3. Berbagai Pergeseran Pekerjaan Pertanyaan Diskusi

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN. Latar Belakang

BAB V DAMPAK REVOLUSI HIJAU TERHADAP KEHIDUPAN SOSIAL, BUDAYA DAN EKONOMI MASYARAKAT SUKAWENING-GARUT

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB X KESIMPULAN DAN IMPLIKASI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Penduduk dunia terus bertambah, terutama di negara-negara berkembang.

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan di pedesaan merupakan sebagian dari proses pembangunan nasional yang

3. Penutup Pertanyaan Diskusi

PEMBANGUNAN PERDESAAN DAN DINAMIKA PENGHIDUPAN DESA (Perspektif Sosiologi Nafkah)

BAB I PENDAHULUAN. peranan yang sangat penting dalam ketahanan nasional, mewujudkan ketahanan

PROPOSAL POTENSI, Tim Peneliti:

I. PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. kemampuan daerah tersebut dalam swasembada pangan atau paling tidak

I. PENDAHULUAN. Indonesia sebagai negara beriklim tropis mempunyai potensi yang besar

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

III KERANGKA PEMIKIRAN

Bab IV Alih Fungsi Lahan Pertanian dan Pengaruhnya Terhadap Ketahanan Pangan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Pada awal masa orde baru tahun 1960-an produktivitas padi di Indonesia hanya

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. seorang tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan pokok seperti pangan, sandang,

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.2 Rumusan Masalah 1.3 Tujuan Penulisan

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. mewujudkan ketahanan pangan, penciptaan lapangan kerja,

REFORMASI BIROKRASI & TATA KELOLA PEMERINTAHAN DI KTI

Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Pendapatan Rumah Tangga Tani Padi (Studi Kasus: Desa Sei Buluh, Kec. Teluk Mengkudu, Kab.

BAB V KESIMPULAN. pedesaan yang sesungguhnya berwajah perempuan dari kelas buruh. Bagian

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

BAB II PENDEKATAN TEORITIS

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. seiring perjalanan waktu, baik dimensi kenampakan fisik maupun non fisiknya.

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat dalam arti tingkat hidup yang

BAB II KONDISI UMUM DAERAH

II. TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

ABSTRAK MODERNISASI PERTANIAN DAN PENGARUHNYA TERHADAP SOSIAL EKONOMI PETANI DI DIY TAHUN Oleh: Lestari Eka Pratiwi

STRUKTUR DAN DISTRIBUSI PENDAPATAN DI PEDESAAN SUMATERA BARAT

BAB I PENDAHULUAN. perhatian yang khusus oleh pemerintah seperti halnya sektor industri dan jasa.

STRATIFIKASI SOSIAL fitri dwi lestari

I. PENDAHULUAN. tersebut (Ladha et al., 1997). Indonesia merupakan negara agraris, dengan sektor

VI. ANALISIS BIAYA USAHA TANI PADI SAWAH METODE SRI DAN PADI KONVENSIONAL

PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. pembukaan lapangan pekerjaan untuk meningkatkan perekonomian. bajak, pemilik anggrek membutuhkan pot-pot anggrek, pemilik hotel

II. TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN

MARGINALISASI PEREMPUAN DALAM PEMBANGUNAN PERTANIAN

BAB I PENDAHULUAN. Setiap masyarakat senantiasa mengalami perubahan dari masyarakat tradisional ke

I. PENDAHULUAN. lebih dari dua pertiga penduduk Propinsi Lampung diserap oleh sektor

TITOJER SEBAGAI PUPUK ALTERNATIF UNTUK MENINGKATKAN HASIL PADI

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pulau Jawa merupakan wilayah pusat pertumbuhan ekonomi dan industri.

VII. DAMPAK PERUBAHAN FAKTOR-FAKTOR EKONOMI TERHADAP KETAHANAN PANGAN RUMAHTANGGA PERTANIAN

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB. I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. pembangunan sektor pertanian telah memberi kontribusi yang besar

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah IMAM NAWAWI, 2014

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Nainggolan K. (2005), pertanian merupakan salah satu sektor

I. PENDAHULUAN. yang cocok untuk kegiatan pertanian. Disamping itu pertanian merupakan mata

RINGKASAN. sistem kekerabatan dan segala aspek yang berkenaan dengan relasi gender dalam. pemilikan dan penguasaan sumberdaya agraria.

TINJAUAN PUSTAKA. Lestari (2009) mendefinisikan alih fungsi lahan atau lazimnya disebut sebagai konversi

ILMU SOSIAL DAN BUDAYA DASAR

I. PENDAHULUAN. manusia, sehingga kecukupan pangan bagi tiap orang setiap keputusan tentang

TINJAUAN PUSTAKA. Pembangunan secara tradisional diartikan sebagai kapasitas dari sebuah

I. PENDAHULUAN. bahan pangan utama berupa beras. Selain itu, lahan sawah juga memiliki

I PENDAHULUAN. Kegagalan dalam memenuhi kebutuhan pokok akan dapat menggoyahkan. masa yang akan datang IPB, 1998 (dalam Wuryaningsih, 2001).

RELASI GENDER DALAM PEMILIKAN DAN PENGUASAAN SUMBERDAYA AGRARIA

I. PENDAHULUAN. Prioritas pembangunan di Indonesia diletakkan pada pembangunan bidang ekonomi

BAB V STRATIFIKASI SOSIAL

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sumber daya alam yang terdapat pada suatu wilayah pada dasarnya merupakan modal

PENDAHULUAN A. Latar Belakang

KESIMPULAN DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN

BAB VI OPTIMALISASI PENGENDALIAN PENTAAN RUANG DALAM RANGKA PERUBAHAN FUNGSI LAHAN SAWAH IRIGASI TEKNIS DI KAWASAN PANTURA

Pengantar Ekonomi Pembangunan. Masalah Pokok Pembangunan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PENDAHULUAN. Petunjuk Teknis Lapang PTT Padi Sawah Irigasi...

II. KERANGKA PENDEKATAN TEORI. 1. Pengertian padi organik dan padi konvensional

BAB I PENDAHULUAN. Pangan merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia di samping kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. padi sawah merupakan tanaman pangan berupa rumput berumpun.

Ada 5 (lima) macam ukuran yang digunakan untuk menentukan tingkat keberhasilan dalam pembangunan yaitu:

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN. kadang-kadang tidak mencukupi (Ekstensia, 2003). Peran sektor pertanian di Indonesia terlebih di Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia adalah negara agraris yang terletak di daerah tropis dengan luas

BAB I PENDAHULUAN. penduduk yang menggantungkan hidupnya pada sektor ini dan (4) menjadi basis

I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian merupakan sektor yang penting dalam pembangunan. Indonesia, yaitu sebagai dasar pembangunan sektor-sektor lainnya.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Dalam membahas analisis tingkat kesejahteraan, tentu kita harus

VII ANALISIS PENDAPATAN

PENDAHULUAN. Latar Belakang. pembangunan pertanian dan sebagai makanan utama sebagian besar masyarakat

II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR. sifat-sifat bumi, menganalisa gejala-gejala alam dan penduduk, serta mempelajari corak khas

VIII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI BAWANG MERAH

POLICY BRIEF DINAMIKA SOSIAL EKONOMI PERDESAAN DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHINYA PADA BERBAGAI AGROEKOSISTEM

I. PENDAHULUAN. membentuk sumberdaya manusia (SDM) Indonesia yang berkualitas. Menurut

LAPORAN AKHIR PANEL PETANI NASIONAL (PATANAS)

I. PENDAHULUAN. perekonomian nasional. Peran terpenting sektor agribisnis saat ini adalah

I. PENDAHULUAN. menyebabkan terjadinya perubahan struktur penguasaan lahan pertanian, pola

I. PENDAHULUAN. Sasaran pembangunan pertanian tidak saja dititik-beratkan pada. peningkatan produksi, namun juga mengarah pada peningkatan

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi suatu bangsa. Industrialisasi dapat diartikan sebagai suatu proses

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia merupakan salah satu Negara yang bergerak dibidang pertanian.

VII ANALISIS FUNGSI PRODUKSI DAN EFISIENSI

PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Perekonomian di sebagian besar negara-negara yang sedang berkembang. hal

Transkripsi:

SOSIOLOGI PERTANIAN: Pasca Revolusi Hijau di Pedesaan Jawa Timur Lambang Triyono Lab. Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat, Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya Email : dl@ub.ac.id Tujuan Pembelajaran 1. Pendahuluan 2. Teknologi, Surplus Produksi dan Konsolidasi Kekuasaan 3. Berbagai Pergeseran Pekerjaan Pertanyaan Diskusi MODUL Tujuan Pembelajaran Setelah mempelajari materi ini, mahasiswa akan mampu : 1 Menjelaskan dimensi apa saja (cultural, structural, interaksional) yang berubah karena pembangunan pertanian ( revolusi hijau). 2 Menjelaskan proses perubahan masyarakat desa karena factor pembangunan pertanian (revolusi hijau). 3 Menjelaskan kemana arah perubahan social yang terjadi akibat pembangunan pertanian (revolusi hijau) tersebut. 4 Menjelaskan dampak positif dan negative dari pembangunan pertanian (revolusi hijau) tersebut. 10 1. Pendahuluan Walaupun pandangan klasik Ricardian menyatakan bahwa adaptasi teknologi bersifat netral skala, tapi terbukti dari penelitian di Jawa Timur ini, persebaran teknologi makin mengukuhkan kesenjangan sosial. Konsolidasi penguasaan sawah dan kekuasaan di desa merupakan penyebab utama. Meskipun perubahan sosial yang terjadi bukanlah pelapisan melainkan polarisasi sosial karena integrasinya dengan perekonomian nasional. Sejak pembangunan pertanian mulai digencarkan ke daerah pedesaan pada tahun 1970-an. Terdapat dua pandangan yang bertolak belakang satu sama lain dalam melihat bagaimana pembangunan pertanian mempengaruhi perubahan sosial di pedesaan jawa. Pandangan pertama melihat persebaran teknologi pertanian modern ke daerah pedesaan selama ini telah meningkatkan jumlah buruh tani tak bertanah sehingga mendorong terjadinya polarisasi sosial. Sebaliknya, pandangan kedua melihat persebaran teknologi pertanian modern justru telah menghasilkan pemerataan ekonomi sehingga tidak menimbulkan polarisasi. Melainkan justru memperbanyak subkelas petani dan mendorong pelipatgandaan lapisan petani dalam struktur berspektrum kontinum atau stratifikasi.

Makalah ini merupakan ringkasan hasil penelitian yang secara khusus dimaksudkan untuk mempersoalkan kembali perbedaan pandangan tersebut. Penelitian ini pada dasarnya dilakukan untuk menjawab dua persoalan pokok berikut. Pertama, bagaimana sebenarnya pembangunan pertanian mempengaruhi dinamika perubahan masyarakat desa. Kedua, kearah mana proses perubahan masyarakat desa jawa sekarang?. Teknologi, Surplus Produksi dan Konsolidasi Kekuasaan Memasuki masa pasca revolusi hijau, desa-desa di Jawa umumnya telah mengalami perubahan yang semakin mendalam. Perubahan itu terutama disebabkan oleh semakin merasuknya proses birokratisasi dan kapitalisasi produksi pertanian ke dalam masyarakat desa. Seperti kita ketahui, program-program pembangunan pertanian selama ini secara penuh disalurkan lewat jalur kelembagaan birokrasi desa dan kapitalisasi produksi pertanian ke dalam masyarakat desa. Seperti kita ketahui, program-program pembangunan pertanian selama ini secara penuh disalurkan lewat jalur kelembagaan birokrasi desa di bawah pengawasan dan kendali langsung dari pemimpin formal desa. Sebagai akibatnya kita lihat nanti, meskipun jalur birokrasi itu secara efektif dapat bekerja cepat menyebarluaskan pemakaian teknologi tetapi tidak bisa dihindari kemajuan ekonomi yang ditimbulkannya telah menciptakan konsolidasi struktural sehingga lambat laun mempertajam kesenjangan masyarakat desa. Di atas kenyataan inilah perubahan sosial di desa penelitian menemukan bentuknya. Penelitian ini dilakukan di desa Bajang, sebuah desa pedalaman Jawa terletak di wilayah Kabupaten Ponorogo, Propinsi Jawa Timur. Tepatnya, desa ini terletak di 14 kilometer sebelah Selatan kota Ponorogo. Apabila diletakkan dalam pembagian wilayah menurut Geertz, desa ini masuk dalam kawasan kejawen atau desa asli yang punya ciri sebagai desa agraris dengan kepadatan penduduk yang sangat tinggi. Dilihat dari kemajuan pertaniannya, desa ini boleh dikatakan telah memasuki pasca revolusi hijau. Menurut keterangan kepala desa, sejak tahun 1960-an (lewat sudah diperkenalkan program padi sentra dan program Bimas) bibit unggul, pupuk kimia dan pestisida sudah diperkenalkan kepada penduduk. Ketiga jenis teknologi tersebut semakin tersebar luas setelah dilaksanakannya program Inmas, insus, dan supra insus yang berjalan hingga sekarang. Berkat teknologi modern tersebut sekarang di desa ini sudah banyak ditemui teknikteknik produksi baru seperti, mesin perontok dan rice mills pada pasca panen. Secara akumulatif, semua itu telah memperbesar skala perubahan masyarakat desa menjadi semakin meluas dan dinamis. Berbeda dengan kedua pandangan di muka, penelitian ini menemukan kenyataan bahwa di atas jalur birokrasi yang efektif ternyata persebaran teknologi pertanian modern lebih bersifat netral-skala. Berbagai jenis teknologi dapat diterima dan dipergunakan secara merata oleh petani dari berbagai kategori luas usaha tani. Bahkan dalam hal intesitasnya petani berlahan sempit lebih intensif dalam menggunakan teknologi dibanding petani berlahan luas. Lihat Tabel 11.1 Page 2 of 6

Tabel 11.1 Rata-rata Penggunaan Pupuk modern dan pestisida menurut golongan luas penguasaan sawah. Rumah tangga sampel di desa Bajang. 1988 Golongan Luas (hektar) <0,2 Penggunaan pupuk rata-rata per hektar Penggunaan pestisida rata-rata per hektar Urea (kg) TSP (kg) (liter) 328,8 144,6 2,24 0,20-0,50 367,3 190,2 2,60 >0,50 348,5 149,1 1,95 Meskipun demikian, bukan berarti terjadi pemerataan ekonomi. Penelitian ini menemukan, bahwa kendati persebaran teknologi bersifat netral skala tapi hasilnya menunjukkan bahwa ketimpangan ekonomi tetap saja terjadi. Ini terbukti dari kenyataan bahwa struktur pemilikan dan penguasaan sawah di desa penelitian mengalami polarisasi, di mana distribusi pemilikan dan penguasaan sawah memperlihatkan ketimpangan ekonomi tetap saja terjadi. Ini terbukti dari kenyataan bahwa struktur pemilikan dan penguasaan sawah di desa penelitian mengalami proses polarisasi, di mana distribusi pemilikan dan penguasaan sawah memperlihatkan ketimpangan yang cukup tajam, lihat tabel 11.2. Tabel 11.2. Presentase distribusi pemilikan dan penguasaan sawah rumahtangga sampel desa bajang. 1988. Golongan Luas Pemilikan Penguasaan Rumah tangga Sawah Rumah tangga Sawah 0,00 0,01 0,20 0,21 0,50 0,51 1,00 >1,00 44,44 19,19 15,15 11,11 10,10 Sumber : data primer Catatan : Indeks gini pemilikan sawah 0,759 Indeks gini penguasaan sawah 0,672 0 6,07 9,86 21,29 62,86 20,20 30,30 26,26 17,17 6,06 0 7,05 20,54 34,67 37,73 Bagaimana kita harus menjelaskan kenyataan ini? Kembali ke persoalan di muka, hal ini bisa dijelaskan sebagai konsekuensi logis dari menigkatnya surplus produksi dan terjadinya penyesuaian-penyesuaian struktural sebagai akibat dari perluasan pemakaian teknologi pertanian modern. Sebagaimana kita ketahui, teknologi pertanian modern merupakan jenis teknologi yang sangat efisien dan produktif. Persebaran yang berarti dari teknologi semacam ini akan mendorong kemajuan ekonomi dan menciptakan surplus ekonomi yang selanjutnya menumbuhkan kekuasaan ekonomi baru yang mempengaruhi perubahan struktur masyarakat desa yang terjadi di desa penelitian ini bukanlah perkecualian. Terciptanya surplus dan muncuknya kekuasaan ekonomi itu telah menciptakan kelas-kelas ekonomi baru dalam masyarakat, yang pada gilirannya menjalar mempengaruhi Page 3 of 6

kehidupan struktur sosial politik masyarakat desa. Ini terbukti dari kenyataan terjadinya proses konsolidasi kekuasaan ekonomi yang kurang lebih mengikuti urutan proses kejadian berikut. Pertama-tama konsolidasi tanah pertanian itu semula bertumpu dari perbedaan penguasaan sawah yang tak bisa dielakkan di antara anggota masyarakat desa. Sebagai sumber ekonomi terpenting bagi masyarakat desa. Sebagai sumber ekonomi terpenting bagi masyarakat desa tentu saja hal itu berpengaruh pada perbedaan pendapatan ekonomi rumahtangga. Petani yang menguasai sawah yang luas cenderung memperoleh hasil produksi yang besar. Sementara petani yang menguasai sawah sempit memperoleh hasil ekonomi yang relative sedikit (r= 0,7132/P = 0,000). Selanjutnya peningkatan pendapatan ekonomi ini mempengaruhi berbagai kawasan atau dimensi kehidupan sosial. Meningkatnya pendapatan sebagai akibat kemajuan teknologi yang dinamis kemudian menciptakan surplus ekonomi sehingga mengembangkan perilaku ekonomi masyarakat untuk mengkonsumsi benda-benda materi di luar kebutuhan konsumsi pokok. Sejalan dengan sifat-sifat masyarakat pra kapitalis umumnya yang seringkali memperlakukan kekayaan sebagai ekspresi kehormatan sosial. 3 Maka perilaku demikian akan membawa perubahan gaya hidup dan menumbuhkan mobilitas status yang kemudian menjadi dasar bagi terbentuknya pelapisan sosial yang baru. Hal ini mendorong kelas ekonomi kaya dan berkecukupan cenderung menduduki status sosial yang tinggi dan sebaliknya kelas ekonomi miskin cenderung menduduki tempat yang kurang terhormat atau berstatus rendah (r= 0,5631/ P= 0,000). Di samping mengembangkan gaya hidup gengsi dan kehormatan sosial, peningkatan pendapatan ekonomi dapat pula menjadi sarana efektif untuk memperoleh kekuasaan. Di samping karena efek kekayaan itu sendiri terhadap kehormatan, barang dan jasa yang melekat dalam kekayaan itu juga dapat dijadikan dasar kewenangan untuk mempengaruhi tindakan sosial. Kejadian ini kurang lebih sama dengan penolakan aspek kewenangan yang diperoleh karena ancaman hukuman atau legitimasi politik. Meskipun dengan cara yang halus kekuasaan yang dimiliki oleh capital ini ternyata cukup efektif untuk memperoleh kewenangan dalam kekuasaan. 4 Penelitian ini menemukan bahwa sarana ekonomi seseorang dapat digunakan untuk memperoleh kesempatan duduk dalam lembaga birokrasi desa. Dalam hal pemilihan kepala desa menunjukkan nahwa sistem pembagian uang dan kesejahteraan sangat menentukan jadi tidaknya seseorang menjadi kepala desa. Ada semacam persyaratan tak tertulis bahwa sang kepala desa yang sekarang terpilih sangat dimungkinkan karena mampu bersikap royal dengan membagi uang dan kesejahteraan, sehingga mempunyai peluang yang besar untuk dipilih. Penerimaan anggota masyarakat terhadap aturan main demikian menunjukkan bahwa masyarakat desa ternyata berwatak kapitalis. Demikian pula yang terjadi di LKMD dan LMD, sebagian besar anggotanya merupakan golongan kelas ekonomi kaya dan berkecukupan. Sementara kelas ekonomi rendah cenderung memiliki jabatan yang rendah atau tidak menjabat sama sekali. Disini lembaga birokrasi desa telah dijadikan arena oleh kelompok-kelompok ekonomi kaya untuk memperjuangkan kepentingan mereka. Pelaksanaan program pembangunan pertanian yang bertumpu pada jalur kepemimpinan formal sangat 3. Lihat Robert L Heilbroner, Hakekat dan Logika Kapitalisme (Jakarta: LP3ES, 1991. Hal 20-28) 4. Lihat Peter L. Berger, Revolosi Kapitalis, (Jakarta: LP3ES, 1990. Hal 77-86) Page 4 of 6

memungkinkan tumbuh suburnya aliansi birokrasi dengan kelas ekonomi. Sampai disini kita menyaksikan dimensi kekuasaan dalam masyarakat akhirnya memegang peranan penting dalam menentukan distribusi surplus ekonomi masyarakat. 5 Di atas konsolidasi kekuasaan ekonomi bini kita saksikan berbagai tekanan untuk mendapatkan tanah tetap ada dan distribusi pemilikan serta penguasaan tanah tetap timpang walaupun pada dasarnya persebaran teknologi itu merata atau sama-sama menguntungkan baik petani bertanah luas maupun petani bertanah sempit. Tidak jarang ditemukan, di atas kewenangan kekuasaan ini mereka yang di dalam birokrasi desa untuk melayani kepentingan mereka secara organisatoris melalui lembaga birokrasi desa untuk melayani kepentingan mereka. Misalnya setiap ada penjualan tanah dari penduduk akan selalu jatuh kepadanya, karena bagaimanapun proses penjualan tanah harus memenuhi persyaratan administrative sehingga selalu ada di bawah control birokrasi ini. Berbagai Pergeseran Pekerjaan Melihat kecenderungan di atas apakah berarti perubahan masyarakat desa Jawa sekarang menuju ke polarisasi? Untuk mengatakan demikian kita harus ekstra hati-hati sebab masih ada faktor lain yang belum kita perhitungkan, yaitu pengaruh ekonomi luar pertanian terhadap perekonomian rumah tangga petani. Ini penting karena perkembangan sumber keonomi luar pertanian dapat menjadi tumpuan atau katub penyelamat bagi kelompok petani miskin yang telah tergeser dari pertanian sehingga bisa mencegah terjadinya polarisasi sosial. Perkembangan dimungkinkan lebih-lebih bila mengingat bahwa kebijakan pemerintah membangun sector non pertanian di pedesaan seperti proyek inpres desa,bangdes, proyek padat karya, dan berkembangnya kegiatan perdagangan di pedesaan telah menumbuhkan sumber-sumber ekonomi baru bagi masyarakat desa. Tetapi penting untuk diperhatikan, bagaimanapun pergeseran pekerjaan ke luar pertanian itu sangatlah ditentukan oleh kondisi-kondisi sosial ekonomi yang dibawa dari sector pertanian. Seperti telah disebutkan dimuka, pembanguna pertanian selama ini telah menempatkan kekuasaan ekonomi anggota masyarakat dalam ketimpangan yang cukup berarti. Berpijak dari kondisi demikian maka sangat dimungkinkan hal itu akan menimbulkan pola pergeseran pekerjaan yang berbeda di antara berbagai kelas. Perbedaan itu terutama bersumber dari arti pentingnya penguasaan seseorang atas kekuasaan ekonomi dalam masyarakat. Perbedaan penguasaan sumber ekonomi akan menentukan tinggi rendahnya kemampuan mengendalikan dan menguasai sumber ekonomi dalam pasar, yang selanjutnya menimbulkan perbedaan penguasaan sumber ekonomi luar pertanian, Page 5 of 6

Pertanyaan Diskusi 1 Dimensi apa saja (cultural, structural, interaksional) yang mengalami perubahan karena pembangunan pertanian ( revolusi hijau)?.jelaskan! 2 Bagaimana proses perubahan masyarakat desa terjadi karena factor pembangunan pertanian (revolusi hijau)? Uraikan secara sistematis dan jelas. 3 Bagaimana arah perubahan social yang terjadi akibat pembangunan pertanian (revolusi hijau) tersebut?. Uraikan secara sistematis dan jelas. 4 Sebutkan dan jelaskan dampak positif dan negative dari pembangunan pertanian (revolusi hijau) tersebut. Page 6 of 6