BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI. Berdasarkan fokus permasalahan dan tujuan penelitian serta interpretasi

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Indonesia dapat ditingkatkan, baik di kalangan nasional maupun. agar mutu kehidupan masyarakat dapat meningkat. Melalui pendidikan

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Nana Sutarna, 2015

BAB I PENDAHULUAN. tertentu sehingga siswa memperoleh pengetahuan, pemahaman, dan cara

I. PENDAHULUAN. dinamis dan sarat perkembangan. Oleh karena itu, perubahan atau. antisipasi kepentingan masa depan (Trianto, 2009:1).

BAB I PENDAHULUAN. informasi baik yang sudah lalu maupun yang terbaru. Teks berita adalah naskah

BAB. I PENDAHULUAN. Hilman Latief,2014 PENGARUH PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL TERHADAP HASIL BELAJAR Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi.

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan aspek penting bagi perkembangan sumber daya

I. PENDAHULUAN. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) menuntut perubahan. berlangsung sesuai dengan tujuan yang diharapkan (Trianto, 2007:3).

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan. Perkembangan tersebut pada satu sisi berdampak positif, tetapi di sisi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan merupakan faktor utama dalam pembentukan pribadi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN REKOMENDASI. A. SIMPULAN Berdasarkan temuan dan hasil analisis data yang diperoleh dari kegiatan studi

BAB I PENDAHULUAN. lebih besar, karena kedudukannya sebagai orang yang lebih dewasa, lebih

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masalah pendidikan yang menjadi perhatian saat ini adalah sebagian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

commit to user BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. dengan siswa dapat memahami dan mengerti maksud pembelajaran.

BAB I PENDAHULUAN. terstruktur dan sistematis dalam lingkungan sekolah. Disekolah terjadi. sebagai pendidik dalam suatu proses pendidikan.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Lia Liana Iskandar, 2013

BAB I PEDAHULUAN. pendidikan nasional di Indonesia menyatakan bahwa: Pendidikan nasional

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pada era globalisasai saat ini suatu bangsa dituntut bersaing dan selalu

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan khususnya guru sebagai pelaksana pembelajaran. Pembelajaran. norma/standar yang berlaku (Yamin, 2008: 22).

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. Pembelajaran Sains SMP umumnya belum menggunakan metode/strategi. yang dapat menarik minat belajar siswa. Pembelajaran Sains di SMPN 1

BAB I PENDAHULUAN. Kemampuan menulis merupakan kemampuan yang sangat penting untuk

BAB I PENDAHULUAN. bangsa. Kualitas pendidikan ditentukan oleh kualitas guru. Sebaik apapun

BAB I PENDAHULUAN. dapat membawa perubahan ke arah lebih baik. Pendidikan di Indonesia harus

I. PENDAHULUAN. Pendidikan adalah salah satu bentuk perwujudan kebudayaan manusia yang

BAB I PENDAHULUAN. yang wajib dipelajari di Sekolah Dasar. Siswa akan dapat mempelajari diri

BAB I PENDAHULUAN. merupakan integrasi dari berbagai cabang Ilmu Sosial. Supardi (2011: 183)

BAB I PENDAHULUAN. mempersiapkan dirinya menuju masyarakat global adalah kemampuan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan memiliki peran sentral dalam kehidupan manusia. Seiring

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Tri Wulan Sari, 2014 Pengaruh Model Cooperative Learning Tipe Stad Terhadap Kemampuan Analisis Siswa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang. Fisika merupakan salah satu cabang sains yang besar peranannya dalam

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. taraf pemikiran yang tinggi dan telah melaksanakan pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. Dalam keseluruhan proses pendidikan di sekolah, kegiatan belajar

BAB I PENDAHULUAN. hanya memberikan materi melalui ceramah dan pemberian hafalan. Guru

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ai Nunung Muflihah,2013

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM). Pendidikan berkembang

BAB 1 PENDAHULUAN. Lingkungan sebagai tempat tinggal manusia begitu komplek dengan

BAB I PENDAHULUAN. sosial. Pendidikan adalah usaha terencana untuk mewujudkan suasana belajar

BAB I PENDAHULUAN. sampai kapanpun, sepanjang ada kehidupan manusia di dunia ini.

BAB I PENDAHULUAN. interaksi untuk mencapai tujuan pembelajaran.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. (IPA) berkaitan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis,

BAB I PENDAHULUAN. menghasilkan peserta didik yang berkualitas, baik dilihat dari prestasi bidang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. Dunia pendidikan di Indonesia dewasa ini sedang mengalami krisis, yang harus dijawab oleh dunia pendidikan. Jika proses-proses

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. guru menempati titik sentral pendidikan. Peranan guru yang sangat penting adalah

BAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI. bab-bab terdahulu dan rekomendasi bagi berbagai pihak atas temuan-temuan yang

UPAYA MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR BIOLOGI DAN KEAKTIFAN SISWA DENGAN MENGGUNAKAN METODE DISKUSI TIPE BUZZ GROUP

BAB I PENDAHULUAN. Dari pendapat yang dikemukakan oleh Cornelius tidak sesuai dengan kenyataan yang diperoleh Sukowono (2012 : 1) mengenai

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

I.PENDAHULUAN. seutuhnya, sangatlah tepat. Konsep Pancasila sebagai pandangan hidup bangsa,

BAB I PENDAHULUAN. menentukan keberhasilan Kegiatan Belajar Mengajar (KBM), yang meliputi: guru,

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan diarahkan untuk menghasilkan manusia yang berkualitas,

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. menghasilkan generasi emas, yaitu generasi yang kreatif, inovatif, produktif,

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI. Berdasarkan hasil pembahasan penelitian, di bawah ini di paparkan

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN REKOMENDASI

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu aspek terpenting dalam pembangunan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. menciptakan situasi hingga terjadinya proses belajar pada diri siswa.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Penerapan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi sekarang ini telah mulai

BAB I PENDAHULUAN. agar berperan secara aktif serta partisipatif.

METODE NUMBERED HEADS TOGETHER (NHT) DISERTAI MEDIA PUZZLE UNTUK MENINGKATKAN PARTISIPASI SISWA TERHADAP MATERI BIOLOGI SMP KELAS VII.

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Teknologi Informasi berkembang sangat pesat seiring penemuan dan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indrayogi, 2014

BAB I PENDAHULUAN. tahun 1945 yakni Mencerdaskan kehidupan bangsa dan ikut melaksanakan

BAB I PENDAHULUAN. dalam membangun Sumber Daya Manusia (SDM) yang bermutu untuk. mengembangkan potensi diri dan sebagai katalisator bagi terjadinya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

B AB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ganjar Candra S, 2014 Kualitas Pembelajaran Berbasis TIK Berdasarkan Tingkat Persepsi Mahasiswa

BAB V SIMPULAN, SARAN, DAN DALIL

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam kehidupan ini, manusia tidak pernah telepas dari kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. matematika, diperlukan kemampuan pemecahan masalah sehingga siswa. diperlukannya kemampuan pemecahan masalah.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. selalu diupayakan pemerintah dengan berbagai cara, seperti penataan guru-guru,

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI. Berdasarkan hasil dan pembahasan penelitian, maka dapat dirumuskan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

Hasil belajar biologi siswa ditinjau dari penggunaan berbagai metode mengajar dengan pendekatan discovery

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. yang telah di persiapkan sebelumnya untuk mencapai tujuan. Dalam

SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Jurusan Pendidikan Matematika

I. PENDAHULUAN. Tujuan pembelajaran fisika di SMA secara umum adalah memberikan bekal. ilmu kepada siswa, pemahaman dan sejumlah kemampuan yang

BAB I PENDAHULUAN. Kegiatan pendidikan dan pengajaran yang di dalamnya terdapat kegiatan belajar

Transkripsi:

189 BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI A. Simpulan Berdasarkan fokus permasalahan dan tujuan penelitian serta interpretasi hasil penelitian dan pembahasan seperti yang telah diuraikan pada bab IV, maka dapat dikemukakan simpulan berikut ini. 1. Kondisi pembelajaran IPS SD saat ini. Hasil studi pendahuluan tentang kondisi pembelajaran IPS di SD saat ini, menunjukkan bahwa masih terdapat: (a) guru belum mendeskripsikan kemampuan life skill ke dalam program pembelajaran IPS SD, (b)guru belum sepenuhnya mengembangkan bahan ajar yang relevan dengan kebutuhan siswa, (c) bahwa mata pelajaran IPS SD saat ini terlalu sarat dengan materi, sehingga membosankan dan kurang diminati siswa, (d) guru sudah merasa puas dengan menguasai materi IPS di kelas V SD saat ini, (e) guru belum sepenuhnya mengembangkan bahan ajar yang berorientasi kecakapan hidup, (f) bahwa layanan pembelajaran IPS SD saat ini rendah kualitasnya sehingga perlu diperbaiki atau ditingkatkan, (g) bahwa dalam menerapkan strategi pengalaman pembelajaran IPS SD saat ini guru belum sepenuhnya mengembangkan kecakapan hidup siswa, (i) bahwa program pembelajaran IPS SD saat ini guru belum sepeunya menerapkan metode mengajar yang bervariasi dan masih monoton dengan sistem ceramah, (j) bahwa program pembelajaran IPS SD guru belum sepenuhnya mengembangkan format life skill ke dalam lembar kerja siswa, dan (k) bahwa

190 program pembelajaran IPS SD saat ini guru belum sepenuhnya mengukur kemampuan atau life skill siswa dalam kegiatan evaluasi. 2. Model pembelajaran yang dikembangkan dapat meningkatkan kecakapan hidup siswa. Model pembelajaran life skill, sebagai suatu model pembelajaran secara konseptual dan empirik dapat diterapkan pada pembelajaran IPS SD. Model yang dihasilkan meliputi tiga komponen pokok, yaitu: (a) disain pembelajaran, (b) implementasi, dan (c) evaluasi. Disain pembelajaran memuat tujuan (indikator), jenis kecakapan hidup yang dicapai, materi, kegiatan belajar mengajar, alat/media, dan sumber belajar, penilaian/evaluasi. Implementasi merupakan aktualisasi disain pembelajaran. Evaluasi yaitu penilaian terhadap implementasi model. Tujuan pembelajaran, sejalan dengan karakteristik pembelajaran life skill yang mendasarkan kepada penguasaan kompetensi berupa kecakapan hidup siswa. Tujuan pembelajaran life skill, yang diharapkan siswa mampu mengembangkan sikap, kemampuan, kecakapan hidup dan mampu beradaptasi dengan lingkungan. Dengan tujuan pembelajaran life skill yang berdasarkan kompetensi yang dirumuskan dalam bentuk kompetensi/kecakapan dan harus dicapai oleh siswa setelah mengikuti pembelajaran. Isi atau materi pembelajaran merupakan seperangkat kompetensi yang berupa kecakapan hidup (kesadaran diri, berfikir rasional, kecakapan sosial) yang harus dikuasai siswa yang pengembangannya disesuaikan dengan isi kurikulum/gbpp mata pelajaran IPS SD. Metode pembelajaran menekankan kepada pemecahan masalah yang dikaitkan

191 dengan kondisi lingkungan hidup siswa. Media atau sumber belajar yang dikembangkan melalui pemanfaatan lingkungan sekitar yang disesuaikan dengan pokok bahasan. Kegiatan pembelajaran life skill merupakan kegiatan yang melibatkan fisik maupun mental siswa dalam berinteraksi dengan bahan ajar. Implementasi pembelajaran life skill dilakukan dengan tiga tahapan, yaitu kegiatan pendahuluan meliputi melakukan pretes, menjelaskan kompetensi yang akan dicapai siswa, menjelaskan prosedur pembelajaran, menjelaskan pedoman observasi, membagi masing-masing kelompok diskusi. Kegiatan inti merupakan proses pelaksanaan pembelajaran life skill dengan mendasarkan kepada pembelajaran yang secara spesifik mengembangkan kompetensi berupa kecakapan hidup siswa. Proses pelaksanaan pembelajaran life skill juga mendasarkan kepada pendekatan-pendekatan pembelajaran berorientasi kompetensi dan pembelajaran kontekstual. Proses pembelajaran life skill yang dikembangkan secara kreatif melalui pengembangan bahan ajar penggunaan metode dan pemilihan media serta pemanfaatan sumber-sumber belajar. Implementasi pembelajaran life skill pada tahap kegiatan inti meliputi 1) Di lapangan seperti: (a) siswa melakukan observasi sesuai dengan pembagian tugas kelompok, (b) siswa mencatat hal-hal yang mereka temukan sesuai dengan alat observasi yang telah disusun sebelumnya, 2) Di dalam kelas seperti: (a) siswa mendiskusikan hasil temuan mereka sesuai dengan kelompok masing-masing, (b) siswa melaporkan hasil diskusi, (c) setiap kelompok saling menjawab terhadap pertanyaan yang diajukan oleh

192 kelompok lainnya, (d) presentasi pelajaran dengan mengintegrasikan aspek life skill ke dalam kehidupan sehari-hari, (e) mengoptimalkan siswa secara kelompok dalam mengikuti diskusi kelas. Evaluasi pembelajaran life skill dikembangkan dengan evaluasi tertulis dan tindakan. Pelaksanaan evaluasi pembelajaran secara konsisten mengukur kompetensi berupa kecakapan hidup siswa dalam aspek pemahaman, sikap dan keterampilan. Format model yang telah dikembangkan dapat dilihat pada lampiran. 3. Hasil belajar menggunakan model pembelajaran yang dikembangkan pada pelajaran IPS SD. Hasil penelitian uji coba menunjukkan peningkatan nilai hasil belajar, sedangkan hasil penelitian uji validasi memperlihatkan nilai hasil belajar yang dicapai oleh siswa kelompok eksperimen lebih tinggi secara signifikan, bila dibandingkan dengan nilai hasil belajar yang diperoleh siswa kelompok kontrol. Berdasarkan hasil temuan di atas dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran life skill adalah efektif dan dapat meningkatkan hasil belajar siswa. 4. Faktor pendukung pelaksanaan model pembelajaran yang dikembangkan pada pembelajaran IPS di SD. Salah satu kondisi yang diharapkan sudah siap dan memadai dalam pelaksanaan pembelajaran IPS di SD adalah sarana prasarana yang mendukung serta pemanfaatan lingkungan yang optimal. Di samping itu dukungan kepala sekolah dan guru juga sangat diperlukan.

193 Temuan lapangan menunjukkan bahwa sebagian besar guru kelas V SD di Kota Tegal telah melaksanakan pembelajaran IPS dengan memanfaatkan media pembelajaran dan lingkungan sekolah. Sebagian besar SD telah memiliki media peta, sebagian besar SD telah memiliki media globe, sebagian besar sekolah telah memiliki media gambar, sebagian besar SD telah memiliki media buku atlas. Bila dilihat dari pemanfaatan lingkungan, sebagian besar guru kelas V SD memanfaatkan sumber-sumber belajar di lingkungan masyarakat untuk menunjang kecakapan hidup siswa dalam pembelajaran IPS SD, sebagian besar guru kelas V SD memanfaatkan lingkungan masyarakat di sekitar sekolah seperti industri rumah, sebagian besar guru kelas V SD memanfaatkan lingkungan masyarakat di sekitar sekolah seperti peternakan, dan sebagian besar guru kelas V SD memanfaatkan lingkungan masyarakat di sekitar sekolah seperti pertanian. Berdasarkan hasil temuan di atas, hampir boleh dikatakan tidak ada lagi SD yang tak memiliki peta, globe, media gambar, buku atlas. Dengan demikian berarti bahwa fasilitas yang diperlukan untuk mendukung kelancaran implementasi pembelajaran life skill pada mata pelajaran IPS SD yang ada di kota Tegal adalah cukup tersedia. 5. Keterbatasan model pembelajaran yang dikembangkan pada pelajaran IPS di SD. Keterbatasan yang dijumpai dalam pelaksanaan model pembelajaran baik pada uji coba terbatas dan uji lebih luas yakni terkait dengan guru itu sendiri, siswa, dan sarana prasarana yang ada.

194 Keterbatasan yang terkait dengan guru itu sendiri adalah keraguan dalam melaksanakan model pembelajaran life skill. Keraguan tersebut nampak ketika guru saat mencoba model pembelajaran life skill tersebut, karena hal ini merupakan sesuatu yang baru. Guru telah terbiasa memberi pembelajaran melalui pola konvensional sehingga merasa enggan atau malas mencobanya. Dalam penjelasaanya, beberapa guru yang penulis wawancarai mengemukakan seringnya pergantian kurikulum sehingga merasa malas dalam menerapkan model pembelajaran yang baru. Namun demikian dengan pendekatan penulis dapat mengajak dan menjelaskan kepada para guru untuk mencoba hal baru tersebut. Keterbatasan yang terkait dengan siswa sebagai pelaku yang aktif belajar yakni pada motivasi belajar rendah. Kondisi rendahnya motivasi belajar siswa menjadi kendala dalam penyelenggaraan model pembelajaran life skill. Hal ini dapat dilakukan guru dalam menerapkan model pembelajaran life skill dengan menggunakan metode yang bervariasi dan media juga bervariasi serta pembelajaran yang kontekstual maka motivasi belajar siswa dapat meningkat. Keterbatasan sarana dan prasarana, khususnya sekolah belum memiliki laboratorium IPS. Kondisi riil ini memang menjadi kendala untuk menyelenggarakan model pembelajaran life skill. Hal dapat dilakukan adalah guru harus memanfaatkan lingkungan sekitar sebagai sumber belajar siswa.

195 B. Implikasi Hasil Pengembangan Dengan dihasilkannya produk model pembelajaran life skill dalam pembelajaran IPS di SD melalui penelitian dan pengembangan ini, memberikan implikasi praktis dan teoretis bagi pengembangan kurikulum. 1. Implikasi Praktis. Sebagaimana dirumuskan pada bab I bahwa tujuan penelitian dan pengembangan adalah menemukan model pembelajaran yang dapat meningkatkan kecakapan hidup siswa dalam pembelajaran IPS SD. Berdasarkan temuan hasil penelitian dan pengembangan dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran kecakapan hidup (life skill) IPS SD dapat memberi manfaat secara bermakna, yaitu dapat memberi sumbangan hasil belajar yang lebih tinggi dibandingkan dengan hasil belajar siswa yang tidak menggunakan model pembelajaran kecakapan hidup (life skill) pada pembelajaran IPS SD. Dari manfaat yang demikian itu terkandung sejumlah implikasi bagi pelaksanaan belajar mengajar. Temuan model pembelajaran life skill yang teruji dan dapat diterapkan dalam program pembelajaran IPS SD, memiliki implikasi-implikasi yang berkaitan penerapan (praktis) sebagai berikut: a. Model pembelajaran life skill memberi implikasi tersendiri pada pengembangan kurikulum terutama pada penerapan pembelajaran IPS SD. Hambatan-hambatan yang telah dialami oleh guru selama ini dalam pelaksanaan pembelajaran IPS SD bisa diperbaiki kualitasnya melalui pembelajaran life skill, maka diperlukan pelatihan tentang desain model

196 pembelajaran life skill yang telah dikembangkan bagi guru IPS SD di kelas V, kemudian dilanjutkan melalui kegiatan penelitian tindakan kelas. b. Model pembelajaran life skill memberi implikasi tersendiri pada pengembangan kurikulum. Dengan hadirnya pembelajaran life skill memberi keleluasaan pada guru sebagai pengembang kurikulum di kelas. Oleh karena itu guru perlu ditumbuhkembangkan dalam mengembangkan kurikulum, seperti mempelajari dan memahami kurikulum/silabus yang akan dikembangkan untuk menjadi rencana program pengajaran. Dengan demikian model pembelajaran life skill bisa diterapkan dan menjadi salah satu alternatif yang dapat mendorong guru kearah kinerja yang lebih baik. c. Penerapan model pembelajaran life skill, di samping memerlukan kinerja guru dengan semangat tinggi, sarana pendukung, metode mengajar yang bervariasi, media belajar yang disesuaikan dengan pokok bahasan, sumber belajar yang disesuaikan dengan minat dan kebutuhan siswa, juga diperlukan kesiapan siswa untuk melaksanakan pembelajaran, dan motivasi tinggi siswa, serta menuntut bimbingan optimal guru dalam memecahkan masalah yang dikaitkan dengan minat dan kebutuhan siswa. Dengan demikian interaksi pembelajaran antara guru dan siswa diharapkan akan lebih baik, serta diperlukan kesamaan sikap dan pemahaman yang sejalan antara guru dan siswa dalam penerapan model tersebut.

197 2. Implikasi Teoretis. Dari temuan hasil penelitian dan pengembangan sebagaimana diungkapkan pada bab IV, dapat dibangun sejumlah prinsip dan dalil untuk menghasilkan pembelajaran yang efektif dalam kerangka pemaparan implikasi teoretis. a. Pembelajaran life skill memerlukan pendekatan pemecahan masalah. Pembelajaran IPS SD selama ini yang dilaksanakan oleh guru masih dalam pola satu arah belum berpusat pada diri siswa, bahan pelajaran yang berupa informasi tidak dijadikan media bagi pengembangan berpikir nilai, siswa disuruh menghafal dan belum dikembangkan proses pembelajaran dalam pendekatan pemecahan masalah. Kondisi yang sedemikian itu program pembelajaran tersebut yang dilaksanakan oleh guru dapat menyebabkan hasil belajar yang kurang optimal. Secara konseptual, pembelajaran life skill semestinya merupakan kegiatan pembelajaran yang dirancang dan dilaksanakan dengan mendasarkan kepada pendekatan pemecahan masalah yang dikaitkan dengan kehidupan sehari-hari siswa. Permasalahan yang dihadapi guru IPS SD di lapangan adalah kendala dalam mengintegrasikan life skill terutama dalam pemecahan masalah siswa ke dalam perencanaan dan pelaksanaan pembelajaran life skill. Dari studi lapangan dijumpai guru belum seluruhnya menerapkan metode pemecahan masalah dalam pembelajaran. Dengan demikian diperlukan keterampilan guru dalam mengintegrasikan aspek life skill tersebut secara tepat dalam pembelajaran IPS SD. Salah satu model pembelajaran life skill

198 yang mengintegrasikan aspek-aspek life skill dengan pemecahan masalah siswa seperti yang dikembangkan ini. b. Pembelajaran life skill merupakan wujud penerapan pembelajaran berbasis kompetensi. Pembelajaran life skill, sebagaimana diharapkan, dalam perencanaan dan pelaksanaannya perlu mendasarkan kepada pembelajaran berbasis kompetensi. Salah satu karakteristik pembelajaran berbasis kompetensi adalah kecakapan proses dalam rumusan tujuan pembelajaran berbasis kompetensi merupakan bagian integral dari kecakapan hidup yang bersifat generik (generic life skill ), yang mampu memberikan fondasi yang luas kepada siswa, sebagai kecakapan yang dipersyaratkan agar mampu meraih kecakapan hidup yang spesifik, seperti kecakapan akademik, kecakapan pribadi, sosial dan kecakapan pravokasional. Dari studi lapangan dijumpai bahwa guru belum sepenuhnya mengembangkan pendekatan pembelajaran dengan kecakapan hidup seperti intelektual siswa, pribadi dan sosial. Dengan demikian, model pembelajaran life skill merupakan pembelajaran yang menerapkan pendekatan kompetensi. C. Rekomendasi Berdasarkan simpulan hasil penelitian yang telah dirumuskan, berikut ini diajukan rekomendasi, dan ditujukan kepada berberapa pihak, yaitu: pengambil kebijakan, pengelola satuan pendidikan, guru SD, dan peneliti berikutnya.

199 1. Rekomendasi untuk pengambil kebijakan. Bahwa hasil penelitian dan pengembangan model pembelajaran life skill yang telah terbukti mampu meningkatkan hasil belajar siswa, kiranya dapat dijadikan sebagai salah satu alternatif untuk dikembangkan dan didiseminasikan pada jenjang SD dalam rangka memperbaiki dan meningkatkan mutu pembelajaran IPS SD. Untuk merealisir hal tersebut kiranya para pengambil kebijakan dapat meninjau kurikulum mata pelajaran IPS yang sedang diimplementasi saat ini. Menurut hemat penulis, model pembelajaran life skill memberi peluang diadopsi dan didiseminasikan sebagai model alternatif dalam pembelajaran IPS SD. 2. Rekomendasi untuk para pengelola satuan pendidikan. Bahwa dengan telah dihasikannya model pembelajaran life skill dapat meningkatkan hasil belajar siswa dalam mata pelajaran IPS SD, maka dalam rangka meningkatkan kualitas pembelajaran serta hasil belajar siswa SD kiranya para pengelola satuan pendidikan yang bergerak pada SD dapat menjadikan model ini sebagai salah satu alternatif untuk diterapkan pada satuan pendidikan yang dikelolanya. 3. Rekomendasi untuk guru. Berkaitan dengan temuan model pembelajaran life skill, berikut ini diberikan rekomendasi kepada guru. Model yang dikembangkan ini secara disain maupun penerapannya, telah teruji secara signifikan meningkatkan kecakapan hidup siswa. Dengan demikian model pembelajaran life skill ini dapat diadopsi dan dikembangkan oleh guru dalam pembelajaran selain mata pelajaran IPS.

200 4. Rekomendasi untuk peneliti berikutnya. Penelitian dan pengembangan ini terbatas pada mata pelajaran IPS SD kelas V, dan itupun hanya beberapa SD yang berada di Kota Tegal yang terpilih sebagai subyek penelitian. Walaupun dari serangkaian metodologi yang diterapkan menunjukkan hasil secara signifikan, khususnya dalam meningkatkan kecakapan hidup siswa. Untuk penerapan mata pelajaran yang berbeda dan wilayah yang berbeda maka diperlukan penelitian lebih lanjut.