Kata kunci: Data Spatial, Heterogenitas Spatial, Geographically Weigthed Regression, Bandwidth, Fungsi Pembobot

dokumen-dokumen yang mirip
BAB III MIXED GEOGRAPHICALLY WEIGHTED REGRESSION (MGWR)

: Persentase Penduduk Dengan Sumber Air Minum Terlindungi PDAM : Pengeluaran Perkapita Penduduk Untuk Makan Sebulan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB III GEOGRAPHICALLY WEIGHTED REGRESSION (GWR)

PEMODELAN PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD) DI KABUPATEN DAN KOTA DI JAWA TENGAH MENGGUNAKAN GEOGRAPHICALLY WEIGHTED RIDGE REGRESSION

BAB III METODELOGI PENELTIAN. Riau, DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, DI. Yogyakarta, Jawa Timur,

PERBANDINGAN MODEL GWR DENGAN FIXED DAN ADAPTIVE BANDWIDTH UNTUK PERSENTASE PENDUDUK MISKIN DI JAWA TENGAH

BAB III MODEL GEOGRAPHICALLY WEIGHTED LOGISTIC REGRESSION SEMIPARAMETRIC (GWLRS)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Dalam bab ini akan dibahas mengenai hal-hal yang melatarbelakangi

METODE PENELITIAN. Berdasarkan sifat penelitiannya, penelitian ini merupakan sebuah penelitian

GEOGRAPHICALLY WEIGHTED REGRESSION PRINCIPAL COMPONENT ANALYSIS (GWRPCA) PADA PEMODELAN PENDAPATAN ASLI DAERAH DI JAWA TENGAH

ISSN: JURNAL GAUSSIAN, Volume 3, Nomor 3, Tahun 2014, Halaman Online di:

PEMODELAN PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD) DI KABUPATEN DAN KOTA DI JAWA TENGAH MENGGUNAKAN GEOGRAPHICALLY WEIGHTED RIDGE REGRESSION ABSTRACT

Algoritme Least Angle Regression untuk Model Geographically Weighted Least Absolute Shrinkage and Selection Operator

BAB III METODE PENELITIAN. mengambil objek di seluruh provinsi di Indonesia, yang berjumlah 33 provinsi

III. METODE PENELITIAN. Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder deret waktu

III. METODE PENELITIAN. series dan (2) cross section. Data time series yang digunakan adalah data tahunan

Kata Kunci : MGWMLM, GWMLM, DAS.

GEOGRAPHICALLY WEIGHTED REGRESSION PRINCIPAL COMPONENT ANALYSIS (GWRPCA) PADA PEMODELAN PENDAPATAN ASLI DAERAH DI JAWA TENGAH ABSTRACT

DAFTAR ALAMAT MADRASAH TSANAWIYAH NEGERI TAHUN 2008/2009

METODE PENELITIAN. Berdasarkan sifat penelitiannya, penelitian ini merupakan sebuah penelitian

III. METODE PENELITIAN. Data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data kuantitatif dengan

PEMODELAN PROPORSI PENDUDUK MISKIN KABUPATEN DAN KOTA DI PROVINSI JAWA TENGAH MENGGUNAKAN GEOGRAPHICALLY AND TEMPORALLY WEIGHTED REGRESSION ABSTRACT

BAB III METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN. Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yaitu

ANALISIS GEOGRAPHICALLY WEIGHTED REGRESSION (GWR) DENGAN PEMBOBOT KERNEL GAUSSIAN UNTUK DATA KEMISKINAN. Rita Rahmawati 1, Anik Djuraidah 2.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN. Variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian Analisis Pengaruh Tingkat

BAB III REGRESI SPASIAL DENGAN PENDEKATAN GEOGRAPHICALLY WEIGHTED POISSON REGRESSION (GWPR)

BAB I PENDAHULUAN. terus dihadapi di sejumlah daerah di Indonesia, tidak terkecuali Provinsi Sumatera

MODEL REGRESI TERBOBOTI GEOGRAFIS DENGAN FUNGSI PEMBOBOT KERNEL GAUSSIAN, BISQUARE, DAN TRICUBE PADA PERSENTASE KEMISKINAN DI PROVINSI JAWA TENGAH

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. sekunder deret waktu (time series) mulai dari Januari 2013 sampai

BAB IV HASIL DAN ANALISIS. bentuk deret waktu (time series) selama 17 tahun, yaitu tahun Data

BAB III METODE PENELITIAN. Objek dari penelitian ini adalah perilaku prosiklikalitas perbankan di

III. METODE PENELITIAN. Ruang lingkup penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh Upah

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. menggunakan hipotesa. Jenis penelitian ini adalah penelitian sebab akibat

S - 17 MODEL GEOGRAPHICALLY WEIGHTED REGRESSION PENDERITA DIARE DI PROVINSI JAWA TENGAH DENGAN FUNGSI PEMBOBOT KERNEL BISQUARE

BAB V HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN

METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan dalam bab ini adalah dengan menggunakan

BAB V HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN

PENDEKATAN MIXED GEOGRAPHICALLY WEIGHTED REGRESSION UNTUK PEMODELAN PERTUMBUHAN EKONOMI MENURUT KABUPATEN/KOTA DI JAWA TENGAH HALAMANAN JUDUL SKRIPSI

III. METODE PENELITIAN. Pusat Statistik (BPS) Kota Bandar Lampung yang berupa cetakan atau publikasi

PENENTUAN MODEL KEMISKINAN DI JAWA TENGAH DENGAN MULTIVARIATE GEOGRAPHICALLY WEIGHTED REGRESSION (MGWR)

BAB V HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB III METODE PENELITIAN. tercatat secara sistematis dalam bentuk data runtut waktu (time series data). Data

III. METODE PENELITIAN. Ruang lingkup penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh pertumbuhan

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan data sekunder tahunan Data sekunder

Pemodelan Angka Harapan Hidup di Papua dengan pendekatan Geographically Weighted Regression

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan kajian mengenai Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi

III. METODE PENELITIAN. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yaitu data time series

BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Lokasi/Objek Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Provinsi Jawa Timur. Pemilihan Provinsi

III METODE PENELITIAN. dilakukan secara purposive, dengan pertimbangan provinsi ini merupakan wilayah

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan data time series tahunan Data

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan data sekunder tahunan Data sekunder

Prosiding Seminar Nasional Matematika, Statistika, dan Aplikasinya September 2017, Samarinda, Indonesia ISBN:

BAB II LANDASAN TEORI. Data merupakan bentuk jamak dari datum. Data merupakan sekumpulan

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. atau tidak dalam penelitian ini jarque-berra dimana hasilnya dapat. ditunjukkan dari nilai probabilitas Jarque-Berra.

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Hardle (1994) analisis regresi adalah suatu metode analisis data yang

III. METODE PENELITIAN. Data yang digunakan dalam penulisan ini adalah jenis sumber data sekunder

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN ANALISIS. sekunder dalam bentuk deret waktu (time series) pada periode

III. METODE PENELITIAN. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang berasal dari

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. 1. Apakah investasi mempengaruhi kesempatan kerja pada sektor Industri alat

ISSN: Vol. 1 No. 1 Agustus 2012

BAB IV HASIL DAN ANALISIS

BAB III METODE PENELITIAN. Daerah) di seluruh wilayah Kabupaten/Kota Eks-Karesidenan Pekalongan

PEMODELAN ANGKA KEMATIAN BAYI DENGAN PENDEKATAN GEOGRAPHICALLY WEIGHTED POISSON REGRESSION DI PROVINSI BALI

III. METODE PENELITIAN. Berdasarkan sifat penelitiannya, penelitian ini merupakan sebuah penelitian

PEMODELAN PERSENTASE BALITA GIZI BURUK DI JAWA TENGAH DENGAN PENDEKATAN GEOGRAPHICALLY WEIGHTED REGRESSION PRINCIPAL COMPONENTS ANALYSIS (GWRPCA)

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. Metode yang digunakan untuk menduga faktor-faktor yang memengaruhi

BAB III METODE PENELITIAN. (time series data). Dalam penelitiaan ini digunakan data perkembangan pertumbuhan ekonomi,

Msi = x 100% METODE PENELITIAN

PEMODELAN PROPORSI PENDUDUK MISKIN KABUPATEN DAN KOTA DI PROVINSI JAWA TENGAH MENGGUNAKAN GEOGRAPHICALLY AND TEMPORALLY WEIGHTED REGRESSION

BAB 4 ANALISIS DAN PEMBAHASAN

III. METODE PENELITIAN. Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder, time series triwulan dari

DAFTAR LAMPIRAN. Kriteria Sampel Nama Provinsi

BAB III METODE PENELITIAN. Ruang lingkup penelitian ini adalah menganalisis pengaruh antara upah

(R.5) Pemodelan Regresi Poisson Terboboti Geografis Pada Kasus Gizi. buruk di Jawa Timur.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Atiya Maulani, 2013

III. METODE PENELITIAN. Pertumbuhan ekonomi mengukur prestasi dari perkembangan suatu perekonomian dari

III. METODE PENELITIAN. Data yang digunakan pada penelitian ini adalah data sekunder yang berupa data time

III. METODE PENELITIAN. Data yang digunakan pada penelitian ini adalah data sekunder yang diperoleh dari

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

2.11. Penduduk Yang Bekerja di Sektor Pertanian Pengangguran... 40

BAB III METODE PENELITIAN. di peroleh dari Website Bank Muamlat dalam bentuk Time series tahun 2009

III METODE PENELITIAN. Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang

III. METODELOGI PENELITIAN. Data yang digunakan oleh penulis adalah data sekunder dalam bentuk tahunan dari tahun

PERBANDINGAN MODEL GWR DENGAN FIXED DAN ADAPTIVE BANDWIDTH UNTUK PERSENTASE PENDUDUK MISKIN DI JAWA TENGAH

3. METODE. Kerangka Pemikiran

BAB III METODE PENELITIAN. Statistik). Data yang diambil pada periode , yang dimana di dalamnya

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Dalam penelitian ini, penulis akan melaksanakan langkah-langkah sebagai

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. data yang digunakan terkait dengan penelitian tentang pengaruh jumlah penduduk

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN. tingkat harga umum, pendapatan riil, suku bunga, dan giro wajib minimum. Data

PEMODELAN DATA KEMISKINAN PROVINSI KALIMANTAN TIMUR DENGAN METODE GEOGRAPHICALLY WEIGHTED REGRESSION (GWR) DENGAN FUNGSI PEMBOBOT KERNEL BISQUARE

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan data sekunder tahunan Data sekunder

III. METODE PENELITIAN. Kabupaten ini disahkan menjadi kabupaten dalam Rapat Paripurna DPR

BAB III METODE PENELITIAN

Transkripsi:

GEOGRAPHICALLY WEIGTHED REGRESSION DALAM MENAKSIR MODEL OUTPUT SEKTOR INDUSTRI MENENGAH BESAR TAHUN 2012 Lani Amaliah 1, Nusar Hajarisman 2, Anna Chadijah 3 1 Program Magister Statistika Terapan UNPAD, lani.amaliah@gmail.com 2 Program Studi Statistika UNISBA, nusarhajarisman@yahoo.com 3 Program Studi Statistika UNPAD, annachadijah@gmail.com ABSTRAK Secara statistik, jika terdapat heterogenitas dalam data maka untuk mengetahui pengaruh antara variabel dependen dan independen tidak lagi dapat dilakukan dengan analisis regresi biasa, melainkan harus dengan analisis regresi lokal. Pengaruh spatial ini biasanya terjadi pada unit pengamatan yang berupa wilayah/area. Adanya pengaruh spatial ini menyebabkan penaksiran parameter menjadi bias dan variansnya besar. Oleh karena itu dalam mengestimasi parameter dilakukan pembobotan untuk setiap lokasi, sebagai dasar dalam metode Geographically Weighted Regression (GWR). Dalam pembentukan model GWR diperlukan bandwitdh yang optimum untuk menghitung pembobot di setiap lokasi. Studi kasus dari penelitian ini adalah model output sektor Industri Menengah Besar pada tataran propinsi pada Tahun 2012. Dengan uji kesesuaian model, diperoleh hasil bahwa efek spatial berpengaruh terhadap pembentukan model output. Faktor-faktor yang mempengaruhi output di setiap propinsi pada umumnya hampir sama, yaitu pengeluaran perusahaan untuk bahan baku, bahan bakar, listrik dan pajak. Namun, terdapat 5 propinsi yang memiliki model output yang berbeda. Kata kunci: Data Spatial, Heterogenitas Spatial, Geographically Weigthed Regression, Bandwidth, Fungsi Pembobot 1. Pendahuluan Dalam analisis regresi, metode yang digunakan untuk menaksir parameterparameter dalam model regresi dapat menggunakan Metode Kuadrat Terkecil Biasa (MKTB). Gauss menetapkan asumsi-asumsi untuk MKTB yaitu normalitas residual, homoskedastisitas, tidak terdapat multikoleniaritas dan tidak terdapat autokorelasi. 1

Suatu model regresi yang memenuhi keempat asumsi tadi dikenal sebagai model regresi klasik, standar atau linier umum. MKTB mempunyai sifat Best Linier Unbiased Estimator (BLUE), yaitu penaksir tidak bias dan mempunyai varians yang minimum. Pelanggaran asumsi homoskedasitas, yaitu terjadi apabila varians dari gangguan (disturbance) tidak konstan atau berubah ubah secara sistematik seiring berubahnya nilai variabel prediktor (heteroskedastisitas). Masalah heteroskedastisitas lebih sering terjadi pada data cross-sectional dibandingkan dengan data deret waktu. Sehingga dapat disimpulkan bahwa salah satu penyebab terjadinya heteroskedastisitas adalah jika unit pengamatan berupa wilayah/area. Misalnya: desa, kecamatan, kabupaten/kota, propinsi atau negara. Suatu kejadian mungkin saja hasilnya bergantung pada wilayah atau lokasi tempat kejadian itu terjadi. Wilayah atau lokasi memiliki sekumpulan data yang berbeda antara satu wilayah dengan wilayah lainnya. Karakteristik dari data spatial ini memberikan dampak dalam estimasi parameter model dasar. Jika terdapat struktur spatial di residual dalam model dan estimasi parameter menggunakan MKTB maka akan menyebabkan penaksir menjadi bias. Penaksir yang bias dapat menaksir terlalu tinggi atau terlalu rendah dari nilai parameter yang sebenarnya, akibatnya tingkat presisi/ketepatan akan berkurang dan pengujian hipotesis menjadi kurang berarti. Oleh karena itu, jika unit pengamatan berupa wilayah/area dan terjadi pelanggaran asumsi homoskedasitas, maka analisis yang dilakukan untuk mengetahui hubungan antara satu variable tak bebas dengan satu atau lebih variable bebas tidak lagi digunakan analisis regresi global, melainkan dengan menggunakan analisis data spatial. Brundson, Fotheringham dan Charlton (1998) mengembangkan sebuah metode untuk menganalisis data spasial yang kemudian diberi nama Geographically Weighted Regression (GWR). Model ini merupakan model regresi linier lokal (locally linier regression) yang menghasilkan penaksir parameter model yang bersifat lokal untuk setiap titik atau lokasi dimana data tersebut dikumpulkan. Variabel koordinat spatial longitude dan lattitude merupakan variable yang digunakan dalam pembobotan untuk penaksiran model GWR. Dalam model GWR, variabel respon ditaksir dengan variabel prediktor yang setiap koefisien regresinya tergantung pada lokasi, hal ini menyebabkan banyaknya parameter yang di taksir menjadi lebih besar dari banyaknya observasi. Semakin banyak observasi maka jumlah parameter akan semakin besar (Leung et.al, 2000). Untuk menyelesaikan masalah ini, Brundson, Fotheringham dan Charlton (1998) mengasumsikan bahwa koefisien regresi menjadi fungsi deterministik dari beberapa variabel lainnya, dan bukan lagi sebagai variabel bebas. Studi kasus untuk penelitian ini adalah mengenai paparan model output pada sektor Industri skala menengah besar di setiap propinsi pada tahun 2012. Sektor industri manufaktur skala menengah besar dalam pembentukan PDB terhadap PDB total secara keseluruhan telah menyumbang sekitar 85%, sedangkan jumlah industri manufaktur skala menengah besar, kurang dari 1% terhadap total jumlah industri. Nilai output pada sektor industri di Indonesia tergantung kepada pengeluaran perusahaan untuk bahan baku, bahan bakar, listrik, pajak, sewa tanah&bangunan dan 2

jumlah tenaga kerja pada setiap propinsi. Selain itu bervariasinya nilai output sektor industri antar daerah juga dipengaruhi kondisi Indonesia sebagai negara kepulauan terbesar di dunia dengan perbedaan karakteristik antar wilayah atau antar propinsi. Dengan menggunakan Geographically Weighted Regression (GWR), dapat diteliti karakteristik nilai output sektor industri, yaitu dengan melihat faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi nilai output pada setiap propinsi. 2. Tinjauan Pustaka 2.1 Model Geographically Weighted Regression (GWR). GWR adalah metode statistika yang digunakan untuk menganalisis heterogenitas spatial. Heterogenitas spatial terjadi apabila suatu satu variabel bebas yang sama memberikan respon yang tidak sama pada lokasi yang berbeda dalam satu wilayah penelitian. Model GWR menghasilkan penaksir parameter model yang bersifat lokal untuk setiap titik atau lokasi dimana data tersebut diamati. Model GWR dapat ditulis sebagai berikut: Dengan p,, 1,2,3,... (2.1) y u v x i n i k i i ik i k1 yi adalah nilai observasi dari variable respon ke-i, xi 1, xi 2,..., x ip adalah nilai observasi variable prediktor ke-k pada pengamatan ke-i,( ) adalah koordinat spatial longitude dan latitude pada pengamatan ke-i, adalah koefisien regresi dan adalah error ke-i Persamaan regresi linier parameter adalah kasus khusus dari Persamaan (2.1), dimana parameter dalam persamaan regresi linier diasumsikan invarian spatial. Jadi, Persamaan GWR pada (2.1) menunjukan adanya variasi spatial yang mungkin terdapat dalam model. Pada Persamaan (2.1) dapat dilihat bahwa banyaknya parameter yang tidak diketahui lebih banyak daripada banyaknya observasi. Model seperti ini telah dibahas dalam literature-literatur statistika seperti pada Rosenberg (1973), Hastie dan Tibshirani (1990), dan Loader (1999). Dari literatur-literatur tersebut, dapat disimpulkan bahwa koefisien tidak diasumsikan random, tapi menjadi fungsi deterministik dari beberapa variabel (dalam kasus ini adalah lokasi). Dalam proses GWR, ketika akan mengestimasi parameter di lokasi i adalah dengan melakukan analisis regresi dari titik-titik yang berdekatan, sehingga akan uv untuk i. Dengan cara yang sama untuk menaksir didapatkan estimasi untuk k i, i parameter pada lokasi i berikutnya, adalah dengan mencari titik-titik dari subset yang berdekatan, dan begitu selanjutnya. Estimasi seperti diatas dapat menimbulkan bias dan varians besar. Jika memiliki sampel besar akan menyebabkan proses kalibrasi yang cukup lama (dengan proses kalibrasi yang sudah bias). Oleh karena itu, agar nilai estimasi dari koefisien parameter memiliki nilai standar error yang kecil adalah dengan menambahkan proses kalibrasi, namun semakin besar sampel dan semakin lama proses kalibrasi maka semakin banyak parameter yang akan menyimpang dari 3

subset, dan proses akan semakin bias. Untuk menyelesaikan permasalahan ini maka digunakan pembobotan dalam proses analisisnya, sehingga kalibrasi akan memberikan pengaruh pada titik yang dekat dengan i. Seperti dibahas sebelumnya, bahwa proses GWR mengasumsikan bahwa observe data lokasi ke i mempunyai pengaruh yang lebih besar dalam estimasi uv dari pada data dilokasi yang jauh dari i. Oleh karena itu Weighted Least k i, i Square (WLS) dilakukan sebagai dasar untuk metode GWR. Dalam GWR observasi di bobot sesuai dengan kedekatannya terhadap lokasi i, sehingga pembobotan tidak lagi konstan namun tergantung pada variasi dari lokasi i. Misalkan pembobot untuk setiap lokasi ke-i adalah wj ui, vi, j 1,2,..., n, maka parameter lokasi ui, vi diestimasi dengan menambahkan unsur pembobot pada Persamaan (2.1) dan kemudian meminimumkan jumlah kuadrat error berikut ini: n n 2 2,, 0, 1, 1 2, 2..., w u v w u v y u v u v x u v x u v x j i i j j i i j i i i i j i i j p i i jp j1 j1 Dalam bentuk matriks: 1 1 1 x x x 11 12 1p x x x 21 22 2 p x x x p1 p2 np y1 y 2 yn ( ) 0 ui, vi 1 ui, vi p ui, vi ( ) diag w u, v, w u, v,..., w u, v 1 i i 2 i i n i i dan ( ) Penaksir parameter model GWR untuk setiap lokasi yaitu: ( ) ( ( ) ) ( ) (2.2) Karena terdapat n lokasi sampel maka penaksir ini merupakan penaksir setiap baris dari matrik local parameter seluruh lokasi penelitian. Matriksnya adalah: u, v u, v u, v p u, v u, v u, v u, v u, v 0 1 1 1 1 1 2 1 1 1 1 0 2 2 1 2 2 2 2 2 p 2 2 u, v u, v u, v u, v 0 n n 1 n n 2 n n p n n 2.2 Pemilihan Bandwidth Bandwidth dapat dianalogikan sebagai radius suatu lingkaran, sehingga sebuah titik yang berada di dalam radius lingkaran masih dianggap memiliki pengaruh. Jika pembobot yang digunakan adalah fungsi kernel, maka pemilihan 4

bandwidth menjadi sangat penting, karena bandwidth digunakan sebagai pengontrol keseimbangan antara kesesuaian kurva terhadap data dan kemulusan data. Nilai bandwidth yang cukup besar akan menyebabkan bias yang semakin besar karena model yang dibentuk terlalu halus (oversmoothing) yang disebabkan oleh banyaknya pengamatan yang digunakan. Nilai bandwidth yang semakin besar menyebabkan model GWR akan mendekati model global. Sebaliknya, nilai bandwidth yang sangat kecil akan memberikan bentuk penyesuaian yang sangat kasar (undersmoothing) sehingga variannya cukup besar. Metode yang akan digunakan untuk mendapatkan bandwidth optimum, adalah pendekatan Cross Validation (CV). Secara matematis nilai CV dapat ditulis sebagai berikut: n ˆ 2 i i CV y y h i1 (2.2) dengan yˆ i h : nilai penaksir y i (fitting value) dimana pengamatan di lokasi ui, vi dihilangkan dalam proses penaksiran Selain metode Cross Validation, terdapat metode lain untuk memilih bandwidth diantaranya Generalized Cross Validation (GCV), Akaike Information Criteria (AIC), dan Bayesian Information Criterion (BIC). 2.3 Pemilihan Fungsi Pembobot (Weight) Pemilihan fungsi pembobot spatial yang digunakan dalam menaksir parameter sangat penting untuk menentukan besarnya pembobot masing-masing lokasi yang berbeda. Dalam penelitian ini, fungsi pembobot yang bisa digunakan adalah fungsi fungsi Kernel Gauss (Kernel fix). Secara sistematis fungsi Kernel Gauss dapat ditulis sebagai berikut : 2 1 dij wj ui, vi exp 2 h (2.3) 2.4 Uji Breusch-Pagan-Godfrey Analisis data spatial dilakukan jika data yang digunakan memenuhi aspek spatial yaitu memiliki sifat heteroskedastisitas spatial. Heteroskedastisitas spatial dapat dideteksi dengan melakukan uji Breusch-Pagan-Godfrey. Tahapan-tahapan untuk Uji Breusch-Pagan-Godfrey sebagai berikut: 1. Merumuskan hipotesis: (Homoskedastisitas) (Heteroskedastisitas) 5

2. Regresikan variabel-variabel yang sedang diamati, taksir parameternya melalui MKTB, kemudian cari nilai residual kuadrat ( ) dari model tersebut 3. Cari nilai varians dengan menggunakan persamaan :, dengan n adalah jumlah unit pengamatan dan SSE adalah jumlah kuadrat error. 4. Regresikan variabel-variabel yang diamati dengan variabel tak bebasnya adalah ( ) 5. Cari nilai, dengan nilai SStotal dan R 2 merupakan nilai dari hasil regresi pada Langkah (4) 6. Bandingkan nilai dengan atau nilai p_value dengan. Jika atau nilai p_value, maka Ho ditolak. Hal ini mengindikasikan adanya heteroskedastisitas dalam data 2.5 Pengujian Kesesuaian Model (Goodness of fit) Pengujian ini dilakukan dengan menguji kesesuaian dari koefisien parameter secara serentak, yaitu dengan mengkombinasikan uji regresi linier pada model regresi global dengan model (2.1) untuk data spasial. Uji ini sama juga dengan menguji w u, v yang digunakan dalam proses penaksiran parameter apakah pembobot j i i sama dengan satu. Bentuk hipotesis dari pengujian ini adalah sebagai berikut : H : 0,, 1,2,..., k ui vi k k p (tidak ada perbedaan yang signifikan antara model regresi global dengan GWR), untuk setiap i, i 1,2,3,..., n H paling sedikit ada satu u, v yang berhubungan dengan lokasi u, v 1 : k i i perbedaan yang signifikan antara model regresi global dan GWR) Secara sistematis nilai statistik uji dapat ditulis sebagai berikut: SSEOLS SSEGWR v1 F SSEGWR Statistik Uji F akan mendekati sebaran F dengan derajat bebas dengan SSE OLS SSE : jumlah kuadrat dari model OLS : jumlah kuadrat dari model GWR GWR 1 : nilai dari n p1 1 : nilai dari n p1 21 2dengan 2 T i i tr 1 S 1 S, i 1, 2 S : hat matrix dari model GWR 1 2 2 1, 1 v2 2 i i (ada (2.4) 6

Kriteria Uji, Tolak H 0 jika F hitung 2 2 F 1, 1 v2 2. Terima dalam hal lainnya. Jika H 0 ditolak, maka ada perbedaan yang signifikan antara model regresi global dan GWR dengan kata lain terdapat efek spatial dalam data. Selanjutnya untuk mengetahui variabel-variabel bebas yang berpengaruh terhadap variabel tak bebas pada setiap lokasi, maka digunakan uji keberartian parameter model. 2.6 Pengujian Parameter Model Pengujian parsial digunakan untuk mengetahui signifikansi parameter u, v terhadap variable respon secara parsial pada model GWR. Bentuk k i i hipotesisnya adalah sebagai berikut: H : 0, 0 k ui vi (tidak terdapat pengaruh variabel bebas terhadap variabel tak bebas) H : u, v 0; k 1,2,..., p (minimal terdapat satu variabel bebas yang 1 k i i berpengaruh terhadap variabel tak bebas) Statistik Uji yang digunakan adalah: ˆ k ui, vi T ˆ gkk (2.5) dengan gkk adalah elemen diagonal ke-k dari matrix CC T, ( ( ) ) ( ) Kriteria uji: Tolak H 0 jika T dan terima dalam hal lainnya. hit t ; df 2 2 2.7 Data dan Variable Penelitian Dalam penelitian ini digunakan alat dan bahan yang mendukung proses pelaksanaan penelitian. Data yang digunakan bersumber dari Badan Pusat Statistik yaitu data hasil Survei Tahunan Industri Skala Menengah Besar Tahun 2012. Variabel penelitian yang digunakan untuk menganalisis model output sektor Industri skala Menengah Besar adalah variable input dan jumlah tenaga kerja. Variabel dependen (Y) dan variable independen (X) adalah sebagai berikut: Y : total ouput sektor Industri Skala Menengah Besar per propinsi, dalam rupiah X 1 : pengeluaran perusahaan untuk bahan baku, dalam rupiah X 2 : pengeluaran perusahaan untuk penggunaan bahan bakar, dalam rupiah X 3 : pengeluaran perusahaan untuk penggunaan listrik dan non listrik PLN, dalam rupiah : pengeluaran perusahaan untuk pembayaran pajak, dalam rupiah X 4 7

3 Hasil dan Pembahasan 3.1 Uji Heteroskedastisitas Untuk menguji ada tidaknya variasi spatial dalam data digunakan Uji Breusch- Pagan-Godfrey dengan hipotesis sebagai berikut: Tabel 3.1 Hasil Uji Breusch-Pagan Heteroskedasticity Test Breusch-Pagan F-statistic 7.082758 Prob. F(4,28) 0.0005 Obs*R-squared 16.59696 Prob. Chi-Square (4) 0.0023 Scaled explained 14.19961 Prob. Chi-Square (4) 0.0067 Berdasarkan hasil penghitungan dengan software Eviews7 diperoleh nilai probability Chi-Square sebesar 0.0023, nilai ini lebih kecil dari nilai. Hal ini mengindikasikan penolakan Ho, yang berarti bahwa terdapat heteroskedastisitas dalam data. Karena terdapat variasi spatial dalam data, maka analisis regresi yang digunakan untuk pemodelan nilai output adalah metode Geographically Weighted Regression. 3.2 Model GWR Aplikasi dalam pemodelan GWR pada penelitian ini adalah dengan menggunakan paket program GWR4 software. Langkah awal dalam pembentukan model GWR adalah dengan menghitung bandwidth dengan menggunakan Cross Validation seperti pada Persamaan (2.9). Nilai bandwidth setiap lokasi digunakan untuk membentuk matriks pembobot untuk setiap daerah ke-i. Dengan menggunakan software GWR4, diperoleh nilai bandwith sebesar 3,463.10 21. Setelah nilai bandwith diketahui, kemudian hitung nilai pembobot untuk setiap lokasi dengan metode Kernel-Gauss seperti pada Persamaan (2.3), dengan menghitung jarak euclidean distance terlebih dahulu. Dengan bantuan program GWR4 diperoleh nilai taksiran parameter di semua lokasi ( ) seperti terlihat pada Lampiran 1. Secara ringkas, nilai taksiran parameter lokal untuk model output sektor Industri M/B dilihat pada Tabel 3.2 Tabel 3.2 Ringkasan Nilai Taksiran Parameter Lokal Model Output Sektor Industri M/B No Parameter Minimum Maksimum Range 1 896029226.496 21051153527.939 20155124301.442 2 0.432392 1.874821 1.442429 3-1.731553 9.134592 10.866145 4-13.888823-2.616137 11.272687 5-8.394670-3.398506 4.996164 8

Setelah diperoleh hasil estimasi dengan menggunakan GWR, selanjutnya dilihat ada tidaknya perbedaan yang signifikan antara model regresi global dengan model GWR dan diperoleh hasil sebagai berikut: Tabel 3.3 Tabel Anova GWR SS df F Model Global 5,32.10 21 5,000 3,507 Model GWR 2,83.10 21 22,378 Berdasarkan tabel di atas, nilai F hitung= 3,507 lebih besar dari F tabel = ( )=2,66. Hal ini menunjukan adanya perbedaan yang signifikan antara model regresi global dengan model GWR. Dengan kata lain, faktor spatial berpengaruh secara signifikan terhadap model output sektor industri skala menengah besar di setiap propinsi di Indonesia. Pengujian parameter model dilakukan untuk mengetahui faktor-faktor yang berpengaruh terhadap model output di setiap lokasi ( ). Dengan diperoleh nilai t-tabel= ( ) =2,36. Dengan membandingkan nilai t hitung dengan nilai t tabel, maka akan diperoleh faktor-faktor yang berpengaruh terhadap model output di setiap lokasi, seperti terlihat dalam Tabel 3.4. Secara lengkap nilai thitung untuk setiap variabel disetiap lokasi dapat dilihat pada Lampiran 2. No Tabel 3.4 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Model Output Sektor Industri M/B di Setiap Propinsi Propinsi Variabel yang berpengaruh 1 Aceh dan Sumatera Utara X 1, X 2, dan X 4 2 Sumatera Barat, Riau, Jambi, Sumatera Selatan, Bengkulu Lampung, Bangka Belitung, Kepulauan Riau, DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, D.I Yogyakarta, Jawa Timur, Banten, Bali, NTB, NTT, Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, Kalimantan Selatan, Kalimantan Timur, Sulawesi Utara, Sulawesi Tengah, Sulawesi Selatan, Sulawesi Tenggara, Gorontalo, Sulawesi Barat, Maluku Utara X 1, X 2, X 3 dan X 4 3 Maluku dan Papua Barat X 1, X 3, dan X 4 4 Papua Tidak ada variabel yang berpengaruh Berdasarkan tabel di atas, faktor spatial berpengaruh terhadap penentuan model output sektor Industri Menengah Besar. Secara umum faktor yang 9

mempengaruhi model output sektor Industri adalah pengeluaran perusahaan untuk pembelian bahan baku, bahan bakar, pemakaian listrik & non listrik, dan pembayaran pajak. Namun, pada Propinsi Aceh dan Sumatera Selatan faktor yang mempengaruhi adalah pengeluaran perusahaan untuk pembelian bahan baku, bahan bakar, dan pembayaran pajak. Sedangkan untuk Propinsi Maluku dan Papua Barat, faktor yang mempengaruhi adalah pengeluaran perusahaan untuk pembelian bahan baku, pemakaian listrik & non listrik, dan pembayaran pajak. Pada Propinsi Papua tidak terdapat faktor yang signifikan dalam menentukan model output sektor Industri Menengah Besar. Daftar Pustaka Brundson, C., Fotheringham, A.S, and Charlton, M., 1998. Geographically Weighted Regression: Modelling spatial non-stationarity, 47: 431-443 Charlton, Martin. & Fotheringham, A.S. 2009. Geographically Weighted Regression White Paper. National Centre for Geocomputation, National University of Ireland Maynooth. Fotheringham, A.S., Brundson, C. dan Charlton, M., 2002. Geographically Weighted Regression, John Willey and Sons, Chichester, UK. Gujarati,D. 1999. Ekonometrika Dasar, Erlangga, Jakarta. Hanum, Herlina. 2011. Perbandingan Metode Stepwise, Best Subset Regression, dan Fraksi dalam Pemilihan Model Regresi Berganda Terbaik, Jurnal Penelitian Sains Volume 14 Nomer 2A. Ilham M, & Dwi A. 2013. Pemodelan Data Kemiskinan di Provinsi Sumatera Barat dengan Metode Geographically Weighted Regression. Media Statistika, Volume 6, No.1:37-49 Leung, Y., Mei, C. & Zhang W. Statistical Test for Spatial non Stationary Based on Geographically Weighted Regression for Disease Association Mapping. Environment and Planning A, 2000, 24:2695-2717 Mei, C.L. Geographically Weighted Regression Technique for Spatial Data Anaysis, School of Science Xi an Jiaotong University 10

LAMPIRAN 1 Nilai Taksiran Parameter Lokal Model Output Sektor Industri Menengah Besar No Propinsi 1 Aceh 15321681279 0.396861 5.92508-4.01221 1.478554 18221546244 2 Sumatera Utara 19760731594 0.393863 5.071329-2.71951-1.93852 61339833376 3 Sumatera Barat 22249381118 0.423274 4.589137-2.46925-3.06379 32807368715 4 Riau 23492759597 0.438921 4.323101-2.42257-3.45834 82845460700 5 Jambi 23410673226 0.449016 4.308227-2.50377-3.50929 40361709455 6 Sumatera Selatan 23210132540 0.489737 4.221566-2.82116-3.73966 39581137614 7 Bengkulu 22654547607 0.511378 4.174298-3.01093-3.73896 25509268837 8 Lampung 21344379973 0.611252 3.916691-3.81183-4.09074 37682755577 9 Bangka Belitung 21903570842 0.569226 4.292741-3.5577-4.14966 35755887759 10 Kepulauan Riau 24248906244 0.441683 4.228624-2.36632-3.65437 66409361295 11 DKI jakarta 17986426698 0.759658 3.650212-5.05363-4.46694 70690589419 12 Jawa Barat 18584675293 0.739136 3.62268-4.8568-4.39695 1.3823E+11 13 Jawa Tengah 13954511825 0.891945 3.743292-6.28718-4.85301 86545205211 14 D.I Yogyakarta 12042496807 0.956213 3.711608-6.85508-5.00456 13804913346 15 Jawa Timur 9252088681 1.04794 4.166069-7.89443-5.4001 50534465521 16 Banten 19605043074 0.700928 3.592824-4.49869-4.26624 1.18817E+11 17 Bali 6478632655 1.16019 4.926142-9.28966-5.96462 7252116027 18 NTB 5138160650 1.233069 5.787895-10.3917-6.46804 5416127123 19 NTT 4293415450 1.418367 4.976345-12.1507-6.51127-3289077183 20 Kalimantan Barat 16608457521 0.728078 5.207208-5.38523-4.92798 27264362813 21 Kalimantan Tengah 10811724457 0.946306 6.177709-7.86828-5.83534 32681609659 22 Kalimantan Selatan 7021571795 1.116085 7.072381-9.89777-6.59795 31054588995 23 Kalimantan Timur 6697208034 1.133159 7.7478-10.4423-6.82659 40093963651 24 Sulawesi Utara 2121450535 1.464149 10.68661-8.2981-12.1509 19064057388 25 Sulawesi Tengah 2695137487 1.419306 9.659617-13.7484-8.49763 7135763853 26 Sulawesi Selatan 3077022812 1.372249 9.16657-13.337-8.04722 41215329633 27 Sulawesi Tenggara 2863335190 1.430235 8.974185-13.8185-8.11588 4897807811 28 Gorontalo 2548848065 1.453629 9.895601-13.4669-9.0507 5027354257 29 Sulawesi Barat 3301957136 1.345125 9.068698-13.0378-7.93241 5884531530 30 Maluku 1050035613 1.568116 2.611138 4.096902-12.0612 2763087157 31 Maluku Utara 1179920402 1.36326 10.8004 2.32942-16.1607 1186090777 32 Papua Barat 651084218.7 1.451494 1.374085 13.48351-12.4531 3832742172 33 Papua 94449290.25 1.405721 1.895839 15.98914-4.2922 7241771575 11

LAMPIRAN 2 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Model Output Sektor Industri M/B di Setiap Propinsi No Propinsi Variabel yang berpengaruh 1 Aceh 3.248 3.977 3.563-1.997-4.579 X 1, X 2, dan X 4 2 Sumatera Utara 4.069 4.413 3.522-2.082-5.154 X 1, X 2, dan X 4 3 Sumatera Barat 4.533 5.111 3.519-2.426-5.572 X 1, X 2, X 3, dan X 4 4 Riau 4.911 5.494 3.537-2.636-5.820 X 1, X 2, X 3, dan X 4 5 Jambi 4.908 5.597 3.537-2.701-5.860 X 1, X 2, X 3, dan X 4 6 Sumatera Selatan 4.999 6.055 3.560-2.998-6.063 X 1, X 2, X 3, dan X 4 7 Bengkulu 4.839 6.123 3.488-3.033-6.017 X 1, X 2, X 3, dan X 4 8 Lampung 4.861 6.955 3.471-3.607-6.345 X 1, X 2, X 3, dan X 4 9 Bangka Belitung 5.141 6.971 3.753-3.669-6.533 X 1, X 2, X 3, dan X 4 10 Kepulauan Riau 5.285 5.825 3.646-2.864-6.039 X 1, X 2, X 3, dan X 4 11 DKI jakarta 4.588 7.895 3.455-4.362-6.740 X 1, X 2, X 3, dan X 4 12 Jawa Barat 4.634 7.757 3.421-4.237-6.656 X 1, X 2, X 3, dan X 4 13 Jawa Tengah 4.101 8.583 3.583-5.057-7.162 X 1, X 2, X 3, dan X 4 14 D.I Yogyakarta 3.783 8.812 3.579-5.340-7.311 X 1, X 2, X 3, dan X 4 15 Jawa Timur 3.274 9.187 3.776-5.862-7.671 X 1, X 2, X 3, dan X 4 16 Banten 4.693 7.481 3.361-3.998-6.497 X 1, X 2, X 3, dan X 4 17 Bali 2.586 9.450 3.865-6.395-7.982 X 1, X 2, X 3, dan X 4 18 NTB 2.122 9.453 3.789-6.605-7.998 X 1, X 2, X 3, dan X 4 19 NTT 1.366 8.347 2.704-5.700-6.195 X 1, X 2, X 3, dan X 4 20 Kalimantan Barat 4.642 8.468 4.338-4.979-7.371 X 1, X 2, X 3, dan X 4 21 Kalimantan Tengah 3.758 9.492 4.685-6.050-8.017 X 1, X 2, X 3, dan X 4 22 Kalimantan Selatan 3.003 9.848 4.797-6.632-8.370 X 1, X 2, X 3, dan X 4 23 Kalimantan Timur 2.988 9.737 4.954-6.511-8.342 X 1, X 2, X 3, dan X 4 24 Sulawesi Utara 0.915 6.092 3.320-4.794-6.565 X 1, X 2, X 3, dan X 4 25 Sulawesi Tengah 1.534 8.149 4.165-5.941-7.701 X 1, X 2, X 3, dan X 4 26 Sulawesi Selatan 1.666 8.742 4.110-6.360-7.823 X 1, X 2, X 3, dan X 4 27 Sulawesi Tenggara 1.335 7.756 3.510-5.811-7.022 X 1, X 2, X 3, dan X 4 28 Gorontalo 1.318 7.467 3.936-5.535-7.367 X 1, X 2, X 3, dan X 4 29 Sulawesi Barat 1.881 9.117 4.419-6.535-8.129 X 1, X 2, X 3, dan X 4 30 Maluku 0.400 3.910 1.336-3.469-3.821 X 1, X 3, dan X 4 31 Maluku Utara 0.609 4.872 2.548-4.172-5.559 X 1, X 2, X 3, dan X 4 32 Papua Barat 0.254 3.333 0.737-2.571-2.855 X 1, X 3, dan X 4 33 Papua 0.157 1.850-0.074-0.399-1.239 Tidak ada faktor yang mempengaruhi 12

13