PEMANFAATAN LIMBAH DAUN MANGGA SEBAGAI PEWARNA ALAM PADA KAIN KATUN DAN SUTERA

dokumen-dokumen yang mirip
TEKNIK EKSPLORASI ZAT PEWARNA ALAM DARI TANAMAN DI SEKITAR KITA UNTUK PENCELUPAN BAHAN TEKSTIL Noor Fitrihana,ST Jurusan PKK FT UNY

ALAT PENGERING BERKABUT UNTUK MENGHASILKAN ZAT WARNA ALAMI DARI KULIT KAYU MAHONI, JAMBAL, DAN TINGI GUNA MENGGANTIKAN SEBAGIAN WARNA SINTETIK BATIK

BAB I PENDAHULUAN. Warna memiliki peranan dan fungsi penting dalam kehidupan yang dapat

BAB II KAJIAN PUSTAKA. A. Tinjauan Pustaka. Nama daerah :tahi kotok (Sunda), kenikir (Jawa)

APLIKASI KULIT BUAH MANGGIS (Garcinia mangostana L.) SEBAGAI PEWARNA ALAMI PADA KAIN KATUN SECARA PRE-MORDANTING.

PENGARUH EKSTRAKSI ZAT WARNA ALAM DAN FIKSASI TERHADAP KETAHANAN LUNTUR WARNA PADA KAIN BATIK KATUN

POTENSI DAUN KETAPANG, DAUN MAHONI DAN BUNGA KECOMBRANG SEBAGAI ALTERNATIF PEWARNAAN KAIN BATIK YANG RAMAH LINGKUNGAN

BAB IV KAJIAN KULIT BUAH KAKAO SEBAGAI PEWARNA ALAMI PADA TEKSTIL

2014 EKSPERIMEN WARNA ALAM MANGGA ARUMANIS, MANGGA GEDONG GINCU DAN MANGGA SIMANALAGI SEBAGAI PEWARNA KAIN SUTERA

PENGARUH EKSTRAKSI ZAT WARNA ALAM DAN FIKSASI TERHADAP KETAHANAN LUNTUR WARNA PADA KAIN BATIK KATUN

OPTIMASI SERBUK PEWARNA ALAMI INSTANDAUN SIRSAK (AnnonamuricataL.)DITELAAH DARIWAKTU PEMANASAN DAN PENAMBAHAN MALTODEKSTRIN

PEMANFAATAN EKSTRAK WARNA DAUN ALPUKAT SEBAGAI ZAT PEWARNA ALAM (ZPA) TEKSTIL PADA KAIN SUTERA

Dosen Program Studi Teknik Batik Politeknik Pusmanu Pekalongan 2) Program Studi D3 Teknik Batik Politeknik Pusmanu Pekalongan

PENGARUH FIKSATOR PADA EKSTRAK AKAR MENGKUDU TERHADAP PEWARNAAN JUMPUTAN

PEMANFAATAN ZAT WARNA ALAM DARI EKSTRAK KULIT AKAR MENGKUDU (Morinda citrifolia Linn) PADA KAIN KATUN

DESAIN EKSPERIMEN PEWARNA ALAM BATIK PROPAGUL MANGROVE DENGAN TINGKAT KETAHANAN LUNTUR WARNA YANG BAIK DENGAN BANTUAN ZAT FIKSATIF TAWAS

PEMANFAATAN DAUN JATI (Tectona grandis) SEBAGAI ZAT PEWARNA ALAMI TEKSTIL

PENERAPAN RAGAM HIAS PADA BAHAN TEKSTIL

Laporan Tugas Akhir Pembuatan Zat Warna Alami dari Buah Mangrove Spesies Rhizophora stylosa sebagai Pewarna Batik dalam Skala Pilot Plan

Bayu Wirawan D. S. 1, Hazbi As Siddiqi 2. Dosen Program Studi Teknik Batik, Politeknik Pusmanu

PENCELUPAN PADA KAIN SUTERA MENGGUNAKAN ZAT WARNA URANG ARING (ECLIPTA ALBA) DENGAN FIKSATOR TAWAS, TUNJUNG DAN KAPUR TOHOR

Emy Budiastuti dan Kapti Asiatun ( Dosen Jurusan Pendidikan Teknik Boga dan Busana FT UNY)

Dian Ramadhania, Kasmudjo, Panji Probo S. Bagian Teknologi Hasil Hutan,Fakultas Kehutanan, UGM Jl. Agro No : 1 Bulaksumur Yogyakarta.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

TEKNIK PENGOLAHAN ZAT WARNA ALAM (ZPA) UNTUK PEWARNAAN BATIK

BAB II METODE PERANCANGAN

PEWARNAAN TUMBUHAN ALAMI KAIN SUTERA DENGAN MENGGUNAKAN FIKSATOR TAWAS, TUNJUNG DAN KAPUR TOHOR

NATURAL DYES. Green Heritage From The Past HOW TO MAKE IT. By Noor Fitrihana, M.Eng Fashion Design Department Yogyakarta State University

LAPORAN TUGAS AKHIR. Disusun Oleh : 1. Lita Indriyani (I ) 2. Widak Asrianing (I )

PENGUJIAN KETAHANAN LUNTUR TERHADAP PENCUCIAN DAN GOSOKAN TEKSTIL HASIL PEWARNAAN DENGAN EKSTRAK CURCUMIN INDUK KUNYIT

ANALISIS CITRA PEWARNA ALAMI DARI EKSTRAK KULIT BUAH NAGA (Hylocereus polyrhizus)

Titiek Pujilestari Balai Besar Kerajinan dan Batik, Jl. Kusumanegara No.7 Yogyakarta

BAB I PENDAHULUAN. pemberian tekanan yang tinggi (Kamus Besar Bahasa Indonesia). Di pasaran,

LAPORAN TUGAS AKHIR PEMBUATAN DAN APLIKASI ZAT WARNA ALAMI DARI BUAH MANGROVE JENIS Rhizophora stylosa

SENI KERAJINAN BATIK TEKNIK/PROSES MEMBATIK. Oleh: ISMADI PEND. SENI KERAJINAN JUR. PEND. SENI RUPA FBS UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA

e-journal. Volume 03 Nomor 02 Tahun 2014, Edisi Yudisium Periode Mei 2014, Hal 65-70

Ahmad Kamil 1), Arfan Bakhtiar 2), Sriyanto 3)

KUALITAS PEWARNAN BATIK YANG DIHASILKAN DARI PERBEDAAN KONSENTRASI dan BAHAN FIKASI BAHAN PEWARNA DAUN MANGGA ARUM MANIS (Mangifera Indica LINN)

PEMANFAATAN LIMBAH KAYU NANGKA UNTUK BAHAN PEWARNA TEKSTIL

Pemanfaatan buah cengkeh untuk pewarna kain PEMANFAATAN BUAH CENGKEH UNTUK PEWARNA KAIN

LAPORAN TUGAS AKHIR PENGAMBILAN ZAT WARNA ALAMI DARI KULIT KAYU TINGI (Ceriops candolleana)

LAPORAN TUGAS AKHIR. PENGAMBILAN ZAT WARNA ALAMI DARI KULIT KAYU POHON MANGGA (Mangifera indica L.)

RINGKASAN LAPORAN HASIL PENELITIAN

A. Bagan Pemecahan Masalah

BAB II METODE PERANCANGAN. A. Analisis Permasalahan. diperlukan analisis pada permasalahan tersebut ; analisa yang pertama diperoleh

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. adalah salah satu tekstil tradisi yang memiliki nilai seni tinggi dan telah menjadi

Titiek Pujilestari dan Irfa ina Rohana Salma Balai Besar Kerajinan dan Batik, Jl. Kusumanegara No.7 Yogyakarta

Pengaruh Konsentrasi dan Jenis Bahan Fiksasi dalam Pemanfaatan Daun Jati (Tectona grandis Linn.f ) sebagai Bahan Pewarna Alami Batik

PENGARUH FIKSASI TERHADAP KETUAAN WARNA DENGAN MENGGUNAKAN PEWARNA ALAMI BATIK DARI LIMBAH MANGROVE

BAB II METODE PERANCANGAN. A. Analisis Permasalahan. harus diselesaikan dalam proyek perancangan karya tekstil dengan eksplorasi eco

KEWIRAUSAHAAN (Kode : G-02)

UJI COBA PENGGUNAAN DAUN SIRIH GADING SEBAGAI BAHAN PEWARNA ALAMI PADA KAIN KATUN

Proses pemberian warna pada bahan tekstil secara merata dengan menggunakan media air.

ZAT WARNA BEJANA/INDHANTHREN UNTUK PEWARNAAN BATIK

Jurnal Bahan Alam Terbarukan

PENDAHULUAN Batik merupakan kekayaan bangsa Indonesia yang saat ini telah berkembang pesat, baik lokasi penyebaran, teknologi maupun desainnya.

PEMANFAATAN EKSTRAK KULIT AKAR MENGKUDU SEBAGAI PEWARNA TEKSTIL PADA KAIN KATUN. Rameyza Arohman

Ekstraksi Zat Warna dari Kulit Kayu Galam (Melaleuca leucadendron Linn) dan Evaluasi dalam Pewarnaan Kain Satin

Yudi Satria dan Dwi Suheryanto Balai Besar Kerajinan dan Batik, Jl. Kusumanegara no. 7, Indonesia,

SENI KERAJINAN BATIK. Oleh : Ismadi Pendidikan Seni Kerajinan Jur. Pend. Seni Rupa FBS UNY

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PEMANFAATAN LIMBAH SERBUK KAYU MERBAU (Instia spp.) SEBAGAI PEWARNA KAIN KATUN DENGAN PENAMBAHAN KAPUR SIRIH

Membuat Tekstil Dengan Teknik Rekalatar

Majalah INFO ISSN : Edisi XV, Nomor 1, Pebruari 2013

Pewarnaan Bahan Tekstil dengan Menggunakan Ekstrak Kayu Nangka dan Teknik Pewarnaannya untuk Mendapatkan Hasil yang Optimal

RINGKASAN LAPORAN PENELITIAN

PENGARUH TAWAS PADA PENCELUPAN BAHAN KATUN MENGGUNAKAN ZAT WARNA ALAM EKSTRAK DAUN PETAI CINA (LEUCAENA LEUCOCEPHALA) YULIANTI

PENGARUH GARAM TERHADAP HASIL PENCELUPAN BAHAN SUTERA DENGAN EKSTRAK KULIT POHON MAHONI DERISA

PENGARUH JENIS FIKSATIF TERHADAP KETUAAN DAN KETAHANAN LUNTUR KAIN MORI BATIK HASIL PEWARNAAN LIMBAH TEH HIJAU

Kadar air % a b x 100% Keterangan : a = bobot awal contoh (gram) b = bobot akhir contoh (gram) w1 w2 w. Kadar abu

PENGARUH VARIASI ph DAN FIKSASI PADA PEWARNAAN KAIN KAPAS DENGAN ZAT WARNA ALAM DARI KAYU NANGKA TERHADAP KUALITAS HASIL PEWARNAANNYA

PENGEMBANGAN PROPAGUL KERING TANAMAN BAKAU (Rhizophora spp.) SEBAGAI PEWARNA ALAM DENGAN TEKNIK CELUP RINTANG

EKSTRAKSI TANIN DARI KULIT KAYU SOGA TINGI UNTUK PEWARNA BATIK

BAB III TINJAUAN DATA, EKSPERIMEN, DAN ANALISA. Pohon kapuk berbunga tiga atau empat kali dalam setahun dengan selang

III. BAHAN DAN METODE

PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA

BATIK CIPRATAN UNTUK SEKOLAH LUAR BIASA NEGERI (SLBN) SEMARANG

Pewarna Batik Alami di Tjok Agung Indigo Desa Pejeng Kecamatan Tampaksiring Kabupaten Gianyar

PENGARUH FREKUENSI CELUPAN TERHADAP HASIL JADI PEWARNAAN BATIK DENGAN DAUN LAMTORO PADA KAIN KATUN

DESAIN MOTIF KAIN DENGAN TEKNIK LIPAT TRITIK UNTUK SCARF MENGGUNAKAN WARNA ALAM BIRU INDIGO

Agus Haerudin, Dana Kurnia Syabana, Dwi Wiji Lestari Balai Besar Kerajinan dan Batik Jl. Kusumanegara No. 7 Yogyakarta

Kata kunci: Kulit buah siwalan, Zat warna alam, Pre-mordating, Kain katun. ISBN

PEMANFAATAN LIMBAH SERBUK KAYU MAHONI SEBAGAI PEWARNA ALAMI BATIK

LAPORAN TUGAS AKHIR PEMBUATAN ZAT WARNA ALAMI TEKSTIL DARI BIJI BUAH MAHKOTADEWA

Jurnal Bahan Alam Terbarukan

PERBEDAAN JUMLAH MASSA MORDAN KAPUR TERHADAP PEWARNAAN KULIT KECAMBAH KACANG HIJAU PADA BAHAN SUTERA

Uji Coba Pewarna Alami Campuran Buah Secang dan Daun Mangga pada Kain Katun Prima

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Objek atau bahan penelitian ini adalah cincau hijau. Lokasi penelitian

BAB III METODOLOGI. A.2. Bahan yang digunakan : A.2.1 Bahan untuk pembuatan Nata de Citrullus sebagai berikut: 1.

PERBEDAAN TEKNIK MORDANTING TERHADAP HASIL PENCELUPAN ZAT WARNA ALAM EKSTRAK DAUN KELADI HIAS (Philodendron) DENGAN MORDAN AIR TAPAI PADA BAHAN SUTERA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Dwita Oktiarni Kimia FMIPA Gedung T U niversitas Bengkulu Jl. W.R. Supratman Kandang Limun Bengkulu

Prosiding Seminar Nasional Jurusan PTBB FT UNY, Volume 4, Tahun 2009

PENGEMBANGAN TEKNIK PEWARNAAN ALAMI PADA KERAJINAN SERAT ALAMI DI CV BHUMI CIPTA MANDIRI SENTOLO, KULON PROGO, YOGYAKARTA

APLIKASI ZAT WARNA ALAM PADA TENUNAN SERAT DOYO UNTUK PRODUK KERAJINAN Application Natural Dyestuff On Woven Fibers Doyo For Handicraft Product

INOVASI PEMBUATAN SUSU KEDELE TANPA RASA LANGU

III. METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

MODUL X FOTOSINTESIS

Kata Kunci :Kulit, Daun, Mangrove (Rhizophoramucronata), Pewarna, Batik.

Transkripsi:

PEMANFAATAN LIMBAH DAUN MANGGA SEBAGAI PEWARNA ALAM PADA KAIN KATUN DAN SUTERA Emi Erawati, Risky Patria Sari, dan Sri Hidayati Program Studi Teknik Kimia Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Surakarta ABSTRACT Community servise benefit of manggo leaf waste as natural dyes in the cotton and silk fabrics was done in the batik crasfement Putra Amalia, Sutowijoyo Street, Penumping Surakarta. The community servise methods was used observation of places, determine the target, preparation tools and materials, discusision, counseling, and training. In the training we was teach about negative impact of sintetic dyes, the important of safety, and explain how to make natural dyes from manggo leaf waste. There are three benefits from the community services. The first, batik crasfement know how the best extraction, coloring, dyeing and fixation technique for cotton and silk fabrics. The second, the batik crasfement have awareness to natural dyes is better than sintetic dyes. The third, the batik crasfement can increasing economic value of mango leaf waste than before. Kata kunci : daun mangga, pewarna alam PENDAHULUAN Pemanfaatan zat pewarna alam (ZPA) untuk tekstil menjadi salah satu alternatif pengganti zat pewarna sintetis (ZPS). Sejak 1 Agustus 1996 negara-negara maju, seperti Jerman dan Belanda telah melarang penggunaan zat warna berbahan kimia. Larangan ini berdasarkan CBI (Center for Promotion of Import from Developing Contries) tertanggal 13 Juni 1996 tentang zat warna untuk cloting (pakaian), footwear (alas kaki), bedsheet (sprei/sarung bantal) (Kwartiningsih, 2009). Sekarang banyak pencemaran yang terjadi akibat pabrik tekstil yang menggunakan ZPS yang merusak alam. Contoh industri yang menggunakan ZPS adalah pengrajin batik. Untuk memproduksi batik dengan kualitas biasa dapat diproduksi puluhan lusin per harinya, dalam proses pewarnaannya menggunakan ZPS. Akibatnya lingkungan yang tercemar disekitar wilayah pengrajin batik khususnya sungai akibat pembuangan limbah ZPS. ZPS sangat berbahaya bagi lingkungan karena didalamnya terkandung sifat karsinogenik yang diduga kuat dapat mengakibatkan alergi kulit atau kanker kulit (gemaindustrikecil.com). Dalam pengabdian masyarakat ini dilakukan penyuluhan dan praktek pewarnaan beserta fiksasinya dengan menggunakan pewarna dari limbah daun mangga kepada pengrajin batik Putra Amalia, Jalan Sutowijoyo, Penumping, Surakarta. 124 WARTA... Emi Erawati, dkk.

Rendahnya kualitas sumber daya manusia menjadi polemik di masyarakat. Pengetahuan SDM yang kurang memadai akan mengakibatkan produktifitas seseorang menjadi rendah. Oleh karena itu dibutuhkan solusi yang tepat untuk mendorong peningkatan kualitas dan keterampilan masyarakat khususnya para pengrajin batik di daerah Putra Amalia, Jalan Sutowijoyo, Penumping, Surakarta. Dengan pelatihan penggunaan pewarna alam ini untuk produksi batik baik untuk kain katun maupun sutra diharapkan para pengrajin mampu mengaplikasikanya sebagai pengganti ZPS yang biasa digunakan dalam produksi kain batik. Dengan ketrampilan ini peserta mampu bekerja lebih baik dan memperoleh pendapatan yang meningkat dengan penjualan batik dengan ZPA yang aman dan ramah lingkungan. Pendapatan pengrajin batik meningkat akan mempengaruhi taraf hidupnya sehingga menjadi lebih baik. Zat warna alam untuk bahan tekstil pada umumnya diperoleh dari hasil ektrak berbagai tumbuhan seperti akar, kayu, daun, biji, ataupun biji. Pengrajin-pengrajin Pengrajin-pengrajin batik telah banyak mengenal tumbuh-tumbuhan yang dapat mewarnai bahan tekstil diantaranya adalah daun pohon nila (indofera), kulit pohon soga tinggi (Ceriops candolleanaarn), kayu tegeran (Cudraina javanensis), kunyit (Curcuma), the (the), akar mengkudu (Morinda citrifelia), kulit soga jambal (Pelthophhorum ferruginum), kesumba (Bixa orelana), dan daun jambu biji. Menurut sumber diperolehnya zat warna tekstil digolongkan menjadi dua yaitu pertama Zat Pewarna Alam (ZPA) yaitu zat warna yang berasal dari bahan-bahan alam pada umumnya dari hasil ekstrak tumbuhan atau hewan. Kedua, Zat Pewarna Sintesis (ZPS) yaitu zat warna buatan atau sintesis dibuat dengan reaksi kimia dengan bahan dasar arang batu bara atau minyak bumi yang merupakan hasil senyawa turunan hidrokarbon aromatik seperti benzena, naftalena, dan antrasena. (Isminingsih, 1978). Untuk mengurangi penggunaan ZPS, ZPA sangat potensial untuk digunakan. Selain ZPA ramah lingkungan, dapat pula diproduksi di dalam negeri, tidak berbahaya bagi kulit, dan warna yang diperoleh lebih beragam serta kualitas ZPA tidah kalah dengan ZPS, sehingga memberikan tampilah yang lebih mewah, menarik dan natural (Muktiadi dan Lessi, 2003). Salah satu sumberdaya alam yang dapat dipakai atau berpotensi untuk ZPA adalah dengan cara ekstraksi tumbuhan mangga. Bagian dari tanaman mangga yang dapat dipakai sebagai zat warna adalah bagian daunnya karena didalamnya mengandung pigmen mangiferine yang didalamnya mengandung gugus kromofos yaitu karbonil, gugus auksokrom yaitu hidroksil aromatic, sehingga pigmen ini mudah sekali melepaskan zat tersebut pada bahan kain karena mangiferine merupakan jenis daripada xantan yang dapat digunakan sebagai bahan pewarna. Menurut penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Wilujeng, dkk (2010) tentang ekstraksi pewarna dari daun mangga ini, diperoleh warna hijau kecoklatan. Warna hijau diduga berasal dari zat warna klorofil. Sedangkan warna coklat dari senyawa mangiferine. Adapun penelitian lainnya yang dilakukan oleh Sari, dkk (2012) tentang ekstraksi daun jati menyebutkan bahwa rasio antara daun jati dan air sangat mempengaruhi warna dari kain, rasio 1:2 warna yang dihasilkan kuning, 1:6 berwarna kuning muda, dan 1:10 berwarna kuning pudar. Waktu pencelupan warna yang paling baik adalah ½ jam. Kain katun mempunyai ketahanan luntur yang lebih baik dibandingkan dengan dengan kain semi sutra. WARTA, Vol.15, No.2, September 2012: 124-131. ISSN 1410-9344 125

Proses pewarnaan tekstil secara sederhana meliputi mordanting, pewarnaan, fiksasi dan pengeringan. Mordanting adalah perlakuan awal pada kain yang akan diwarnai agar lemak, minyak, kanji, dan kotoran yang tertinggal pada proses penenunan dapat dihilangkan. Pada proses ini kain dimasukkan kedalam larutan tawas yang akan dipanaskan sampai mendidih. Proses pewarnaan dilakukan dengan pencelupan kain pada zat warna. Proses fiksasi adalah proses mengunci warna kain. Proses ini dapat dilakukan dengan menggunakan air atau tawas (Moerdoko, 1975). Penelitian dengan menggunakan zat warna alam untuk pewarna tekstil telah dilakukan oleh Kwartiningsih dkk (2009) dengan menggunakan kulit buah manggis dengan variasi suhu 30ÚC, 40ÚC, 50ÚC, 60ÚC, dan 70ÚC diperoleh berat zat warna tertinggi sebesar 2,63 gram dan kadar zat warna terbanyak sebesar 13,15%. Tujuan kegiatan pengabdian masyarakat ini adalah: 1. Memanfaatkan limbah daun mangga menjadi pewarna tekstil alami yang aman dan ramah lingkungan 2. Meningkatkan nilai ekonomis dari limbah daun mangga 3. Memberikan pengetahuan, teknik ekstraksi, dan teknik pewarnaan yang sesuai untuk kain katun dan sutra. Adapun manfaatnya adalah: 1. Para pengrajin batik atau tekstil mendapatkan pengetahuan mengenai pemanfaatan limbah daun mangga sebagai pewarna alami tekstil yang aman dan ramah lingkungan. 2. Para pengrajin mendapatkan keterampilan mengenai pembuatan pewarna alami dari limbah daun mangga 3. Para pengrajin memahami akan kelebihan pewarna alami sebagai bahan pewarna kain dibandingkan pewarna sintetis. METODE KEGIATAN Metode yang akan digunakan dalam Program Pengabdian Masyarakat ini adalah transfer ilmu sekaligus memberikan pelatihan tentang pemanfaatan limbah daun mangga sebagai pewarna alami untuk kain. Sasaran utama kegiatan ini adalah para pengrajin batik di Penumping, Surakarta. Maka dalam pelaksanaannya kami menggunakan metode pembelajaran yang bertahap seperti berikut: 1. Observasi Medan Observasi medan yang akan kami lakukan adalah meninjau secara langsung calon tempat pelatihan yang akan digunakan, mengidentifikasi calon tempat pelatihan, dan menganalisa kemungkinan-kemungkinan sarana yang bisa digunakan serta memperkirakan dan mempersiapkan limbah daun mangga yang akan digunakan untuk kepentingan pelatihan. Dalam kegiatan ini, tempat pelatihan di Batik Putra Amalia, Jalan Sutowijoyo, Penumping, Surakarta. 2. Menentukan Sasaran Pelatihan Sasaran pelatihan kami adalah perwakilan dari usaha-usaha pengrajin batik di daerah Penumping, Surakarta. Peserta berjumlah 10 orang merupakan penduduk asli. Hal ini bertujuan agar pelatihan bisa berjalan lebih efektif dan tidak memakan waktu yang terlalu lama. 3. Persiapan alat dan materi yang akan diberikan Mempersiapkan alat-alat dan bahan yang akan digunakan untuk penunjang pelatihan. Persiapan disesuaikan dengan lokasi pelatihan yang akan digunakan. 4. Diskusi mengenai pemanfaatan limbah daun mangga sebagai pewarna alami tekstil Setelah persiapan alat, maka akan dilakukan diskusi tentang pelatihan pengolahan limbah daun mangga 126 WARTA... Emi Erawati, dkk.

menjadi pewarna alami kain dan membuat kesepakatan terlebih dahulu terhadap para peserta tentang pelatihan yang akan dilakukan. 5. Penyuluhan Sebelum praktek langsung pengolahan limbah daun mangga menjadi pewarna tekstil, kami akan terlebih dahulu memberikan penyuluhan tentang cara kerja dan teknik dasar pengolahan pewarna alami tersebut, meliputi proses mordanting, ekstraksi, pewarnaan atau pencelupan dan fiksasi. 6. Pelatihan Pelatihan akan dilakukan secara bertahap. Langkah awal dari pelatihan adalah memberitahukan tentang bahaya kerja, pentingnya keselamatan kerja dan dampak negatif yang dapat terjadi dengan pemakaian pewarna sintetis yang selama ini digunakan untuk pewarnaan kain. Lalu memperkenalkan fungsi dan kegunaan cara kerja yang akan dilakukan dan bahan-bahan yang akan digunakan dalam proses pembuatan pewarna alami. Kemudian mensosialisasikan ulang cara kerja dan teknik-teknik dasar yang akan dilakukan dalam proses pembuatan pewarna alami dari limbah daun mangga. Pembuatan pewarna alami dari limbah daun mangga dilakukan dengan cara sebanyak 500 gram daun mangga dipotong dengan ukuran kecil kecil. Potongan daun dimasukan ke dalam panci dan menambahkan air dengan perbandingan 1:10. Kemudian merebusnya hingga volume air menjadi setengahnya atau 1/3-nya. Setelah itu menyaring hasil rebusan dengan kain, untuk memisahkan hasil ekstrak dan residu, larutan ekstrak hasil penyaringan disebut larutan zat warna alam, setelah dingin larutan zat warna alam siap digunakan. Tahapan untuk kain katun, kain yang akan diwarnai sebelumnya harus di mordanting terlebih dahulu, yaitu dilakukan dengan cara membuat larutan Al 2 (SO 4 ) 3, Na 2 CO 3 dalam 1 liter air, dan mengaduknya hingga larut. Larutan direbus hingga mendidih kemudian kain katun dimasukkan dan direbus selama 1 jam. Setelah itu api dimatikan dan kain katun dibiarkan terendam dalam larutan selama semalam. Selanjutnya kain di angkat dan di bilas (jangan diperas) lalu mengeringkan dan menyetrikanya. Kain katun siap untuk proses pencelupan ke dalam ZPA. Tahapan untuk kain sutera, larutan mording dibuat dari Al 2 (SO 4 ) 3 dalam 1 liter air dan mengaduknya hingga larut. Kain sutera dimasukkan dan diproses selama 1 jam dengan suhu larutan dijaga konstan. Setelah itu menghentikan pemanasan dan kain dibiarkan terendam dalam larutan selama semalam. Selanjutnya mengangkat dan membilas (tanpa diperas) lalu mengeringkan dan menyetrikanya. Kain sutera siap untuk proses pencelupan kedalam ZPA. WARTA, Vol.15, No.2, September 2012: 124-131. ISSN 1410-9344 127

Gambar 1 Proses Pencelupan Warna Pada Kain Proses pencelupan bahan tekstil dapat segera dilakukan dengan cara menyiapkan larutan zat warna alam hasil ekstraksi dalam tempat pencelupan. Kain yang telah di mordanting dimasukan kedalam larutan ZPA dan melakukan pencelupan selama 10 menit. Setelah itu bahan dimasukkan ke dalam larutan fixer Al 2 (SO 4 ) 3 selama 10 menit. Kemudian bahan dibilas, dicuci, dan dikeringkan. Gambar 2 Proses Pengeringan 128 WARTA... Emi Erawati, dkk.

Gambar 3. Contoh Batik yang Diproduksi dengan ZPA Pelatihan akan dilakukan dalam waktu 1 hari untuk pembelajaran awal. Untuk berikutnya jika diperlukan akan dilakukan pelatihan-pelatihan kembali dengan tujuan memantapkan keahlian yang sudah didapat oleh para peserta. 1. Evaluasi Setelah kegiatan pelatihan selesai dilakukan, kami akan melakukan evaluasi terhadap program kami. Meliputi sejauh mana keberhasilan kelompok kami dalam memberikan pelatihan serta menganalisis masalahmasalah yang menghambat selama pelatihan berlangsung. HASIL DAN PEMBAHASAN Sasaran kegiatan pengabdian masyarakat ini adalah para pengrajin batik yang berdomisili di sekitar Putra Batik Amalia, yang mayoritas penduduknya bermata pencaharian sebagai pengrajin batik. Pelaksanaan pengabdian masyarakat ini akan melibatkan peserta pelatihan berjumlah 10 orang perwakilan dari usaha-usaha batik. Pelatihan dilaksanakan di Batik Putra, Penumping. Peserta pelatihan diutamakan merupakan penduduk asli dengan pertimbangan untuk kelancaran dan kesejahteraan usaha pengrajin batik di daerah tersebut dan demi keberlangsungan kegiatan Pengabdiaan Masyarakat ini. Pengabdian masyarakat dilaksanakan dalam bentuk penyuluhan dan praktek pewarnaan beserta fiksasinya. Dalam praktek pewarnaan, warna yang dihasilkan dari limbah daun mangga adalah hijau kecoklatan. Hasil evaluasi terhadap kegiatan WARTA, Vol.15, No.2, September 2012: 124-131. ISSN 1410-9344 129

ini dengan adanya pengabdian masyarakat ini, para pengrajin mengetahui tentang teknik ekstraksi, pewarnaan atau pencelupan dan teknik fiksasi yang benar sesuai untuk jenis kain katun dan sutra. Para pengrajin juga dapat menyadari akan kelebihan ZPA dari limbah daun mangga dibandingkan dengan pewarna sintetis. Selain itu para pengrajin juga dapat meningkatkan nilai ekonomis dari limbah daun mangga yang selama ini hanya dibuang begitu saja sebagai limbah. Adapun permasalahan-permasalahan yang dihadapi dan perlu diperhatikan lagi adalah: 1. ZPA mempunyai derajat kelunturannya lebih tinggi bila dibandingkan dengan ZPS dan ketajaman warnanyapun lebih tajam ZPS daripada ZPA. 2. Proses pencelupan dan proses fiksasi harus dilakukan berkali-kali untuk menghasilkan warna yang tajam, sehingga memakan waktu yang lama. 3. Larutan fiksasi harus sesuai dengan pewarna alam yang digunakan agar warna yang dihasilkan tahan terhadap luntur. 4. Perlu adanya penelitian lebih lanjut tentang ketahanan luntur pewarna alam dari limbah daun mangga ini sehingga dihasilkan pewarna alam yang berkualitas. SIMPULAN dan SARAN 1. Simpulan Dalam pelaksanaan pengabdian hasil pengabdian masyarakat bertema Pelatihan Pemanfaatan Limbah Daun Mangga Sebagai Pewarna Alam Pada Kain Katun dan Sutera di Pengrajin Batik Putra Amalia secara umum mendapat respon yang sangat baik dari Pengrajin Batik Putra Amalia di Penumping Surakarta yang sangat antusias dalam pelatihan ini. Pengrajin batik berharap akan dilanjutkan pelatihan sejenis dengan ZPA yang lain, sehingga pengrajin dapat lebih mengenal ZPA dan ikut mengurangi pencemaran akibat pemakaian ZPS. 2. Saran Dari pengabdian ini dapat disarankan sebagai berikut: 1. Pengabdian perlu dilanjutkan lagi kepada pengrajin batik di daerah lain di Surakarta 2. Pengabdian perlu dilanjutkan lagi dengan menggunakan ZPA yang lain misalnya kayu secang dll. PERSANTUNAN Penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada: 1. Universitas Muhammadiyah Surakarta melalui Dana Pengabdian Kolaboratif 2012/2013. 2. Ketua Program Studi Teknik Kimia Universitas Muhammadiyah Surakarta. 3. Risky Patria Sari dan Sri Hidayati yang membantu mempersiapkan pelatihan. 4. Seluruh peserta pelatihan Pemanfaatan Limbah Daun Mangga Sebagai Pewarna Alam Pada Kain Katun dan Sutera di Pengrajin Batik Putra Amalia, Penumping, Surakarta. DAFTAR PUSTAKA Gema Industri Kecil., 2007, Pemanfaatan Zat Warna Alam Untuk Bahan Tekstil dan Tenun,www.gemaindustrikecil.com. Diakses 09 Juni 2013 Moerdoko, W. 1975, Evaluasi Tekstil Bagian Kimia, Institut Teknologi Tekstil. Bandung Muktiadi, I. Dan Lessi, N. 2003, Zat Warna Alami Lebih Menguntungkan,www.republika.co.id. Diakses 09 Juni 2013. 130 WARTA... Emi Erawati, dkk.

Sari, R. P., Alharis, U.A., Ma ruf, A. Ekstraksi Zat Warna Alam dari Daun Jati dan Pemanfaatannya sebagai Pewarna Kain, Laporan Praktikum Bahan Alam. Fakultas Teknik Program Studi Teknik Kimia. Universitas Muhammadiyah Surakarta. Wilujeng, A. R., 2010, Ekstaksi Karakteristik Zat Warna Alami Dari Daun Mangga Serat Uji Potensinya Sebagai Pewarna Tekstil, Universitas Negeri Malang, Malang. Kwartiningsih, E., Setyawardhhani, D.A., dan Wiyatno, A., Triyono, Zat Pewarna Tekstil dari Buah Manggis, Ekuilibrium Vol 8 No 1, Januari 2009. WARTA, Vol.15, No.2, September 2012: 124-131. ISSN 1410-9344 131