BAB I PENDAHULUAN. memenuhi kriteria administratif, yaitu memiliki ijazah yang sesuai dengan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan

BAB I PENDAHULUAN. mencerdaskan kehidupan bangsa dan meningkatkan kualitas manusia. dan Undang-undang Dasar Tahun Upaya tersebut harus selalu

BAB I PENDAHULUAN. Manajemen adalah pengelolaan usaha, kepengurusan, ketatalaksanaan,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

diidentikkan dengan pendidikan formal. Pendidikan formal diupayakan untuk

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu tantangan terberat bagi bangsa Indonesia pada era globalisasi abad

BAB I PENDAHULUAN. I.1.Latar Belakang

PEDOMAN PENILAIAN PROFIL KOMPETENSI GURU SEKOLAH DASAR

DASAR & FUNGSI. PENDIDIKAN NASIONAL BERDASARKAN PANCASILA DAN UNDANG UNDANG DASAR NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 1945

PROSEDUR SERTIFIKASI GURU DALAM JABATAN BERDASARKAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN

DASAR & FUNGSI. Pendidikan Nasional berdasarkan Pancasila dan Undang Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945

BAB I PENDAHULUAN. Perubahan tersebut menuntut setiap guru untuk terus berupaya melakukan

BAB I PENDAHULUAN. yang berkaitan dengan eksistensi guru itu sendiri. meningkatkan pendidikan nasional ternyata masih banyak yang harus di

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dewasa ini ternyata

UNDANG UNDANG NO. 20 TH.2003 Tentang SISTEM PENDIDIKAN NASIONAL

Sasaran dan. Pengembangan Sikap Profesional. Kompetensi Dasar

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Salah satu permasalahan yang dihadapi Bangsa Indonesia sampai

Pendidikan Dasar Pendidikan dasar merupakan jenjang pendidikan yang melandasi jenjang pendidikan menengah.

I. PENDAHULUAN. yang mana didalamnya terdapat pembelajaran tentang tingkah laku, norma

BAB I PENDAHULUAN. kelas, tapi seorang guru juga harus mampu membimbing, mengembangkan

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 2005 TENTANG GURU DAN DOSEN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

I PENDAHULUAN. Dalam pembangunan bangsa, pendidikan merupakan salah satu aspek penting

DEVELOPPING OF TEACHERS HP

BAB I PENDAHULUAN. formal atau nonformal. Kedua pendidikan ini jika ditempuh dan dilaksanakan

BAB I PENDAHULUAN. bangsa. Suatu bangsa bisa dikatakan telah maju apabila seluruh warga negaranya

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional

BUPATI SIDOARJO PERATURAN BUPATI SIDOARJO NOMOR 38 TAHUN 2013 TENTANG

Sistem Pendidikan Nasional

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 2005 TENTANG GURU DAN DOSEN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI DEMAK PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI DEMAK NOMOR 53 TAHUN 2015 TENTANG

SERTIFIKASI GURU DAN DOSEN TAHUN 2009: DASAR HUKUM DAN PELAKSANAANNYA 1

I. PENDAHULUAN. Meningkatkan mutu pendidikan adalah tanggungjawab semua pihak

2015 KONTRIBUSI PROGRAM PEMBINAAN KESISWAAN TERHADAP PEMENUHAN STANDAR KOMPETENSI LULUSAN DI SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN NEGERI 1 CIMAHI

BAB I PENDAHULUAN. diperbincangkan, baik dari kalangan praktisi pendidikan, politisi, masyarakat

BAB I PENDAHULUAN BAB II KETENTUAN UMUM BAB III DASAR, FUNGSI DAN TUJUAN BAB IV PRINSIP PENYELENGGARAAN PEND KEB BAB V PESERTA DIDIK BAB VI JALUR DAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Rendahnya kualitas pendidik di Indonesia merupakan cerminan rendahnya

PEDOMAN PELAKSANAAN APRESIASI GURU DAN PENGAWAS PENDIDIKAN AGAMA ISLAM PADA SEKOLAH TAHUN 2013

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 2017 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 74 TAHUN 2008 TENTANG GURU

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia. Bab 2 pasal 3 UU Sisdiknas berisi pernyataan sebagaimana tercantum

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan upaya yang sangat strategis untuk mencerdaskan

MAKALAH 8 STANDAR NASIONAL PENDIDIKAN KAPITA SELEKTA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan. Indonesia sebagai suatu bangsa yang sedang giat-giatnya

BAB I PENDAHULUAN. keprofesionalan yang harus dipersiapkan oleh lembaga kependidikan. Adanya persaingan

BAB I PENDAHULUAN. Republik Indonesia No.20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional,

BERITA DAERAH KOTA BEKASI

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. untuk memajukan kesejahteraan bangsa. Pendidikan adalah proses pembinaan

(Invited Speaker dalam Seminar Nasional di Universitas Bengkulu, 29 Nopember 2009)

I. PENDAHULUAN. watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan

1. PENDAHULUAN. Pendidikan memiliki peranan penting dalam pembentukan generasi muda penerus bangsa yang

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. dihadapi kedepan adalah globalisasi dengan dominasi teknologi dan informasi

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan harus berlangsung secara berkelanjutan. Dari sinilah kemudian muncul istilah

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2010 TENTANG PENGELOLAAN DAN PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

I. PENDAHULUAN. agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk

BAB I PENDAHULUAN. Hal ini sesuai dengan tujuan pendidikan nasional yang telah dinyatakan dalam

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 2005 TENTANG GURU DAN DOSEN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. Sebagaimana digariskan dalam Pasal 3 Undang-Undang Republik. RI No. 20 tahun 2003 tentang Sisdiknas).

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2010 TENTANG PENGELOLAAN DAN PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan serta

Sasaran dan. Pengembangan Sikap Profesional. Kompetensi Dasar

BAB I PENDAHULUAN. mengatur lingkungan supaya anak belajar (Sanjaya, 2006:103). Karena dari peran

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah hal yang penting dan tidak dapat dipisahkan dari kehidupan.

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PANDEGLANG NOMOR 27 TAHUN 2007

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Keberhasilan pembangunan nasional dalam suatu Negara salah satunya

REVIEW UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2003 TENTANG SISTEM PENDIDIKAN NASIONAL

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BOGOR PERATURAN DAERAH KABUPATEN BOGOR

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2013 NOMOR 41 SERI E

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2010 TENTANG PENGELOLAAN DAN PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Oleh: DR.DADANG JUANDI, S.Pd.,M.Si. PENDIDIKAN MATEMATIKA FPMIPA UPI

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan di sekolah baik yang diselenggarakan pemerintah maupun masyarakat

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tujuan pendidikan di Indonesia yang tercantum dalam UU Republik Indonesia No. 20 tahun 2003 yaitu

BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIAMIS NOMOR 2 TAHUN 2015 TENTANG

Analisis Profesionalitas Guru. KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN PUSAT DATA DAN STATISTIK PENDIDIKAN KEBUDAYAAN Jakarta, November 2015

2016 HUBUNGAN LATAR BELAKANG PENDIDIKAN DAN LAMA MENGAJAR GURU SEJARAH DENGAN HASIL BELAJAR SEJARAH PADA SISWA SMA

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

PERATURAN BUPATI SINJAI NOMOR 38 TAHUN 2013 TENTANG PENGEMBANGAN DAN PEMBINAAN KEMAMPUAN PROFESIONAL PENDIDIK DAN TENAGA KEPENDIDIKAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

2. Akreditasi terhadap program dan satuan pendidikan dilakukan oleh lembaga mandiri yang berwenang sebagai bentuk akuntabilitas publik.

BUPATI SIDOARJO PERATURAN BUPATI SIDOARJO NOMOR 25 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN PENUGASAN GURU PEGAWAI NEGERI SIPIL SEBAGAI KEPALA SEKOLAH

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan sumber daya manusia menuju era globalisasi. Suatu era yang

2 Menetapkan : Negara Republik Indonesia Nomor 4496) sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 2013 tentang Perubahan Atas P

2015 PERSEPSI GURU TENTANG PENILAIAN SIKAP PESERTA DIDIK DALAM KURIKULUM 2013 DI SMA NEGERI KOTA BANDUNG

2015 PENGARUH KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH DAN KUALITAS PENDIDIK TERHADAP MUTU PENDIDIKAN

Arif Rahman ( ) Eny Andarningsih ( ) Nurul Hasanah ( ) Rahardhika Adhi Negara ( )

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dalam menjalankan kerangka dan tujuan organisasi.masalah kompetensi itu menjadi penting,

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. pada kemampuan bangsa itu sendiri dalam meningkatkan kualitas sumber daya

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Suatu proses pendidikan tidak lepas dari Kegiatan Belajar Mengajar

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan nasional yang diatur secara sistematis. Pendidikan nasional berfungsi

BAB I PENDAHULUAN. Bab I ketentuan umum pada pasal 1 dalam UU ini dinyatakan bahwa :

BAB I PENDAHULUAN. Keberhasilan Pendidikan Nasional, dapat dilihat berdasarkan faktor

BAB I PENDAHULUAN. berkualitas menentukan masa depan bangsa. Sekolah. sekolah itu sendiri sesuai dengan kerangka pendidikan nasional.

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Guru yang profesional, secara ideal, adalah seorang guru yang telah memenuhi kriteria administratif, yaitu memiliki ijazah yang sesuai dengan ketentuan Undang-undang dan jenjang pendidikan yang diajar; akademis, yang berarti kompeten dalam bidang ilmu pengetahuan; dan berkepribadian, yang berarti sikap guru layak dicontoh oleh peserta didik. Tiga kriteria pokok ini sesuai dengan Nurdin (2008:23) yang mengatakan bahwa guru profesional adalah guru yang mampu menerapkan hubungan multidimensional yang memiliki tiga kriteria pokok. Guru profesional diharapkan telah menempuh bidang pendidikan yang sesuai dengan mata pelajaran yang diampunya, dapat mempertanggungjawabkan kelimuannya, dan memiliki sikap moral seorang guru yang ditunjukkan pada peserta didik, rekan sejawat, maupun lingkungannya. Guru yang profesional akan mampu menyelaraskan tiga kriteria pokok tersebut yang tercermin dalam sikapnya saat menjalani profesi sehari-hari. Sejalan dengan hal tersebut, kata profesional juga banyak disebut dalam perundangan pendidikan Indonesia, di mana Undang-undang Guru dan Dosen Nomor 14 Tahun 2005 Bab 1 Pasal 1 menyebutkan bahwa guru merupakan pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada jalur pendidikan formal, serta jenjang pendidikan dasar dan menengah. Tidak hanya mengajar, seorang guru dituntut untuk menjadi pendidik bermoral yang juga

mampu memberikan penilaian secara objektif, serta lihai mengevaluasi diri demi pengembangan keprofesionalannya di masa mendatang. Sebagai tambahan atas Pasal 1 tersebut, Pasal 8, 9, 10, dan 11 Undang-undang Guru dan Dosen Nomor 14 tahun 2005 juga menyebutkan aturan-aturan profesionalisme guru sebagai berikut: Guru wajib memiliki kualifikasi akademik, kompetensi, sertifikat pendidik, sehat jasmani dan rohani, serta memiliki kemampuan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional. (UUGD No. 14/2005 Pasal 8) Kualifikasi akademik sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 diperoleh melalui pendidikan tinggi program sarjana atau program diploma empat. (UUGD No. 14/2005 Pasal 9) (1) Kompetensi guru sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 meliputi kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial, dan kompetensi profesional yang diperoleh melalui pendidikan profesi. (2) Ketentuan lebih lanjut mengenai kompetensi guru sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dengan Peraturan Pemerintah. (UUGD No. 14/2005 Pasal 10) (1) Sertifikat pendidik sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 diberikan kepada guru yang telah memenuhi persyaratan. (2) Sertifikasi pendidik diselenggarakan oleh perguruan tinggi yang memiliki program pengadaan tenaga kependidikan yang terakreditasi dan ditetapkan oleh Pemerintah. (3) Sertifikasi pendidik dilaksanakan secara objektif, transparan, dan akuntabel. (4) Ketentuan lebih lanjut mengenai sertifikasi pendidik sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dan ayat (3) diatur dengan Peraturan Pemerintah. (UUGD No. 14/2005 Pasal 11) Selain kompetensi profesional, seorang pengajar harus memiliki tiga kompetensi yang lain sesuai dengan Bab IV Pasal 10 Ayat 1, yaitu kompetensi pedagogik di mana seorang tenaga pendidik diharapkan mampu memberikan informasi kepada anak didiknya; kompetensi kepribadian yang ditunjukkan dengan pribadi yang mantap; dan kompetensi sosial dalam menyelaraskan profesi dan memahami posisi sebagai anggota masyarakat. Beranjak dari keempat macam kompetensi tersebut, kompetensi profesional dapat dikatakan sebagai salah satu kompetensi terpenting yang harus

dimiliki oleh seorang guru. Hal ini dikarenakan profesionalisme seorang pengajar ditunjukkan dengan eksistensinya yang nyata sebagai salah satu sumber informasi dalam proses belajar mengajar. Seorang guru dinilai berhasil sebagai pengajar jika menunjukkan kompetensi profesionalnya dalam hal penguasaan materi, penyampaian materi, dan berkomunikasi dengan lingkungannya. Sejalan dengan hal tersebut, Permendiknas Nomor 16 Tahun 2007 menyatakan lima indikator kompetensi profesional yang wajib dipenuhi oleh guru SD/ MI yaitu: (1) menguasai materi, struktur, konsep, dan pola pikir keilmuan yang mendukung mata pelajaran yang diampu; (2) menguasai standar kompetensi dan kompetensi dasar mata pelajaran/bidang pengembangan yang diampu; (3) mengembangkan materi pembelajaran yang diampu secara kreatif; (4) mengembangkan keprofesionalan secara berkelanjutan dengan melakukan tindakan reflektif; dan (5) memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi untuk berkomunikasi dan mengembangkan diri. Beranjak dari indikator-indikator tersebut, dapat disimpulkan bahwa guru yang profesional adalah guru yang mampu membuat dan menyiapkan materi mengajar, mengembangkan materi dan kemampuan mengajar, serta berkomunikasi dengan baik dan tidak gagap teknologi. Selain beragam aturan dan perundangan tersebut, profesionalisme guru juga diatur dalam Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 16 tahun 2009 tentang Jabatan Fungsional Guru dan Angka Kreditnya. Peraturan Menteri tersebut menyatakan bahwa pengembangan keprofesian berkelanjutan adalah pengembangan kompetensi guru yang dilaksanakan secara bertahap dan berkelanjutan untuk meningkatkan profe

sionalitasnya. Upaya bertahap dan berkelanjutan layak digarisbawahi karena menunjukkan keseriusan pemerintah untuk meningkatkan esensi guru tidak dengan cara instan dan selalu mengikuti perkembangan zaman. Upaya-upaya tersebut juga diatur dalam Permendiknas No. 19 tentang Standar Pengelolaan Pendidikan, Permen No. 41 Tahun 2007, dan juga Undang-undang No. 52 Tahun 2009 tentang otonomi daerah dan desentralisasi pendidikan yang menunjang pengemabangan mandiri satuan pendidikan. Selain itu, terdapat dua alur pembinaan dan pengembangan profesi guru (Peraturan Pemerintah Nomor 74 Tahun 2005) yaitu Pembinaan dan Pengembangan Profesi yang meliputi pembinaan kompetensi pedagogik, kepribadian, sosial, dan profesional; dan Pembinaan dan Pengembangan Karir (dilakukan melalui jabatan fungsional). Pengembangan dan pembinaan profesi guru ini sesuai dengan Undang-undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen Pasal 34 Ayat 1 yang menyebutkan bahwa pemerintah dan pemerintah daerah wajib membina dan mengembangkan kualifikasi akademik dan kompetensi guru pada satuan pendidikan yang diselenggarakan oleh pemerintah, pemerintah daerah, dan atau masyarakat. Melengkapi dasar-dasar tersebut, Pasal 51 Undangundang Standar Nasional Pendidikan mengenai Manajemen Berbasis Sekolah dan Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang otonomi daerah dan desentralisasi kebijakan juga mendukung pembinaan dan pengembangan profesi guru yang dapat dilakukan secara mandiri oleh pihak sekolah. Hal ini berarti bahwa kegiatan pembinaan dan pengembangan profesi dapat dilakukan oleh institusi pemerintah, lembaga pelatihan (training provider) nonpemerintah, penyelenggara, atau satuan pendidikan. Di tingkat satuan

pendidikan, program ini dapat dilakukan oleh guru pembina, guru inti, koordinator guru kelas, dan sejenisnya yang ditunjuk dari guru terbaik dan ditugasi oleh kepala sekolah. Mengingat kewenangan yang diberikan pada setiap lembaga dan satuan pendidikan tersebut, penelitian ini memfokuskan pada profesionalisme guru Sekolah Dasar (SD) di mana SD merupakan salah satu akar sekolah primer di Indonesia yang pengajarnya diwajibkan bersikap profesional dan memberikan performa terbaiknya dalam proses belajar mengajar. Guru Sekolah Dasar memiliki beban moral tersendiri karena secara tidak langsung berperan sebagai pendidik awal bagi para peserta didiknya. Sekolah Dasar termasuk dalam ranah Pendidikan Nasional yang berfungsi untuk mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa; bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab (UU No. 20 Tahun 2003). Pasal 31 Undang-undang Dasar 1945 juga menyebutkan bahwa pendidikan merupakan tanggung jawab negara. Berdasarkan fungsi tersebut, guru memiliki andil yang sangat besar dalam mempersiapkan peserta didik menjadi anak yang siap menghadapi zamannya. Kompetensi profesional menjadi hal utama yang harus ditonjolkan dalam profesinya sebagai seorang pengajar. SD Muhammadiyah 4 Kota Batu, merupakan salah satu sekolah dasar swasta yang sedang berupaya meningkatkan kompetensi profesional tenaga pendidiknya. Berdasarkan observasi awal, peneliti mendapati bahwa sekolah ini

telah melakukan beragam upaya untuk meningkatkan mutu pengajaran dan pelayanan terhadap peserta didiknya, misalnya dengan mengundang berbagai trainer dari lembaga kepakaran, menjadi voluntarily school untuk salah satu program dari luar negeri, mengirim para pengajarnya dalam seminar berskala nasional maupun internasional, serta menjadi sekolah mitra bagi pengembangan sekolah lain. Para pengajar di sekolah dasar tersebut juga mengikuti pendidikan lanjut di Universitas Terbuka dan hampir seluruhnya mengikuti program pemanfaatan teknologi dan komunikasi yang pernah diadakan sekolah pada tahun 2005. Di samping itu, para pengajar mengikuti cukup banyak kegiatan sepanjang tahun 2000-2005 dalam mengembangkan kecerdasan emosional dan spiritual demi menunjuang kemampuan mengajar. Contohnya, kegiatan achievement improvement performance, outbound, hingga pelatihan dan pencerahan. Memperhatikan ragam kegiatan tersebut, SD Muhammadiyah 4 Kota Batu dapat dinilai cukup memperhatikan kebijakan pengembangan kompetensi profesional guru yang telah diatur dalam perundangan dan mengimplementasikannya dalam tingkat satuan pendidikan. berdasarkan latar belakang tersebut, peneliti tertarik untuk mengetahui lebih dalam mengenai rencana, bentuk kegiatan, dan hasil dari program pengembangan kompetensi guru yang dilakukan oleh SD Muhammadiyah 4 Kota Batu dalam tesis yang berjudul Pengembangan Kompetensi Profesional Guru Berdasarkan Kebijakan Pengembangan Profesi Guru Tahun 2012 di SD Muhammadiyah 4 Kota Batu.

1.2. Rumusan Masalah Penelitian ini dirancang untuk menjawab rumusan masalah sebagai berikut: 1. Bagaimana bentuk kebijakan pengembangan kompetensi profesional guru di SD Muhammadiyah 4 Kota Batu? 2. Bagaimana perencanaan, bentuk kegiatan, dan proses-prosedur pengembangan kompetensi profesional guru di SD Muhammadiyah 4 Kota Batu? 3. Bagaimana bentuk monitoring dan evaluasi kegiatan pengembangan kompetensi profesional guru di SD Muhammadiyah 4 Kota Batu? 1.3. Tujuan Penelitian Sesuai dengan rumusan masalah di atas, penelitian ini dilakukan untuk mencapai beberapa tujuan: 1. Mengetahui, mengkaji dan mendeskripsikan, serta menganalisis kebijakan pengembangan kompetensi profesional guru di SD Muhammadiyah 4 Kota Batu. 2. Mengetahui, mengkaji dan mendeskripsikan, serta menganalisis perencanaan, bentuk kegiatan, dan proses-prosedur pengembangan kompetensi profesional guru di SD Muhammadiyah 4 Kota Batu. 3. Mengetahui, mengkaji dan mendeskripsikan, serta menganalisis bentuk monitoring dan evaluasi kegiatan pengembangan kompetensi profesional guru di SD Muhammadiyah 4 Kota Batu.

1.4. Manfaat Penelitian Hasil temuan penelitian ini memiliki manfaat teoritis dan manfaat praktis, yaitu: 1. Manfaat teoritis. Penelitian ini bermanfaat untuk menambah wacana program pengembangan kompetensi profesional guru SD Muhammadiyah 4 Kota Batu, sebagai upaya untuk menghasilkan guru yang mampu menjalankan amanat undang-undang dan mencetak generasi bangsa yang siap menghadapi zamannya. Selain itu, hasil penelitian ini juga berfungsi sebagai dasar maupun pembanding untuk mengembangkan penelitian lanjutan tentang pengembangan kompetensi lain yang belum diteliti yaitu kompetensi pedagogik, kepribadian, dan sosial. 2. Manfaat praktis Manfaat praktis dari hasil penelitian ini diharapkan dapat berguna bagi pihak-pihak berikut: a. Guru: Mengetahui kompetensi profesional yang telah dimiliki; dan memahami kebijakan serta usaha sekolah dalam mengembangkannya. Selain itu, guru diharapkan mampu melakukan usaha mandiri dan berkelanjutan demi meningkatkan program pengembangan kompetensi profesional yang mungkin belum dilaksanakan oleh sekolah. b. Sekolah: Sebagai hasil evaluasi bagi pelaksanaan pengembangan kompetensi profesional guru yang telah dilakukan selama ini. Terkait dengan hal tersebut, sekolah dapat meninjau ulang dan merencanakan program pengembangan berkelanjutan di masa mendatang.

c. Instansi Terkait: Intansi yang dimaksudkan adalah lembaga kepakaran, sekolah mitra, maupun pihak trainer yang terlibat dalam pengembangan kompetensi profesional guru SD Muhammadiyah 4 Kota Batu. Hasil dan masukan dari penelitian ini diharapkan dapat menjadi pembelajaran dan pijakan rencana kegiatan pengembangan lebih lanjut. 1.5. Batasan Istilah 1. Kebijakan pengembangan kompetensi profesional guru adalah serangkaian aturan mengenai pengembangan kompetensi guru di bidang profesional khususnya materi, pengajaran, dan komunikasi yang telah diatur dalam undang-undang di Indonesia. Dalam tingkat satuan pendidikan, kebijakan pengembangan kompetensi profesional guru ini dapat diatur oleh sekolah. 2. Kompetensi profesional adalah pengetahuan, keterampilan, bentuk sikap, dan tingkah laku dan yang wajib dimiliki dan dihayati oleh guru dalam melaksanakan tugas keprofesionalan. Kompetensi profesional diindikasikan dengan kemampuan guru untuk menguasai materi pelajaran yang diampu; menguasai standar kompetensi dan kompetensi dasar mata pelajaran yang diampu; mengembangkan materi pembelajaran yang diampu secara kreatif; mengembangkan keprofesionalan secara berkelanjutan dengan melakukan tindakan reflektif; dan memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi untuk berkomunikasi dan mengembangkan diri (Permendiknas Nomor 16 Tahun 2007).

3. Pengembangan kompetensi profesional adalah serangkaian kegiatan dan upaya yang terorganisir, terjadwal dan terencana yang bertujuan untuk meningkatkan kompetensi profesional guru. 4. Monitoring adalah kegiatan yang ditujukan untuk memperoleh fakta, data, dan informasi tentang pelaksanaan sebuah rencana untuk menentukan apakah proses pelaksanaan kegiatan telah sesuai dengan apa yang telah direncakan. Dalam penelitian ini, kegiatan monitoring dispesifikasikan pada pemantauan hasil pengembangan kompetensi profesional guru di bidang penguasaan materi, pengajaran, serta kemahiran komunikasi dan pemanfaatan teknologi. 5. Evaluasi adalah penilaian, yaitu sebuah tahapan yang berkaitan erat dengan kegiatan monitoring karena kegiatan ini menggunakan data yang dihasilkan dari kegiatan monitoring. Evaluasi bertujuan untuk mengetahui apakah program tersebut mencapai sasaran yang diharapkan atau tidak, dan lebih menekankan pada aspek hasil yang dicapai (output).