PEMANFAATAN EKSTRAK WARNA DAUN ALPUKAT SEBAGAI ZAT PEWARNA ALAM (ZPA) TEKSTIL PADA KAIN SUTERA

dokumen-dokumen yang mirip
RINGKASAN LAPORAN PENELITIAN

Prosiding Seminar Nasional Jurusan PTBB FT UNY, Volume 4, Tahun 2009

TEKNIK EKSPLORASI ZAT PEWARNA ALAM DARI TANAMAN DI SEKITAR KITA UNTUK PENCELUPAN BAHAN TEKSTIL Noor Fitrihana,ST Jurusan PKK FT UNY

Prosiding Seminar Nasional Jurusan PTBB FT UNY, Volume 6, Tahun 2011

BAB IV KAJIAN KULIT BUAH KAKAO SEBAGAI PEWARNA ALAMI PADA TEKSTIL

Laporan Tugas Akhir Pembuatan Zat Warna Alami dari Buah Mangrove Spesies Rhizophora stylosa sebagai Pewarna Batik dalam Skala Pilot Plan

PENCELUPAN PADA KAIN SUTERA MENGGUNAKAN ZAT WARNA URANG ARING (ECLIPTA ALBA) DENGAN FIKSATOR TAWAS, TUNJUNG DAN KAPUR TOHOR

KEWIRAUSAHAAN (Kode : G-02)

Bayu Wirawan D. S. 1, Hazbi As Siddiqi 2. Dosen Program Studi Teknik Batik, Politeknik Pusmanu

BAB II METODE PERANCANGAN. A. Analisis Permasalahan. diperlukan analisis pada permasalahan tersebut ; analisa yang pertama diperoleh

BAB II KAJIAN PUSTAKA. A. Tinjauan Pustaka. Nama daerah :tahi kotok (Sunda), kenikir (Jawa)

Emy Budiastuti dan Kapti Asiatun ( Dosen Jurusan Pendidikan Teknik Boga dan Busana FT UNY)

Dian Ramadhania, Kasmudjo, Panji Probo S. Bagian Teknologi Hasil Hutan,Fakultas Kehutanan, UGM Jl. Agro No : 1 Bulaksumur Yogyakarta.

LAPORAN TUGAS AKHIR PEMBUATAN DAN APLIKASI ZAT WARNA ALAMI DARI BUAH MANGROVE JENIS Rhizophora stylosa

ZAT WARNA BEJANA/INDHANTHREN UNTUK PEWARNAAN BATIK

ALAT PENGERING BERKABUT UNTUK MENGHASILKAN ZAT WARNA ALAMI DARI KULIT KAYU MAHONI, JAMBAL, DAN TINGI GUNA MENGGANTIKAN SEBAGIAN WARNA SINTETIK BATIK

SENI KERAJINAN BATIK TEKNIK/PROSES MEMBATIK. Oleh: ISMADI PEND. SENI KERAJINAN JUR. PEND. SENI RUPA FBS UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA

Pengaruh Konsentrasi dan Jenis Bahan Fiksasi dalam Pemanfaatan Daun Jati (Tectona grandis Linn.f ) sebagai Bahan Pewarna Alami Batik

TEKNIK PENGOLAHAN ZAT WARNA ALAM (ZPA) UNTUK PEWARNAAN BATIK

BAB II METODE PERANCANGAN

SENI KERAJINAN BATIK. Oleh : Ismadi Pendidikan Seni Kerajinan Jur. Pend. Seni Rupa FBS UNY

RINGKASAN LAPORAN HASIL PENELITIAN

PENGARUH FIKSATOR PADA EKSTRAK AKAR MENGKUDU TERHADAP PEWARNAAN JUMPUTAN

2014 EKSPERIMEN WARNA ALAM MANGGA ARUMANIS, MANGGA GEDONG GINCU DAN MANGGA SIMANALAGI SEBAGAI PEWARNA KAIN SUTERA

Titiek Pujilestari Balai Besar Kerajinan dan Batik, Jl. Kusumanegara No.7 Yogyakarta

PENGUJIAN KETAHANAN LUNTUR TERHADAP PENCUCIAN DAN GOSOKAN TEKSTIL HASIL PEWARNAAN DENGAN EKSTRAK CURCUMIN INDUK KUNYIT

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang

UJI COBA PENGGUNAAN DAUN SIRIH GADING SEBAGAI BAHAN PEWARNA ALAMI PADA KAIN KATUN

PEMANFAATAN DAUN INDIGOFERA SEBAGAI PEWARNA ALAMI BATIK

PENDAHULUAN Batik merupakan kekayaan bangsa Indonesia yang saat ini telah berkembang pesat, baik lokasi penyebaran, teknologi maupun desainnya.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. adalah salah satu tekstil tradisi yang memiliki nilai seni tinggi dan telah menjadi

TEKNIK PEMBUATAN IKAT CELUP DAN PEWARNAAN

Pemanfaatan buah cengkeh untuk pewarna kain PEMANFAATAN BUAH CENGKEH UNTUK PEWARNA KAIN

PENGARUH VARIASI ph DAN FIKSASI PADA PEWARNAAN KAIN KAPAS DENGAN ZAT WARNA ALAM DARI KAYU NANGKA TERHADAP KUALITAS HASIL PEWARNAANNYA

PENGARUH GARAM TERHADAP HASIL PENCELUPAN BAHAN SUTERA DENGAN EKSTRAK KULIT POHON MAHONI DERISA

PEMANFAATAN ZAT WARNA ALAM DARI EKSTRAK KULIT AKAR MENGKUDU (Morinda citrifolia Linn) PADA KAIN KATUN

PENGARUH FREKUENSI CELUPAN TERHADAP HASIL JADI PEWARNAAN BATIK DENGAN DAUN LAMTORO PADA KAIN KATUN

PENGARUH JENIS FIKSATIF TERHADAP KETUAAN DAN KETAHANAN LUNTUR KAIN MORI BATIK HASIL PEWARNAAN LIMBAH TEH HIJAU

NATURAL DYES. Green Heritage From The Past HOW TO MAKE IT. By Noor Fitrihana, M.Eng Fashion Design Department Yogyakarta State University

KUESIONER PENELITIAN. tanda silang (X) pada salah satu jawaban yang Bapak/Ibu/Saudara anggap benar.

RINGKASAN LAPORAN HASIL PENELITIAN

Proses pemberian warna pada bahan tekstil secara merata dengan menggunakan media air.

Agus Haerudin, Dana Kurnia Syabana, Dwi Wiji Lestari Balai Besar Kerajinan dan Batik Jl. Kusumanegara No. 7 Yogyakarta

PEMANFAATAN LIMBAH SERBUK KAYU MAHONI SEBAGAI PEWARNA ALAMI BATIK

Titiek Pujilestari dan Irfa ina Rohana Salma Balai Besar Kerajinan dan Batik, Jl. Kusumanegara No.7 Yogyakarta

SEMINAR REKAYASA KIMIA DAN PROSES 2010 ISSN :

BAB III METODE PENELITIAN

PERBANDINGAN UJI KETAHANAN GOSOK ZAT WARNA ALAM KULIT AKASIA GUNUNG MERAPI (ACACIA DECURRENS)

PEMANFAATAN TANAMAN KEMBANG TELEKAN SEBAGAI PEWARNA ALAM BATIK PADA KAIN MORI PRIMA SKRIPSI. Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan

Dosen Program Studi Teknik Batik Politeknik Pusmanu Pekalongan 2) Program Studi D3 Teknik Batik Politeknik Pusmanu Pekalongan

Lampiran 1. Gambar tanaman dan wortel. Tanaman wortel. Wortel

III. METODOLOGI PENELITIAN. Laboratorium Peternakan Universiatas Muhammadiyah Malang dan Laboratorium

LAMPIRAN C DOKUMENTASI

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB III PERANCANGAN PROSES

MANISAN KERING JAHE 1. PENDAHULUAN 2. BAHAN

BAB I PENDAHULUAN. dan Latifah, 2007; Bariqina dan Ideawati, 2001). Batang-batang rambut

BAB V RANCANGAN PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April 2011 sampai bulan Mei 2011 bertempat

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

Membuat Tekstil Dengan Teknik Rekalatar

II. TINJAUAN PUSTAKA. Manggis dengan nama latin Garcinia mangostana L. merupakan tanaman buah

BAB III METODE PENELITIAN. 3.1 Lokasi Pengambilan Sampel, Waktu dan Tempat Penelitian

MANISAN BASAH JAHE 1. PENDAHULUAN 2. BAHAN

PENGOLAHAN BATANG KUDZU MENJADI BAHAN BAKU SERAT UNTUK PRODUK KERAJINAN Processing Kudzu Stem as Fiber Raw Material for Craft Product

1. Contoh desain pembelajaran tentang keterampilan mengobservasi, mengklasifikasi, mengukur, dan desain dan langkah-langkah evaluasi pembelajaran

Dalam proses ekstraksi tepung karaginan, proses yang dilakukan yaitu : tali rafia. Hal ini sangat penting dilakukan untuk memperoleh mutu yang lebih

FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA SILABUS TEKNOLOGI TEKSTIL

BAB III METODE PENELITIAN. 1. Tempat : Penelitian ini dilaksanakan di Green House Kebun. Biologi FMIPA UNY.

PENGOLAHAN UMBI GANYONG

PENGARUH KONSENTRASI TAWAS TERHADAP PEWARNAAN KAIN MENGGUNAKAN EKSTRAK KULIT BAWANG MERAH

STABILISASI LIMBAH CAIR HASIL PENGOLAHAN GAMBIR DAN APLIKASINYA SEBAGAI PEWARNA PADA KAIN SUTERA

PEMANFAATAN LIMBAH DAUN MANGGA SEBAGAI PEWARNA ALAM PADA KAIN KATUN DAN SUTERA

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Objek atau bahan penelitian ini adalah cincau hijau. Lokasi penelitian

KUALITAS PEWARNAN BATIK YANG DIHASILKAN DARI PERBEDAAN KONSENTRASI dan BAHAN FIKASI BAHAN PEWARNA DAUN MANGGA ARUM MANIS (Mangifera Indica LINN)

PENGEMBANGAN PROPAGUL KERING TANAMAN BAKAU (Rhizophora spp.) SEBAGAI PEWARNA ALAM DENGAN TEKNIK CELUP RINTANG

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian dilakukan di laboratorium kimia D-3 Analis Kesehatan Fakultas Ilmu

PENGARUH EKSTRAKSI ZAT WARNA ALAM DAN FIKSASI TERHADAP KETAHANAN LUNTUR WARNA PADA KAIN BATIK KATUN

BAB III TINJAUAN DATA, EKSPERIMEN, DAN ANALISA. Pohon kapuk berbunga tiga atau empat kali dalam setahun dengan selang

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kacang tunggak (Vigna unguiculata (L.)) merupakan salah satu anggota dari

BAB III METODE PENELITIAN. Berdasarkan prosedur analisa besi, baik secara kualitatif maupun. kuantitatif, maka yang menjadi kerangka konsep adalah:

MATERI DAN METODE PENELITIAN. A. Materi, Lokasi dan Waktu Penelitian

PEMBUATAN JELLY RUMPUT LAUT

II. TINJAUAN PUSTAKA. luas di seluruh dunia sebagai bahan pangan yang potensial. Kacang-kacangan

TINJAUAN PUSTAKA. dalam buku Steenis (2003), taksonomi dari tanaman tebu adalah Kingdom :

CABE GILING DALAM KEMASAN

II. TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Botani, Klasifikasi, dan Syarat Tumbuh Tanaman Cabai

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

TINJAUAN PUSTAKA Asal-usul dan Penyebaran Geografis Sifat Botani


PENGEMBANGAN TEKNIK PEWARNAAN ALAMI PADA KERAJINAN SERAT ALAMI DI CV BHUMI CIPTA MANDIRI SENTOLO, KULON PROGO, YOGYAKARTA

BAB III METODE PENELITIAN

TINJAUAN PUSTAKA. Buah labu kuning atau buah waluh (Jawa Tengah), labu parang (Jawa Barat),

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian eksperimen. Penelitian dilakukan di laboratorium Kimia Universitas

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini bersifat eksperimental laboratoris secara in-vitro.

PENGARUH EKSTRAKSI ZAT WARNA ALAM DAN FIKSASI TERHADAP KETAHANAN LUNTUR WARNA PADA KAIN BATIK KATUN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PENGARUH BAHAN FIKSASI TERHADAP KETAHANAN LUNTUR DAN INTENSITAS WARNA KAIN MORI BATIK HASIL PEWARNAAN DAUN ALPUKAT (PERSEA AMERICANA MILL

Transkripsi:

PEMANFAATAN EKSTRAK WARNA DAUN ALPUKAT SEBAGAI ZAT PEWARNA ALAM (ZPA) TEKSTIL PADA KAIN SUTERA Oleh: Widihastuti Staf Pengajar Prodi Teknik Busana FT UNY widihastuti@uny.ac.id Pendahuluan Tanaman alpukat atau sering juga disebut tanaman avokat, berasal dari daerah di sekitar kawasan Chiapas-Guatemala dan Honduras. Tanaman ini juga ditemukan oleh orang Spanyol di daerah Amerika Tengah, Peru, dan Venezuela. Kemudian pada abad ke- 17, tanaman alpukat ini telah menyebar luas hingga kepulauan Karibia, Amerika Tengah, hingga Asia Tenggara. Dan sekarang ini, tanaman alpukat tersebut telah meluas di seluruh dunia baik di daerah tropis maupun subtropik. Secara taksonomi, tanaman alpukat ini termasuk jenis tumbuhan Spermatophyta, golongan Angiospermae, kelas Dicotyledoneae, Subkelas Dialypetalae, Ordo Polycarpicae (Ranales atau Ranunculales), Familia Lauraceae, Genus Persea, dan mempunyai nama latin Persea Americana Miller (Gembong, 1993). Tanaman alpukat ini merupakan tanaman tahunan, dimana daunnya hadir setiap musim di daerah tropik. Batangnya dapat mencapai ketinggian 20 m, akar pancarnya dapat menembus tanah hingga kedalaman 3-4 m. Daunnya spiral melingkar, bentuk batangnya bervariasi, mempunyai tangkai daun dengan panjang 1,5 5 cm, lembaran daun ellips hingga bulat telur atau lonjong, panjang antara 5-40 cm dan lebar 3-15 cm, warna daunnya merah saat masih muda kemudian berubah menjadi hijau setelah tua. Permukaan daun sebelah atas berlapiskan lilin. 1

Saat ini, tanaman alpukat tersebut dapat dengan mudah ditemukan di Indonesia terutama di daerah Malang Jawa Timur, sebab Indonesia juga merupakan salah satu negara penghasil alpukat di dunia. Namun sampai sekarang, tanaman alpukat ini baru dimanfaatkan dari buahnya saja sedangkan unsur-unsur yang lain seperti daunnya belum dimanfaatkan untuk kehidupan manusia. Padahal berdasarkan hasil penelitian yang telah penulis lakukan, ternyata ekstrak warna daun alpukat ini dapat memberikan efek warna yang bagus pada kain sutera sehingga dapat digunakan sebagai zat pewarna alam (ZPA) tekstil (dalam hal ini kain sutera), dengan kualitas hasil celupan yang baik dilihat dari ketahanan luntur warna terhadap pencucian maupun panas penyeterikaan. Oleh karena itu, dalam kesempatan yang baik ini penulis ingin memaparkan bagaimana memanfaatkan ekstrak warna daun alpukat (Persea Americana Miller) tersebut untuk mewarnai kain sutera (sebagai zat pewarna alam (ZPA) tekstil). Pewarnaan Kain Sutera dengan ZPA Ekstrak Daun Alpukat Dalam proses pewarnaan kain sutera dengan ZPA ekstrak daun alpukat, ada beberapa tahap yang harus dilalui agar hasil celupannya berkualitas baik, yaitu : 1. Proses pembuatan ZPA ekstrak daun alpukat (ekstraksi warna daun alpukat). 2. Proses pewarnaan, yang terdiri dari: a. Proses mordanting b. Proses pencelupan c. Proses fiksasi Ekstraksi Warna Daun Alpukat untuk ZPA Proses pembuatan ekstrak warna daun alpukat ialah suatu proses pengambilan zat warna dari daun alpukat yang akan digunakan untuk mewarnai bahan tekstil, yaitu dengan cara sebagai berikut: 2

1) Daun alpukat yang sudah tua dan masih dalam keadaan segar dicuci bersih kemudian dipotong-potong (direduksi ukurannya) dan ditimbang sesuai resep, kemudian direbus sampai mendidih dengan air sesuai resep selama ± ½ - 1 jam sehingga diperoleh air rebusan (ekstrak warna) sebanyak sesuai resep. 2) Air rebusan daun alpukat (ekstrak warna) tersebut di atas kemudian disaring sehingga diperoleh ekstrak warna yang bersih (tidak mengandung kotoran dan sisa-sisa daun). Dengan ekstrak warna yang bersih, maka diharapkan hasil celupan/pewarnaannya nanti bisa bersih dan rata. 3) Dan ekstrak warna daun alpukat yang telah disaring tersebutlah yang digunakan untuk mewarnai/mencelup bahan tekstil seperti kain sutera. Adapun resep ekstraksinya adalah sebagai berikut: Bahan baku ZPA (daun Alpukat) : 500 gram Air (untuk merebus) : 5 liter Suhu (mendidih) : 100ºC Waktu : ± 1 jam Hasil ekstrak warna : 2 liter Vlot : 1:10 Pencelupan Kain Sutera dengan ZPA Ekstrak Warna Daun Alpukat Pada proses pencelupan kain sutera dengan ZPA ekstrak warna daun alpukat, ada tiga proses utama/pokok yang harus dilakukan yaitu sebagai berikut: (1) Proses Mordanting yang bertujuan untuk meningkatkan daya afinitas kain sutera supaya dapat mengikat zat warna alam dengan sempurna. (2) Proses Pencelupan yang bertujuan untuk mewarnai kain sutera dengan ZPA ekstrak warna daun alpukat secara merata dan menyeluruh. 3

(3) Proses Fiksasi yang bertujuan untuk memperkuat warna hasil celupan dan memberi arah warna pada kain sutera. Proses Mordanting Kain Sutera Sebelum dilakukan proses pencelupan dengan ZPA ekstrak warna daun alpukat, maka kain sutera yang akan dicelup harus dimordanting terlebih dahulu. Mordanting ialah suatu proses pemberian senyawa oksida logam pada bahan tekstil (dalam hal ini kain sutera) supaya kain tersebut dapat mengikat zat warna alam dengan sempurna (mempertinggi daya afinitas kain). Zat yang biasa digunakan untuk proses mordanting kain sutera ialah tawas yang berbentuk larutan. Adapun resep mordanting yang dapat digunakan yaitu sebagai berikut: Berat bahan (kain sutera) : 500 gram Tawas : 100 gram Air : 10 liter Waktu : 1 jam Suhu : 35ºC - 45ºC Vlot : 1:20 Adapun proses mordantingnya sebagai berikut: a. Kain Sutera yang akan dimordanting terlebih dahulu direndam dalam larutan pembasah (TRO = Turkey Red Oil) ± selama 10 menit. Perendaman ini dimaksudkan supaya kondisi dalam kain sama dan kain mudah ditembus oleh zat mordanting yaitu tawas, sehingga hasilnya dapat rata. b. Zat mordanting yaitu tawas, dilarutkan dalam air dan diaduk sehingga semua larut. c. Setelah larutan tawas siap, kain sutera yang telah direndam dalam larutan TRO tadi dimasukkan dalam larutan tawas tersebut kemudian dipanaskan sampai suhu 4

± 35ºC - 45ºC selama 1 jam. Pada proses pemanasan ini diusahakan supaya konstan. d. Setelah 1 jam, api dimatikan dan kain suteranya tetap direndam dalam larutan tawas selama 1 malam. e. Setelah satu malam, kain sutera tersebut diangkat dan dicuci bersih dengan air panas kemudian air dingin hingga bersih, kemudian dikeringkan. f. Setelah kering, maka kain sutera tersebut siap untuk dicelup dengan ekstrak warna daun alpukat. Proses Pencelupan Kain Sutera dengan ZPA Ekstrak Warna Daun Alpukat Proses pencelupan adalah suatu proses pemberian warna pada kain/bahan tekstil dengan zat warna secara merata. Berdasarkan prosesnya, maka pencelupan kain sutera dengan ZPA ekstrak warna daun alpukat ini dapat dibedakan menjadi dua cara yaitu: a. Cara Panas, yaitu melalui proses pemanasan/perebusan. Cara ini banyak digunakan untuk mencelup kain sutera yang tidak dibatik lilin, dengan prosedur sebagai berikut: 1). Kain sutera yang telah dimordanting direndam dahulu dalam larutan TRO selama ± 10 menit. Setelah 10 menit, kain sutera diangkat, ditiriskan dan siap dicelup. 2). Larutan ZPA ekstrak warna daun alpukat dipanaskan sampai suhu 70ºC. 3). Setelah suhu mencapai 70ºC, maka kain sutera yang telah direndam dalam larutan TRO tadi dimasukkan dan diaduk-aduk selama 15 30 menit, dengan suhu konstan. 4). Setelah 15 30 menit, kain sutera diangkat dan dikeringkan dengan cara digantung (diatuskan) atau diangin-anginkan sampai kering. 5

5). Setelah kering, bila warnanya belum sesuai seperti yang diharapkan, maka pencelupan dapat diulangi 2 3 kali (kembali pada proses 3 dan 4). Namun jika tidak diulangi, maka kain sutera tersebut langsung dimasukkan ke dalam larutan fiksasi untuk diproses fiksasi. b. Cara Dingin, yaitu melalui proses perendaman. Cara ini banyak digunakan untuk mencelup kain sutera yang dibatik lilin, dengan prosedur sebagai berikut: 1). Kain sutera yang telah dimordanting direndam dahulu dalam larutan TRO selama ± 10 menit. Setelah 10 menit, kain sutera diangkat, ditiriskan dan siap dicelup. 2). Kain pada nomor 1 diatas kemudian direndam dalam larutan ekstrak warna daun alpukat dingin (tanpa dipanaskan) selama ± 15 30 menit dengan setiap kali dibalik-balik. 3). Setelah ± 15 30 menit, kain sutera tersebut diangkat dan dikeringkan dengan cara digantung (diatuskan) atau diangin-anginkan saja. 4). Setelah kering, bila warnanya belum sesuai seperti yang diharapkan, maka pencelupan dapat diulangi 2 3 kali (kembali pada proses 2 dan 3). Namun jika tidak diulangi, maka kain sutera tersebut langsung dimasukkan ke dalam larutan fiksasi untuk diproses fiksasi. Proses Fiksasi Proses fiksasi pada proses pencelupan kain sutera dengan ZPA ekstrak warna daun alpukat ialah suatu proses yang dikerjakan pada kain sutera yang telah dicelup dengan larutan ZPA tersebut yang bertujuan untuk memperkuat atau memantabkan warnanya, menimbulkan/membangkitkan warna, dan memberikan arah warna. Dalam 6

proses fiksasi ini dapat menggunakan larutan fiksasi tawas atau kapur tohor atau tunjung. Adapun proses pembuatan larutan fiksasinya adalah sebagai berikut: 1). Larutan fiksasi kapur tohor: Timbang kapur tohor 50 gram, larutkan dalam 1 liter air sampai larut betul dan homogen, kemudian didiamkan sampai bening. Larutan kapur tohor yang bening tersebut yang digunakan untuk proses fiksasi. Berdasarkan hasil penelitian, ternyata fiksasi dengan larutan kapur tohor ini menghasilkan warna kemerahan. 2). Larutan fiksasi tawas: Timbang tawas 70 gram, larutkan dalam 1 liter air, aduk hingga larut sempurna. Setelah larut, dapat langsung digunakan untuk proses fiksasi. Warna yang dihasilkan adalah kuning kecoklatan. 3). Larutan fiksasi tunjung: Timbang tunjung yang masih bagus 50 gram, larutkan dalam 1 liter air, aduk hingga larut sempurna. Setelah larut dapat digunakan untuk proses fiksasi kain sutera. Setelah larutan fiksasi tersebut siap, maka proses fiksasi langsung dapat dikerjakan, yaitu dengan cara berikut ini: Merendam kain sutera yang telah dicelup di atas dalam larutan fiksasi selama ± 10 menit Setelah 10 menit, maka kain sutera tersebut diangkat dan dicuci bersih dengan air dingin. Kemudian dikeringkan dengan cara diangin-anginkan saja (tidak boleh langsung terkena sinar matahari). Akhirnya kain sutera telah selesai diwarnai dengan ZPA ekstrak warna daun alpukat. 7

Berdasarkan hasil pengujian kualitas warna hasil celupan dengan ZPA ekstrak warna daun alpukat pada kain sutera yang telah dilakukan oleh penulis, maka dapat diketahui nilai grey scale dan staining scale ketahanan luntur warnanya adalah berkisar 4 5 sehingga masuk dalam kategori baik. Penutup Berdasarkan uraian di atas, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa ternyata ekstrak warna daun alpukat dapat dimanfaatkan sebagai zat pewarna alam (ZPA) untuk mewarnai bahan tekstil khususnya kain sutera. Efek-efek warna yang dihasilkan sangat indah dan ketahanan luntur warnanya pun baik. Oleh karena itu, marilah kita manfaatkan sumber daya alam (SDA) di sekitar kita dengan sebaik-baiknya dan penuh kearifan untuk menyongsong kehidupan yang lebih baik. Insya Allah. *** Tulisan ini diangkat dari hasil penelitian eksperimen yang telah penulis lakukan dan merupakan hasil studi tentang Berbagai Macam Jenis Zat Pewarna Alam (ZPA) dan Zat Fiksasinya terhadap Efek Warna yang Ditimbulkan pada kain kapas, sintetis, dan sutera (sebuah upaya eksplorasi ZPA dalam usaha memanfaatkan SDA Indonesia) DAFTAR PUSTAKA Arifin Lubis, H., dkk. (1994). Teknologi Persiapan Penyempurnaan. Diktat Perkuliahan. Bandung : STTT. Roetjito & Djaloes. G.M. (1979). Pengujian Tekstil I. Jakarta : Depdikbud. Gembong, T. (1993). Taksonomi Tumbuhan (Spermatophyta). Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. Dekranasda DIY. (2000). Prospek dan Kendala Tekstil Kerajinan Memasuki Pasar Bebas: Makalah Seminar dan Lokakarya Nasional.. ---. (th.). Pedoman Praktikum Kimia Tekstil. BBT. (th.-). SII : Cara Uji Tekstil. Bandung: BBT Robinson, T. (1995). Kandungan Organik Tumbuhan Tinggi. Bandung : ITB. Sewan Susanto. (1973). Batik Indonesia. Yogyakarta : BBKB-Lembaga Penelitian dan Pendidikan Industri, Dep. Perindustrian. Vincent Gasperz. (1991). Teknik Analisis Dalam Penelitian Percobaan. Bandung : PT Tarsito. Winarni Chatib & Imron, A.S. (1993). Teori Penyempurnaan Tekstil 2. Jakarta Depdikbud. 8