HUBUNGAN IKLIM (CURAH HUJAN, SUHU UDARA, KELEMBABAN UDARA DAN KECEPATAN ANGIN) DENGAN KEJADIAN DIARE DI KOTA JAKARTA PUSAT PADA PERIODE TAHUN

dokumen-dokumen yang mirip
PROGRAM STUDI S1 KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2015

BAB I PENDAHULUAN. segala umur. 1.5 juta anak meninggal dunia setiap tahunnya karena diare. Faktor

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi

Departemen Kesehatan Lingkungan. Sumatera Utara, Medan, 20155, Indonesia Abstract

Anna Nur Nahari, Budiyono, Suhartono

HUBUNGAN ANTARA INSIDEN DBD DENGAN VARIABILITAS IKLIM DI KOTA MANADO TAHUN Febriane C. Lohonauman*, Angela F. C. Kalesaran*, Windy Wariki**

BAB I PENDAHULUAN. Menurut WHO (World Health Organization) dalam Buletin. penyebab utama kematian pada balita adalah diare (post neonatal) 14%,

ARTIKEL PENELITIAN HUBUNGAN KONDISI SANITASI DASAR RUMAH DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS REMBANG 2

PHBS yang Buruk Meningkatkan Kejadian Diare. Bad Hygienic and Healthy Behavior Increasing Occurrence of Diarrhea

HUBUNGAN PENANGANAN SAMPAH DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS INGIN JAYA KABUPATEN ACEH BESAR

HUBUNGAN IKLIM (SUHU, CURAH HUJAN, KELEMBABAN, DAN KECEPATAN ANGIN ) DENGAN KEJADIAN PENYAKIT ISPA BUKAN PNEUMONIA DI KOTA GUNUNG SITOLI TAHUN

ANALISIS KORELASI KELEMBABAN UDARA TERHADAP EPIDEMI DEMAM BERDARAH YANG TERJADI DI KABUPATEN DAN KOTA SERANG

BAB 1 : PENDAHULUAN. dikonsumsi masyarakat dapat menentukan derajat kesehatan masyarakat tersebut. (1) Selain

HUBUNGAN IKLIM (CURAH HUJAN, SUHU, KECEPATAN ANGIN, dan KELEMBABAN) TERHADAP KEJADIAN DBD DI KOTA MEDAN TAHUN

HUBUNGAN SUHU, CURAH HUJAN, KELEMBABAN, DAN KECEPATAN ANGIN TERHADAP KEJADIAN ISPA DI KABUPATEN DELI SERDANG TAHUN SKRIPSI

BAB 1 PENDAHULUAN. masyarakat karena menyebar dengan cepat dan dapat menyebabkan kematian (Profil

HUBUNGAN FAKTOR IKLIM DENGAN PENYAKIT DIARE DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PILOLODAA KECAMATAN KOTA BARAT

BAB I PENDAHULUAN. terjadi pada bayi dan anak. Di negara berkembang, anak-anak menderita diare % dari semua penyebab kematian (Zubir, 2006).

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

OLEH : NUR ALIYAH NIM.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

STUDI KASUS KEJADIAN DIARE PADA ANAK BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS BAYANAN TAHUN 2015

BAB 1 PENDAHULUAN. tinggi. Diare adalah penyebab kematian yang kedua pada anak balita setelah

BAB I PENDAHULUAN Latar belakang

BAB V HASIL PENELITIAN

Zainul Ikhwan 1) 1) Jurusan Kesehatan Lingkungan Poltekkes Kemenkes Tanjungpinang

Kata Kunci : Kelambu, Anti Nyamuk, Kebiasaan Keluar Malam, Malaria

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

PENGARUH KELEMBABAN UDARA, SUHU UDARA, CURAH HUJAN DENGAN KASUS PENYAKIT TUBERKULOSIS DI KABUPATEN BATUBARA TAHUN T E S I S.

KEJADIAN DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD) DAN FAKTOR IKLIM DI KOTA BATAM, PROVINSI KEPULAUAN RIAU

HUBUNGAN ANTARA PERILAKU CUCI TANGAN DENGAN KEJADIAN DIARE PADA ANAK SD

BAB I PENDAHULUAN. seluruh daerah geografis di dunia. Menurut data World Health Organization

BAB I PENDAHULUAN. World Health Organization (WHO), juta orang di seluruh dunia terinfeksi

PENGARUH FAKTOR LINGKUNGAN DAN PERILAKU TERHADAP KEJADIAN DIARE PADA BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS SUNGAI TABUK KABUPATEN BANJAR

BAB I PENDAHULUAN. prasarana kesehatan saja, namun juga dipengaruhi faktor ekonomi,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi

UKDW. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN. Penyakit diare masih merupakan masalah kesehatan masyarakat di negara

BAB I PENDAHULUAN. Derajat kesehatan masyarakat yang optimal sangat ditentukan oleh tingkat

Hubungan Pengetahuan Dan Pendidikan Ibu Dengan Pertumbuhan Balita DI Puskesmas Plaju Palembang Tahun 2014

UNIVERSITAS UDAYANA PENGARUH PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF TERHADAP KEJADIAN DIARE PADA BAYI USIA 6 12 BULAN DI PUSKESMAS KUTA SELATAN TAHUN 2012

BAB II LANDASAN TEORITIS

BAB I PENDAHULUAN juta kematian/tahun. Besarnya masalah tersebut terlihat dari tingginya angka

Perkembangan Jasa Akomodasi Provinsi Kalimantan Tengah

ABSTRAK HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENDIDIKAN ORANG TUA TERHADAP PENANGANAN DIARE PADA BALITA DI PUSKESMAS PEKAUMAN BANJARMASIN

ANALISIS POLA DAN INTENSITAS CURAH HUJAN BERDASAKAN DATA OBSERVASI DAN SATELIT TROPICAL RAINFALL MEASURING MISSIONS (TRMM) 3B42 V7 DI MAKASSAR

HUBUNGAN FAKTOR LINGKUNGAN FISIK RUMAH DENGAN KEJADIAN PNEUMONIA PADA BALITA

ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA BAB I PENDAHULUAN

HUBUNGAN PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT (PHBS) TERHADAP ANGKA KEJADIAN DIARE AKUT PADA SANTRI PONDOK TREMAS KABUPATEN PACITAN

BAB 1 PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang. Anak usia sekolah merupakan kelompok masyarakat yang mempunyai

BAB 1 : PENDAHULUAN. (triple burden). Meskipun banyak penyakit menular (communicable disease) yang

Epidemiologi dan Biosta s k Program Studi Kesehatan Masyarakat Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Andalas

Iklim / Climate BAB II IKLIM. Climate. Berau Dalam Angka 2013 Page 11

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

JMP : Volume 6 Nomor 1, Juni 2014, hal REGRESI LINEAR BIVARIAT SIMPEL DAN APLIKASINYA PADA DATA CUACA DI CILACAP

Figur Data Kota Surakarta

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan data dari World Health Organization (WHO), diare adalah

BAB I PENDAHULUAN. telah menjadi masalah kesehatan internasional yang terjadi pada daerah tropis dan

BAB 1 PENDAHULUAN. Hubungan faktor..., Amah Majidah Vidyah Dini, FKM UI, 2009

Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Higienitas Pasien Skabies di Puskesmas Panti Tahun 2014

Kata kunci: Status Tempat Tinggal, Tempat Perindukkan Nyamuk, DBD, Kota Manado

Keywords: Attitude of mother, diarrhea, participation mother in posyandu

BAB I PENDAHULUAN. Nigeria masing-masing 6 juta episode (Kemenkes RI, 2011). (15%-30%). Berdasarkan hasil penelitian Khin, dkk tahun 2003 di Myanmar

HUBUNGAN VARIABILITAS IKLIM DENGAN KEJADIAN DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD) DI KABUPATEN MINAHASA UTARA TAHUN

Analisis Sarana Dasar Kesehatan Lingkungan yang Berhubungan dengan Kejadian Diare pada Anak Balita di Kecamatan Gading Cempaka Kota Bengkulu

7-13% kasus berat dan memerlukan perawatan rumah sakit. (2)

Penyakit diare hingga saat ini masih menjadi masalah kesehatan dunia

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Demam Berdarah Dengue (DBD) atau Dengue Haemorrhage Fever (DHF) banyak

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

Oleh : Yophi Nugraha, Inmy Rodiyatam ABSTRAK

BAB 1 PENDAHULUAN. keberhasilan pembangunan bangsa. Untuk itu diselenggarakan pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat yang setinggi-tingginya sebagai investasi bagi pembangunan sumber daya

NASKAH PUBLIKASI. Diajukan Oleh : Januariska Dwi Yanottama Anggitasari J

TAHUN TOTAL RATAAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Infeksi yang diperoleh dari fasilitas pelayanan kesehatan adalah salah satu penyebab utama kematian dan peningkatan morbiditas pada pasien rawat

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi Manado. Kata kunci: Status Tempat Tinggal, Tempat Perindukkan Nyamuk, DBD

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kesehatan lingkungan mempengaruhi derajat kesehatan masyarakat,

BAB I PENDAHULUAN. yang beriklim sedang, kondisi ini disebabkan masa hidup leptospira yang

I. PENDAHULUAN. Diare adalah suatu kondisi dimana seseorang buang air besar dengan. Saku Petugas Kesehatan Lintas Diare Depkes RI 2011).

BAB 1 PENDAHULUAN. pencapaian tumbuh kembang bayi tidak optimal. utama kematian bayi dan balita adalah diare dan pneumonia dan lebih dari 50%

PERILAKU IBU DALAM MENGASUH BALITA DENGAN KEJADIAN DIARE

BAB 1 PENDAHULUAN. Gambaran epidemiologi..., Lila Kesuma Hairani, FKM UI, 2009 Universitas Indonesia

IQBAL OCTARI PURBA /IKM

IV. PEMBAHASAN. 4.1 Neraca Air Lahan

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi Manado **Fakultas Perikanan Universitas Sam Ratulangi Manado

PENDAHULUAN. Ridha Hidayat

BAB I PENDAHULUAN. sebesar 3,5% (kisaran menurut provinsi 1,6%-6,3%) dan insiden diare pada anak balita

HUBUNGAN SANITASI DASAR DAN PERSONAL HYGIENE DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS TASIKMADU KABUPATEN KARANGANYAR

HUBUNGAN SANITASI LINGKUNGAN DENGAN KEJADIAN DIARE DIDUGA AKIBAT INFEKSI DI DESA GONDOSULI KECAMATAN BULU KABUPATEN TEMANGGUNG

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BALITA FACTORS INFLUENCES WITH DIARHEA IN THE CHILDREN UNDER FIVE

KATA PENGANTAR. Kami ucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah membantu penerbitan publikasi prakiraan musim hujan ini.

BAB 1 PENDAHULUAN. masa depan yang penduduknya hidup dalam lingkungan dan perilaku sehat, mampu

Tingkat Kenyamanan Iklim Daerah Tujuan Wisata Di Pulau Jawa Bagian Tengah Dengan Menggunakan Tourism Climate Index

HUBUNGAN KONDISI FASILITAS SANITASI DASAR DAN PERSONAL HYGIENE DENGAN KEJADIAN DIARE DI KECAMATAN SEMARANG UTARA KOTA SEMARANG.

Gambaran Sanitasi Lingkungan Wilayah Pesisir Danau Limboto di Desa Tabumela Kecamatan Tilango Kabupaten Gorontalo Tahun 2013

PREVALENSI DEMAM BERDARAH DENGUE DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS TUMINTING TAHUN Ronald Imanuel Ottay

BAB I PENDAHULUAN. WHO (World Health Organization) mendefinisikan Diare merupakan

Transkripsi:

HUBUNGAN IKLIM (CURAH HUJAN, SUHU UDARA, KELEMBABAN UDARA DAN KECEPATAN ANGIN) DENGAN KEJADIAN DIARE DI KOTA JAKARTA PUSAT PADA PERIODE TAHUN 24-213 THE RELATION OF CLIMATE (RAINFALL, TEMPERATURE, HUMIDITY AND WIND S SPEED) WITH THE DIARRHEA OCCURRENCE IN JAKARTA PUSAT FROM THE YEARS OF 24-213 Lidia Oktavia 1, dr. Taufik Ashar,MKM 2, dr. Surya Dharma, MPH 2 1 Mahasiswa Departemen Kesehatan Lingkungan FKM USU 2 Dosen Departemen Kesehatan Lingkungan FKM USU Universitas Sumatera Utara, Medan, 2155 Indonesia Email : lidokt.12698@gmail.com ABSTRACT Diarrhea was a public health problem in developing country like Indonesia. Jakarta Pusat was endemic diarrhea area. Climate was proponent factors of diarrhoea occurrence. Research sites in Jakarta Pusat was done by collecting data recorded from the years 22-213 from Department of Health in Jakarta Pusat and Central Bureau of Statistics in DKI Jakarta Province. The design of this research was time trend ecological study which the unit of analysis is per month and per year during ten years. This research aims to know the relationship among rainfall, temperature, humidity and wind s speed with the diarrhea occurrence from the years of 24-213 in Jakarta Pusat. Data analysis was performed by using univariate and bivariate analysis using pearson correlation and simple linear regression. The results of this research, there was significant correlations of rainfall with diarrhea case per month (p =,31) and strong correlations (r =,621), had positive pattern, there was significant correlations of humidity with diarrhea (p =,6) and strong correlations (r =,739), had positive pattern, while temperature per month and wind s speed per month did not correlate significantly. There was significant correlation of Wind s speed with diarrhea per year (p =,25), and strong correlations (r =,697), had positive pattern. Based on the research results, it was concluded that the rainfall and humidity correlated significantly with diarrhea cases per month. While the wind s speed correlated significantly with diarrhea cases per year. Need the existence of cooperation program among Department of Health in Jakarta Pusat, relevant agencies, and society in exploiting climate variation data to prevent of diarrhea case explosion (KLB) in the future. The people always be alerted diarrhea with taking care of personal hygiene and environment. Keywords : Diarrhea, climate, Jakarta Pusat

PENDAHULUAN Menurut data UNICEF dan WHO tahun 29, diare merupakan penyebab kematian nomor 2 pada balita di dunia, nomor 3 pada bayi dan nomor 5 bagi segala umur. 1.5 juta anak meninggal dunia setiap tahunnya karena diare. Faktor pendukung yang menyebabkan diare adalah perubahan iklim, kondisi lingkungan kotor dan kurang memperhatikan kebersihan makanan. (WHO, 29) Berdasarkan pola penyebab kematian semua umur, diare merupakan penyebab kematian peringkat ke 13 dengan proporsi 3,5%. Sedangkan berdasarkan penyakit menular, diare merupakan penyebab kematian peringkat ke 3 setelah TB dan pneumonia. Survei morbiditas yang dilakukan oleh Subdit Diare, Departemen Kesehatan Republik Indonesia, di Indonesia dari tahun 2 s/d 21 terlihat kecenderungan insiden naik, Pada tahun 21 terjadi KLB diare di 33 kecamatan dengan jumlah penderita 424 dengan kematian 73 orang (CFR 1,74%) (Kemenkes RI, 211). Melalui pencatatan dan pelaporan terhadap angka kesakitan dari tahun ke tahun diketahui bahwa diare termasuk penyakit dalam sepuluh penyakit terbanyak di DKI Jakarta. Pada tahun 21 jumlah penderita sebesar 213.281 penderita dengan lebih dari 5 persennya diderita oleh balita. Berdasarkan Kemenkes dalam penelitian Ernyasih (212) di peroleh informasi perkembangan kasus diare dari tahun 27-211 di Kota Jakarta Pusat cukup tinggi dan pada tahun 211 merupakan jumlah kasus tertinggi di Jakarta Pusat yaitu 53.68 kasus. Iklim dan musim merupakan faktor pendukung yang memengaruhi terjadinya penyakit infeksi. Agen penyakit tertentu ditemukan terbatas pada daerah geografis tertentu juga karena mereka membutuhkan reservoir dan vektor untuk kelangsungan hidupnya. Iklim dan variasi musim dapat memengaruhi kehidupan agen penyakit, reservoir, dan vektor (Sumantri, 21). Banyak penyakit yang berkaitan dengan perubahan iklim, salah satunya adalah diare. Unsur dari iklim yaitu curah hujan, suhu, kelembapan, dan kecepatan angin berpengaruh terhadap kejadian diare. Dalam tipe diare tropik kejadian puncak terjadi pada musim penghujan. Banjir dan kemarau berhubungan dengan peningkatan resiko kejadian diare meskipun banyak kejadian terbukti bersifat temporal. Hal tersebut dapat terjadi karena hujan lebat dapat menyebabkan masuknya agen mengkontaminasi ke dalam persediaan air. Pada saat kondisi kemarau dapat mempengaruhi ketersediaan air bersih sehingga meningkatkan resiko penyakit yang berhubungan dengan hygiene (WHO,23). Diare masih merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat Indonesia dan menjadi penyebab utama kematian balita di Indonesia, sehingga perlu dilakukan analisis terhadap faktor pendukung untuk pengendalian kasus diare. Oleh karena itu, penelitian ini dimaksudkan untuk melihat korelasi curah hujan, suhu udara, kelembaban

udara, dan kecepatan angin dengan kejadian diare di Kota Jakarta Pusat selama kurun waktu 1 tahun yaitu dari tahun 24 sampai tahun 213. METODE PENELITIAN Penelitian ini merupakan studi ekologi menurut waktu (ecological time trend study). Studi ekologi menurut waktu adalah pengamatan dari waktu ke waktu mengenai korelasi frekuensi angka kesakitan dan kematian karena suatu penyakit tertentu yang terjadi di masyarakat dengan usaha kesehatan atau faktor resiko yang terdapat dimasyarakat (Chandra,28). Penelitian ini dilakukan di wilayah Jakarta Pusat pada bulan Januari sampai dengan bulan Juni 215. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh data kasus diare di Kota Jakarta Pusat selama tahun 24-213 yang bersumber dari dokumen atau laporan kasus diare Dinas Kesehatan Jakarta Pusat, data hasil pengukuran suhu udara, curah hujan, kelembaban udara dan kecepatan angin selama tahun 24-213 yang bersumber dari Badan Pusat Statistik Provinsi DKI Jakarta. Pada penelitian ini tidak dilakukan sampling karena populasi diambil semua untuk dianalisis. Analisis yang digunakan adalah analisis univariat secara statistik digunakan untuk mengetahui distribusi frekuensi dari masingmasing variabel dalam penelitian ini dan analisis bivariat secara statistik dengan menggunakan regresi linier dan korelasi untuk menganalisis derajat atau keeratan hubungan antara faktor dengan kasus diare di Jakarta Pusat serta mengetahui bentuk hubungan antara dua variabel. HASIL DAN PEMBAHASAN a. Analisis Normalitas Data Uji normalitas pada sebuah data dimaksudkan untuk menguji apakah data berdistribusi normal atau tidak, sehingga dapat menentukan jenis uji statistik yang dapat digunakan dalam analisis bivariat. Suatu data berdistribusi normal apabila dalam uji normalitas Shapiro-Wilk menunjukan (Sunyoto, 211) : a. Distribusi data normal apabila nilai signifikansi (p >,5) b. Distribusi data tidak normal apabila nilai signifikansi (p <,5) Tabel 1. Hasil Uji Normalitas Data Variabel-Variabel Penelitian Per Bulan Selama Periode Tahun 24-213 Variabel Hasil Uji Keterangan Kasus Diare,76 Normal Curah Hujan,271 Normal Suhu Udara,16 Normal Kelembaban Udara,84 Normal Kecepatan Angin,153 Normal Tabel 2. Hasil Uji Normalitas Data Variabel-Variabel Penelitian Per Tahun Selama Periode Tahun 24-213 Variabel Hasil Uji Keterangan Kasus Diare,97 Normal Curah Hujan,7 Normal Suhu Udara,819 Normal Kelembaban Udara,186 Normal Kecepatan Angin,18 Normal

Tabel 1 dan 2 menunjukan bahwa semua variabel- penelitian dilihat dari data perbulan dan pertahun dari tahun 24 sampai tahun 213 berdistribusi normal. sehingga analisis bivariat dapat dilakukan pada semua variabel penelitian pada data perbulan maupun data pertahun. b. Analisis Korelasi Data Tabel 3. Uji Korelasi Data Variabel-Variabel Penelitian Perbulan Tahun 24-213 Variabel Variabel r Nilai p Keterangan Independen Dependen Curah Hujan,621,31 Berkorelasi kuat signifikan Suhu Udara Kasus -,53,76 Tidak berkorelasi signifikan Kelembaban Udara Diare,739,6 Berkorelasi kuat signifikan Kecepatan Angin,112,729 Tidak berkorelasi signifikan Berdasarkan klasifikasi nilai hubungan dapat disimpulkan bahwa variabel curah hujan dan kelembaban udara berkorelasi kuat signifikan dengan kasus diare, dimana variabel korelasinya. Sementara variabel suhu udara dan kecepatan angin tidak berkorelasi signifikan dan memiliki nilai korelasi yang lemah dengan kasus diare dengan nilai p (>,5). kelembaban udara paling tinggi nilai Tabel 4. Uji Korelasi Data Variabel-Variabel Penelitian Per Tahun 24-213 Variabel Variabel r Nilai p Keterangan Independen Dependen Curah Hujan,121,74 Tidak berkorelasi signifikan Suhu Udara Kasus -,24,949 Tidak berkorelasi signifikan Kelembaban Udara Diare -,295,47 Tidak berkorelasi signifikan Kecepatan Angin,697,25 Berkorelasi kuat signifikan Berdasarkan klasifikasi nilai hubungan dapat disimpulkan bahwa variabel kecepatan angin berkorelasi kuat dan signifikan dengan kasus diare. Sementara variabel curah hujan, suhu udara dan kelembaban udara tidak berkorelasi signifikan dan nilai korelasiya lemah dengan kasus diare dengan nilai p (>,5). c. Analisis Regresi Linear Sederhana Variabel yang menjadi kandidat model regresi linear sederhana adalah variabel dengan p<,25. Berdasarkan kriteria tersebut variabel independen yang memungkinkan untuk dianalisa lanjut menggunakan uji regresi linear adalah variabel curah hujan, suhu udara dan kelembaban udara yang dilihat perbulan selama tahun 24 sampai 213. Kemudian untuk variabel penelitian yang dilihat pertahun selama tahun 24 sampai 213, variabel yang menjadi kandidat model regresi linier sederhana adalah variabel kecepatan angin. Uji regresi linier ini menggunakan metode enter. Untuk menentukan suatu persamaan dikatakan layak untuk digunakan

maka diperlukan nilai p pada uji Berikut adalah hasil analisis ANOVA. Apabila nilai p pada uji regresi linier sederhana variabel ANOVA <,5 dengan demikian curah hujan, suhu udara dan persamaan linear tersebut layak kelembaban udara dengan kasus digunakan (Dahlan, 213). diare dilihat perbulan selama tahun 24-213. Tabel 5. Hasil analisis regresi linier sederhana untuk variabel curah hujan, suhu udara, kelembaban udara dengan kasus diare perbulan Variabel r R 2 Persamaan Regresi p value Curah Hujan,621,386 Y = 252,741 + 1,142X 1,31 Suhu Udara -,53,281 Y = 7228,994 + (-175,816)X 2,76 Kelembaban Udara,739,547 Y = -81,956 +4,499X 3,6 Keterangan : Y = Kasus diare X 1 = curah hujan X 2 = suhu udara X 3 = kelembaban udara Dari tabel diatas didapatkan nilai p varibel curah hujan lebih kecil dari pada alpa (<,5) yaitu sebesar,31 dengan demikian persamaan tersebut layak untuk digunakan atau signifikan secara statistik. Hubungan antara curah hujan dengan kasus diare menunjukkan hubungan kuat (r=,621) dan berpola positif, artinya peningkatan curah hujan sebesar 1 mm meningkatkan kasus diare sebesar 1,142 dan nilai R square,386, artinya sebesar 38,6% variasi curah hujan dapat menjelaskan kasus diare. Nilai p variabel suhu udara lebih besar dari pada alpa (<,5) yaitu sebesar,76 dengan demikian persamaan tersebut tidak layak untuk digunakan atau tidak signifikan secara statistik. Hubungan antara suhu udara dengan kasus diare menunjukkan hubungan kuat (r=-,53) dan berpola negatif, artinya peningkatan suhu udara sebesar 1 C menurunkan kasus diare sebesar -175,816 begitu juga sebaliknya. Nilai R square,281, artinya sebesar 28,1% variasi suhu udara dapat menjelaskan kasus diare. Tidak terdapatnya hubungannya antara suhu udara dengan kasus diare dikarenakan suhu udara di Jakarta Pusat cenderung konstan sedangkan kasus diare berfluktuatif. Nilai p variabel kelembaban udara lebih kecil dari pada alpa (<,5) yaitu sebesar,6 dengan demikian persamaan tersebut layak untuk digunakan atau signifikan secara statistik. Hubungan antara kelembaban udara dengan kasus diare menunjukkan hubungan kuat (r=,739) dan berpola positif, artinya peningkatan kelembaban udara sebesar 1% meningkatkan kasus diare sebesar 4,499. Nilai R square,547, artinya sebesar 54,7% variasi kelembaban udara dapat menjelaskan kasus diare.

3 25 2 15 1 5 Grafik 1. Hubungan Curah Hujan dengan Kasus Diare Perbulan di Kota Jakarta Pusat Periode Tahun 24-213 Grafik 1 menunjukan bahwa curah hujan dengan kasus diare mempengaruhi kondisi sanitasi dan menyebabkan penyakit bawaan air perbulan pada tahun 24-213 seperti diare selain itu juga cenderung memiliki pola osilasi yang sama. Perubahan pola curah hujan menyebabkan banjir dan gangguan mempengaruhi jumlah habitat vektor penyakit. Hujan dapat mencemari air dengan cara memindahkan kotoran keseimbangan air yang manusia dan hewan ke air tanah. 3 2 1 Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agt Sep Okt Nov Des Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agt Sep Okt Nov Des Grafik 2. Hubungan Kelembaban Udara dengan Kasus Diare Perbulan di Kota Jakarta Pusat Periode Tahun 24-213 Grafik 2 menunjukan bahwa kelembaban udara dengan kasus diare perbulan pada tahun 24-213 cenderung memiliki pola osilasi yang sama. Pada musim hujan, kelembaban tinggi serta intensitas sinar matahari yang kurang dapat menyababkan mikroorganisme dengan baik dan membuat perkembangan semakin cepat untuk vektor seperti tikus, lalat dan kecoa Berikut adalah persamaan regresi linier sederhana variabel kecepatan angin yang dilihat pertahun selama tahun 24 sampai 213. penyebab diare berkembangbiak Tabel 6.Hasil analisis regresi linier sederhana untuk variabel kecepatan angin dengan kasus diare pertahun Variabel r R 2 Persamaan Regresi p value Kecepatan Angin,697,486 Y = 1327,73 + 216,729X 1,25 Keterangan : Y = Kasus diare X 1 = kecepatan angin 4 3 2 1 85 8 75 7 65 6 kasus diare/ bulan Curah Hujan (mm) kasus diare/ bulan Kelembab an Udara (%)

Dari tabel diatas didapatkan p value lebih kecil dari pada alpa (<,5) yaitu sebesar,25 dengan demikian persamaan tersebut layak untuk digunakan atau signifikan secara statistik. Hubungan antara kecepatan angin dengan kasus diare menunjukkan hubungan kuat (r=,697) dan berpola positif, artinya peningkatan kecepatan angin sebesar 1mm meningkatkan kasus diare sebesar 216,729. Nilai R square,486, artinya sebesar 48,6% variasi kecepatan angin dapat menjelaskan kasus diare. 35 3 25 2 15 1 5 24 25 26 27 28 29 21 211 212 213 Grafik 3. Hubungan Kecepatan Angin dengan Kasus Diare Pertahun di Kota Jakarta Pusat Periode Tahun 24-213. 6 5 4 3 2 1 kasus diare Kecepatan Angin (Knot) Grafik 3 menunjukan bahwa kecepatan angin dengan kasus diare pertahun pada tahun 24-213 cenderung memiliki pola osilasi yang sama. Untuk infeksi karena vektor penyakit, distribusi dan peningkatan organisme vektor dan penjamu (host) dipengaruhi oleh faktor fisik seperti angin serta faktor biotik seperti vegetasi, spesies penjamu, predator, kompetitior, parasit dan intervensi manusia. Hal ini dapat meningkatkan kejadian diare karena penularan tidak langsung yang disebabkan vector borne disease. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan 1. kasus diare perbulan tertinggi pada bulan Februari yaitu 263,3 kasus dan terendah pada bulan Septermber yaitu 1979,5 kasus. kasus diare pertahun tertinggi terjadi pada tahun 27 yaitu 2956,91 kasus dan terendah terjadi pada tahun 24 yaitu 1558,17 kasus. 2. curah hujan perbulan tertinggi pada bulan Januari yaitu 332,47 mm dan terendah pada bulan Agustus yaitu 36,21 mm. curah hujan pertahun tertinggi terjadi pada tahun 213 yaitu 23,1 mm dan terendah terjadi pada tahun 211 dan 212 yaitu 97,8 mm. 3. suhu udara perbulan tertinggi pada bulan Oktober yaitu 29,6 C, dan terendah pada bulan Februari yaitu 27,36 C. suhu udara pertahun tertinggi terjadi pada tahun 212 yaitu 28,75 C dan terendah terjadi pada tahun 28 yaitu 27,98 C. 4. kelembaban udara perbulan tertinggi pada bulan Februari yaitu 8 % dan terendah pada bulan Agustus yaitu 69,57 %. Kelembaban udara pertahun

tertinggi pada tahun 24 yaitu 78,41 % dan terendah terjadi tahun 26 yaitu 73,8 %. 5. kecepatan angin perbulan tertinggi pada bulan Januari yaitu 4,97 Knot, sedangkan kecepatan angin terendah pada bulan Agustus yaitu 3,8 Knot. Kecepatan angin pertahun tertinggi pada tahun 211 yaitu 5,58 Knot dan terendah pada tahun 25 yaitu 2,22 Knot. 6. Ada hubungan yang signifikan (p =,31) dan hubungan sedang (r=,621), berpola positif antara variabel curah hujan dengan kejadian diare perbulan di Kota Jakarta Pusat tahun 24-213. 7. Ada hubungan kuat yang signifikan (p =,6) dan hubungan kuat (r =,739), berpola positif antara variabel kelembaban udara dengan kejadian diare perbulan di Kota Jakarta Pusat tahun 24-213. 8. Ada hubungan yang signifikan (p =,25) dan hubungan kuat (r =,697), berpola positif antara variabel kecepatan angin dengan kejadian diare pertahun di Kota Jakarta Pusat tahun 24-213. 9. Tidak ada hubungan yang signifikan antara variabel suhu udara perbulan, kecepatan angin perbulan, curah hujan pertahun, suhu udara pertahun dan kelembaban udara pertahun dengan kejadian diare di Kota Jakarta Pusat tahun 24-213. Saran 1. Dinas Kesehatan melakukan penyuluhan tentang perilaku hidup bersih dan sehat dan sanitasi lingkungan kepada masyarakat sebagai tindakan preventif diare. 2. Bagi masyarakat diharapkan selalu menjaga perilaku hidup bersih dan sehat seperti menggunakan air bersih dan cuci tangan menggunakan sabun, serta melakukan sanitasi lingkungan seperti membersihkan saluran pembuang air limbah dan membuang sampah pada tempatnya, 3. Masyarakat membuat kegiatan pencegahan banjir dengan membuat lubang biopori atau sumur resapan untuk penampungan air hujan ketika musim hujan tiba. DAFTAR PUSTAKA Chandra, B., 28. Metodologi Penelitian Kesehatan. EGC. Jakarta. Dahlan, MS., 213. Statistik untuk Kedokteran dan Kesehatan. Penerbit Salemba Medika. Jakarta. Ernayasih., 212. Hubungan Iklim (Suhu Udara, Curah Hujan, Kelembaban Udara dan Kecepatan Angin) dengan Kasus Diare di DKI Jakarta Tahun 27-211. [Tesis], Universitas Indonesia, Depok. Kementerian Kesehatan RI., 211. Situasi Diare di Indonesia, Buletin Jendela data dan Informasi Kesehatan, Triwulan II.

Sumantri, A., 21. Kesehatan Lingkungan & Perspektif Islam. Kencana. Jakarta. World Health Organization (WHO)., 23. Climate Change and Human Health, Risks and Responses. Geneva. World Health Organization (WHO)., 29. Penyakit Diare. (http:/www.scribd.com//doc/47 53863/who-diare). 2 februari 215.