BAB I PENDAHULUAN. yang disebabkan oleh adanya penyempitan arteri koroner, penurunan aliran darah

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 1 PENDAHULUAN. kelemahan dan kematian sel-sel jantung (Yahya, 2010). Fenomena yang terjadi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Penyakit jantung koroner (PJK) atau di kenal dengan Coronary Artery

BAB 1 PENDAHULUAN. darah termasuk penyakit jantung koroner, gagal jantung kongestif, infark

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penyakit jantung koroner (PJK) adalah gangguan fungsi jantung dimana otot

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia. Dewasa ini perilaku pengendalian PJK belum dapat dilakukan secara

BAB I PENDAHULUAN. data statistik yang menyebutkan bahwa di Amerika serangan jantung. oleh penyakit jantung koroner. (WHO, 2011).

BAB 1 PENDAHULUAN. penyakit arteri koroner (CAD = coronary arteridesease) masih merupakan

BAB I PENDAHULUAN. memberikan gambaran yang jelas tentang gagal jantung. Pada studinya disebutkan

BAB I PENDAHULUAN. menyebabkan terpotongnya suplai oksigen dan nutrisi yang mengakibatkan

BAB I PENDAHULUAN. (dipengaruhi oleh susunan saraf otonom) (Syaifuddin, 2006). Pembuluh

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. proses transportasi bahan-bahan energi tubuh, suplai oksigen dan kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan laporan World Health Organitation (WHO), di tahun 2008 tercatat

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. negara maju dan negara sedang berkembang. Penyakit Jantung Koroner (PJK)

BAB 1 PENDAHULUAN. Salah satu penyakit tidak menular (PTM) yang meresahkan adalah penyakit

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. beban penyakit global dan lazim ditemukan pada masyarakat negara maju maupun

BAB I PENDAHULUAN UKDW. Chan, sekitar 1 miliar orang di dunia menderita hipertensi, dan angka kematian

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit tekanan darah tinggi menduduki peringkat pertama diikuti oleh

BAB 1 PENDAHULUAN. seperti riwayat keluarga, umur, jenis kelamin (Ditjen PP&PL Kemenkes

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Universitas Sumatera Utara


BAB I PENDAHULUAN. Congestive Heart Failure (CHF) atau gagal jantung merupakan salah

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia mencapai 400 per kematian (WHO, 2013).

BAB I LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. kaum lanjut usia, namun juga telah diderita usia dewasa bahkan usia remaja.

BAB I PENDAHULUAN. seseorang dalam suatu sistem sosial (Friedman, 2010). Setiap individu

BAB I PENDAHULUAN. biasanya progresif dan berhubungan dengan peningkatan respon inflamasi kronik

BAB I PENDAHULUAN. dimungkinkan dengan adanya peningkatan prevalensi penyakit kardiovaskuler

BAB I PENDAHULUAN.

BAB 1 PENDAHULUAN. koroner. Kelebihan tersebut bereaksi dengan zat-zat lain dan mengendap di

BAB I PENDAHULUAN. Sejumlah prilaku seperti mengkonsumsi makanan-makanan siap saji yang

HUBUNGAN PENGGUNAAN MEKANISME KOPING DENGAN INTENSITAS NYERI PADA PASIEN POST OPERASI FRAKTUR FEMUR DI UNIT ORTHOPEDI RSU ISLAM KUSTATI SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. abnormal tekanan darah dalam pembuluh darah arteri secara terus menerus

BAB I PENDAHULUAN orang dari 1 juta penduduk menderita PJK. 2 Hal ini diperkuat oleh hasil

BAB I PENDAHULUAN. terbesar dari jumlah penderita diabetes melitus yang selanjutnya disingkat

BAB I PENDAHULUAN. kemasan merupakan hal yang penting dan diperlukan oleh konsumen, terutama bagi konsumen dengan kondisi medis tertentu yang

BAB I PENDAHULUAN. pembunuh diam diam karena penderita hipertensi sering tidak. menampakan gejala ( Brunner dan Suddarth, 2002 ).

BAB I PENDAHULUAN I.I LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. saat ini Indonesia merupakan negara dengan jumlah pasien stroke terbesar di

BAB I PENDAHULUAN. Diabetes melitus telah menjadi masalah kesehatan di dunia. Insidens dan

PENDERITA JANTUNG MENJADI BUGAR MELALUI OLAHRAGA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. menimbulkan permasalahan yang kompleks, baik dari segi kesehatan,

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. mengalirkan darah ke otot jantung. Saat ini, PJK merupakan salah satu bentuk

BAB I PENDAHULUAN. global yang harus segera ditangani, karena mengabaikan masalah mata dan

BAB 1 PENDAHULUAN. bisa dihindari. Lanjut usia (lansia) menurut Undang-Undang Republik

BAB I PENDAHULUAN. Stroke merupakan penyebab kematian nomor dua di dunia setelah penyakit

BAB 1 PENDAHULUAN. disebabkan oleh PTM terjadi sebelum usia 60 tahun, dan 90% dari kematian sebelum

BAB I PENDAHULUAN. Tuberkulosis merupakan infeksi yang disebabkan oleh bakteri. Mikobakterium tuberculosis dan kadang-kadang oleh Mikobakterium bovis

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. di Jalan Wirosaban No. 1 Yogyakarta. Rumah Sakit Jogja mempunyai visi

BAB I PENDAHULUAN. diastolic (Agrina, et al., 2011). Hipertensi sering dijumpai pada orang

HUBUNGAN KOMUNIKASI TERAPEUTIK PERAWAT DENGAN TINGKAT KECEMASAN PASIEN GANGGUAN KARDIOVASKULAR YANG DIRAWAT DIRUANGAN ALAMANDA TAHUN 2015

BAB I PENDAHULUAN. pada jutaan orang di dunia (American Diabetes Association/ADA, 2004).

BAB I PENDAHULUAN. berlangsung sesuai waktu dan umur (Irianto, 2014). Penyakit degeneratif. dan tulang salah satunya adalah asam urat (Tapan, 2005).

BAB I PENDAHULUAN. suplai darah dan oksigen ke otak (Smeltzer et al, 2002). Menurut World

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penyakit jantung koroner merupakan penyakit yang sangat menakutkan

BAB I PENDAHULUAN. menghisap dan menghembuskannya yang menimbulkan asap dan dapat terhisap oleh

BAB I PENDAHULUAN. diperkirakan terdapat 7,5 juta kematian atau sekitar 12,8% dari seluruh total

BAB I PENDAHULUAN. ketidaktahuan keluarga maupun masyarakat terhadap jenis gangguan jiwa

BAB 1 PENDAHULUAN. karena terjadinya gangguan peredaran darah otak dan bisa terjadi pada siapa saja

BAB 1 PENDAHULUAN. baik di negara maju maupun di negara berkembang. World Health Organization

BAB I PENDAHULUAN. Depkes RI (2007 dalam Nastiti, 2012) menjelaskan bahwa Indonesia

BAB 1 PENDAHULUAN. ke bagian otak sehingga mengakibatkan hilangnya fungsi otak (Smeltzer &

BAB I PENDAHULUAN. Stroke merupakan gangguan neurologis fokal maupun global yang terjadi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Menurut WHO, jumlah perokok di dunia pada tahun 2009 mencapai 1,1

BAB 1 PENDAHULUAN. kesehatan umat manusia pada abad ke 21. Diabetes mellitus (DM) adalah suatu

BAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit jantung dan pembuluh darah (PJPD) merupakan penyebab utama

BAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit Diabetes Melitus atau kencing manis, seringkali dinamakan

DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD) 1. Incidence Rate dan Case Fatality Rate Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) adalah penyakit yang disebabkan oleh virus

2015 RUMAH SAKIT KHUSUS JANTUNG KOTA BANDUNG

BAB I PENDAHULUAN. lingkungan untuk dapatbertahan hidup. (Nugroho,2008). struktur dan jumlah penduduk lanjut usia setelah RRC, India, dan Amerika

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. mengenai kematian akibat asma mengalami peningkatan dalam beberapa dekade

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

Persutujuan Pembimbing. Jurnal

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN DAN SIKAP KELUARGA DENGAN KETERLIBATAN DALAM MOBILISASI DINI PASIEN STROKE DI RSU ISLAM KUSTATI SURAKARTA

I. PENDAHULUAN. WHO (2006) menyatakan terdapat lebih dari 200 juta orang dengan Diabetes

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan kualitas hidup pasien (dewasa dan anak-anak) dan keluarga

BAB 1 PENDAHULUAN. yang merajarela dan banyak menelan korban. Namun demikian, perkembangan

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Menurut WHO pada tahun 2000 terjadi 52% kematian yang disebabkan oleh

57 2-TRIK: Tunas-Tunas Riset Kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. bertambah dan pertambahan ini relatif lebih tinggi di negara berkembang,

BAB 1 PENDAHULUAN. tertentu dalam darah. Insulin adalah suatu hormon yang diproduksi pankreas

HUBUNGAN KADAR GULA DARAH DENGAN KECEMASAN PADA PASIEN DIABETES MELLITUS DI RUMAH SAKIT ISLAM SURAKARTA

BAB 1 PENDAHULUAN. menimbulkan berbagai penyakit atau gangguan kesehatan salah satunya

BAB I PENDAHULUAN. banyak dengan manifestasi klinis yang paling sering, dan merupakan penyebab

BAB I PENDAHULUAN. sedangkan penyakit non infeksi (penyakit tidak menular) justru semakin

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. akibat gangguan fungsional otak fokal maupun global dengan gejala-gejala yang

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BALAKANG. sedang berkembang. Asma merupakan salah satu penyakit kronis yang paling sering

PRINSIP-PRINSIP KEDOKTERAN. dr. Isti Ilmiati Fujiati, MSc. (CM-FM), MPd.Ked.

BAB I PENDAHULUAN. menyerang perempuan. Di Indonesia, data Global Burden Of Center pada tahun

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

HUBUNGAN OLAHRAGA DENGAN KEJADIAN PENYAKIT JANTUNG KORONER DI RSUD Dr. MOEWARDI

BAB I PENDAHULUAN. terlupakan, padahal kasusnya cukup banyak ditemukan, hal ini terjadi karena

BAB 1 PENDAHULUAN. perempuan. Artinya bahwa laki-laki mempunyai risiko PJK 2-3x lebih besar

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penyakit Jantung Koroner (PJK) adalah penyakit jantung yang terjadi akibat ketidakseimbangan antara suplai dengan kebutuhan oksigen miokardium yang disebabkan oleh adanya penyempitan arteri koroner, penurunan aliran darah atau curah jantung, kebutuhan O2 miokardium meningkat atau spasme arteri koroner, dengan penyebab tersering yaitu aterosklerosis (Rokhaeni dkk, 2001). Penyakit jantung koroner merupakan penyakit yang banyak diderita oleh masyarakat. Penyakit ini menyerang pembuluh darah yang mengalirkan darah ke jantung (arteri koroner) sehingga terjadi penyempitan pada arteri koroner. Fenomena yang terjadi sejak abad ke-20, penyakit jantung dan pembuluh darah telah menggantikan peran penyakit tuberculosis paru sebagai penyakit epidemik di negara-negara maju, terutama pada laki-laki (Supriyono dkk, 2008). Berdasarkan data WHO (2011) bahwa penyakit jantung merupakan penyebab kematian nomor satu di dunia dan sedikitnya 17,5 juta atau setara dengan 30 % kematian di seluruh dunia disebabkan oleh penyakit jantung (Sumarti, 2010). Tahun 2030 diperkirakan sekitar 23,6 juta penduduk dunia akan meninggal karena penyakit ini. Peningkatan jumlah kematian terbesar akan terjadi di wilayah Asia Tenggara. American Heart Association (2011) juga menyatakan bahwa PJK telah menyebabkan 425 kematian pada tahun 2006. Penyakit jantung menjadi penyebab utama kematian di negara-negara Asia pada tahun 2010. Saat ini, sedikitnya 78% kematian global akibat penyakit

2 jantung terjadi pada kalangan masyarakat miskin dan menengah. Berdasarkan kondisi itu, dalam keadaan ekonomi terburuk maka upaya pencegahan merupakan hal terpenting untuk menurunkan penyakit kardiovaskuler. Tahun 1990 sampai 2020, angka kematian akibat penyakit jantung koroner di negara berkembang akan meningkat 137 % pada laki-laki dan 120% pada wanita, sedangkan di negara maju peningkatannya lebih rendah yaitu 48% pada laki-laki dan 29% pada wanita. Tahun 2020 diperkirakan penyakit kardiovaskuler menjadi penyebab kematian 25 orang setiap tahunnya. Oleh karena itu, penyakit jantung koroner menjadi penyebab kematian nomor satu di dunia (Unhas, 2008). Hasil Riset Kesehatan Dasar Nasional 2007 menyebutkan bahwa prevalensi PJK berkisar 7,2% (Departemen Kesehatan RI, 2007). Survey nasional tahun 2001 memperlihatkan angka 26,4% kematian disebabkan oleh karena penyakit jantung koroner (Yahya, 2005). Berdasarkan catatan medis pasien rawat inap di Ruang ICCU Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) Sanglah Denpasar dalam tiga tahun terakhir diperoleh data angka kejadian PJK masih tinggi. Tahun 2010 tercatat 410 (57%) pasien PJK dari 716 total pasien jantung, pada tahun 2011 mencapai 477 (58%) pasien dari 811 total pasien PJK, sedangkan pada tahun 2012 mencapai 514 (70%) pasien dari 725 kasus yang ada. Tampak terjadi peningkatan jumlah kasus PJK dan masih tergolong tinggi. Kejadian tersering pada laki-laki yaitu rata-rata dengan usia berkisar 27 tahun sampai 75 tahun dan jumlah terbanyak pada usia 41-60 tahun. Penatalaksanaan medis terhadap pasien PJK telah mengalami perkembangan pesat dengan harapan dapat mengurangi atau menghilangkan

3 masalah fisik yang dialami oleh pasien PJK. Setelah kondisi akut pasien teratasi dan status hemodinamik stabil, maka dianjurkan untuk mengikuti program pemulihan melalui program rehabilitasi jantung dengan tujuan untuk memulihkan kondisi fisik, mental serta sosial pasien sehingga dicapai kemampuan diri sendiri untuk menjalankan aktifitas di rumah maupun di lingkungan (Hoeri dalam Rokhaeni dkk, 2001). Secara ringkas, program rehabilitasi jantung yang komprehensif harus mencakup beberapa komponen berikut, yaitu pengkajian kondisi dan riwayat medis pasien, edukasi dan konseling dalam rangka meningkatkan pengetahuan dan kesadaran pasien agar dengan upaya sendiri mampu menghindari faktor risiko, mampu mengatasi faktor risiko agar proses penyakit atau proses atherosklerosis dapat dihentikan atau dihambat, demikian pula kecemasan, upaya pengontrolan faktor risiko menyangkut edukasi, modifikasi gaya hidup kearah hidup sehat dan pengobatan yang diperlukan serta program latihan fisik dan konseling aktifitas fisik, terutama dalam upaya meningkatkan pola hidup sehat, tingkat kebugaran, kualitas hidup dan pengendalian faktor risiko (Radi dkk, 2009). Pasien PJK merupakan indikasi utama dianjurkan melaksanakan program rehabilitasi jantung. Pelaksanaan program rehabilitasi jantung dikelompokan menjadi empat fase, yaitu fase I adalah upaya yang segera dilakukan disaat pasien masih dalam masa perawatan, tujuan utama fase ini adalah mengurangi atau menghilangkan efek buruk akibat tirah baring lama, melakukan edukasi dini serta agar pasien mampu melakukan aktifitas hariannya secara mandiri dan aman. Fase II dilakukan segera setelah pasien keluar dari RS, merupakan program

4 intervensi untuk mengembalikan fungsi pasien seoptimal mungkin, segera mengontrol faktor risiko, edukasi dan konseling tambahan mengenai gaya hidup sehat. Fase III dan IV merupakan fase pemeliharaan, dimana diharapkan pasien tersebut telah mampu melakukan program rehabilitasi secara mandiri, aman, dan mempertahankan pola hidup sehat untuk selamanya, dibantu atau bersama-sama keluarga dan masyarakat sekitarnya (Radi dkk, 2009). Berdasarkan pengamatan peneliti selama bertugas di Ruang ICCU ditemukan perilaku pasien menolak untuk melaksanakan mobilisasi sesuai tahapan program rehabilitasi jantung fase I dengan alasan mereka sanggup melakukan aktifitas melebihi dari yang disarankan sehingga pasien melakukan aktifitas yang seharusnya belum diperbolehkan. Keluarga selaku orang terdekat pasien sudah dilibatkan dalam pelaksanaan program rehabilitasi jantung fase I, namun terdapat beberapa pasien yang tetap menolak. Sedangkan di sisi berlawanan adanya rasa kurang percaya diri pasien untuk melaksanakan aktifitas yang disarankan. Edukasi telah diberikan baik oleh perawat maupun dokter mulai hari pertama pasien masuk ke ruang ICCU serta adanya dukungan dari keluarga dalam upaya meningkatkan kepatuhan pasien dalam melaksanakan mobilisasi sesuai tahapan program rehabilitasi jantung fase I. Pembatasan aktifitas tersebut dilakukan mengingat seringkali aktifitas yang minimal masih belum bisa ditolerir oleh tubuh pasien sehingga menimbulkan keluhan seperti nyeri dada, sesak nafas dan peningkatan denyut jantung. Dengan demikian kapasitas kerja pasien selama perawatan di ruangan, khususnya di ruang ICCU harus ditingkatkan sedikit demi

5 sedikit secara bertahap dan selalu dalam pengawasan tenaga kesehatan (Boestan, 2004). Wartini (2011) dalam penelitiannya menyebutkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara pendidikan kesehatan latihan aktifitas rehabilitasi jantung fase I dengan kepatuhan melaksanakan mobilisasi pada pasien PJK. Dijelaskan bahwa dari 26 responden sebelum diberikan pendidikan kesehatan didapatkan 15 (58%) responden tidak patuh dan 11 (42%) responden kurang patuh dalam melaksanakan mobilisasi sesuai tahapan dalam program rehabilitasi jantung fase I. Angka ketidakpatuhan pasien untuk melakukan aktifitas sesuai program rehabilitasi setelah diberi edukasi memang tidak tercatat di dalam catatan medis ruang ICCU RSUP Sanglah Denpasar, namun dari survey awal yang dilakukan oleh peneliti dalam waktu tiga bulan terakhir dari tanggal 1 Mei sampai dengan Juli didapatkan bulan Mei terdapat 37 kasus PJK dari 54 kasus jantung dan dijumpai 8 (21%) kasus yang tidak patuh, pada bulan Juni terdapat 31 kasus PJK dari 56 kasus jantung dan dijumpai 7 (22%) kasus yang tidak patuh dan pada bulan Juli terdapat 28 kasus PJK dari 48 kasus jantung dan dijumpai 7 (25%) kasus yang tidak patuh dalam melakukan aktifitas bertahap sesuai dengan program rehabilitasi yang disarankan walaupun sudah diberi edukasi pada pasien. Secara umum dari semua kasus penyakit jantung yang dirawat di ICCU RSUP Sanglah Denpasar pada bulan Mei terdapat 14 (25,9%) kasus yang tidak patuh dari 54 kasus penyakit jantung dan pada bulan Juni dijumpai 15 (26,7%) kasus yang tidak patuh dari 56 kasus penyakit jantung dan pada bulan Juli

6 dijumpai 15 (27,2%) kasus yang tidak patuh dari 55 kasus penyakit jantung karena tidak didampingi keluarga selama melakukan rehabilitasi jantung fase I. Terdapat enam kasus yang mengalami perburukan kondisi dari jumlah pasien yang tidak patuh, dimana mereka mengalami nyeri dada berulang dan sesak nafas serta perubahan gambaran EKG sehingga harus dirawat kembali di ICCU. Dampak yang ditimbulkan dari masalah tersebut bagi pasien adalah pasien dirawat lebih lama lagi di ruang intensif, bagi keluarga akan menambah biaya perawatan dan penggunaan obat-obatan, bagi rumah sakit dan perawatan bertambahnya masa perawatan bagi pasien sehingga perlu dipikirkan solusi untuk mengatasinya. Penderita yang mengalami serangan jantung sering dihadapkan pada kemungkinan perubahan pola hidup sehari-hari dan kondisi ini akan dipengaruhi oleh berat dan kompleksitas penyakitnya. Hal ini dapat diketahui lebih jauh dengan mengenal suami, istri dan keluarganya serta kehidupan bermasyarakat dari pasien (Dewi & Boestan, dalam Yusran Hasymi, 2009). Dukungan suami, istri serta keluarga diharapkan mampu meningkatkan kesiapan pasien menghadapi perubahan-perubahan yang terjadi. Intervensi keperawatan yang melibatkan peran anggota keluarga dalam proses perawatan sangat penting seperti kunjungan rutin, membangkitkan support sistem yang menyenangkan, kegembiraan dan semangat yang dapat meningkatkan kemampuan pasien beradaptasi terhadap penyakit dan untuk pulih lebih cepat (Myers & Sheffield, dalam Yusran Hasymi, 2009). Pentingnya dukungan keluarga bagi pasien penyakit kardiovaskuler disampaikan juga oleh Komalasari (2011) dalam penelitiannya tentang Dukungan

7 Keluarga pada Penderita Sakit Jantung di RS Jantung Harapan Kita. Dukungan keluarga yang dapat diterima penderita penyakit jantung berupa dukungan emosional seperti perhatian sehingga merasakan nyaman, aman dan dicintai, dukungan penghargaan diberikan dengan tidak selalu dilibatkan pada masalah yang mengganggu kesehatannya, dukungan instrumental diberikan melalui tindakan atau bantuan fisik, dukungan informasional diberikan melalui penyuluhan atau dari rumah sakit itu sendiri, dukungan persahabatan dapat meringankan beban penyakit penderita, dukungan motivasional dapat diberikan melalui nasehat dan saran. Bentuk dukungan antara lain memberikan nasehat, berkata yang menyenangkan, memberi sesuatu yang menyenangkan, menghibur, memberikan semangat dan dorongan. Dukungan ini dapat diberikan terutama oleh pasangan suami atau istri dan keluarga terdekatnya. Menurut Cohen & Syme (1996) dalam Prasetyawati (2011) menyebutkan bahwa dukungan keluarga adalah suatu keadaan yang bermanfaat bagi individu yang diperoleh dari orang lain yang dapat dipercaya sehingga seseorang akan tahu bahwa ada orang lain yang memperhatikan, menghargai dan mencintainya. Dalam semua tahapan, dukungan keluarga menjadikan keluarga mampu berfungsi dengan berbagai kepandaian dan akal sehingga akan meningkatkan kesehatan dan adaptasi mereka dalam kehidupan. Publikasi tentang manfaat dukungan keluarga dan masyarakat terhadap upaya pemulihan PJK dari media cetak, maupun media elektronik dirasakan masih sangat kurang. Oleh karena itu penelitian ini ditujukan untuk mengkaji lebih lanjut

8 keterkaitan antara dukungan keluarga pada fase rehabilitasi jantung fase I pada pasien PJK. Rumah sakit merupakan tempat yang tepat untuk memberikan pendidikan kesehatan, mengingat kondisi pasien di rumah sakit sangat tergantung dengan petugas kesehatan. Perawat, dokter atau tenaga kesehatan lainnya dianggap penting dengan demikian memudahkan untuk mempengaruhi dan merubah perilaku pasien ke arah perilaku sehat, serta didukung dengan kehadiran keluarga yang menunggu pasien sehingga sekaligus bisa memberikan pendidikan kesehatan (Mubarak dkk, 2007). Mengingat betapa pentingnya dukungan keluarga kepada pasien PJK tentang latihan aktifitas rehabilitasi terutama selama pasien dirawat di rumah sakit yang berhubungan dengan kepatuhan pasien untuk melaksanakan mobilisasi sesuai tahapan yang semestinya, juga dampak yang ditimbulkan apabila pasien tidak melakukan mobilisasi sesuai tahapannya, serta masih kurangnya penelitian tentang hubungan dukungan keluarga dengan kepatuhan melakukan rehabilitasi jantung fase I pada pasien PJK di Ruang ICCU RSUP Sanglah Denpasar, maka penulis tertarik mengadakan penelitian tentang hubungan dukungan keluarga dengan kepatuhan melakukan rehabilitasi jantung fase I. 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan paparan latar belakang di atas, yang menjadi masalah dalam penelitian adalah : Apakah ada hubungan dukungan keluarga dengan kepatuhan melakukan rehabilitasi jantung fase I pada pasien PJK di Ruang ICCU RSUP Sanglah Denpasar tahun 2014?

9 1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum Secara umum penelitian ini bertujuan untuk menganalisa apakah ada hubungan dukungan keluarga dengan kepatuhan melakukan rehabilitasi jantung fase I pada pasien PJK di Ruang ICCU RSUP Sanglah Denpasar tahun 2014. 1.3.2 Tujuan Khusus a. Mengidentifikasi karakteristik data pasien PJK. b. Mengidentifikasi dukungan keluarga yang diberikan kepada pasien PJK di Ruang ICCU RSUP Sanglah Denpasar. c. Mengidentifikasi tingkat kepatuhan untuk melaksanakan mobilisasi sesuai program rehabilitasi kepada pasien PJK setelah mendapat dukungan keluarga. d. Menganalisa hubungan dukungan keluarga dengan kepatuhan melakukan rehabilitasi jantung fase I pada pasien PJK di Ruang ICCU RSUP Sanglah Denpasar. 1.4 Manfaat Penelitian 1.4.1 Teoritis Penelitian ini diharapkan dapat berguna untuk menambah pengetahuan perawat dan keluarga terutama pada masalah hubungan dukungan keluarga dengan kepatuhan melakukan rehabilitasi jantung fase I pada pasien PJK dan dapat dimanfaatkan sebagai bahan kajian penelitian selanjutnya.

10 1.4.2 Praktis Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat dijadikan acuan oleh perawat untuk menyertakan keluarga dalam perawatan pasien khususnya tentang latihan aktifitas rehabilitasi jantung fase I pada pasien PJK dalam upaya pemulihan pasien sehingga pelayanan keperawatan dapat ditingkatkan. Dengan mengetahui hubungan antara dukungan keluarga dengan kepatuhan melakukan rehabilitasi maka dapat dipertimbangkan kehadiran atau keterlibatan keluarga dalam melakukan rehabilitasi jantung fase I sehingga proses penyembuhan pasien lebih optimal, dapat mengurangi kecemasan pasien dan komplikasi, serta sebagai kontrol perilaku pasien. Dalam hal ini dukungan keluarga dapat diberikan oleh suami, istri, orang tua atau keluarga yang disegani untuk mendampingi pasien pada saat-saat tertentu dengan tetap memperhatikan aturan-aturan yang telah ditetapkan oleh pihak rumah sakit. 1.5 Keaslian Penelitian Berdasarkan telaah literatur, penelitian yang berkaitan dengan judul dari penelitian ini adalah : a. Catharina, dkk (2003) dalam penelitiannya yang berjudul Dukungan Diri, Keluarga Dan Masyarakat Serta Hubungannya Dengan PJK Bagi Pasien Pria Rumah Sakit Pelni Jakarta. Rancangan penelitian deskriptif korelatif dengan pendekatan cross sectional. Sampel diambil dengan teknik random sampling dengan jumlah sampel sebanyak 60 orang. Analisis data menggunakan uji korelasi rank spearman, ANOVA test, multiple regression dan logistic regression.

11 Perbedaan dengan penelitian ini antara lain terletak pada jumlah variabel yang digunakan, teknik pengambilan sampel dan rancangan penelitian yang digunakan. b. Wartini (2011) dalam penelitiannya yang berjudul hubungan pendidikan kesehatan latihan aktifitas rehabilitasi jantung fase I dengan kepatuhan melaksanakan mobilisasi pada pasien PJK di Ruang ICCU RSUP Sanglah Denpasar Tahun 2011. Metode penelitian adalah penelitian pra eksperimental yaitu menggunakan studi one group pretest-postest design. Sampel diambil dengan teknik purposive sampling dengan jumlah sampel sebanyak 26 orang. Analisis data menggunakan uji korelasi rank spearman dengan taraf signifikan (α) 0,05. Perbedaan dengan penelitian ini antara lain terletak pada variabel bebasnya, metode penelitian serta jumlah sampel yang diambil.