BAB 1 PENDAHULUAN. banyak nikmat yang diberikan Allah kepada manusia. 1. menghadapi perkembangan sosial, jika dalam proses belajar-mengajar

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sebagian besar dari proses perkembangan manusia berlangsung

BAB I PENDAHULUAN. Efektivitas kegiatan belajar tersebut bergantung pada tingkat kerumitanan jenis

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya manusia. Kualitas sumber daya manusia sangat tergantung. mengembangkan kualitas sumber daya manusia.

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan berasal dari Bahasa Yunani, yaitu paedagogik. Pais artinya anak,

BAB I PENDAHULUAN. satu sektor penting dan dominan dalam menentukan maju mundurnya suatu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Berdasarkan Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional (UU

BAB I PENDAHULUAN. ini, dipersiapkan sumber daya manusia dengan kualitas yang unggul dan. mampu memanfaatkan pengetahuan dengan baik.

BAB I PENDAHULUAN. Manusia membutuhkan pendidikan dalam hidupnya. Pendidikan adalah

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan dan kepribadian seseorang akan dibangun. Pendidikan merupakan

pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya pendidikan merupakan usaha manusia, artinya manusialah yang

BAB I PENDAHULUAN. segala sesuatu yang terkait dengan pendidikan. Pendidikan merupakan sarana

BAB I PENDAHULUAN. akhlak maupun pendidikan ilmu umum. Pendidikan telah mengubah manusia

BAB I PENDAHULUAN. manusia (SDM), karena dengan pendidikan dapat melahirkan generasi-generasi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah suatu interaksi manusiawi (human interaction)

BAB I PENDAHULUAN. secara eksak berbagai ide dan kesimpulan. 1 Matematika tidak lepas dari. sebagaimana yang ada dalam QS. Mujadilah ayat 11 :

BAB I PENDAHULUAN. tingkat pendidikan masing-masing individu pembentuk bangsa. Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat itu sendiri. Oleh karena itu, manusia membutuhkan pendidikan dalam

BAB I PENDAHULUAN. kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1999), hlm Hasan Langgulung, Manusia dan Pendidikan Suatu Analisis Psikologi Filsafat dan

BAB I PENDAHULUAN. Agama Islam sangat menganjurkan kepada manusia untuk selalu belajar.

BAB I PENDAHULUAN. sehingga manusia itu tumbuh sebagai pribadi yang utuh. Pendidikan adalah proses

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Manusia memiliki alat-alat potensial yang harus dikembangkan secara

BAB I PENDAHULUAN. bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap,

ي ا أ ي ه ا ال ذ ين آم ن وا إ ذ ا ق يل ل ك م ت ف سح وا في ال م ج ال س ف اف س ح وا ي ف س ح ا ل ك م و إ ذ ا ق ي ل ان ش ز وا ف ان ش ز وا ي ر ف ع ا

BAB I PENDAHULUAN. sehingga kelangsungan hidup manusia akan berjalan dengan lancar dan optimal.

BAB I PENDAHULUAN. tercipta sumber daya manusia yang berkualitas. Seperti yang di ungkapkan

BAB I PENDAHULUAN. di Indonesia. Mengingat persaingan didunia sangat sengit dalam bidang ekonomi,

BAB I PENDAHULUAN. manusia karena melalui pendidikanlah manusia dapat berdaya guna dan. mengembangkan ilmu pengetahuan menjadi teknologi.

BAB I PENDAHULUAN. diri, melalui proses pembelajaran yang aktif, kreatif, efektif, dan menyenangkan. 2

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. pada peradaban yang semakin maju dan mengharuskan individu-individu untuk terus

BAB I PENDAHULUAN. Kemampuan pemecahan masalah matematika pada siswa dapat. berbentuk uraian kita dapat melihat langkah-langkah yang dilakukan siswa

BAB I PENDAHULUAN. Sistem Pendidikan Nasional, Bab I Pasal 1 ayat (1) dikemukakan bahwa

BAB I PENDAHULUAN. Mengingat pentingnya peran matematika tersebut, maka matematika dipelajari

SKRIPSI. Disusun Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai. Derajat Sarjana S-1 Jurusan Pendidikan Akuntansi. Diajukan oleh : ARIYANTI

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. seluruh kalangan, keberadaannya yang multifungsional menjadikan pendidikan. merupakan tolak ukur yang utama dalam kehidupan.

BAB I PENDAHULUAN. Ruzz Media Group, 2009), hlm Wiji Suwarno, Dasar-Dasar Ilmu Pendidikan, (Jogjakarta: Ar-

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

NASKAH PUBLIKASI Untuk memenuhi sebagian persyaratan Guna memenuhi derajat sarjana S-1 Pendidikan Matematika

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Matematika merupakan salah satu mata pelajaran di sekolah yang dinilai

BAB I PENDAHULUAN. oleh peserta didik dapat diterima baik dan berpengaruh terhadap pemahaman serta

BAB 1 PENDAHULUAN. menciptakan masyarakat yang cerdas, damai, terbuka, dan demokratis sehingga

BAB I. melalui proses pendidikan akan memunculkan manusia-manusia yang

BAB I PENDAHULUAN. disampaikan melalui ceramah akan sulit diterima oleh siswa dan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan sudah diberikan oleh orang tuanya dan ketika menjadi siswa ataupun

BAB I PENDAHULUAN. individu agar dikemudian hari dapat memainkan peranan hidup secara

BAB I PENDAHULUAN. saling terkait secara terpadu untuk mencapai tujuan pendidikan nasional. 1

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. Andrea Hirata, penulis buku Laskar Pelangi bisa sukses bukan karena ilmu

- د ر ج ات و ا ل ل ه ب م ا ت ع م ل ىن خ ب يز -١١ BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan merupakan suatu aspek yang mendasar dalam usaha

BAB I PENDAHULUAN. hlm. 36

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Manusia dikatakan sebagai makhluk pendidikan karena dia memiliki

BAB I PENDAHULUAN. Dalam Undang-Undang RI No.20 tahun 2003 pasal 3. (2005:56) tentang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. ada dengan pendidikan. Menurut Undang-Undang RI Nomor 20 Tahun 2003

BAB I PENDAHULUAN. manusia untuk mengembangkan pengetahuan dan kepribadiannya. Pendidikan ini

BAB I PENDAHULUAN. yang berkualitas. Oleh karena itu, dunia pendidikan harus mampu meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. tetap relevan dengan perkembangan teknologi informasi dan perkembangan

PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

1.1 LATAR BELAKANG MASALAH

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah dan Penegasan Judul. potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri,

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan berasal dari bahasa Yunani paedagogie yang terbentuk

BAB I PENDAHULUAN. Pasal 1, ayat (1) 31, ayat (1). 1 Undang-Undang No. 20 tahun 2003, Sistem Pendidikan Nasional,

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya manusia, terutama dalam proses pembangunan nasional. Oleh karena itu upaya

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. manusia melalui transfer ilmu pengetahuan, keahlian dan nilai-nilai kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan sekarang ini masih jauh diatas rata-rata pendidikan yang ada di negara

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah salah satu mahkluk ciptaan Allah SWT yang diberi

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Kemajuan suatu bangsa sangat ditentukan oleh kualitas sumber daya manusia. Kualitas sumber daya manusia

BAB I PENDAHULUAN. manusia untuk mananggulangi masalah-masalah yang dihadapi sepanjang hayat

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. mampu bersaing dan menghadapi perubahan-perubahan yang tidak menentu. Salah satu

I. PENDAHULUAN. positif dan negatif pada suatu negara. Orang-orang dari berbagai negara

BAB I PENDAHULUAN. didik untuk menciptakan suasana belajar dan proses pembelajaran peserta didik secara aktif

pembelajaran yang bersifat monoton, yakni selalu itu-itu saja atau tidak ada

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. mendorong berbagai upaya dan perhatian seluruh lapisan masyarakat terhadap

BAB I PENDAHULUAN. peserta didik. Meliputi pemahaman terhadap peserta didik, perancang dan

SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Jurusan Pendidikan Matematika

BAB I PENDAHULUAN. Menengah Kejuruan (SMK). Posisi SMK menurut UU Sistem Pendidikan. SMK yang berkarakter, terampil, dan cerdas.

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan juga berimplikasi besar terhadap kemajuan suatu bangsa. Oleh karena itu

BAB I PENDAHULUAN. suatu ukuran maju mundurnya suatu bangsa. 1. Pendidikan Nasional pada Bab III Pasal 4 menyebutkan bahwa: Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang No 20 tahun 2003 pasal 1 menegaskan bahwa pendidikan. dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan, melatih kecakapan, keterampilan, memberikan bimbingan, arahan,

BAB 1 PENDAHULUAN. mendapakan pendidikan karena manusia mempunyai kelebihan dan titik

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Matematika merupakan salah satu dari sekian banyak mata pelajaran yang

BAB I PENDAHULUAN. Undang Undang Sistem Pendidikan Nasional No. 20 tahun 2003 Bab 2 Pasal

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Semenjak bangsa Indonesia memproklamirkan kemerdekaannya dan

BAB I PENDAHULUAN. melaksanakan tugas sebagai manusia yang hidup di tengah manusia yang lain dan. untuk menjadikan hidupnya lebih bermartabat.

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan ini tidak bisa hanya digantungkan pada kemampuan insting

Transkripsi:

1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu yang membedakan manusia dengan makhuk yang lain adalah kemampuan untuk belajar. Untuk ini, Allah memberikan akal sebagai alat untuk belajar, sehingga membuat manusia mampu menjadi pemimpin di bumi ini. Karena itu kemampuan belajar adalah salah satu diantara sekian banyak nikmat yang diberikan Allah kepada manusia. 1 Pendidikan Islam dapat memenuhi fungsi yang luhur dalam menghadapi perkembangan sosial, jika dalam proses belajar-mengajar menggunakan pola pengajaran inovative learning, yakni: berusaha untuk memupuk motivasi yang kuat pada peserta didik untuk mempelajari dan memahami kenyataan-kenyataan sosial yang ada, berusaha memupuk sikap berani menghadapi tantangan hidup, kesanggupan untuk mandiri dan berinisiatif, peka terhadap kepentingan sesama manusia dan sanggup bekerja secara kolektif dalam suatu proses perubahan sosial. 2 Di indonesia, sejauh ini paradigma pembelajaran matematika di sekolah masih didominasi oleh paradigma pembelajaran konvensional, yakni paradigma mengajar. Siswa diposisikan sebagai obyek, siswa dianggap 1 Baharuddin dan Esa Nur wahyuni, Teori Belajar dan Pembelajaran,(Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2010), hal. 29-30 2 Zainuddin, Paradigma Pendidikan Terpadu-Menyiapkan Generasi Ulul Albab,(Malang: UIN- Malang Press, 2008),hal. 8

2 seperti gelas kosong yang harus diisi ait sampai tumpah. Sementara guru memosisikan diri sebagai orang yang mempunyai pengetahuan, sebagi satusatunya ilmu. Paradigma seperti itu tidak dapat dipertahankan dalam pembelajaran matematika disekolah sekarang. Sudah saatnya paradigma mengajar diganti dengan paradigma belajar. Paradigma ini sejalan dengan teori kontruktivisme. 3 Dalam hal ini mata pelajaran matematika saat ini adalah mata pelajaran yang dianggap sebagai momok bagi siswa, karena didalamnya mengandung konsep yang abstrak. Selain itu proses pembelajaran yang monoton karena guru biasanya menggunakan metode ceramah, dan murid hanya memperhatikan sehingga siswa mudah bosan dalam proses belajar. Selain itu membuka pelajaran terus-menerus, dapat mengakibatkan anak mengemukakan kelelahan dan timbullah keinginan untuk menghentikan belajarnya. 4 Hal itu disebabkan karena kurangnya keterkaitan antara materi yang diterima siswa disekolah dengan lingkungan atau pengalaman siswa dengan dunia Islam. Jika selama ini matematika dianggap sebagai ilmu yang abstrak dan kering, melalui teoritis dan rumus-rumus, dan soal-soal, maka sudah saatnya bagi siswa untuk menjadi lebih akrab dan familier dengan matematika. Untuk itu guru harus menghadirkan pembelajaran matematika 3 Moch. Masykur Ag dan Abdul Halim Fathani, Mathematical Intellegence: Cara Cerdas Melatih Otak dan Menanggulangi Kesulitan Belajar, (Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2008), hal. 57 4 Djali, Psikologi Pendidikan, (Jakarta: Bumi Aksara, 2011), hal. 122

3 yang humanis. 5 Agar siswa dapat termotivasi untuk belajar matematika dengan kajian yang menarik dan menyenangkan seperti pada materi persamaan dan pertidaksamaan linear satu variabel di Madrasah sebaiknya juga dilakukan dengan menyisipkan nilai-nilai keislaman atau menyisipkan ayat al-quran yang berkaitan dengan bab tersebut agar suasana pembelajaran lebih religius. Untuk menumbuhkan motivasi siswa terhadap matematika, pembelajaran matematika di sekolah harus diupayakan dengan cara yang lebih menarik bagi siswa. Apalagi matematika sebenarnya memiliki banyak sisi yang menarik. Namun, seringkali sisi tersebut tidak dihadirkan dalam pembelajaran matematika. Akibatnya, siswa mengenal matematika tidak secara utuh. Matematika hanya dikenal oleh siswa sebagai kumpulan rumus, angka, dan simbol belaka. 6 Pelajaran dirasakan akan bermakna bagi diri siswa apabila pelajaran itu dapat dilaksanakan atau digunakan pada kehidupannya seharihari di luar kelas pada masa mendatang. Untuk itu, guru hendaknya menyajikan macam-macam gagasan tentang macam-macam situasi yang mungkin ditemui oleh siswa pada waktu mendatang. Untuk itu mereka membutuhkan pengetahuan dan keterampilan tertentu. Bila siswa telah menyadari kemungkinan aplikasi pelajaran tersebut maka sudah tentu 5 Moch. Masykur Ag dan Abdul Halim Fathani, Mathematical Intellegence: Cara..., hal. 56 6 Ibid.,Hal. 70-71

4 motivasi belajar akan tergugah dan merangsang kegiatan belajar lebih efektif. 7 Menurut Wakil Presiden 1 Himpunan Matematika Indonesia Abdur Rohman As ari dalam Majalah Impire Kids tahun 2006, balajar matematika tidak harus serius, namun bisa menyisipkannya dalam pengalaman seharihari. 8 Jadi guru tidak hanya menghubungkan matematika dengan kehidupan sehari-hari, tetapi guru juga bisa menghubungkannya dengan agama. Selain itu para siswa bisa memahami keterkaitan ilmu dengan agama. Selain itu hikmah orang yang mempelajari ilmu dan agama yaitu ditinggikan derajadnya oleh Allah SWT sebagaimana yang dijelaskan dalam surat al-mujadilah ayat 11: Artinya: Hai orang-orang yang beriman apabila dikatakan kepadamu berlapang-lapanglah dalam majelis maka lapangkanlah niscaya Allah akan member kelapangan untukmu. Dan apabila dikatakan berdirilah kamu maka berdirilah, niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman 7 Oemar Hamalik, Perencanaan Pengajaran Berdasarkan Pendekatan Sistem, (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2010), Hal. 158-158 8 Moch. Masykur Ag dan Abdul Halim Fathani, Mathematical Intellegence: Cara..., Hal. 79

5 diantaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan Jadi siswa tidak hanya diajarkan ilmu pengetahuan yang terpaut dengan buku saja tetapi ilmu tersebut dapat dikaitkan dengan ajaran agama. Misalnya dalam persamaan dan pertidaksamaan guru bisa menyisipkan ayat al-quran yang berhubungan dengan kurang dari, lebih dari atau membuat soal yang berkaitan dengan nilai-nilai keislman lainnya. Pembelajaran ini bisa menjadi tambahan setelah guru menerapkan pokok pembelajaran inti yang sesuai dengan kurikulum. Guru yang pandai berinovasi dalam memberikan soal yang bermuatan pendidikan karakter, akan merangsang siswa untuk berfikir lebih kritis terhadap fakta-fakta yang terjadi di kehidupan sekitarnya. Soal yang bermuatan pendidikan karakter ini akan menjadi sarana siswa untuk belajar bereksplorasi dalam mengembangkan imajinasinya karena bahasa otak manusia adalah bahasa visual. Maksudnya ketika guru memberikan soal dengan muatan karakter, minimal siswa akan membayangkan karakter tersebut. 9 Tetapi pada kenyataannya, pembelajaran sekarang hanya mengacu pada modul saja tanpa mengaitkan dengan ajaran Islam. Selama ini proses 9 Aviida, Islam vs Math, Aritmatika Keislaman Dalam Membentuk Karakter Anak Didik dalam https://aviidaa.wordpress.com/2012/11/03/islam-vs-math, diakses 27 januari 2015

6 pembelajaran dengan menggunakan metode ceramah sehingga materi pembelajaran tidak meluas, akibatnya siswa cenderung hanya sebagai audien yang kegiatannya 4D (Datang, Duduk, Diam, dan Dengarkan) sehingga membuat siswa merasa jenuh dan tidak termotivasi. Pembelajaran matematika khususnya pada materi aritmatika sosial yang berkaitan dengan jual beli dan transaksi jika dilibatkan dengan nilai-nilai keislaman maka suasana pembelajaran akan lebih religius. Hal ini dapat dijadikan landasan awal untuk belajar dan mengajar dalam proses pembelajaran matematika. Diharapkan proses pembelajaran matematika juga dapat dilangsungkan secara manusiawi. Sehingga matematika tidak dianggap lagi menjadi momok yang menakutkan bagi siswa: sulit, kering, bikin pusing, dan anggapan-anggapan negatif lainnya. 10 Yang perlu diperhatikan oleh guru adalah siswa dalam pembelajaran kontekstual dipandang sebagai individu yang sedang berkembang, setiap anak memiliki kecenderungan untuk belajar hal-hal yang baru dan penuh tantangan, dan belajar bagi siswa adalah proses mencari keterkaitan atau keterhubungan antara hal-hal yang baru dengan hal-hal yang sudah diketahui. 11 Yang paling penting untuk diketahui dan dijadikan pegangan adalah bahwa matematika itu merupakan ilmu dasar dari pengembangan sains (basic of science) dan sangat berguna dalam kehidupan. 12 Jika dalam dunia 10 Moch. Masykur Ag dan Abdul Halim Fathani, Mathematical Intellegence: Cara..., hal. 44 11 Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses pendidikan, (Jakarta:Prenada Media Group, 2007), hal. 261 12 Moch. Masykur Ag dan Abdul Halim Fathani, Mathematical Intellegence: Cara Cerdas, hal. 75

7 Islam dapat dikaitkan dengan ayat al-quran yang berkaitan dengan materi, seperti materi persamaan dan pertidaksamaan yang dihubungkan dengan ayat yang berkaitan dengan unsur sosial, fiqih, sejarah islam, dan kajian islam lain. Matematika merupakan ilmu pengetahuan dasar yang dibutuhkan semua manusia dalaam kehidupan sehari-hari baik secara langsung maupun tidak langsung. Matematika merupakan ilmu yang tidak terlepas dari alam dan agama semua itu kebenarannya bisa kita lihat dalam al-quran. Tetapi pada kenyataannya, bahwa al-quran dan matematika merupakan sesuatu yang tidak mudah untuk dipahami oleh siswa, sehingga kita banyak sekali menemukan siswa yang tidak mampu memahami al-quran dan matematika. Oleh karena itu sudah sepantasnya pendidik harus jeli dan mengarahkan siswanya dalam memahami matematika dan al-quran, sehingga akaan terbentuk siswa yang mempunyai motivasi untuk mengkaji matematika dengan kehidupan nuansa Islami. Dari pernyataan diatas, dalam penelitian ini materi yang dipilih adalah persamaan dan pertidaksamaan linear satu variabel, karena pada saat itu kelas VII sudah menginjak bab tersebut, dan salah satu tujuan dari pembelajaran ini adalah sebagai tambahan ilmu atau wawasan untuk siswa agar mempunyai motivasi belajar yang tinggi. Disinilah penulis berusaha mencoba mentransformasikan nilai-nilai keislaman dan ayat-ayat al-quran ke dalam materi tersebut. Diharapkan dengan adanya nilai-nilai keislaman dalam materi tersebut, menjadikan aktifitas seseorang tidak akan terlepas dari amal soleh

8 yang penuh etika dan karakter dan dapat dijadikan awal untuk memotivasi siswa dalam pembelajaran dikelas. Maka siswa akan bertambah wawasannya antara matematika dan agama Islam. Untuk mengatasi rendahnya motivasi belajar siswa dalam pembelajaran matematika salah satunya adalah dengan menerapkan pembelajaran Contextual Teaching and Tearning (CTL) yang bernuansa islami. Model pembelajaran yang mengaitkan antara materi pokok persamaan dan pertidaksamaan linear satu variabel dengan ayat-ayat al- Quran dan kehidupan islami. Berangkat dari paparan dan permasalahan diatas yang maka peneliti tertarik ingin mengadakan penelitian tentang Penerapan Model Pembelajaran CTL (Contextual Teaching and Learning) untuk meningkatkan motivasi belajar siswa kelas VII unggulan MTsN Karangrejo tahun ajaran 2014-2015. Alasan peneliti mengadakan penelitian di MTsN Karangrejo karena pada madrasah ini untuk kelas VII terdapat kelas unggulan, dalam hal ini terdapat perbedaan fasilitas media dan penambahan jam pelajaran yang berbeda dengan kelas regular yaitu adanya les tambahan di pagi hari.. Merujuk pada penelitian Eysenckdan kawan-kawan dalam Encyclopedia of Psychology jika dikaitkan dengan kegiatan belajar mengajar, siswa akan selalu mendekati hal-hal yang menyenangkan. Bagi guru, ini merupakan prinsip penting, yaitu menimbulkan suasana stimulus yang selalu

9 menyenangkan siswa, sehingga siswa selalu berkeinginan untuk belajar. 13 Hal inilah yang menjadi alasan peneliti untuk mengadakan penelitian di MTsN karangrejo tepatnya di kelas VII regular. B. Rumusan Masalah yaitu: Berdasarkan judul diatas penulis akan memfokuskan penelitiannya 1. Bagaimana penerapan model pembelajaran CTL (Contextual Teaching and Learning) dapat meningkatkan motivasi belajar siswa kelas VII unggulan MTsN Karangrejo tahun ajaran 2014/2015? 2. Bagaimana motivasi belajar siswa kelas VII unggulan MTsN Karangrejo saat mengikuti pelajaran matematika dengan menggunakan model pembelajaran CTL (Contextual Teaching and Learning)? C. Tujuan Penelitian Sesuai dengan fokus masalah yang diteliti, maka tujuan dari penelitian ini adalah 1. Untuk mengetahui penerapan model pembelajaran CTL (Contextual Teaching and Learning) dapat meningkatkan motivasi belajar siswa kelas VII unggulan MTsN Karangrejo tahun ajaran 2014/2015 13 Djaali, Psikologi Pendidikan, (Jakarta: PT Bumi aksara, 2011), hal. 105

10 2. Untuk mengetahui motivasi belajar siswa kelas VII unggulan MTsN Karangrejo saat mengikuti pelajaran matematika dengan menggunakan model pembelajaran CTL (Contextual Teaching and Learning). D. Manfaat Penelitian 1. Secara teoritis Peneliti berharap penelitian ini nantinya dapat memberikan gambaran bahwa penggunaan model pembelajaran CTL (Contextual Teaching and Learning) perlu sekali untuk terus dikembangakan dalam meningkatkan motivasi belajar matematika siswa. 2. Secara praktis a. Bagi guru, sebagai bahan rujukan dan tambahan dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar dalam rangka meningkatkan mutu pendidikan anak didiknya. b. Bagi siswa, sebagai tolok ukur untuk mengikuti pembelajaran matematika yang lebih bermakna sehingga berguna untuk meningkatkan motivasi belajar matematika c. Bagi peneliti, sebagai kajian yang lebih mendalam akan pentingnya motivasi belajar siswa melalui model pembelajaran CTL (Contextual Teaching and Learning).

11 E. Penegasan Istilah Penggunaan adalah perihal memakai atau mempraktekkan 14 Matematika lebih tepat digunakan daripada ilmu pasti. Karena, dengan menguasai matematika orang akan dapat belajar untuk mengatur jalan pemikirannya dan sekaligus belajar menambah kepandaiannya. 15 Belajar adalah proses manusia untuk mencapai berbagai macam kompetensi, keterampilan, dan sikap. 16 Model pembelajaran CTL (Contextual Teaching and Learning) bernuansa Islami adalah model pembelajaran yang mengaitkan pelajaran matematika dengan ayat-ayat al-quran dan kehidupan sehari-hari yang bernuansa Islami. Motivasi adalah pendorong siswa dalam belajar. 14 Meity Taqdir Qodratilah, Kamus Bahasa Indonesia, (Jakarta: Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, 2011), hal. 15 Moch. Masykur Ag dan Abdul Halim Fathani, Mathematical Intellegence: Cara..., hal. 42-43 16 Baharuddin dan Esa Nur wahyuni, Teori Belajar dan Pembelajaran..., hal. 11