur dalam Peraturan Menteri Keuangan mengenai petunjuk penyusunan dan penelaahan RKA-K/L dan pengesahan DIPA dan/atau tata cara perencanaan, penelahaan dan penetapan alokasi anggaran BA BUN dan Pengesahaan DIPA BUN sebagaimana diatur dalam Peraturan Menteri Keuangan Tata Cara Perencanaan, Penelahaan, Dan Penetapan Alokasi Anggaran BA BUN, Dan Pengesahaan DIPA BUN. Revisi Anggaran dapat dilakukan setelah DIPA Petikan dan/atau DIPA BUN ditetapkan *) *) Revisi administratif, tidak berkaitan dengan alokasi anggaran 4

BATASAN REVISI (2) Revisi Anggaran dilakukan sepanjang tidak mengakibatkan pengurangan alokasi anggaran terhadap: alokasi gaji dan tunjangan yang melekat pada gaji kecuali untuk pemenuhan belanja pegawai pada komponen 001 pada Satker yang sama dan/atau untuk pemenuhan alokasi gaji dan tunjangan yang melekat pada gaji pada satker lain sepanjang pergeseran tersebut tidak mengakibatkan pagu minus; pembayaran berbagai tunggakan; Rupiah Murni Pendamping sepanjang paket pekerjaan masih berlanjut (on-going); dan/atau paket pekerjaan yang telah dikontrakkan dan/atau direalisasikan dananya sehingga dananya menjadi minus. Revisi Anggaran dapat dilakukan sepanjang tidak mengubah target kinerja dengan ketentuan sebagai berikut: tidak mengubah sasaran Program; tidak mengubah Keluaran (Output) kegiatan yang sudah terdapat realisasi anggaran; tidak mengurangi volume Keluaran (Output); atau tidak menyebabkan volume Keluaran (Output) yang telah ditetapkan menjadi tidak tercapai. 5

BATASAN REVISI (3) Pagu = batas atas, yang tidak dapat dilampaui, kecuali: Pembayaran bunga dan pokok utang Subsidi BBM Diatur dalam UU APBN Tidak dikenal adanya pagu minus dalam tahun berjalan: Jika terdapat pagu minus, harus diselesaikan tahun itu dengan mekanisme reguler 6

PMK NO. 15/PMK.02/2016 TENTANG TATA CARA REVISI ANGGARAN TAHUN ANGGARAN 2016 sebagaimana telah diubah dengan PMK No. 62/PMK.02/2016 Pasal 57 Ketentuan mengenai tata cara Revisi Anggaran yang diatur dalam Peraturan Menteri ini masih tetap berlaku sebagai acuan tata cara Revisi Anggaran, sampai dengan ditetapkannya pengganti Peraturan Menteri ini. 7

SISTEMATIKA PENYAJIAN PMK No. 15/PMK.02/2016 *) PMK yang baru 1. Batang Tubuh PMK : 9 BAB; 58 Pasal; 2. Lampiran PMK: Lampiran I : Daftar Revisi Anggaran Yang Menjadi Kewenangan DJA dan Kanwil DJPB; Lampiran II: Format Surat Usulan Revisi Anggaran; Lampiran III : Alur Mekanisme Revisi Anggaran BA BUN; Lampiran IV : Format Surat Hasil Reviu APIP K/L; Lampiran V : Alur Mekanisme Revisi Anggaran Pada Kanwil DJPB; Lampiran VI : Alur Mekanisme Revisi Anggaran Yang Memerlukan Persetujuan Eselon I K/L; Lampiran VII : Alur Mekanisme Revisi Anggaran Pada KPA. 1. Batang Tubuh PMK : 9 BAB; 61 Pasal; 2. Lampiran PMK: Lampiran I : Daftar Revisi Anggaran Yang Menjadi Kewenangan DJA dan Kanwil DJPB; Lampiran II: Format Surat Usulan Revisi Anggaran; Lampiran III : Alur Mekanisme Revisi Anggaran BA BUN; Lampiran IV : Alur mekanisme revisi anggaran melalui surat elektronik pada Direktorat Jenderal Anggaran Lampiran V : Format Surat Hasil Reviu APIP K/L; Lampiran VI : Alur Mekanisme Revisi Anggaran Pada Kanwil DJPB; Lampiran VII : Alur Mekanisme Revisi Anggaran Yang Memerlukan Persetujuan Eselon I K/L; Lampiran VIII : Alur Mekanisme Revisi Anggaran Pada KPA. *) Sebagaimana telah diubah dengan PMK No. 62/PMK.02/2016. 8

RUANG LINGKUP REVISI ANGGARAN Pagu Berubah Pagu bertambah Pagu berkurang Pergeseran dalam 1 program Revisi Anggaran Pagu Tetap Pergeseran antar program Pergeseran antar BA Kewenangan/ dengan persetujuan DPR Revisi Administratif kesalahan administrasi perubahan rumusan yang tidak terkait dengan anggaran pemenuhan persyaratan dalam rangka pencairan anggaran 9

Revisi: substansi, bukan cara DJA pergeseran anggaran dalam 1 (satu) Keluaran (Output) yang sama, dalam 1 (satu) Kegiatan yang sama, dan antar Satker dalam wilayah kerja Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Perbendaharaan yang berbeda; pergeseran anggaran antar Keluaran (Output), dalam 1 (satu) Kegiatan yang sama, dan antar Satker dalam wilayah Kerja Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Perbendaharaan yang berbeda; atau pergeseran anggaran antar Kegiatan dan antar Satker dalam wilayah kerja Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Perbendaharaan yang berbeda. DJPB pergeseran anggaran dalam 1 (satu) Keluaran (Output) yang sama, dalam 1 (satu) Kegiatan yang sama, dan antar Satker; pergeseran anggaran antar Keluaran (Output), dalam 1 (satu) Kegiatan yang sama, dan antar Satker; pergeseran anggaran antar Kegiatan, dalam 1 (satu) Satker yang sama; pergeseran anggaran antar Kegiatan dan antar Satker dalam wilayah kerja Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Perbendaharaan. 10

Substansi Revisi Pagu Berubah penambahan atau pengurangan pagu anggaran, termasuk pergeseran rincian anggarannya, meliputi: perubahan Anggaran Belanja Yang Bersumber Dari PNBP; perubahan anggaran belanja yang bersumber dari pinjaman/hibah luar negeri dan dalam negeri, termasuk pemberian pinjaman/hibah; perubahan anggaran belanja yang bersumber dari SBSN, termasuk penggunaan sisa dana penerbitan SBSN yang tidak terserap pada tahun-tahun sebelumnya; perubahan anggaran belanja pemerintah pusat berupa pagu untuk pengesahan belanja yang bersumber dari pinjaman/hibah luar negeri yang telah closing date; perubahan anggaran belanja dan/atau pembiayaan anggaran sebagai akibat dari perubahan kurs, perubahan parameter, tambahan kewajiban, dan/atau pemenuhan kewajiban; dan/atau perubahan transfer ke daerah dan dana desa 11

Substansi Revisi Pagu Tetap (1/3) pergeseran anggaran Bagian Anggaran 999.08 (BA BUN Pengelola Belanja Lainnya) ke BA K/L atau antar subbagian anggaran dalam Bagian Anggaran 999 (BA BUN); pergeseran anggaran dalam 1 (satu) Program yang sama atau antar Program dalam 1 (satu) bagian anggaran yang bersumber dari rupiah murni untuk memenuhi kebutuhan Belanja Operasional; pergeseran rincian anggaran untuk Satker Badan Layanan Umum yang sumber dananya berasal dari PNBP; pergeseran anggaran belanja yang dibiayai dari PNBP yang berasal dari instansi penghasil; pergeseran anggaran dalam rangka penyelesaian sisa kewajiban pembayaran Kegiatan/proyek yang dibiayai melalui SBSN yang melewati tahun anggaran sesuai dengan hasil audit Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan; pergeseran anggaran dalam 1 (satu) Program yang sama atau antar Program dalam 1 (satu) bagian anggaran untuk memenuhi kebutuhan Ineligible Expenditure atas Kegiatan yang dibiayai dari pinjaman dan/atau hibah luar negeri; 12

Substansi Revisi Pagu Tetap (2/3) pergeseran anggaran antara Program lama dan Pogram baru dalam rangka penyelesaian dokumen DIPA sepanjang telah disetujui Dewan Perwakilan Rakyat; pergeseran anggaran dalam 1 (satu) Program yang sama atau antar Program dalam 1 (satu) bagian anggaran dalam rangka penyediaan dana untuk penyelesaian restrukturisasi Kementerian/Lembaga; pergeseran anggaran dalam 1 (satu) Program yang sama dalam rangka memenuhi kebutuhan selisih kurs; pergeseran anggaran dalam 1 (satu) Program yang sama dalam rangka penyelesaian tunggakan tahun-tahun sebelumnya; pergeseran anggaran pembayaran kewajiban utang sebagai dampak dari perubahan komposisi instrumen pembiayaan utang; pergeseran anggaran pembayaran kewajiban utang sebagai dampak dari perubahan komposisi instrumen pembiayaan utang; pergeseran anggaran dalam 1 (satu) lokasi yang sama atau antar lokasi dan/atau antar kewenangan dalam rangka tugas pembantuan, urusan bersama, dan/atau dekonsentrasi; pergeseran anggaran dalam rangka pembukaan kantor baru; pergeseran anggaran dalam rangka penanggulangan bencana; 13

Substansi Revisi Pagu Tetap (3/3) pergeseran anggaran dalam rangka penyelesaian putusan pengadilan yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap (inkracht); pergeseran anggaran dalam rangka rekomposisi pendanaan antar tahun terkait dengan kegiatan kontrak tahun jamak; pergeseran anggaran dalam rangka penggunaan Sisa Anggaran Kontraktual atau Sisa Anggaran Swakelola yang dilakukan dalam 1 (satu) Program yang sama; pergeseran anggaran dalam rangka pemenuhan kewajiban negara sebagai akibat dari keikutsertaan sebagai anggota organisasi internasional; penggunaan anggaran dalam BA BUN yang belum dialokasikan dalam DIPA BUN; pergeseran anggaran belanja sebagai akibat dari perubahan prioritas penggunaan anggaran; penghapusan/perubahan/pencantuman catatan halaman IV DIPA berkaitan dengan pemenuhan persyaratan pencairan anggaran, penggunaan Keluaran (Output) cadangan, dan/atau tunggakan; penggunaan dana Keluaran (Output) cadangan; dan/ atau pergeseran anggaran dalam 1 (satu) Program yang sama atau antar Program dalam 1 (satu) bagian anggaran dalam rangka memenuhi penyelesaian kegiatan yang ditunda sebagai akibat kebijakan penghematan anggaran tahun sebelumnya. 14

KETENTUAN BARU Tambahan ketentuan baru tata cara revisi anggaran TA 2017: pergeseran anggaran dalam 1 (satu) Program yang sama atau antar Program dalam 1 (satu) bagian anggaran dalam rangka memenuhi penyelesaian kegiatan yang ditunda sebagai akibat kebijakan penghematan anggaran tahun sebelumnya (Pasal 34); pergeseran anggaran belanja yang bersumber dari PNBP yang berasal dari instansi penghasil (Pasal 18); penyampaian usul revisi oleh K/L ke Ditjen Anggaran melalui surat elektronik (Pasal 40); penyampaian usul revisi oleh K/L ke Ditjen Perbendaharaan melalui surat elektronik (Pasal 45). 15

Pasal 34 (1/2) (1) Pergeseran anggaran dalam 1 (satu) Program yang sama atau antar Program dalam 1 (satu) bagian anggaran dalam rangka memenuhi penyelesaian kegiatan yang ditunda sebagai akibat kebijakan penghematan anggaran tahun sebelumnya merupakan pergeseran anggaran dalam rangka penyelesaian paket-paket pekerjaan yang alokasi anggarannya sudah tercantum pada DIPA TA sebelumnya tetapi pelaksanaannya hingga akhir tahun lalu ditunda seluruhnya atau sebagian. (2) Pengajuan usulan revisi anggaran terkait penyelesaian kegiatan yang ditunda sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disampaikan kepada Menteri Keuangan c.q. Direktur Jenderal Anggaran, dengan ketentuan sebagai berikut: a. Paket-paket pekerjaan yang akan dilanjutkan pada tahun berkenaan, alokasi anggarannya telah tersedia pada DIPA tahun lalu yang sebagian atau seluruh dananya diblokir; b. Dalam hal paket-paket pekerjaan yang akan dilanjutkan merupakan paket-paket pekerjaan yang dilaksanakan secara kontraktual, telah dilakukan addendum kontrak sebelum masa kontrak berakhir pada tahun sebelumnya; c. Paket-paket pekerjaan yang dilanjutkan pada tahun berkenaan merupakan paket-paket pekerjaan yang belum dapat diselesaikan tahun sebelumnya sebagai dampak dari kebijakan pemotongan dan/atau penghematan anggaran tahun sebelumnya, dan hal tersebut dinyatakan dalam surat pernyataan dari Sekretaris Jenderal/Sekretaris Utama/ Sekretaris/Pejabat Eselon I Kementerian/Lembaga yang dilampiri dengan daftar paketpaket pekerjaan per DIPA beserta alokasi anggaran yang dibutuhkan; dan/atau 16

Pasal 34 (2/2) (3) Pergeseran anggaran dalam 1 (satu) Program yang sama atau antar Program dalam 1 (satu) bagian anggaran dalam rangka penyelesaian paket-paket pekerjaan yang pelaksanaannya hingga akhir tahun sebelumnya ditunda seluruhnya atau sebagian, sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat mengurangi target volume Keluaran (Output) yang anggarannya digeser atau dikurangi sebagai sumber dana; (4) Pergeseran anggaran dalam rangka pelaksanaan paket-paket pekerjaan yang ditunda dan belum dilaksanakan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), mekanisme revisi anggaran sesuai dengan ketentuan dalam Peraturan Menteri ini dan batas akhir penerimaan usul revisi tanggal 30 April tahun berkenaan; (5) Kementerian/Lembaga wajib menyampaikan revisi terkait dengan pergeseran anggaran dalam 1 (satu) Program yang sama atau antar Program dalam 1 (satu) bagian anggaran dalam rangka memenuhi penyelesaian kegiatan yang ditunda sebagai akibat kebijakan penghematan anggaran tahun sebelumnya kepada Komisi terkait di Dewan Perwakilan Rakyat paling lambat 10 hari setelah penetapan revisi oleh Direktorat Jenderal Anggaran. 17

Pasal 18 (1) Pergeseran anggaran belanja yang dibiayai dari PNBP yang berasal dari instansi penghasil hanya dapat dilakukan oleh kementerian/lembaga yang menerapkan kebijakan penggunaan PNBP secara terpusat. (2) Pergeseran anggaran belanja yang dibiayai dari PNBP yang berasal dari instansi penghasil sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dilakukan dalam 1 (satu) Program yang sama dalam 1 (satu) Bagian Anggaran (BA). 18

Pasal 40 (1) Dalam rangka percepatan penyelesaian usul Revisi Anggaran ke Direktorat Jenderal Anggaran, penyampaian surat usulan revisi beserta dokumen pendukung dapat disampaikan dalam bentuk dokumen elektronik; (2) Untuk menjamin keutuhan, keabsahan, keaslian, serta kebenaran formil dan materiil atas dokumen elektronik sebagaimana dimaksud pada ayat (1), harus diamankan dengan menggunakan sistem infrastruktur kunci publik yang disediakan oleh kementerian yang membidangi komunikasi dan informatika; (3) Dokumen elektronik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disampaikan melalui alamat surat elektronik (surel) revisidja@kemenkeu.go.id, dengan menggunakan alamat surel ber-domain.go.id. yang telah terdaftar di database Direktorat Jenderal Anggaran; (4) Sekretaris Jenderal/Sekretaris Utama/Sekretaris/ Pejabat Eselon I Kementerian/Lembaga atau PPA BUN bertanggung jawab atas keutuhan, keabsahan, keaslian, serta kebenaran formil dan materiil terhadap segala sesuatu yang terkait dengan pengajuan usulan Revisi Anggaran yang diajukan kepada Direktorat Jenderal Anggaran melalui surel; (5) Dalam hal dokumen elektronik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) belum tersedia: a. Sekretaris Jenderal/Sekretaris Utama/Sekretaris/ Pejabat Eselon I Kementerian/Lembaga atau PPA BUN dapat menyampaikan hasil pindaian dokumen pendukung melalui surel dan wajib menyampaikan dokumen pendukung yang asli pada saat penelaahan dalam hal usul revisi memerlukan penelaahan; b. Sekretaris Jenderal/Sekretaris Utama/Sekretaris/ Pejabat Eselon I Kementerian/Lembaga atau PPA BUN dapat menyampaikan hasil pindaian dokumen pendukung melalui surel dan wajib menyampaikan dokumen pendukung yang asli pada saat dokumen dinyatakan lengkap dalam hal usul revisi tidak memerlukan penelaahan. 19

Pasal 45 (1) Dalam rangka percepatan penyelesaian usul Revisi Anggaran ke Direktorat Jenderal Perbendahaaran, penyampaian surat usulan revisi beserta dokumen pendukung, dapat disampaikan dalam bentuk dokumen elektronik; (2) Untuk menjamin keutuhan, keabsahan, keaslian, serta kebenaran formil dan materiil atas dokumen elektronik sebagaimana dimaksud pada ayat (1), harus diamankan dengan menggunakan sistem infrastruktur kunci publik yang disediakan oleh kementerian yang membidangi komunikasi dan informatika; (3) Dokumen elektronik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disampaikan dengan menggunakan alamat surel kedinasan yang telah terdaftar di database Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Perbendaharaan; (4) Kuasa Pengguna Anggaran bertanggung jawab atas keutuhan, keabsahan, keaslian, serta kebenaran formil dan materiil terhadap segala sesuatu yang terkait dengan pengajuan usulan Revisi Anggaran yang diajukan kepada Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Perbendaharaan melalui surel; (5) Dalam hal dokumen elektronik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) belum tersedia, Kuasa Pengguna Anggaran dapat menyampaikan scan dokumen pendukung melalui surel dan wajib menyampaikan dokumen pendukung yang asli pada saat dokumen dinyatakan lengkap. 20

PERBAIKAN KETENTUAN (1) Antara lain: Pergeseran anggaran dalam rangka memenuhi kebutuhan belanja operasional (Pasal 4 dan Pasal 16); Pergeseran anggaran antar subbagian anggaran dalam Bagian Anggaran 999 (BA BUN) yang dapat juga digunakan untuk pembayaran kurang salur transfer ke daerah dan dana desa sebagai dampak dari kebijakan penghematan dan/atau pemotongan anggaran, dan/atau pembayaran kurang bayar subsidi sepanjang anggarannya tersedia (pasal 15); Tunggakan (pasal 24); Penggunaan sisa anggaran kontraktual dan swakelola (Pasal 31); Penggunaan Output Cadangan (Pasal 33); Perubahan rumusan kinerja dalam database RKA-KL DIPA (Pasal 35); Revisi anggaran pada Kuasa Pengguna Anggaran (Pasal 47); dan Penambahan pengecualian dalam hal penyampaian usul revisi ke Ditjen Anggaran melampaui batas akhir yang ditetapkan (Pasal 49). 21

Batasan Revisi semula menjadi Pasal 4 Ayat (1) Revisi Anggaran dilakukan sepanjang tidak mengakibatkan pengurangan alokasi anggaran terhadap: a. kebutuhan biaya pegawai operasional (komponen 001), kecuali untuk memenuhi alokasi gaji dan tunjangan yang melekat pada gaji pada Satker lain; b. komponen berkarakteristik operasional nonbelanja pegawai (komponen 002, komponen 003, komponen 004, dan komponen 005), kecuali untuk memenuhi alokasi gaji dan tunjangan yang melekat pada gaji, dan/atau dalam peruntukkan yang sama; c. pembayaran berbagai tunggakan; d. Rupiah Murni Pendamping sepanjang..; dan/atau e. paket pekerjaan yang telah dikontrakkan. Pasal 4 Ayat (1) Revisi Anggaran dilakukan sepanjang tidak mengakibatkan pengurangan alokasi anggaran terhadap : a. alokasi gaji dan tunjangan yang melekat pada gaji kecuali untuk pemenuhan belanja pegawai pada komponen 001 pada Satker yang sama dan/ atau untuk pemenuhan alokasi gaji dan tunjangan yang melekat pada gaji pada satker lain sepanjang pergeseran tersebut tidak mengakibatkan pagu minus; b. pembayaran berbagai tunggakan; c. Rupiah Murni Pendamping sepanjang.; dan/atau d. paket pekerjaan yang telah dikontrakkan.. 22

Biaya Operasional semula menjadi Pasal 14 Ayat (1) Pergeseran anggaran dalam 1 (satu) program yang sama atau antarprogram dalam 1 (satu) Bagian Anggaran yang bersumber dari rupiah murni untuk memenuhi kebutuhan Biaya Operasional sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (3) huruf b dapat dilakukan sepanjang tidak mengurangi volume Keluaran (Output) dalam DIPA dan digunakan untuk memenuhi Biaya Operasional dalam peruntukan yang sama. Ayat (2) Ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak termasuk untuk pergeseran anggaran dalam rangka memenuhi kebutuhan Biaya Operasional untuk gaji dan tunjangan yang melekat pada gaji. Pasal 16 Ayat (1) Pergeseran anggaran dalam 1 (satu) Program yang sama atau antar Program dalam 1 (satu) bagian anggaran yang bersumber dari Rupiah Murni untuk memenuhi kebutuhan Belanja Operasional sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (3) huruf b dapat dilakukan untuk memenuhi kebutuhan Belanja Operasional pada Satker yang sama dan/atau untuk Satker lain. Ayat (2) Pergeseran anggaran dalam 1 (satu) Program yang sama atau antar Program dalam 1 (satu) bagian anggaran yang bersumber dari Rupiah Murni untuk memenuhi kebutuhan Belanja Operasional sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dapat berupa: a. Pergeseran anggaran antar detil belanja pegawai dalam komponen 001 dan/atau detil belanja barang dalam komponen 002 dalam peruntukan akun yang sama antar Satker; b. Pergeseran anggaran antar detil belanja pegawai dalam komponen 001 dan/atau detil belanja barang dalam komponen 002 untuk memenuhi kebutuhan belanja operasional dalam Satker yang bersangkutan; c. Pergeseran alokasi Gaji dan Tunjangan Yang Melekat Pada Gaji untuk memenuhi kebutuhan belanja operasional komponen 001 pada satker yang bersangkutan,. 23

PERGESERAN BELANJA PEGAWAI OPERASIONAL ANTAR SATKER Pergeseran anggaran belanja operasional dalam peruntukan akun yang sama Komponen 001 : Gaji dan Tunjangan 1. Gaji pokok; 2. Tunjangan jabatan struktural/fungsional; 3. Tunjangan keluarga; 4. Tunjangan kinerja; 5. Honorarium Non PNS; 6. Tunjangan lain yg sah; 7. Lembur; 8. Uang makan; Komponen 001 : Gaji dan Tunjangan 1. Gaji pokok; 2. Tunjangan jabatan struktural/fungsional; 3. Tunjangan keluarga; 4. Tunjangan kinerja; 5. Honorarium Non PNS; 6. Tunjangan lain yg sah; 7. Lembur; 8. Uang makan; Gaji dan tunjangan melekat pada gaji Komponen 002 : Operasional Penyelenggaraan Satker 1. Kebutuhan sehari-hari perkantoran; 2. Bel. Barang Operasional; 3. Langganan daya dan jasa; 4. Biaya sewa; 5. Biaya pemeliharaan peralatan perkantoran; 6. Biaya perjalanan dinas biasa/tetap; 7. Honorarium pejabat perbendaharaan; Komponen 002 : Operasional Penyelenggaraan Satker 1. Kebutuhan sehari-hari perkantoran; 2. Bel. Barang Operasional; 3. Langganan daya dan jasa; 4. Biaya sewa; 5. Biaya pemeliharaan peralatan perkantoran; 6. Biaya perjalanan dinas biasa/tetap; 7. Honorarium pejabat perbendaharaan; 24

PERGESERAN ANGGARAN BELANJA PEGAWAI OPERASIONAL DALAM SATKER YANG SAMA Komponen 001 : Gaji dan Tunjangan 1. Gaji pokok; 2. Tunjangan jabatan struktural/fungsional; 3. Tunjangan keluarga; 4. Tunjangan kinerja; 5. Honorarium Non PNS; 6. Tunjangan lain yg sah; 7. Lembur; 8. Uang makan; Komponen 001 : Gaji dan Tunjangan 1. Gaji pokok; 2. Tunjangan jabatan struktural/fungsional; 3. Tunjangan keluarga; 4. Tunjangan kinerja; 5. Honorarium Non PNS; 6. Tunjangan lain yg sah; 7. Lembur; 8. Uang makan; Gaji dan tunjangan melekat pada gaji Komponen 002 : Operasional Penyelenggaraan Satker 1. Kebutuhan sehari-hari perkantoran; 2. Bel. Barang Operasional; 3. Langganan daya dan jasa; 4. Biaya sewa; 5. Biaya pemeliharaan peralatan perkantoran; 6. Biaya perjalanan dinas biasa/tetap; 7. Honorarium pejabat perbendaharaan; Komponen 002 : Operasional Penyelenggaraan Satker 1. Kebutuhan sehari-hari perkantoran; 2. Bel. Barang Operasional; 3. Langganan daya dan jasa; 4. Biaya sewa; 5. Biaya pemeliharaan peralatan perkantoran; 6. Biaya perjalanan dinas biasa/tetap; 7. Honorarium pejabat perbendaharaan; 25

PERGESERAN ALOKASI GAJI DAN TUNJANGAN YANG MELEKAT PADA GAJI DALAM SATKER YANG SAMA Pergeseran alokasi Gaji dan Tunjangan Yang Melekat Pada Gaji untuk memenuhi kebutuhan belanja operasional komponen 001 pada satker yang bersangkutan, dengan ketentuan sebagai berikut: 1. alokasi Gaji dan Tunjangan Yang Melekat Pada Gaji pada satker yang bersangkutan berlebih, yang dinyatakan dengan surat pernyataan dari Kuasa Pengguna Anggaran; 2. usul revisi tidak menyebabkan pagu Gaji dan 3. Tunjangan Yang Melekat Pada Gaji menjadi minus;usul revisi dilakukan setelah pembayaran Gaji dan Tunjangan Yang Melekat Pada Gaji bulan Oktober tahun berkenaan; Komponen 001 : Gaji dan Tunjangan 4. Tunjangan kinerja; 5. Honorarium Non PNS; 6. Tunjangan lain yg sah; 7. Lembur; 8. Uang makan; Komponen 001 : Gaji dan Tunjangan Melekat pada gaji 1. Gaji pokok; 2. Tunjangan jabatan struktural/fungsional; 3. Tunjangan keluarga; Komponen 002 : Operasional Penyelenggaraan Satker 1. Kebutuhan sehari-hari perkantoran; 2. Bel. Barang Operasional; 3. Langganan daya dan jasa; 4. Biaya sewa; 5. Biaya pemeliharaan peralatan perkantoran; 6. Biaya perjalanan dinas biasa/tetap; 7. Honorarium pejabat perbendaharaan; 26

PERSENTASE PENYERAPAN BELANJA PEGAWAI PER K/L TAHUN 2012-2015 (1/4) Kementerian/Lembaga 2012 2013 2014 2015 001 MAJELIS PERMUSYAWARATAN RAKYAT 86.9 85.7 89.8 89.4 002 DEWAN PERWAKILAN RAKYAT 90.6 88.3 90.9 66.5 004 BADAN PEMERIKSA KEUANGAN 87.2 81.3 85.3 96.3 005 MAHKAMAH AGUNG 97.0 92.7 97.8 91.6 006 KEJAKSAAN REPUBLIK INDONESIA 99.6 90.6 95.9 92.9 007 KEMENTERIAN SEKRETARIAT NEGARA 73.3 67.3 80.4 81.3 010 KEMENTERIAN DALAM NEGERI 97.7 91.6 88.0 82.6 011 KEMENTERIAN LUAR NEGERI 89.4 93.4 108.0 93.8 012 KEMENTERIAN PERTAHANAN 95.6 92.2 95.4 94.9 013 KEMENTERIAN HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA RI 97.4 95.1 95.4 97.6 015 KEMENTERIAN KEUANGAN 96.4 94.7 103.5 88.6 018 KEMENTERIAN PERTANIAN 96.3 91.4 93.0 95.9 019 KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN 92.9 87.6 89.8 95.6 020 KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL 89.7 73.6 58.7 76.6 022 KEMENTERIAN PERHUBUNGAN 102.2 93.7 92.4 88.1 023 KEMENTERIAN PENDIDIKAN NASIONAL 95.9 94.7 95.0 78.0 024 KEMENTERIAN KESEHATAN 98.4 93.9 94.2 85.9 025 KEMENTERIAN AGAMA 104.4 95.7 98.0 91.2 026 KEMENTERIAN TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI 95.8 92.6 90.9 88.4 027 KEMENTERIAN SOSIAL 99.0 92.2 92.8 92.3 *Realisasi belanja pegawai Kemen ESDM di bawah 80% 27

PERSENTASE PENYERAPAN BELANJA PEGAWAI PER K/L TAHUN 2012-2015 (2/4) Kementerian/Lembaga 2012 2013 2014 2015 029 KEMENTERIAN KEHUTANAN 96.8 94.6 96.2 92.7 032 KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN 103.1 95.5 93.9 97.2 033 KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM 96.9 90.0 88.7 83.0 034 KEMENTERIAN KOORDINATOR BIDANG POLITIK, HUKUM DAN KEAMANAN 80.1 74.8 88.8 93.4 035 KEMENTERIAN KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN 83.3 81.0 76.0 70.3 036 KEMENTERIAN KOORDINATOR BIDANG KESEJAHTERAAN RAKYAT 98.8 91.8 91.6 87.7 040 KEMENTERIAN KEBUDAYAAN DAN PARIWISATA 90.9 65.5 79.2 86.2 041 KEMENTERIAN BADAN USAHA MILIK NEGARA 86.7 86.9 85.2 93.9 042 KEMENTERIAN RISET DAN TEKNOLOGI 97.0 95.3 103.9 97.2 043 KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP 90.7 89.6 99.0 97.0 044 KEMENTERIAN KOPERASI DAN PENGUSAHA KECIL DAN MENENGAH 92.4 86.4 90.0 62.2 047 KEMENTERIAN PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN PERLINDUNGAN ANAK 95.4 91.1 96.1 90.9 048 KEMENTERIAN PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI 85.0 81.6 90.4 80.7 050 BADAN INTELIJEN NEGARA 98.1 91.4 94.2 90.8 051 LEMBAGA SANDI NEGARA 97.4 87.5 84.1 81.6 052 DEWAN KETAHANAN NASIONAL 98.1 98.2 98.6 98.2 054 BADAN PUSAT STATISTIK 97.4 90.6 94.6 97.8 055 KEMENTERIAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL 98.7 95.8 89.6 87.4 056 BADAN PERTANAHAN NASIONAL 98.5 94.0 90.6 92.8 057 PERPUSTAKAAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA 101.5 94.9 95.9 94.1 *Realisasi belanja pegawai Kemenko Bidang Perekonomian 2014-2015 di bawah 80% 28

PERSENTASE PENYERAPAN BELANJA PEGAWAI PER K/L TAHUN 2012-2015 (3/4) Kementerian/Lembaga 2012 2013 2014 2015 059 KEMENTERIAN KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA 97.4 93.6 90.7 85.5 060 KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA 100.8 97.5 106.1 112.1 063 BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN 95.8 92.3 87.2 87.2 064 LEMBAGA KETAHANAN NASIONAL 98.5 97.5 98.8 97.7 065 BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL 97.7 73.9 95.6 95.1 066 BADAN NARKOTIKA NASIONAL 99.6 97.9 98.0 92.8 067 KEMENTERIAN PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL 119.0 73.3 75.4 95.0 068 BADAN KEPENDUDUKAN DAN KELUARGA BERENCANA NASIONAL 101.1 89.1 87.4 88.2 074 KOMISI NASIONAL HAK ASASI MANUSIA 95.1 93.7 94.1 75.4 075 BADAN METEOROLOGI, KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA 94.7 92.1 95.7 96.2 076 KOMISI PEMILIHAN UMUM 89.7 88.7 99.0 94.2 077 MAHKAMAH KONSTITUSI RI 92.1 96.6 98.8 89.9 078 PUSAT PELAPORAN DAN ANALISIS TRANSAKSI KEUANGAN 97.1 99.5 96.5 98.6 079 LEMBAGA ILMU PENGETAHUAN INDONESIA 96.2 99.6 97.7 92.2 080 BADAN TENAGA NUKLIR NASIONAL 93.1 89.6 91.5 92.8 081 BADAN PENGKAJIAN DAN PENERAPAN TEKNOLOGI 94.8 95.1 100.8 97.9 082 LEMBAGA PENERBANGAN DAN ANTARIKSA NASIONAL 90.2 89.5 89.7 88.8 083 BADAN KOORDINASI SURVEI DAN PEMETAAN NASIONAL 93.5 88.6 93.1 91.2 084 BADAN STANDARISASI NASIONAL 103.1 96.0 100.9 108.0 085 BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR 97.3 94.4 92.5 80.7 *Realisasi belanja pegawai Kepolisian dan BNN di atas 100% 29

PERSENTASE PENYERAPAN BELANJA PEGAWAI PER K/L TAHUN 2012-2015 (4/4) Kementerian/Lembaga 2012 2013 2014 2015 086 LEMBAGA ADMINISTRASI NEGARA 90.6 88.1 99.4 96.9 087 ARSIP NASIONAL REPUBLIK INDONESIA 95.6 90.6 84.5 95.4 088 BADAN KEPEGAWAIAN NEGARA 96.2 93.7 91.0 97.7 089 BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN 93.6 93.3 97.1 93.8 090 KEMENTERIAN PERDAGANGAN 85.7 87.6 86.2 89.5 091 KEMENTERIAN PERUMAHAN RAKYAT 90.1 85.1 79.4 100.0 092 KEMENTERIAN PEMUDA DAN OLAH RAGA 94.2 88.6 90.6 91.3 093 KOMISI PEMBERANTASAN KORUPSI 96.1 94.3 89.7 82.4 095 DEWAN PERWAKILAN DAERAH (DPD) 91.7 94.9 96.0 87.3 100 KOMISI YUDISIAL RI 106.9 99.8 92.9 88.6 103 BADAN NASIONAL PENANGGULANGAN BENCANA 90.9 82.5 78.3 86.1 104 BADAN NASIONAL PENEMPATAN DAN PERLINDUNGAN TENAGA KERJA INDONESIA 100.1 94.3 89.5 87.4 105 BADAN PENANGGULANGAN LUMPUR SIDOARJO (BPLS) 89.6 86.7 90.9 97.2 106 LEMBAGA KEBIJAKAN PENGADAAN BARANG/JASA PEMERINTAH 97.3 90.8 96.8 82.4 107 BADAN SAR NASIONAL 103.6 97.8 91.4 84.5 108 KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA 83.1 84.7 99.7 81.3 109 BADAN PENGEMBANGAN WILAYAH SURAMADU 56.2 59.3 68.6 78.8 110 OMBUDSMAN REPUBLIK INDONESIA 91.7 86.3 88.1 86.0 111 BADAN NASIONAL PENGELOLA PERBATASAN 54.3 69.2 72.9 75.5 Persentase penyerapan belanja pegawai 98.0 93.9 97.6 95.0 *Realisasi belanja pegawai Badan Pengembangan Wilayah Suramadu dan Badan Nasional Pengelola Perbatasan di bawah 80% 30

Pasal 16 Ayat (3) Pemenuhan kebutuhan alokasi gaji keempatbelas Dalam hal revisi untuk memenuhi kebutuhan alokasi Gaji keempat belas: dapat dipenuhi dari belanja non-operasional sepanjang alokasi belanja Operasional pada Kementerian/Lembaga tidak mencukupi untuk memenuhi kebutuhan tersebut; Dalam hal kebutuhan alokasi Gaji keempat belas tidak seluruhnya dapat dipenuhi dari belanja operasional dan belanja non-operasional Kementerian/Lembaga, Menteri/Pimpinan Lembaga dapat mengajukan usul tambahan pemenuhan kekurangan alokasi Gaji keempat belas dari anggaran Bagian Anggaran BUN ke Menteri Keuangan. 31

Kurang salur transfer ke daerah dan dana desa & subsidi Pasal 13 Ayat (1) Pergeseran anggaran Bagian Anggaran 999.08 (BA BUN Pengelola Belanja Lainnya) ke BA K/L, atau antar subbagian anggaran dalam Bagian Anggaran 999 (BA BUN), sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (3) huruf a bersifat insidentil dan menambah pagu anggaran belanja Kementerian/Lembaga Tahun Anggaran 2016, tetapi tidak menjadi dasar perhitungan untuk penetapan alokasi anggaran tahun berikutnya Ayat (2) Pergeseran anggaran Bagian Anggaran 999.08 (BA BUN Pengelola Belanja Lainnya) ke BA K/L, atau antar subbagian anggaran dalam Bagian Anggaran 999 (BA BUN) sebagaimana dimaksud pada ayat (1) termasuk pergeseran anggaran terkait dengan pemberian penghargaan dan pengenaan sanksi atas pelaksanaan anggaran belanja Kementerian/Lembaga. Pasal 15 Ayat (1) Pergeseran anggaran Bagian Anggaran 999.08 (BA BUN Pengelola Belanja Lainnya) ke BA K/L, atau antar subbagian anggaran dalam Bagian Anggaran 999 (BA BUN) sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (3) huruf a termasuk pergeseran anggaran terkait dengan pemberian penghargaan dan pengenaan sanksi atas pelaksanaan anggaran belanja Kementerian/Lembaga, pembayaran kurang salur transfer ke daerah dan dana desa sebagai dampak dari kebijakan penghematan dan/atau pemotongan anggaran, dan/atau pembayaran kurang bayar subsidi sepanjang anggarannya tersedia. Ayat (2) Pergeseran anggaran Bagian Anggaran 999.08 (BA BUN Pengelola Belanja Lainnya) ke BA K/L, sebagaimana dimaksud pada ayat (1) bersifat insidentil dan menambah pagu anggaran belanja Kementerian/Lembaga Tahun Anggaran berkenaan, tetapi tidak menjadi dasar perhitungan untuk penetapan alokasi anggaran tahun berikutnya 32

Tunggakan (1/3) Pasal 21 Ayat (1) Pasal 24 Ayat (1) Pergeseran anggaran dalam 1 (satu) program Pergeseran anggaran dalam 1 (satu) Program yang sama dalam rangka penyelesaian yang sama dalam rangka penyelesaian tunggakan tahun lalu sebagaimana dimaksud tunggakan tahun lalu sebagaimana dimaksud pada Pasal 2 ayat (3) huruf i dapat dilakukan dalam Pasal 2 ayat (3) huruf j dapat dilakukan sepanjang tidak mengurangi volume Keluaran sepanjang tidak mengurangi volume Keluaran (Output) dalam DIPA. (Output) dalam DIPA. Ayat (2) Untuk tiap-tiap tunggakan tahun-tahun sebelumnya harus dicantumkan dalam catatancatatan terpisah per kode akun dalam halaman IV DIPA pada tiap-tiap alokasi yang ditetapkan untuk mendanai suatu Kegiatan per DIPA per Satker. 33

Tunggakan (2/3) Ayat (3) Dalam hal tunggakan tahun yang lalu sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terkait dengan: a. belanja pegawai khusus gaji dan tunjangan yang melekat pada gaji; b. tunjangan kinerja sesuai dengan peraturan yang berlaku; c. uang makan; d. belanja perjalanan dinas pindah; e. langganan daya dan jasa; f. tunjangan profesi guru/dosen; g. tunjangan kehormatan profesor; h. tunjangan tambahan penghasilan guru Pegawai Negeri Sipil; i. tunjangan kemahalan hakim; j. tunjangan hakim adhoc; a. imbalan jasa layanan Bank/Pos Persepsi; b. pembayaran jasa bank penatausaha penerusan pinjaman; c. bahan makanan dan/atau perawatan tahanan untuk tahanan/narapidana; dan/atau d. pembayaran provisi benda meterai, yang alokasi dananya tidak cukup tersedia atau belum dibayarkan pada tahun sebelumnya, dapat dibebankan pada DIPA tahun anggaran berjalan tanpa melalui mekanisme revisi DIPA sepanjang alokasi anggaran untuk peruntukan yang sama sudah tersedia. Ayat (4) Dalam hal tunggakan tahun yang lalu sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terkait dengan: a. belanja pegawai khusus gaji dan tunjangan yang melekat pada gaji; b. tunjangan kinerja sesuai dengan peraturan yang berlaku; c. uang makan; d. belanja perjalanan dinas pindah; e. langganan daya dan jasa; f. tunjangan profesi guru/dosen; g. tunjangan kehormatan profesor; h. tunjangan tambahan penghasilan guru Pegawai Negeri Sipil; i. tunjangan kemahalan hakim; j. tunjangan hakim adhoc; k. honor pegawai honorer/pegawai pemerintah non PNS/guru tidak tetap; l. imbalan jasa layanan Bank/Pos Persepsi; m. pembayaran jasa bank penatausaha pemberian pinjaman; n. bahan makanan dan/atau perawatan tahanan untuk tahanan/narapidana; dan/atau o. pembayaran provisi benda meterai, yang alokasi dananya tidak cukup tersedia atau belum dibayarkan pada tahun sebelumnya, dapat dibebankan pada DIPA tahun anggaran berkenaan. 34

Tunggakan (2/3) Ayat (4) Untuk tunggakan lain dan/atau tunggakan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) yang alokasi anggarannya belum tersedia, dapat dibebankan pada DIPA tahun anggaran berjalan, dengan ketentuan sebagai berikut: a. merupakan tagihan atas pekerjaan/penugasan yang alokasi anggarannya cukup tersedia pada DIPA tahun lalu; dan b. pekerjaan/penugasannya telah diselesaikan tetapi belum dibayarkan sampai dengan akhir tahun anggaran lalu. Ayat (5) Untuk tunggakan sebagaimana dimaksud pada ayat (4) dapat dibebankan pada DIPA tahun anggaran berkenaan, dengan ketentuan: a. tanpa melalui mekanisme revisi DIPA sepanjang alokasi anggaran untuk peruntukan akun yang sama sudah tersedia; dan b. tidak memerlukan surat pernyataan dari Kuasa Pengguna Anggaran, hasil verifikasi dari APIP K/L maupun hasil verifikasi BPKP sebagaimana dimaksud pada ayat (3). Ayat(6) Untuk tunggakan selain tunggakan sebagaimana dimaksud pada ayat (4), dapat dibebankan pada DIPA tahun anggaran berkenaan, dengan ketentuan sebagai berikut: a. merupakan tagihan atas pekerjaan/penugasan yang alokasi anggarannya cukup tersedia pada DIPA tahun lalu; dan b. pekerjaan/penugasannya telah diselesaikan tetapi belum dibayarkan sampai dengan akhir tahun anggaran lalu. 35

Penggunaan Sisa Anggaran (1/2) Pasal 29 Ayat (1) Pergeseran anggaran antarjenis dalam 1 (satu) program yang sama sepanjang pergeseran anggaran merupakan sisa anggaran kontraktual atau sisa anggaran swakelola sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (3) huruf q merupakan sisa anggaran kontraktual, termasuk addendum kontrak sampai dengan 10 (sepuluh) persen, atau sisa anggaran swakelola. Ayat (2) Sisa anggaran kontraktual atau sisa anggaran swakelola sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat digunakan untuk meningkatkan volume keluaran (Output) pada kegiatan yang sama atau untuk meningkatkan volume keluaran (Output) pada kegiatan lain dalam program yang sama. Ayat (3) Sisa anggaran kontraktual atau sisa anggaran swakelola sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat digunakan untuk membiayai hal-hal yang bersifat prioritas, mendesak, kedaruratan atau yang tidak dapat ditunda setelah mendapat persetujuan Menteri Keuangan. Pasal 31 Ayat (1) pergeseran anggaran dalam rangka penggunaan Sisa Anggaran Kontraktual atau Sisa Anggaran Swakelola yang dilakukan dalam 1 (satu) Program yang sama sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (3) huruf q merupakan Sisa Anggaran Kontraktual, termasuk addendum kontrak sampai dengan 10 (sepuluh) persen, atau Sisa Anggaran Swakelola Ayat (2) Sisa Anggaran Kontraktual atau Sisa Anggaran Swakelola sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat digunakan untuk: a. meningkatkan volume Keluaran (Output) pada Kegiatan yang sama; b. meningkatkan volume Keluaran (Output) pada Kegiatan lain dalam Program yang sama; dan/atau c. mendanai prioritas nasional yang dananya belum dialokasikan dalam DIPA tahun berkenaan namun sasaran kinerjanya telah tercantum dalam RKP tahun berkenaan dan/atau Renja K/L tahun berkenaan. 36

Penggunaan Sisa Anggaran (2/2) Pasal 29 Ayat (3) Sisa anggaran kontraktual atau sisa anggaran swakelola sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat digunakan untuk membiayai hal-hal yang bersifat prioritas, mendesak, kedaruratan atau yang tidak dapat ditunda setelah mendapat persetujuan Menteri Keuangan. Pasal 31 Ayat (3) Sisa Anggaran Kontraktual atau Sisa Anggaran Swakelola yang digunakan untuk mendanai prioritas nasional yang dananya belum dialokasikan dalam DIPA tahun berkenaan namun sasaran kinerjanya telah tercantum dalam RKP tahun berkenaan dan/atau Renja K/L tahun berkenaan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf c harus disertai dengan surat persetujuan Menteri/pimpinan lembaga selaku Pengguna Anggaran. 37

Penggunaan Output Cadangan (1/2) Pasal 32 Pasal 33 Ayat (2) Penggunaan dana Keluaran (Output) cadangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat dilakukan dengan ketentuan sebagai berikut: a. mendanai kebutuhan Biaya Operasional Satker; b. mendanai prioritas nasional yang dananya belum dialokasikan sebelumnya; c. menambah volume Keluaran (Output) prioritas nasional; d. melakukan percepatan pencapaian Keluaran (Output) prioritas nasional dan/atau prioritas Kementerian/ Lembaga; e. mendanai Kegiatan yang bersifat mendesak, kedaruratan atau yang tidak dapat ditunda; dan/atau f. mendanai kebutuhan prioritas Kementerian/ Lembaga. Ayat (2) Penggunaan dana Keluaran (Output) cadangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat dilakukan dengan ketentuan sebagai berikut: a. mendanai prioritas nasional yang dananya belum dialokasikan dalam DIPA tahun berkenaan namun sasaran kinerjanya telah tercantum dalam RKP tahun berkenaan dan/atau Renja K/L tahun berkenaan; b. menambah volume Keluaran (Output) prioritas nasional dan/atau prioritas Kementerian/ Lembaga; dan/atau; c. mendanai Kegiatan yang bersifat mendesak, kedaruratan, atau yang tidak dapat ditunda. 38

Penggunaan Output Cadangan (2/2) Pasal 32 Pasal 33 Ayat (4) Dalam hal terdapat alokasi anggaran yang dituangkan dalam Keluaran (Output) cadangan, usul penggunaan dana Keluaran (Output) Cadangan diajukan oleh Sekretaris Jenderal/Sekretaris Utama/Sekretaris/Pejabat Eselon I Kementerian/Lembaga kepada Direktur Jenderal Anggaran paling lambat pada minggu pertama bulan April tahun berkenaan Ayat (5) Dalam hal Keluaran (Output) cadangan merupakan akibat dari penetapan Undang-Undang mengenai APBN Perubahan, batas akhir pengajuan usul penggunaan dana Keluaran (Output) cadangan paling lambat pada tanggal 30 Oktober tahun berkenaan 39

Perubahan Rumusan Sasaran Kinerja (1/2) Pasal 30 Pasal 35 Ayat (2) Perubahan Rumusan sasaran Kinerja dalam database RKA-K/L DIPA sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri atas: a. perubahan rumusan Keluaran (Output); b. perubahan rumusan Keluaran (Output) disertai dengan perubahan jumlah Keluaran (Output); dan/atau c. perubahan rumusan dan/atau perubahan jumlah rumusan kinerja selain rumusan Keluaran (Output). Ayat(2) Perubahan Rumusan sasaran Kinerja dalam database RKA-K/L DIPA sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri atas: a. penambahan rumusan program/ kegiatan; b. penambahan sasaran strategis, indikator sasaran strategis, sasaran program, dan/atau indikator sasaran program; c. penambahan rumusan Keluaran (Output); d. perubahan rumusan Keluaran (Output) dan/atau satuan Keluaran (Output); dan/atau e. perubahan atau penambahan rumusan Komponen untuk menghasilkan Keluaran (Output). 40

Perubahan Rumusan Sasaran Kinerja (2/2) Pasal 30 Pasal 35 Ayat (3) Perubahan Rumusan sasaran Kinerja dalam database RKA-K/L DIPA sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf a dan huruf b dapat dilakukan: a. sebagai akibat adanya perubahan rumusan nomenklatur, perubahan struktur organisasi, perubahan tugas dan fungsi organisasi/unit organisasi, dan/atau adanya tambahan penugasan; b. sesuai dengan konsep logika berpikir; dan/atau c. dengan disertai perubahan komponen input untuk menghasilkan Keluaran (Output) dengan rumusan baru sepanjang tidak mengubah total anggaran per satker. Ayat (3) Perubahan Rumusan sasaran Kinerja dalam database RKA-K/L DIPA sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dapat dilakukan : a. sebagai akibat adanya perubahan rumusan nomenklatur, perubahan struktur organisasi, perubahan tugas dan fungsi organisasi/unit organisasi, dan/atau adanya tambahan penugasan; b. sepanjang tidak berkaitan dengan alokasi anggaran; c. dalam hal perubahan rumusan Keluaran (Output) dan/atau satuan Keluaran (Output), dengan ketentuan: 1. tidak mengubah substansi Keluaran (Output); 2. merupakan Keluaran (Output) generik; 3. belum terdapat realisasi anggaran 41

Kewenangan KPA (1/2) Pasal 43 Ayat (1) Revisi Anggaran dapat dilakukan pada Kuasa Pengguna Anggaran dengan ketentuan sebagai berikut: a. tidak mengurangi belanja gaji dan tunjangan yang melekat pada gaji; b. tidak mengurangi/merelokasi anggaran belanja mengikat; c. pergeseran komponen input untuk kebutuhan Biaya Operasional; dan d. Pergeseran komponen input dalam 1 (satu) Keluaran (Output) atau antar Keluaran (Output) dalam 1 (satu) Kegiatan dan dalam 1 (satu) Satker. Ayat (2)... Pasal 47 Ayat (1) Revisi Anggaran dapat dilakukan pada Kuasa Pengguna Anggaran dengan ketentuan sebagai berikut: a. pergeseran anggaran antar akun dalam 1 (satu) komponen yang sama dalam 1 (satu) Keluaran (Output) yang sama, kecuali pergeseran detil Belanja Pegawai dalam komponen 001; *) b. pergeseran anggaran antar akun dalam 1 (satu) jenis belanja yang sama. Ayat (2)... *) pergeseran detil belanja pegawai dalam komponen 001 = kewenangan Kanwil DJPB 42

Kewenangan KPA (2/2) Ayat (3) Revisi Anggaran sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan dengan ketentuan sebagai berikut: a. dalam hal Revisi Anggaran mengakibatkan perubahan DIPA Petikan dan/atau digital stamp, Kuasa Pengguna Anggaran menyampaikan usul Revisi Anggaran kepada Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Perbendaharaan;dan b. dalam hal Revisi Anggaran tidak mengakibatkan perubahan DIPA Petikan dan/atau digital stamp, Kuasa Pengguna Anggaran mengubah arsip data komputer RKA Satker 2016 melalui aplikasi RKA-K/L- DIPA, mencetak Petunjuk Operasional Kegiatan (POK), dan Kuasa Pengguna Anggaran menetapkan perubahan POK. Ayat (3) Dalam rangka pemutakhiran data petunjuk operasional kegiatan: a. Kuasa Pengguna Anggaran menyampaikan usul Revisi administrasi perubahan rencana penarikan dana/atau rencana penerimaan dalam halaman III DIPA kepada Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Perbendaharaan; b. Dalam hal tidak menyebabkan perubahan pada halam III DIPA, Kuasa Pengguna Anggaran mengajukan permintaan penyamaan data arsip data komputer atas revisi POK kepada Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Perbendaharaan; c. Kuasa Pengguna Anggaran mengubah arsip data komputer RKA Satker tahun berkenaan melalui aplikasi RKA-K/L-DIPA, mencetak Petunjuk Operasional Kegiatan dan Kuasa Pengguna Anggaran menetapkan perubahan Petunjuk Operasional Kegiatan. Ayat (4) Revisi Anggaran pada Kuasa Pengguna Anggaran sebagaimana dimaksud pada ayat (1), ayat (2), dan ayat (3) juga berlaku untuk Revisi Anggaran pada Kuasa Pengguna Anggaran BA BUN. 43

Pasal 49 BATAS AKHIR PENERIMAAN USUL REVISI ANGGARAN (1/2) (1) Batas akhir penerimaan usul Revisi Anggaran ditetapkan sebagai berikut: a. tanggal 30 Oktober tahun berkenaan, untuk Revisi Anggaran pada Direktorat Jenderal Anggaran; dan b. tanggal 30 November tahun berkenaan, untuk Revisi Anggaran pada Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Perbendaharaan. (2) Dalam hal Revisi Anggaran dilakukan dalam rangka pelaksanaan: a. pergeseran anggaran untuk belanja pegawai; b. pergeseran anggaran dari Bagian Anggaran 999.08 (BA BUN Pengelola Belanja Lainnya) ke BA K/L; c. Kegiatan yang dananya bersumber dari PNBP, pinjaman luar negeri, hibah luar negeri terencana, dan hibah dalam negeri terencana, pinjaman dalam negeri, serta surat berharga syariah negara; d. Kegiatan Kementerian/Lembaga yang merupakan tindak lanjut dari hasil sidang kabinet yang ditetapkan setelah Undang-Undang Perubahan APBN tahun berkenaan, dan/atau e. Kegiatan-Kegiatan yang membutuhkan data/ dokumen yang harus mendapat persetujuan dari unit eksternal Kementerian/Lembaga seperti persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat, persetujuan Menteri Keuangan, hasil audit eksternal, dan sejenisnya, batas akhir penerimaan usul Revisi Anggaran oleh Direktorat Jenderal Anggaran ditetapkan paling lambat pada tanggal tanggal 15 Desember tahun berkenaan. 44

BATAS AKHIR PENERIMAAN USUL REVISI ANGGARAN (1/2) Pasal 49 Ayat (3) Dalam hal Revisi Anggaran dilakukan dalam rangka pelaksanaan kegiatan lingkup Bagian Anggaran 999 (BA BUN) yang memerlukan persetujuan Menteri Keuangan atau mensyaratkan adanya peraturan pemerintah untuk pencairan anggaran, revisi DIPA K/L yang bersumber dari Bagian Anggaran 999.08 (BA BUN Pengelola Belanja Lainnya), pergeseran anggaran untuk bencana alam dan revisi dalam rangka pengesahan, batas akhir penerimaan usul Revisi Anggaran dan penyelesaiannya oleh Direktorat Jenderal Anggaran ditetapkan paling lambat pada tanggal 30 Desember tahun berkenaan 45

PERBAIKAN KETENTUAN (2) Selain itu, juga dilakukan perbaikan atas Lampiran-Lampiran PMK mengenai Tata Cara Revisi Anggaran TA 2017 meliputi: Lampiran I : Daftar Revisi Anggaran Yang Menjadi Kewenangan DJA dan Kanwil DJPB; Lampiran II: Format Surat Usulan Revisi Anggaran; Lampiran III : Alur Mekanisme Revisi Anggaran BA BUN; Lampiran IV : Alur mekanisme revisi anggaran melalui surat elektronik pada Direktorat Jenderal Anggaran Lampiran V : Format Surat Hasil Reviu APIP K/L; Lampiran VI : Alur Mekanisme Revisi Anggaran Pada Kanwil DJPB; Lampiran VII : Alur Mekanisme Revisi Anggaran Yang Memerlukan Persetujuan Eselon I K/L; Lampiran VIII : Alur Mekanisme Revisi Anggaran Pada KPA. 46

ALUR MEKANISME REVISI ANGGARAN PADA BAGIAN ANGGARAN K/L 1 2 APIP K/L DJA (Puslay dan Dit. Teknis Mitra K/L) 5 Eselon I Surat usulan revisi; Data dan Dokumen Pendukung Mereviu Surat usulan revisi dan kelengkapan Dokumen Pendukung 3 Meneliti Surat usulan revisi dan kelengkapan Dokumen Pendukung 4 Perlu penelaahan? Y Terkait PNBP 7b 6 N Dokumen Lengkap? Y N 7a Penelaahan bersama (Dit. Teknis dan Dit. PNBP) Surat penolakan revisi 8b N Revisi DIPA setuju? Penelaahan Eselon I 12 Dit. SP DJPBN Surat pengesahan revisi dilampiri Notifikasi 11 10 Notifikasi dari sistem: Persetujuan revisi; Kode digital stamp yang baru Y 8a Upload ke server RKA- K/L DIPA 9 47

No. DAFTAR REVISI ANGGARAN YANG MENJADI KEWENANGAN DJA DAN KANWIL DJPBN (1/11) URAIAN REVISI KEWENANGAN PASAL DJA Kanwil DJPBN 1 Perubahan Anggaran Belanja Yang Bersumber Dari PNBP. Pasal 2 ayat (2) huruf a a kelebihan realisasi atas target PNBP fungsional (PNBP yang dapat Pasal 8 ayat (2) huruf a digunakan kembali) yang direncanakan dalam APBN atau APBN Perubahan. b adanya PNBP yang berasal dari kontrak/kerjasama/nota Pasal 8 ayat (2) huruf b kesepahaman. c adanya Peraturan Pemerintah mengenai jenis dan tarif atas jenis Pasal 8 ayat (2) huruf c PNBP baru. d adanya Satker PNBP baru. Pasal 8 ayat (2) huruf d e Adanya persetujuan penggunaan sebagian dana PNBP baru atau Pasal 8 ayat (2) huruf e peningkatan persetujuan penggunaan sebagian dana PNBP berdasarkan Keputusan Menteri Keuangan mengenai persetujuan penggunaan sebagian dana PNBP. f adanya penetapan status pengelolaan keuangan Badan Layanan Umum pada suatu Satker. Pasal 8 ayat (2) huruf f g penggunaan anggaran belanja yang bersumber dari PNBP di atas Pasal 8 ayat (2) huruf g pagu APBN untuk Satker Badan Layanan Umum dan/atau penggunaan saldo Badan Layanan Umum dari tahun sebelumnya. 48

DAFTAR REVISI ANGGARAN YANG MENJADI KEWENANGAN DJA DAN KANWIL DJPBN (2/11) No. URAIAN REVISI h adanya perkiraan PNBP dari kegiatan pendidikan dan pelatihan berdasarkan surat pernyataan KPA untuk menambah volume output. i penurunan atas target PNBP fungsional (PNBP yang dapat digunakan kembali) yang tercantum dalam APBN atau APBN Perubahan sebagai akibat dari adanya perubahan kebijakan Pemerintah atau keadaan kahar. j penurunan besaran persetujuan penggunaan sebagian dana PNBP berdasarkan Keputusan Menteri Keuangan tentang persetujuan penggunaan sebagian dana PNBP. k pencabutan status pengelolaan keuangan Badan Layanan Umum pada suatu Satker. 2 Perubahan anggaran belanja yang bersumber dari pinjaman/hibah luar negeri dan dalam negeri, termasuk penerusan pinjaman/hibah. a lanjutan pelaksanaan kegiatan tahun lalu yang dananya bersumber dari PHLN dan/atau PHDN. PASAL Pasal 8 ayat (2) huruf h Pasal 8 ayat (3) huruf a Pasal 8 ayat (3) huruf b Pasal 8 ayat (3) huruf c Pasal 2 ayat (2) huruf b Pasal 9 ayat (2) huruf a KEWENANGAN DJA Kanwil DJPBN 49