BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Latar Belakang Proyek

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Latar Belakang Proyek

BAB III TINJAUAN TEMA ARSITEKTUR HIJAU

CONDOMINIUM DENGAN PENERAPAN 'SKYRISE GREENERY' TERKAIT PENDEKATAN ARSITEKTUR HIJAU DI JAKARTA TIMUR.

Pengembangan RS Harum

BAB VI HASIL RANCANGAN

PENDAHULUAN BAB I. Latar Belakang. Kota Jakarta, ibukota negara sekaligus sebagai pusat ekonomi dan pusat

PENDAHULUAN. Berbicara tentang tempat tinggal, kota Jakarta menyediakan lahan yang

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. Pada saat ini keterbatasan lahan menjadi salah satu permasalahan di Jakarta

BAB I PENDAHULUAN.

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Proyek

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Eksistensi Proyek. kota besar di Indonesia. Hal ini disebabkan oleh pertumbuhan jumlah

Perancangan gedung rawat inap rumah sakit dengan pendekatan Green Architecture khususnya pada penghematan energi listrik. Penggunaan energi listrik me

BAB III DATA DAN ANALISA

Arsitektur Hijau BAB III TINJAUAN KHUSUS PROYEK. mengurangi kenyamanan dari club house itu sendiri.

BAB I PENDAHULUAN. mendasar yang harus diwujudkan untuk melangsungkan hidupnya.

BAB I PENDAHULUAN I.1. LATAR BELAKANG. Latar BelakangProyek. Hunian tidak asing lagi di telinga masyarakat umum. Hunian merupakan

`BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Latar Belakang Perancangan. Pusat perbelanjaan modern berkembang sangat pesat akhir-akhir ini.

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. manusia disamping kebutuhan sandang dan pangan. Dikatakan sebagai

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB I PENDAHULUAN. Foto I.1.1. Wisma Atlet Fajar - Senayan. Sumber : Dokumentasi pribadi

BAB V KONSEP PERANCANGAN

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang. Latar Belakang Proyek. Dewasa ini tingkat pertumbuhan penduduk di Indonesia terutamanya

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Judul Proyek. Kota Jakarta adalah tempat yang dianggap menyenangkan oleh mayoritas

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Proyek. 1.2 Tujuan Proyek

BAB 1 PENDAHULUAN. Seiring dengan semakin meningkatnya jumlah populasi manusia di Jakarta,

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

KAWASAN WISATA BUNGA KOTA BANDUNG

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Jumlah penduduk di Indonesia dari tahun ke tahun selalu mengalami

BAB 1 PENDAHULUAN. letaknya ini, matahari dapat bersinar di wilayah Indonesia selama 12 jam per

BAB I PENDAHULUAN. pemakaian energi karena sumbernya telah menipis. Krisis lingkungan sangat mempengaruhi disiplin arsitektur di setiap

BAB I. Jakarta berbondong-bondong untuk tinggal, belajar, dan bekerja di ibukota. Hal ini

Sudirman Green Office

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. Peningkatan jumlah penduduk di Indonesia sekarang ini semakin meningkat

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. Jakarta adalah kota yang setiap harinya sarat akan penduduk, baik yang

BAB I PENDAHULUAN I. 1. LATAR BELAKANG. I Latar Belakang Perancangan. Pada dasarnya manusia mempunyai kebutuhan primer.

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. Persoalan tempat tinggal masih menjadi masalah pelik bagi penduduk di

BAB.I PENDAHULUAN. karena semakin banyaknya perusahaan yang bergerak dibidang industri baik dari

BAB I PENDAHULUAN. Judul : Apartemen dengan Pendekatan Desain Biophilik Di Jakarta Selatan

BAB 1 PENDAHULAN I.1. LATAR BELAKANG. Latar Belakang Proyek. Jakarta adalah Ibukota dari Indonesia merupakan kota yang padat akan

BAB III METODE PERANCANGAN. dilakukan berbagai metode perancangan yang bersifat analisa yang

PERKEMBANGAN ARSITEKTUR II

HOTEL RESORT DI DAGO GIRI, BANDUNG

BAB III METODE PERANCANGAN. di Kota Malang dibutuhkan suatu metode yang merupakan penjelas tentang

BAB V KESIMPULAN ARSITEKTUR BINUS UNIVERSITY

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang

Gambar 6.1 Alternatif Gambar 6.2 Batara Baruna. 128 Gambar 6.3 Alternatif Gambar 6.4 Alternatif Gambar 6.

BAB 1 PENDAHULUAN. tidak terkecuali pada daerah-daerah di Indonesia. Peningkatan urbanisasi ini akan

BAB I: PENDAHULUAN Latar Belakang Proyek.

BAB 1 PENDAHULUAN. sebanyak 8,2 juta hektar untuk mengatasi kekurangan pangan dan luas lahan

BAB III METODELOGI PERANCANGAN. Dalam Perancangan Hotel Resort Wisata Organik ini terdapat kerangka

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan utama yang mutlak dari setiap individu-individu di bumi ini.

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang. Latar Belakang Proyek. Manajemen sumber daya manusia (MSDM) merupakan salah satu program

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB III METODE PERANCANGAN. dalam mengembangkan ide sebuah rancangan. Langkah-langkah ini meliputi

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

Pengembangan RS Harum

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

BAB IV : KONSEP. 4.1 Konsep Dasar. Permasalahan & Kebutuhan. Laporan Perancangan Arsitektur Akhir

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang. Jakarta, seperti yang telah kita ketahui, merupakan kota dengan populasi

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang I.1.1 Latar Belakang proyek

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang. Jakarta merupakan Ibukota dari Indonesia, oleh sebab itu industri dan

APARTEMEN LIFE STYLE BAB I PENDAHULUAN

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL HALAMAN PENGESAHAN CATATAN DOSEN PEMBIMBING HALAMAN PENGANTAR PERNYATAAN ABSTRAK DAFTAR GAMBAR DAFTAR TABEL

BAB I PENDAHULUAN. Jakarta, ibukota negara Indonesia, merupakan kota yang terus

BAB IV ANALISA TAPAK

BAB I PENDAHULUAN. Agria Tri Noviandisti, 2012 Perencanaan dan Perancangan Segreen Apartment Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi.

BAB V KONSEP PERANCANGAN

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB 1 PENDAHULUAN. Masyarakat dan gaya hidupnya dewasa ini semakin berkembang. Hal

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang

BAB IV ANALISA PERENCANAAN

Penataan Bukit Gombel, Semarang dengan Bangunan multifungsi Penekanan pada Green Architecture

Tabel 1.1. Luas Wilayah dan Kepadatan Penduduk Provinsi D.I. Yogyakarta Tahun

GEDUNG PAMER DAN LAYANAN PURNA JUAL

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Pengembangan perkotaan dalam sektor pusat bisnis dan hunian makin pesat,

BAB III METODE PERANCANGAN. Pembahasan yang dikemukakan dalam bagian bab ini ditujukan untuk

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. pada Al-quran dan hadist-hadist diantaranya dalam surat An-Nuur ayat ke-36

BAB I PENDAHULUAN. demi tercapainya kualitas hidup dari manusia itu sendiri.

1 A p a r t e m e n S i s i n g a m a n g a r a j a S e m a r a n g

BAB I PENDAHULUAN. pemukiman kumuh di kota yang padat penduduk atau dikenal dengan istilah urban

ke segala arah dan melepaskan panas pada malam hari. cukup pesat. Luas wilayah kota Pematangsiantar adalah km 2 dan

BAB III METODE PERANCANGAN

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang. I.1.1 Latar Belakang Pemilihan Judul. Jakarta merupakan salah satu kota besar yang memiliki perkembangan cukup

BAB III METODE PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

Rumah Susun Sewa Di Kawasan Tanah Mas Semarang Penekanan Desain Green Architecture

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan makin meningkatnya kebutuhan dan permintaan hunian di

APARTEMEN HEMAT ENERGI DAN MENCIPTAKAN INTERAKSI SOSIAL DI YOGYAKARTA DAFTAR ISI.

Transkripsi:

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.1.1 Latar Belakang Proyek Saat ini kebutuhan akan tempat tinggal di Jakarta semakin meningkat. Seiring dengan berjalannya pembangunan, terjadi pula pengurangan lahan terbuka. Pembangunan hunian vertikal menjadi salah satu solusi untuk penyelesaian masalah tersebut. Hunian vertikal memungkinkan untuk memenuhi kebutuhan akan tempat tinggal dalam jumlah banyak. Hal tersebut menyebabkan adanya pembangunan hunian vertikal yang terjadi hampir di seluruh wilayah Jakarta. Deputi Perumahan Formal Kementrian Perumahan Rakyat, Pangihutan Marpaung (2012) dalam detikfinance.com mengatakan bahwa saat ini masyarakat sudah bosan dengan kemacetan dan lebih memilih lokasi hunian vertikal di dekat Jakarta. Contohnya saja, penghuni apartemen Centre Point Bekasi adalah eks pemilik rumah yang jauh dari pusat kota. Hal tersebut yang menyebabkan hunian vertikal cenderung berada di kawasan bisnis CBD, perkantoran yang didukung oleh keberadaan pusat perbelanjaan. Tak lama kemudian terjadi penurunan minat masyarakat dengan apartemen setelah hadirnya condominium. Hal tersebut diutarakan oleh Senior Analyst Condominium & Rental Apartement Research & Advisory Cushman & Wakefield, Elizabeth Tanti Noviana (2012) bahwa sepanjang triwulan pertama 2011, tingkat hunian apartemen sewa di Jakarta tercatat hanya sebanyak 65,4%, atau turun sekitar 0,9% dibanding kuartal sebelumnya yang mencapai 66,3%. Menurut hasil riset Cushman dan Wakefield yang disampaikan oleh Dharmesti Sindhunatha, Associate Director Marketing & Communications and Human Resources (2012) menyampaikan bahwa aktifitas penjualan condominium kian meningkat dengan didominasi oleh proyek menengah ke atas dengan angka 67% sedangkan kelas menengah 61,3% dan kelas atas 57%. 1

2 Target pemasaran pun kian berkembang. Evie Susanti, Associate Director PT Leads Property Service Indonesia (2012) menambahkan bahwa investasi condominium saat ini didukung dengan okupansi yang tidak hanya sebatas para ekspatriat saja. Konsumen lokal di Jakarta kini banyak beralih ke hunian vertikal karena adanya keterbatasan pasokan rumah yang terjangkau harganya. Adapun hasil riset Cushman dan Wakefield yang disampaikan oleh Dharmesti Sindhunatha, Associate Director Marketing & Communications and Human Resources (2012) bahwa aktifitas penjulan condominium di wilayah sekitar Jakarta diperkirakan akan terus meningkat pada tahun 2013. Pembangunan membuat lahan terbuka di Jakarta semakin berkurang. Condominium dan beberapa macam hunian vertikal dapat memberikan kebutuhan akan ruang terbuka. Lahan terbuka memberikan kesempatan untuk melakukan penghijauan tetapi umumnya bangunan tinggi justru didominasi oleh pengerasan yang menyebabkan lingkungan bangunan menjadi panas. Gambar 1.1 Pola temperatur di suatu kota yang terkena Urban Heat Island Sumber: Jurnal Ekoton Vol. 8 Pemanasan kota tersebut lebih dikenal dengan istilah Urban Heat Island. Penghijauan dapat dilakukan diberbagai tempat bahkan pengerasan pada bangunan memungkinkan untuk dilakukan penghijauan. Area pengerasan horizontal hingga vertikal pada bangunan contohnya fasade/dinding pun dapat digunakan untuk penghijauan. Hal tersebut telah diterapkan di Singapore. Penghijauan dimaksimalkan dan dimungkinkan untuk setiap area bangunan. Tentu saja untuk area terbuka hijau pemerintah Singapore sendiri telah membuat

3 peruntukannya sendiri untuk wilayahnya. Penghijauan ini di Singapore lebih dikenal dengan nama Skyrise Greenery. Adapun lokasi yang telah dipilih untuk proyek pembangunan condominium ini adalah daerah Cawang, Jakarta Timur. Kawasan ini kelak akan dijadikan kawasan CBD baru di Jakarta Timur. Hal tersebut diungkapkan melalui artikel Detikfinance (2012). Gambar 1.2 Grafik UHI dalam kawasan CBD Sumber: www.google.co.id CBD berpartisipasi dalam efek Urban Heat Island. Hal tersebut dikatakan sebuah artikel Geography.about.com. Oleh karena itu, diharapkan penerapan konsep Skyrise Greenery ini sedikitnya berpengaruh pada iklim mikro lingkungan sekitar tapak dan terutama pada bangunan itu sendiri. Adapun hal yang telah dipaparkan di atas menjadi banyak hal atas pertimbangan penyusunan Condominium Dengan Penerapan 'Skyrise Greenery' Terkait Pendekatan Arsitektur Hijau di Jakarta Timur ini sebagai Proyek Tugas Akhir saat ini. 1.1.2 Latar Belakang Topik dan Tema Tema dari proyek ini adalah Green Architecture atau Arsitektur Hijau. Pengertian arsitektur hijau menurut Karyono, T.H. (2010) adalah arsitektur yang minim dalam mengkonsumsi sumber daya alam, termasuk energi, air dan material serta minim menimbulkan dampak negatif bagi lingkungan. Prinsip arsitektur hijau menurut Brenda dan Robert Vale (1991) terdiri dari 6 hal yaitu Conserving Energy (Hemat Energi), Working with Climate (Memanfaatkan kondisi dan sumber energi alami), Respect for Site (Menanggapi keadaan tapak pada bangunan), Respect for User

4 (Memperhatikan pengguna bangunan), Limitting New Resources (Meminimalkan sumber daya baru) dan Holistic/mengaplikasikan semuanya. Dari keenam hal tersebut yang akan dijadikan topik adalah 'Working with Climate' dan 'Respect for Site' tentunya dengan 'Respect for User' juga karena bangunan dibangun untuk memberikan kenyamanan pada pengguna. Ketiga hal tersebut dapat dilakukan dengan cara menciptakan iklim mikro pada bangunan dan tapak yang tentunya akan berpengaruh pada lingkungan sekitar. Penghijauan tidak menghasilkan dampak negatif dan sangat ramah lingkungan. Penghijauan akan terus berkembang, berumur panjang dan bahkan akan tumbuh dengan sendirinya secara alami. Urban Heat Island sangat berhubungan dengan suhu udara yang meningkat yang membuat ketidaknyamanan. Pada dasarnya jika tidak dapat mencapai suhu standar kenyamanan thermal, minimal 1 o C suhu yang dapat diturunkan saja sudah memiliki efek yang besar bagi bangunan. Dalam rangka mengatasi efek Urban Heat Island ini dapat dimulai dengan mereduksi suhu bangunan itu sendiri sebelum membicarakan kota. Hal tersebut lebih dikenal dengan istilah menciptakan 'iklim mikro' pada bangunan. Menurut pemerintah Singapore melalui web resminya www.skyrisegreenery.com mengatakan bahwa penghijauan dapat dilakukan dimana saja termasuk pada sisi bangunan. Misalnya saja pada atap, dinding, balkon, pedestrian dan sisi bangunan lainnya. Istilah tersebut lebih dikenal dengan 'Skyrise Greenery'. Penerapan 'Skyrise Greenery' sudah berhasil dilakukan di Singapore. Peck (1999) mengatakan dengan penerapan 'Skyrise Greenery' berhasil mereduksi suhu sebesar 5,5 C dan dapat mengurangi jumlah energi yang dibutuhkan untuk AC sebesar 50% sampai 70% dengan mendinginkan suhu udara langsung luar bangunan. Penggunaan 'Skyrise Greenery' ini diharapkan dapat menciptakan iklim mikro pada bangunan condominium ini dan menurunkan suhu lingkungan tapak ataupun sekitarnya. Jika hal tersebut dilakukan dapat mengurangi efek Urban Heat Island dan akan memberikan kenyamanan thermal dengan pendekatan heat balance.

5 1.2 State of The Art Proyek penerapan 'Skyrise Greenery' ini sangat berbeda dengan proyek umumnya karena berhubungan dengan penghijauan pada bangunan yang tidak hanya semata pada lingkungan tapak. Penerapannya memiliki kontribusi yang sangat banyak, baik kedalam bangunan itu sendiri ataupun ke lingkungan. Penggunaan 'Skyrise Greenery' ini telah diterapkan dan diteliti oleh peneliti sebelumnya dan terbukti sangat efektif dan memberikan manfaat yang besar terhadap bangunan bangunan itu sendiri. Adapun suatu bangunan di Jalan Hayam Wuruk, Jakarta Pusat yang telah menerapkan penghijauan secara vertikal pada dinding bangunannya. Vertikal greenery tersebut tidak dilakukan sepernuhnya pada bagian dinding hanya sekitar 50-60% saja penggunaanya perlantai. D.K. Halim yang menjabat sebagai Chief Director pernah melakukan penelitian pada gedung di tempatnya bekerja itu. Beliau menemukan bahwa dengan penggunaan vertikal greenery ini dapat menurunkan suhu hingga lebih dari 3-5 o C atau bahkan lebih. Bila cuaca keadaan panas maka penggunaan AC 2 lantai dapat turun sekitar 40% tetapi jika dalam keadaan cuaca mendung, dingin dan hujan penggunaan AC dapat berkurang hingga 60%. Pengaruh dan manfaat terhadap bangunan itu sendiri yaitu dapat menurunkan suhu ruangan, mengurangi penggunaan AC, mengurangi kebisingan, penyaring debu, menjadi pembayang agar matahari tidak langsung mengenai unit/dinding dan masih banyak lainnya. Tak hanya sampai disitu, penerapan 'Skyrise Greenery' ini dapat menurunkan suhu lingkungan dan menciptakan iklim mikro. Selain itu, apabila diterapkan pada seluruh bangunan di kota akan menciptakan iklim makro. 1.3 Perumusan Masalah 1.3.1 Aspek Manusia 1. Bagaimana pola kegiatan pelaku dalam condominium baik penghuni, pengunjung maupun pengelola? 2. Apa saja kebutuhan ruang yang diperlukan guna menunjang kegiatan penghuni, pengunjung dan pengelola?

6 3. Bagaimana cara menentukan luasan ruang yang dibutuhkan untuk menampung dan menunjang kegiatan di condominium? 4. Bagaimana cara menentukan zoning-zoning ruang yang mendukung kegiatan pelaku secara optimal? 1.3.2 Aspek Bangunan 1. Bagaimana cara mendesain condominium dengan penerapan 'Skyrise Greenery' yang efektif untuk mengurangi efek Urban Heat Island dengan tetap memperhatikan estetika bangunan? 2. Bagaimana cara menentukan denah type unit yang disesuaikan dengan kegiatan dan kebutuhan penghuni? 3. Bagaimana cara menentukan program ruang unit hunian agar setiap unit mendapatkan view kota dan penghijauan? 1.3.3 Aspek Lingkungan 1. Bagaimana cara menciptakan iklim mikro pada tapak dalam usaha mengurangi efek Urban Heat Island? 1.4 Maksud/Tujuan dan Sasaran Proyek Maksud atau tujuan dari perencanaan dan perancangan condominium ini adalah memberikan alternatif desain condominium yang cocok untuk kawasan perkotaan dengan penerapan 'Skyrise Greenery' untuk mencapai terciptanya iklim mikro guna mengurang efek Urban Heat Island. Selain itu, ketersediaan berbagai macam fasilitas penunjang dilakukan agar dapat memberikan pelayanan bagi penghuninya. Penerapan 'Skyrise Greenery' ini diharapkan dapat berpartisipasi dalam mengurangi efek Urban Heat Island yang dimulai dari bangunan condominium itu sendiri. Sasaran dari proyek ini adalah mengupayakan untuk mengurangi efek Urban Heat Island dengan cara menciptakan iklim mikro guna mencapai kenyamanan thermal terutama dalam pendekatan Heat Balance. 1.5 Ruang Lingkup Adapun ruang lingkup bahasan yang akan dibahas dalam Tugas Akhir ini antara lain: 1. Deskripsi tentang Arsitektur Hijau dan 'Skyrise Greenery'. 2. Pendesainan unit dan fasilitas condominium.

7 3. Pengaplikasian 'Skyrise Greenery' pada desain condominium. 4. Pengaruh penggunaan 'Skyrise Greenery' terhadap penurunan suhu bangunan dan lingkungan guna mengurangi efek Urban Heat Island. 5. Metode penelitian 1.6 Metodologi Penelitian ini menggunakan metode deskriptif analistis. Adapun pengumpulan data primer dan sekunder yang didapatkan dari perpustakaan dan penelitian terdahulu melalui jurnal maupun observasi lapangan. Berikut ini adalah studi yang dilakukan guna mengumpulan data yang diperlukan, yaitu: A. Studi Pustaka. Berikut ini adalah upaya penelitian yang akan dilakukan penyusun mengenai studi pustaka: 1. Mencari literatur sejenis yang berkaitan tentang condominium, 'Skyrise Greenery' dan arsitektur hijau. 2. Mencari data dan hal-hal yang berhubungan dengan lokasi tapak. 3. Membandingkan bermacam-macam apartemen, residential dan condotel yang terletak di Cawang, Jakarta Timur. 4. Mencari jurnal penelitian terdahulu yang berkaitan dengan penggunaan 'Skyrise Greenery'. B. Studi Lapangan. Adapun hal yang akan dilakukan penyusun terkait studi lapangan yaitu survey secara langsung terkait penerapan topik untuk mengetahui seberapa besar manfaat penggunaannya dan kefektifan topik untuk diterapkan kedalam desain condominium. Hal sederhana untuk mengetahui kota terkena efek Urban Heat Island yaitu bila ditemukan suhu rata-rata yang memiliki kecendrungan kian meningkat pertahunnya. Selain itu, hal tersebut telah dilakukan pengujian apakah Jakarta terkena fenomena Urban Heat Island yang dilakukan oleh Mahasiswa geografi UI dalam www. kompasiana.com. C. Studi Peraturan Pemerintah Setempat Studi peraturan ini dilakukan untuk mengumpulkan data berkaitan tentang peraturan sebuah gedung atas penggunaan rooftop greenery,

8 vertical greenery dan pengelolaan mengenai peraturan tanah di lokasi tapak. D. Studi Banding Studi banding ini dilakukan untuk membuka wawasan nyata tentang fungsi apartemen, residential dan condotel serta fasilitasnya yang berlokasi di Cawang, Jakarta Timur terutama pinggiran kota. Hal tersebut dilakukan untuk mengetahui kebutuhan type denah unit. 1.7 Sistematika Penulisan Secara garis besar sistematika penulisan ini akan membahas tentang proses perencanaan dan perancangan condominium yang mengaplikasikan penggunaan Skyrise Greenery. Perencanaan dan perancangan "Condominium Dengan Penerapan 'Skyrise Greenery' Terkait Pendekatan Arsitektur Hijau di Jakarta Timur" akan disusun dalam beberapa bab antara lain sebagai berikut: BAB I : Pendahuluan Pada bagian BAB I ini terdapat pendahuluan yang berisikan tentang latar belakang dan alasan pemilihan terkait dengan Condominium Dengan Penerapan "Skyrise Greenery" Terkait Pendekatan Arsitektur Hijau di Jakarta Timur. BAB ini memaparkan latar belakang pemilihan proyek, latar belakang pemilihan topik dan tema, state of art, perumusan masalah, maksud/tujuan dan sasaran proyek, ruang lingkup, metodologi, sistematika penulisan serta kerangka berpikir. BAB II : Landasan Teori Landasan teori ini tidak langsung terjabar mengenai condominium tetapi menjabarkan prosesnya terlebih dahulu. Tinjauannya berawal dari Apartemen yang kemudian berlanjut ke Condominium, Arsitektur Hijau dan 'Skyrise Greenery'. Pada bab ini akan dibahas pula tinjauan lokasi tapak dan teori pendukung penelitian berupa jurnal penelitian sebelumnya guna mempermudah penelitian. Tak hanya itu, bab ini pun berisikan tentang hasil survey dan penelitian langsung yang dilakukan penyusun. Pada bab

9 ini pun berisikan data informasi studi banding apartemen, residential dan condotel yang dilakukan dengan cara survey langsung. Hasil pengamatan/penelitian yang dilakukan oleh penyusun pada bangunan yang memiliki keterkaitan dengan topik pun akan dibahas pada bab ini. Hasil pengamatan tersebut akan dianalisis kembali dan ditarik kesimpulan untuk pembuktian sederhana dalam hal manfaat dan penurunan suhu. BAB III : Metode Penelitian Metode penelitian ini berisikan tentang hal-hal apa yang akan dilakukan dalam penelitian tersebut. Langkah-langkah serta upaya yang dilakukan guna mendukung penelitian tersebut. BAB IV : Analisis dan Bahasan Bab ini berisikan tentang hasil dan bahasan dari analisis penelitian dapat berupa diskusi atau analisis deskriptif kuantitatif dan atau kualitatif yang berkaitan dengan topik. Hasil dari analisis tersebut nantinya akan dituangkan kedalam skematik desain guna membantu perencanaan dan perancangan condominium dengan penerapan 'Skyrise Greenery'. Tak hanya itu, bab ini berisikan pula tentang analisis tapak atau site yang menyangkut 3 aspek, yaitu aspek manusia, bangunan dan lingkungan. BAB V : Simpulan dan Saran Simpulan berisikan tentang hasil penelitian BAB IV yang sudah dapat menjawab masalah penelitian yang telah disampaikan pada BAB I. Bab ini pun akan menjawab tentang kesimpulan hasil penelitian atau hipotesis sebelumnya. Saran berisikan tentang gambaran dan usulan untuk penelitian selanjutnya, serta saran bagi pengguna yang akan menggunakan hasil penelitian ini. Selain itu, ada pula saran untuk praktisi atau pemerintahan guna menindaklanjuti dampak Urban Heat Island.

10 1.8 Kerangka Berpikir Judul Tugas Akhir Condominium Dengan Penerapan 'Skyrise Greenery' Terkait Pendekatan Arsitektur Hijau di Jakarta Timur. Latar Belakang Adanya pemanasan kota atau yang lebih dikenal dengan Urban Heat Island. F E E D B A C K Maksud/Tujuan dan Sasaran Proyek Memberikan alternatif desain condominium yang cocok untuk kawasan perkotaan dengan penerapan 'Skyrise Greenery' untuk mencapai kenyamanan thermal. Permasalahan Bagaimana cara mendesain condominium dengan penerapan 'Skyrise Greenery' guna mengoptimalisasi pengurangan efek Urban Heat Island. Bagaimana cara penyelesaian permasalahan pada tapak dan tata ruang melalui desain bangunan dan pengolahan site terkait pengurangan efek Urban Heat Island. Tinjauan Teori Teori Apartemen Teori Condominium Teori Arsitektur Hijau Teori 'Skyrise Greenery' Teori Pendukung Penelitian dan Analisis Studi Banding Condominium Analisis penelitian/jurnal terdahulu Analisis pada bangunan melalui simulasi software Konsep Perancangan Perancangan pada Condominium sesuai standar Penerapan 'Skyrise Greenery' Skematik Desain Perancangan Gambar 1.3 Skema Gambar Sumber:Dokumentasi Pribadi, 2013