BAB I PENDAHULUAN. dan penarikan diri dari lingkungan (Semiun, 2006). Skizofrenia merupakan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 1 PENDAHULUAN. Gangguan jiwa adalah gangguan dalam cara berfikir (cognitive),

EFEKTIVITAS TERAPI GERAK TERHADAP PERUBAHAN TINGKAT KECEMASAN PADA PASIEN SKIZOFRENIA DI RUMAH SAKIT JIWA DAERAH SURAKARTA SKRIPSI

GAMBARAN POLA ASUH KELUARGA PADA PASIEN SKIZOFRENIA PARANOID (STUDI RETROSPEKTIF) DI RSJD SURAKARTA

PENGARUH RELAKSASI PROGRESIF TERHADAP TINGKAT KECEMASAN PADA PASIEN SKIZOFRENIA DI RUMAH SAKIT JIWA DAERAH SURAKARTA SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. teknologi yang pesat menjadi stresor pada kehidupan manusia. Jika individu

BAB 1 PENDAHULUAN. juga dengan masyarakat (Maslim, 2002 ; Maramis, 2010). masalah yang mesti dihadapi, baik menggunakan fisik ataupun psikologig

BAB I PENDAHULUAN. Penyebab yang sering disampaikan adalah stres subjektif atau biopsikososial

BAB I PENDAHULUAN. karena adanya kekacauan pikiran, persepsi dan tingkah laku di mana. tidak mampu menyesuaikan diri dengan diri sendiri, orang lain,

BAB I PENDAHULUAN. signifikan dengan perubahan sosial yang cepat dan stres negatif yang

BAB I PENDAHULUAN. juga menimbulkan dampak negatif terutama dalam lingkungan sosial. Gangguan jiwa menjadi masalah serius di seluruh dunia.

BAB I PENDAHULUAN. mengalami gangguan kesehatan jiwa (Prasetyo, 2006). pasien mulai mengalami skizofenia pada usia tahun.

BAB I PENDAHULUAN. baik yang berhubungan dengan fisik, maupun dengan mental. Masalah gangguan kesehatan jiwa menurut data World Health

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi berkepanjangan juga merupakan salah satu pemicu yang. memunculkan stress, depresi, dan berbagai gangguan kesehatan pada

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan jiwa di masyarakat yang sangat tinggi, yakni satu dari empat

BAB I PENDAHULUAN. Menurut World Health Organitation (WHO), prevalensi masalah

BAB I PENDAHULUAN. seiring dengan dinamisnya kehidupan masyarakat. Masalah ini merupakan

BAB I PENDAHULUAN. merupakan suatu keadaan dimana seseorang yang terbebas dari gangguan

BAB I PENDAHULUAN. keadaan tanpa penyakit atau kelemahan (Riyadi & Purwanto, 2009). Hal ini

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kesehatan jiwa bukan hanya sekedar terbebas dari gangguan jiwa,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Gangguan jiwa (mental disorder) merupakan salah satu dari empat

/BAB I PENDAHULUAN. yang dapat mengganggu kelompok dan masyarakat serta dapat. Kondisi kritis ini membawa dampak terhadap peningkatan kualitas

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dapat memenuhi segala kebutuhan dirinya dan kehidupan keluarga. yang memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), Kesehatan jiwa merupakan

ABSTRAK. Kata Kunci: Manajemen halusinasi, kemampuan mengontrol halusinasi, puskesmas gangguan jiwa

BAB I PENDAHULUAN. sosial yang memungkinkan seseorang hidup secara produktif dan harmonis.

BAB I PENDAHULUAN. penyimpangan dari fungsi psikologis seperti pembicaraan yang kacau, delusi,

BAB I PENDAHULUAN. utuh sebagai manusia. Melalui pendekatan proses keperawatan untuk

BAB I PENDAHULUAN. efektif, konsep diri yang positif dan kestabilan emosional (Videbeck, 2011).

BAB 1 PENDAHULUAN. keluarga, kelompok, organisasi, atau komunitas. (Stuart, 2007).

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT KECEMASAN DENGAN KEMANDIRIAN PELAKSANAAN AKTIVITAS HARIAN PADA KLIEN SKIZOFRENIA DI RUMAH SAKIT JIWA DAERAH SURAKARTA SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi serta perbedaan

BAB I PENDAHULUAN. siklus kehidupan dengan respon psikososial yang maladaptif yang disebabkan

BAB I PENDAHULUAN. yang utuh untuk kualitas hidup setiap orang dengan menyimak dari segi

BAB I PENDAHULUAN. Keadaan sehat atau sakit mental dapat dinilai dari keefektifan fungsi

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. adalah skizofrenia. Skizofrenia adalah kondisi maladaptif pada psikologis dan

BAB I PENDAHULUAN. Gangguan jiwa ditemukan disemua lapisan masyarakat, dari mulai

PENGARUH ELECTRO CONFULSIVE THERAPY TERHADAP TINGKAT KECEMASAN PADA PASIEN SKIZOFRENIA DI RUMAH SAKIT JIWA DAERAH SURAKARTA SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. dan kestabilan emosional. Upaya kesehatan jiwa dapat dilakukan. pekerjaan, & lingkungan masyarakat (Videbeck, 2008).

PENGARUH GUIDED IMAGERY TERHADAP TINGKAT KECEMASAN PADA PASIEN SKIZOAFEKTIF DI RSJD SURAKARTA

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Manusia dalam kehidupan sehari-hari selalu mempunyai masalah,

ASUHAN KEPERAWATAN PADA Nn. L DENGAN GANGGUAN KONSEP DIRI: HARGA DIRI RENDAH DI RUANG SRIKANDI RUMAH SAKIT JIWA DAERAH SURAKARTA

BAB 1 PENDAHULUAN. sisiokultural. Dalam konsep stress-adaptasi penyebab perilaku maladaptif

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Kesehatan jiwa menurut Undang-Undang No. 18 pasal 1 Tahun

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan Jiwa menurut Rancangan Undang-Undang Kesehatan Jiwa tahun

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. melangsungkan pernikahan dengan calon istrinya yang bernama Wida secara

HUBUNGAN ANTARA SUPPORT SYSTEM KELUARGA DENGAN KEPATUHAN BEROBAT KLIEN RAWAT JALAN DI RUMAH SAKIT JIWA DAERAH SURAKARTA

mengalami gangguan jiwa ditemukan di negara-negara berpenghasilan rumah tangga menderita gangguan kesehatan jiwa (Yosep, 2009).

BAB I PENDAHULUAN. menyesuaikan diri yang mengakibatkan orang menjadi tidak memiliki. suatu kesanggupan (Sunaryo, 2007).Menurut data Badan Kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. serta ketidakpastian situasi sosial politik membuat gangguan jiwa menjadi

BAB II TINJAUAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. keselarasan dan keseimbangan kejiwaan yang mencerminkan kedewasaan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kesalahpahaman, dan penghukuman, bukan simpati atau perhatian.

BAB I PENDAHULUAN. yang menyebabkan meningkatnya penderita gangguan jiwa. Gangguan jiwa adalah gangguan dalam cara berpikir (cognitive),

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. pada gangguan jiwa berat dan beberapa bentuk waham yang spesifik sering

BAB I PENDAHULUAN. gangguan pada fungsi mental, yang meliputi: emosi, pikiran, perilaku,

BAB I PENDAHULUAN. (WHO, 2005). Kesehatan terdiri dari kesehatan jasmani (fisik) dan

BAB I PENDAHULUAN. Tesis ini mengkaji tentang perilaku keluarga dalam penanganan penderita

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT DEPRESI DENGAN KEMANDIRIAN DALAM ACTIVITY of DAILY LIVING (ADL) PADA PASIEN DIABETES MELLITUS DI RSUD PANDAN ARANG BOYOLALI

BAB 1 PENDAHULUAN. stressor, produktif dan mampu memberikan konstribusi terhadap masyarakat

BAB 1 PENDAHULUAN. Gangguan jiwa (Mental Disorder) merupakan salah satu dari empat

BAB 1 PENDAHULUAN. perilaku berkaitan dengan gangguan fungsi akibat gangguan biologik, sosial,

BAB I PENDAHULUAN. sehat, maka mental (jiwa) dan sosial juga sehat, demikian pula sebaliknya,

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan jiwa di seluruh dunia memang sudah menjadi masalah yang

BAB I PENDAHULUAN. dengan kehidupan sehari-hari, hampir 1 % penduduk dunia mengalami

BAB I PENDAHULUAN. genetik, faktor organo-biologis, faktor psikologis serta faktor sosio-kultural.

BAB I PENDAHULUAN. Gangguan jiwa adalah salah satu masalah kesehatan yang masih. banyak ditemukan di setiap negara. Salah satunya adalah negara

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. menyebabkan penurunan semua fungsi kejiwaan terutama minat dan motivasi

BAB I PENDAHULUAN. Manusia merupakan mahluk sosial, dimana untuk mempertahankan kehidupannya

BAB 1 PENDAHULUAN. Gangguan jiwa merupakan suatu penyakit yang disebabkan karena adanya

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. mengatasi tantangan hidup, dapat menerima orang lain apa adanya dan

BAB I PENDAHULUAN. berumur 60 tahun atau lebih. Menurut Undang-Undang Nomor 13 Tahun usia adalah seseorang yang mencapai usia 60 tahun ke atas.

BAB I PENDAHULUAN. Keperawatan jiwa adalah proses interpersonal yang berupaya untuk

BAB I PENDAHULUAN. kemajuan suatu bangsa seringkali dinilai dari umur harapan hidup penduduknya

PERAN DUKUNGAN KELUARGA PADA PENANGANAN PENDERITA SKIZOFRENIA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Gangguan jiwa atau mental menurut DSM-IV-TR (Diagnostic and Stastistical

BAB I PENDAHULUAN. mental dan sosial yang lengkap dan bukan hanya bebas dari penyakit atau. mengendalikan stres yang terjadi sehari-hari.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan Undang Undang No. 18 tahun 2014 tentang kesehatan jiwa, mampu memberikan kontribusi pada komunitasnya.

PENGARUH KOMUNIKASI TERAPEUTIK TERHADAP FREKUENSI HALUSINASI PADA PASIEN DI RUMAH SAKIT JIWA DAERAH SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. yang mengarah pada kestabilan emosional (Nasir dan Muhith, 2011). mencerminkan kedewasaan kepribadiannya.

BAB I PENDAHULUAN. Menurut data World Health Organization (WHO), masalah gangguan

BAB 1 PENDAHULUAN. kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri atau mengganti. diri dan mempertahankan struktur dan fungsi normalnya sehingga

BAB I PENDAHULUAN. Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi di bidang kesehatan akhir-akhir

BAB 1 PENDAHULUAN. sendiri. Kehidupan yang sulit dan komplek mengakibatkan bertambahnya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. berkaitan dengan suatu gejala penderitaan (distress) di dalam satu atau lebih. fungsi yang penting dari manusia (Komarudin, 2009).

BAB I PENDAHULUAN. dibutuhkan oleh semua orang. Menurut Yosep (2007), kesehatan jiwa adalah. dan kecakapan dalam beradaptasi dengan lingkungan.

FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2010 GAMBARAN POLA ASUH

BAB I PENDAHULUAN. kuat disertai hilangnya kontrol, dimana individu dapat merusak diri sendiri, orang lain maupun

Kesehatan jiwa menurut Undang-Undang Republik Indonesia No. 18. secara fisik, mental, spiritual, dan sosial sehingga individu tersebut menyadari

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Skizofrenia termasuk penyakit psikosis dengan cirinya berupa kekacauan dalam pikiran dan kepribadian yakni adanya fantasi, regresi, halusinasi, delusi, dan penarikan diri dari lingkungan (Semiun, 2006). Skizofrenia merupakan sindrom klinik bervariasi, yang sangat mengganggu, dengan psikopatologi terentang dari disfungsi kognitif, gangguan proses pikir, gangguan emosi, gangguan persepsi, dan gangguan perilaku. Pasien skizofrenia umumnya mengalami penurunan kemampuan fungsional sehingga cenderung memerlukan bantuan dan pertolongan dalam memenuhi kebutuhan hidupnya (Sadock dan Sadock, 2007). World Health Organisation (2008) telah memperkirakan ada sekitar 450 juta orang di dunia yang mengalami gangguan kesehatan jiwa, setiap tahun sekitar 1 juta orang diantaranya meninggal karena bunuh diri, hampir satu per tiga dari penduduk di wilayah Asia Tenggara. Penderita skizofrenia umumnya dapat terjadi disebabkan oleh genetik, neuroanatomi, stres psikologi dan hubungan antar manusia yang kurang harmonis. Prevalensi penderita skizofrenia di Indonesia adalah 0,3-1% dan bisa timbul pada usia sekitar 18-45 tahun, namun ada juga yang baru berusia 11-12 tahun sudah menderita skizofrenia. Apabila penduduk Indonesia sekitar 200 juta jiwa maka 1

2 diperkirakan sekitar 2 juta skizofrenia, dimana sekitar 99% pasien di Rumah Sakit Jiwa adalah: penderita skizofrenia (Yosep, 2009). Berdasarkan laporan Nasional Riset Kesehatan Dasar tahun 2013 bahwa prevalensi nasional Gangguan Jiwa Berat adalah 0,5%. Sebanyak 7 provinsi mempunyai prevalensi gangguan jiwa berat diatas prevalensi nasional, yaitu DKI Jakarta (20,3%), Nanggroe Aceh Darussalam (18,5%), Sumatera Barat (16,7%), Sumatera Selatan (9,2%), Bangka Belitung, (8,7%), Kepulauan Riau (7,4%) dan Nusa Tenggara Barat (9,9%) (Depkes RI, 2013). Penderita skizofrenia mengalami gangguan alam perasaan (affective) yang ditandai dengan perasaan ketakutan atau kekhawatiran yang mendalam dan berkelanjutan, sehingga menyebabkan gangguan dalam menilai realitas, kepribadian utuh, perilaku dapat terganggu tapi masih dalam batas normal, ini menandakan bahwa mereka mengalami gejala kecemasan (Hawari, 2007). Menurut Nasir, (2011) gejala kecemasan, baik akut maupun kronis merupakan komponen utama bagi semua gangguan psikiatri. Sebagian dari komponen kecemasan itu bisa berupa gangguan panik, fobia, obsesi kompulsi, dan sebagainya. Penyebab cemas diantaranya adanya perasaan takut tidak diterima dalam lingkungan tertentu, adanya pengalaman traumatis, seperti trauma perpisahan, kehilangan atau bencana alam, adanya frustasi akibat kegagalan memenuhi kebutuhan fisiologis (kebutuhan dasar) dan adanya ancaman pada konsep diri (Pieter, dkk, 2011), sehingga perlu adanya tindakan keperawatan dalam mengatasi terjadinya kecemasan pada pasien. Tindakan keperawatan untuk penanganan masalah kecemasan pasien yaitu dapat berupa tindakan

3 mandiri oleh perawat, contoh seperti tehnik relaksasi dan distraksi (Potter, 2005). Skizofrenia merupakan suatu psikosa fungsional dengan gangguan utama pada proses berpikir serta disharmoni (perpecahan dan keretakan) antara proses berpikir, emosi, kemauan, dan psikomotor dengan disertai distorsi kenyataan yang terutama disebabkan karena waham dan halusinasi. Selama ini skizofrenia menjadi salah satu sindrom klinis dan masyarakat awam malah sering menyebutnya dengan istilah gangguan jiwa. Pada kenyataannya skizofrenia sering menimbulkan ketakuatan, kesalahpahaman, baik bagi orangorang disekitar maupun bagi penderita itu sendiri. Dengan adanya konsepsi yang terus menerus tidak menutup kemungkinan bahwa skizofrenia akan menjadi virus akut yang sangat ditakuti (Maramis, 2004). Prevalensi penderita skizofrenia di Indonesia adalah 0,3%-1% dan biasanya timbul pada usia sekitar 15 45 tahun, namun ada juga yang berusia 11 12 tahun sudah menderita skizofrenia. Apabila penduduk Indonesia sekitar 200 juta jiwa maka diperkirakan 2 juta jiwa menderita skizofrenia (Widodo, 2003). Pada masyarakat umum terdapat 0,2%-0,8% penderita skizofrenia (Maramis, 2004). Dengan jumlah penduduk di Indonesia yang lebih dari 200 juta jiwa, maka jumlah penderita skizofrenia sebanyak 400 ribu samapai 1,6 juta jiwa. Dengan jumlah yang sebesar ini peran perawat sangat dibutuhkan dalam menangani pasien skizofrenia. Salah satu teknik relaksasi yang digunakan untuk mengatasi kecemasan pada pasien adalah dengan terapi guided imagery, karena tehnik relaksasi

4 merupakan tindakan untuk mengalihkan perhatian dan mengurangi rasa cemas yang di alami pasien. Guided imagery merupakan suatu teknik yang menggunakan imajinasi individu dengan imajinasi terarah untuk mengurangi stres (Patricia dalam Kalsum, 2012). Penelitian Kalsum et al (2012) menunjukkan bahwa teknik guided imagery dapat menurunkan tingkat kecemasan pada klien dengan insomnia usia 20-25. Setelah dilakukan teknik guided imagery diperoleh 81% subjek penelitian mengalami mengalami penurunan tingkat kecemasan dan 19% subjek penelitian tingkat kecemasannya tetap. Berdasarkan hasil uji statistik maka teknik guided imagery dapat digunakan sebagai salah satu metode alternatif untuk menurunkan tingkat kecemasan (Beebe & Wyatt, 2009). Berdasarkan data Rekam Medis Rumah Sakit Jiwa Daerah Surakarta angka kejadian skizofrenia menjadi jumlah kasus terbanyak dengan jumlah 1.782 dari pasien 2.432 pasien yang tercatat dari jumlah seluruh pasien pada tahun 2014, itu berarti 71,7% dari jumlah kasus yang ada, dalam remisi 15 (Rekam Medik RSJD, 2014). Hasil studi pendahuluan pada pasien skizofrenia di Rumah Sakit Jiwa Daerah (RSJD) Surakarta diketahui bahwa dari 15 pasien skizofrenia didapatkan penderita dengan cemas berat 6 orang, cemas sedang 4 orang, cemas ringan 3 orang, tidak cemas 2 orang. Hasil studi tersebut menunjukkan bahwa 80% penderita mengalami kecemasan. Berdasarkan latar belakang diatas, maka peneliti tertarik untuk meneliti tentang Pengaruh Terapi Guided Imagery Terhadap Tingkat Kecemasan Pada Pasien Skizofrenia di RSJD Surakarta.

5 B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang penelitian di atas maka didapatkan rumusan masalah sebagai berikut: Adakah pengaruh terapi guided imagery terhadap tingkat kecemasan pada pasien skizofrenia di RSJD Surakarta?. C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Untuk mengetahui adakah pengaruh pemberian terapi guided imagery terhadap perubahan tingkat kecemasan pada pasien skizofrenia di RSJD Surakarta. 2. Tujuan Khusus a. Mengetahui tingkat kecemasan pasien skizofrenia sebelum diberikan terapi guided imagery. b. Mengetahui tingkat kecemasan pasien skizofrenia sesudah diberikan terapi guided imagery. D. Manfaat Penelitian 1. Bagi keilmuan atau teori Menambah pengetahuan dan referensi mengenai penatalaksanaan tindakan keperawatan terhadap tingkat kecemasan. 2. Bagi institusi pendidikan Sebagai salah satu wawasan baru bagi mahasiswa dalam menurunkan tingkat kecemasan secara teknik relaksasi terhadap tingkat kecemasan dari pasien.

6 3. Bagi instansi rumah sakit Sebagai salah satu terapi yang dapat diterapkan dengan mudah serta hemat biaya bagi pasien dalam menurunkan kecemasan pasien. 4. Bagi pembaca Menambah wawasan dalam menurunkan tingkat kecemasan di rumah sakit maupun di rumah, juga merupakan terapi yang mudah diterapkan bagi siapapun tanpa memandang latar belakang pendidikan pembaca. 5. Bagi peneliti Menambahi referensi yang dapat digunakan dalam penelitian selanjutnya, serta peneliti dapat mengembangkan apa yang telah dilakukan dalam penelitian ini. Misalnya, dengan mencari bentuk variabel lain. E. Keaslian Penelitian Sepanjang sepengetahuan penulis sudah ada beberapa penelitian tentang pengaruh terapi guided imagery terhadap tingkat kecemasan pada pasien skizofrenia. Penelitian yang memiliki kesamaan variabel dari penelitian ini, antara lain: 1. Wahyuni (2007) yang melakukan penelitian tentang Pengaruh Terapi Relaksasi Progresif Terhadap Penurunan Tingkat Kecemasan Lansia di Panti Werdha Griya Asih Lawang Kabupaten Malang. Hasil penelitian ada pengaruh pemberian terapi relaksasi terhadap penurunan tingkat kecemasan.

7 2. Purwaningtyas Lisa Dwi Ari dan Arum Pratiwi (2010) dengan penelitian tentang Pengaruh Relaksasi Progresif Terhadap Tingkat Kecemasan Pada Pasien Skizofrenia di Rumah Sakit Jiwa Daerah Surakarta. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat pengaruh relaksasi progresif terhadap tingkat kecemasan pasien skizofrenia di RSJD Surakarta. 3. Indy Setyanto dan Arina Maliya (2010) melakukan penelitian dengan judul Efektivitas Terapi Gerak terhadap Perubahan Tingkat Kecemasan Pada Pasien Skizofrenia di Rumah Sakit Jiwa Daerah Surakarta. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat pengaruh terapi gerak terhadap tingkat kecemasan pasien skizofrenia di RSJD Surakarta. 4. Umi Kalsum et al (2012) yang melakukan penelitian tentang Pengaruh Teknik Guided Imagery Dapat Menurunkan Tingkat Kecemasan Pada Klien Dengan Insomnia Usia 20-25. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh teknik guided imagery dalam menurunkan tingkat kecemasan pada klien dengan insomnia usia 20-25. Hasil penelitian menunjukkan bahwa teknik guided imagery dapat menurunkan tingkat kecemasan pada klien dengan insomnia usia 20-25. Berdasarkan hasil uji statistik maka sebaiknya teknik guided imagery dapat digunakan sebagai salah satu metode alternatif untuk menurunkan tingkat kecemasan. 5. Intan Juwita Dewi, Dewa Gede Anom dan Kadek Eka Swedarma (2012) dengan penelitian tentang Hubungan Frekuensi Pemberian Electroconvulsive Therapy (ECT) Terhadap Tingkat Kecemasan Pasien Dengan Skizofrenia di RS Jiwa Provinsi Bali. Hasil penelitian

8 menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara frekuensi pemberian Electroconvulsive Therapy (ECT) terhadap tingkat kecemasan pada pasien skizofrenia di RS Jiwa Provinsi Bali dengan nilai p= 0,003.