DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR SUMATERA BARAT

dokumen-dokumen yang mirip
LEMBARAN DAERAH PROVINSI SUMATERA BARAT TAHUN 2008

PEMERINTAH PROVINSI JAMBI

PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN TENGAH NOMOR 1 TAHUN 2008 TENTANG URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH YANG MENJADI KEWENANGAN PROVINSI KALIMANTAN TENGAH

PERATURAN DAERAH KOTA TASIKMALAYA NOMOR 3 TAHUN 2008 TENTANG URUSAN PEMERINTAHAN YANG MENJADI KEWENANGAN PEMERINTAH KOTA TASIKMALAYA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN LUWU TIMUR NOMOR 01 TAHUN 2008 TENTANG URUSAN PEMERINTAHAN YANG MENJADI KEWENANGAN KABUPATEN LUWU TIMUR

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BADUNG NOMOR 4 TAHUN 2008 TENTANG URUSAN PEMERINTAHAN YANG MENJADI KEWENANGAN KABUPATEN BADUNG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SINJAI NOMOR 2 TAHUN 2009 TENTANG URUSAN PEMERINTAHAN YANG MENJADI KEWENANGAN PEMERINTAH KABUPATEN SINJAI

PEMERINTAH KABUPATEN PEMALANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN PEMALANG NOMOR 1 TAHUN 2008 TENTANG

Dengan Persetujuan Bersama. DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH PROVINSI PAPUA BARAT dan GUBERNUR PAPUA BARAT

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMBA TENGAH NOMOR: 3 TAHUN 2008 TENTANG URUSAN PEMERINTAHAN YANG MENJADI KEWENANGAN KABUPATEN SUMBA TENGAH

PEMERINTAH KABUPATEN KEDIRI

LEMBARAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN BARAT NOMOR 9 TAHUN 2008

PEMERINTAH PROVINSI KEPULAUAN RIAU PERATURAN DAERAH PROVINSI KEPULAUAN RIAU NOMOR 6 TAHUN 2008 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN REMBANG NOMOR 2 TAHUN 2008 TENTANG URUSAN PEMERINTAHAN YANG MENJADI KEWENANGAN PEMERINTAHAN DAERAH KABUPATEN REMBANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TANAH LAUT NOMOR 12 TAHUN 2008

PEMERINTAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 14 TAHUN 2008 TENTANG

PERATURAN DAERAH PROVINSI SUMATERA SELATAN NOMOR 2 TAHUN 2008 TENTANG URUSAN PEMERINTAHAN YANG MENJADI KEWENANGAN PROVINSI SUMATERA SELATAN

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TUBAN Nomor 7 Tahun 2008 Seri E

PERATURAN DAERAH PROVINSI BANTEN NOMOR 6 TAHUN 2007 TENTANG URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH PROVINSI BANTEN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH SULAWESI BARAT NOMOR 6 TAHUN 2009 TENTANG URUSAN PEMERINTAHAN YANG MENJADI KEWENANGAN PEMERINTAHAN DAERAH PROVINSI SULAWESI BARAT

PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN NOMOR 5 TAHUN 2008 TENTANG

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PAKPAK BHARAT, Menimbang : a. bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 12 ayat (1) dan (2)

LEMBARAN DAERAH KOTA SAWAHLUNTO TAHUN 2009 PERATURAN DAERAH KOTA SAWAHLUNTO NOMOR 5 TAHUN 2009 TENTANG

PERATURAN DAERAH PROPINSI LAMPUNG NOMOR 3 TAHUN 2009 TENTANG URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH PROVINSI LAMPUNG

TENTANG BUPATI MUSI RAWAS,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KETAPANG NOMOR 9 TAHUN 2008 TENTANG URUSAN PEMERINTAHAN YANG MENJADI KEWENANGAN KABUPATEN KETAPANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN WONOGIRI

PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NOMOR 10 TAHUN 2008 TENTANG URUSAN PEMERINTAHAN PROVINSI JAWA BARAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

LEMBARAN DAERAH KOTA SUNGAI PENUH NOMOR 17 TAHUN 2010

PEMERINTAH KABUPATEN BELITUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BELITUNG NOMOR 14 TAHUN 2008 TENTANG KEWENANGAN PEMERINTAHAN KABUPATEN BELITUNG

PEMERINTAH KABUPATEN KAPUAS HULU

PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIAMIS NOMOR 13 TAHUN 2008 TENTANG URUSAN PEMERINTAHAN YANG MENJADI KEWENANGAN PEMERINTAH KABUPATEN CIAMIS

LEMBARAN DAERAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN ASAHAN NOMOR : 4 TAHUN 2008 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PURWAKARTA NOMOR : 7 TAHUN 2008 SERI D PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURWAKARTA NOMOR : 7 TAHUN TAHUN 2004 TENTANG

PEMERINTAH KOTA SURABAYA

LEMBARAN DAERAH KOTA CIMAHI NOMOR : 86 TAHUN : 2008 SERI : D PERATURAN DAERAH KOTA CIMAHI NOMOR : 5 TAHUN 2008 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KOTA TARAKAN TAHUN 2008 NOMOR 06 SERI D 01

PEMERINTAH KABUPATEN KAYONG UTARA

LEMBARAN DAERAH KOTA DEPOK NO. 07 TH PERATURAN DAERAH KOTA DEPOK NOMOR 07 TAHUN 2008 TENTANG

PERATURAN DAERAH KOTA BALIKPAPAN NOMOR 2 TAHUN 2008 TENTANG URUSAN PEMERINTAHAN YANG MENJADI KEWENANGAN KOTA BALIKPAPAN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMBAWA NOMOR 1 TAHUN 2008 TENTANG URUSAN PEMERINTAHAN YANG MENJADI KEWENANGAN PEMERINTAHAN DAERAH KABUPATEN SUMBAWA

LEMBARAN DAERAH KOTA CILEGON TAHUN : 2008 NOMOR : 4 PERATURAN DAERAH KOTA CILEGON NOMOR 4 TAHUN 2008 TENTANG

URUSAN PEMERINTAHAN YANG MENJADI KEWENANGAN PEMERINTAH KABUPATEN BULUKUMBA

PROVINSI PAPUA BUPATI YALIMO PERATURAN DAERAH KABUPATEN YALIMO NOMOR 10 TAHUN 2014

LEMBARAN DAERAH KOTA BANJARMASIN TAHUN 2008 NOMOR 12

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN MAGELANG Nomor : 21 Tahun 2008

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT

PEMERINTAH KABUPATEN MAJENE

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BURU SELATAN NOMOR 06 TAHUN 2013 TENTANG

PERATURAN DAERAH KOTA PAREPARE NOMOR 2 TAHUN 2008 TENTANG URUSAN PEMERINTAHAN YANG MENJADI KEWENANGAN PEMERINTAH DAERAH KOTA PAREPARE

PEMERINTAH KOTA BLITAR

PERATURAN DAERAH PROVINSI BALI NOMOR 1 TAHUN 2008 TENTANG URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH PROVINSI BALI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BALI,

LEMBARAN DAERAH KOTA SEMARANG

PEMERINTAH KABUPATEN SAMPANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KATINGAN NOMOR : 3 TAHUN 2008 TENTANG PEMBAGIAN URUSAN PEMERINTAHAN YANG MENJADI KEWENANGAN PEMERINTAH KABUPATEN KATINGAN

PEMERINTAH KABUPATEN TANA TORAJA

LEMBARAN DAERAH KOTA SEMARANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN WAKATOBI

PERATURAN DAERAH KOTA MOJOKERTO NOMOR 2 TAHUN 2008 TENTANG URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH KOTA MOJOKERTO DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KEBUMEN NOMOR : 11 TAHUN 2008 SERI : E NOMOR : 6

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BALANGAN NOMOR 02 TAHUN 2008

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 38 TAHUN 2007 TENTANG PEMBAGIAN URUSAN PEMERINTAHAN ANTARA PEMERINTAH, PEMERINTAHAN DAERAH PROVINSI, DAN

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN MAJALENGKA NOMOR : 2 TAHUN 2008 PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAJALENGKA NOMOR 2 TAHUN 2008 TENTANG URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA NOMOR 11 TAHUN 2008 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PASAMAN NOMOR 19 TAHUN 2007 PERATURAN DAERAH KABUPATEN PASAMAN NOMOR 19 TAHUN 2007

PEMERINTAH KABUPATEN NUNUKAN

PEMERINTAH KABUPATEN BANGKA SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKA NOMOR 2 TAHUN 2008

PEMERINTAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 38 TAHUN 2007 TENTANG PEMBAGIAN URUSAN PEMERINTAHAN ANTARA PEMERINTAH, PEMERINTAHAN DAERAH PROVINSI, DAN

PEMERINTAH KABUPATEN MALANG

PEMERINTAH KOTA PONTIANAK PERATURAN DAERAH KOTA PONTIANAK NOMOR 8 TAHUN 2008 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BREBES NOMOR 3 TAHUN 2008 TENTANG URUSAN PEMERINTAHAN YANG MENJADI KEWENANGAN PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN BREBES

PEMERINTAH PROVINSI RIAU

PEMERINTAH KABUPATEN SAMBAS

PEMERINTAHAN KABUPATEN BINTAN

PEMERINTAH KABUPATEN PARIGI MOUTONG

PEMERINTAH KABUPATEN JENEPONTO

LEMBARAN DAERAH KOTA TANGERANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BREBES NOMOR 3 TAHUN 2008 TENTANG URUSAN PEMERINTAHAN YANG MENJADI KEWENANGAN PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN BREBES

PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG SELATAN NOMOR 8 TAHUN 2011 TENTANG URUSAN PEMERINTAHAN KOTA TANGERANG SELATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN LEBAK PERATURAN DAERAH KABUPATEN LEBAK NOMOR 8 TAHUN 2007 TENTANG

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PEMERINTAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

PEMERINTAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL PERATURAN DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL NOMOR 2 TAHUN 2008 TENTANG URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH

BUPATI SIAK PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIAK NOMOR 5 TAHUN 2008 TENTANG URUSAN PEMERINTAHAN YANG MENJADI KEWENANGAN PEMERINTAH KABUPATEN SIAK

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN CIREBON

PERATURAN DAERAH KOTA BANDAR LAMPUNG NOMOR 1 TAHUN 2008 TENTANG URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH KOTA BANDAR LAMPUNG

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 38 TAHUN 2007 TENTANG

PEMERINTAH KABUPATEN PARIGI MOUTONG

PEMERINTAH KOTA PROBOLINGGO

PEMERINTAH PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 7 TAHUN 2008 TENTANG URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN LABUHANBATU SELATAN

URUSAN PEMERINTAHAN YANG MENJADI KEWENANGAN PEMERINTAH KABUPATEN BATANG HARI

PEMERINTAH KOTA KEDIRI

TENTANG URUSAN PEMERINTAHAN YANG MENJADI KEWENANGAN PEMERINTAHAN DAERAH.

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2008 NOMOR 14 SERI E

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 11 TAHUN 2008

PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN TIMUR NOMOR 05 TAHUN 2008 TENTANG URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN TIMUR

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANYUWANGI SERI E NO.1/E 15 PEBRUARI 2010 SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUWANGI

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL ( Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul ) Nomor : 07 Tahun :2010 Seri : E

Transkripsi:

PERATURAN DAERAH PROVINSI SUMATERA BARAT NOMOR 13 TAHUN 2008 TENTANG URUSAN PEMERINTAHAN YANG MENJADIKAN KEWENANGAN PEMERINTAHAN DAERAH PROVINSI SUMATERA BARAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR SUMATERA BARAT Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 12 Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan anatara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi dan Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota perlu menetapkan Peraturan Daerah tentang Urusan Pemerintahan yang menjadi KEwenangan Pemerintahan Daerah Provinsi Sumatera Barat. Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 61 Tahun 1958 tentang Pembentukan Daerahdaerah Swatantra Tingkat I Sumatera Barat, Jambi dan Riau (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1958 Nomor 112, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 1646), Jo Peraturan Pemerintah Nomor 29 Tahun 1979; 2. Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2004 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 53, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4389); 3. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Republik INdonesia Nomor 4437) sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Undang- Undang Nomor 12 Tahun 2008 tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4844); 4. 5. Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 66, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4723); 6. Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 140, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4578); 7. Peraturan Pemerintah Nomor 79 Tahun 2005 tentang Pedoman Pembinaan dan Pengawasan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 165, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4593); 8. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi, dan Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4737); 9. Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 2007 tentang Organisasi

Perangkat Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 85, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4740); 10. Peraturan PEmerintah Nomor 50 Tahun 2007 tentang Tata Cara Pelaksanaan Kerjasama Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 112, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4761); 11. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 59 Tahun 2007. Dengan Persetujuan Bersama DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH PROVINSI SUMATERA BARAT dan GUBERNUR SUMATERA BARAT MEMUTUSKAN Menetapkan: PERATURAN DAERAH TENTANG URUSAN PEMERINTAHAN YANG MENJADI KEWENANGAN PEMERINTAHAN DAERAH PROVINSI SUMATERA BARAT BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Daerah ini yang dimaksud dengan 1. Pemerintah Pusat selanjutnya disebut Pemerintah, adalah Presiden Republik Indonesia yang memegang kekuasaan Pemerintahan Negara Republik Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945; 2. Pemerintahan Daerah, adalah penyelenggaraan urusan pemerintahan oleh Pemerintah Daerah dan DPRD menurut asas otonomi dan tugas pembantuan dengan prinsip otonomi seluasluasnya dalam sistem dan prinsip Negara Kesatuan Republik Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945; 3. Daerah Otonom, selanjutnya disebut Daerah adalah Provinsi Sumatera Barat yaitu kesatuan masyarakat hukum yang mempunyai batas-batas wilayah yang berwenang mengatur dan mengurus urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat menurut prakarsa sendiri berdasarkan aspirasi masyarakat dalam sistem Negara Kesatuan Republik Indonesia; 4. Otonomi daerah adalah hak, wewenang, dan kewajiban daerah otonom untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat sesuai dengan peraturan perundang-undangan; 5. Dewan Perwakilan Rakyat Daerah yang selanjutnya disebut DPRD adalah lembaga perwakilan rakyat daerah sebagai unsur penyelenggara Pemerintahan Daerah Provinsi Sumatera Barat; 6. Pemerintah Daerah adalah Gubernur beserta Perangkat Daerah

sebagai unsur penyelenggara Pemerintahan Daerah Provinsi Sumatera Barat; 7. Urusan pemerintahan adalah fungsi-fungsi pemerintahan yang menjadi hak dan kewajiban setiap tingkatan dan/atau susunan pemerintahan untuk mengatur dan mengurus fungsi-fungsi tersebut yang menjadi kewenangannya dalam rangka melindungi, melayani, memberdayakan, dan mensejahterakan masyarakat; 8. Urusan Wajib adalah urusan pemerintahan yang wajib diselenggarakan oleh pemerintahan daerah, berkaitan dengan pelayanan dasar; 9. Urusan Pilihan adalah urusan pemerintahan yang secara nyata ada dan berpotensi untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat sesuai dengan kondisi, kekhasan, dan potensi unggulan daerah; 10. Urusan Sisa adalah urusan pemerintahan yang tidak termasuk dalam urusan wajib dan urusan pilihan yang terdapat dalam lampiran Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007; 11. Kebijakan Nasional adalah serangkaian aturan yang dapat berupa norma, standar, prosedur dan/atau kriteria yang ditetapkan pemerintah sebagai pedoman penyelenggara urusan pemerintahan. BAB II URUSAN PEMERINTAHAN YANG MENJADI KEWENANGAN PEMERINTAHAN DAERAH Pasal 2 Dalam menjalankan otonomi daerah, Pemerintah Daerah melaksanakan urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan daerah. Pasal 3 Urusan Pemerintahan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 terdiri atas 31 (tiga puluh satu) bidang urusan pemerintahan meliputi: 1. Pendidikan; 2. Kesehatan; 3. Pekerjaan Umum; 4. Perumahan; 5. Penataan Ruang; 6. Perencanaan Pembangunan; 7. Perhubungan; 8. Lingkungan Hidup; 9. Pertanahan; 10. Kependudukan dan Catatan Sipil; 11. Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak; 12. Keluarga Berencana dan Keluarga Sejahtera; 13. Sosial; 14. Ketenagakerjaan dan Ketransmigrasian; 15. Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah; 16. Penanaman Modal; 17. Kebudayaan dan Pariwisata; 18. Kepemudaan dan Olah Raga; 19. Kesatuan Bangsa dan Politik Dalam Negeri; 20. Otonomi Daerah, Pemerintahan Umum, Administrasi Keuangan Daerah, Perangkat Daerah, Kepegawaian, dan Persandian;

21. Pemberdayaan Masyarakat dan Desa; 22. Statistik; 23. Kearsipan; 24. Perpustakaan; 25. Komunikasi dan Informatika; 26. Pertanian dan Ketahanan Pangan; 27. Kehutanan; 28. Energi dan Sumber Daya Mineral; 29. Kelautan dan Perikanan; 30. Perdagangan, dan; 31. Perindustrian. Pasal 4 Urusan Pemerintahan yang menjadi kewenangan daerah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 terdiri atas urusan wajib dan urusan pilihan. Pasal 5 (1) Urusan wajib sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 adalah urusan pemerintahan yang wajib diselenggarakan oleh Pemerintahan Daerah yang berhubungan dengan pelayanan dasar; (2) Urusan wajib sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi bidang: a. b. Pendidikan; Kesehatan; c. Lingkungan Hidup; d. e. Pekerjaan Umum; Penataan Ruang; f. Perencanaan Pembangunan; g. h. Perumahan; Kepemudaan dan Olahraga; i. Penanaman Modal; j. k. Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah; Kependudukan dan Catatan Sipil; l. Ketenagakerjaan; m. n. Ketahanan Pangan; PEmberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak; o. Keluarga Berencana dan Keluarga Sejahtera; p. q. Perhubungan; Komunikasi dan Informatika; r. Pertanahan; s. t. Kesatuan Bangsa dan Politik Dalam Negeri; Otonomi Daerah, Pemeriksaan Umum, Administrasi Keuangan Daerah, Perangkat Daerah, Kepegawaian, dan Persandian; u. v. Pemberdayaan Masyarakat dan Desa; Sosial; w. Kebudayaan; x. y. Statistik; Kearsipan, dan; z. Perpustakaan.

Pasal 6 (1) Urusan pilihan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 adalah urusan pemerintahan yang secara nyata ada dan berpotensi untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat sesuai dengan kondisi, kekhasan dan potensi unggulan daerah. (2) Urusan pilihan yang dilaksanakan meliputi bidang: a. Kelautan dan Perikanan; b. Pertanian; c. Kehutanan; d. Energi dan Sumber Daya Mineral; e. Pariwisata; f. Industri; g. Perdagangan; h. Ketransmigrasian. Pasal 7 Rincian dari masing-masing bidang urusan pemerintahan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 dan Pasal 6 tercantum dalam lampiran yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Daerah ini. Pasal 8 (1) Penyelenggaraan urusan pemerintahan, baik yang bersifat wajib maupun pilihan berpedoman pada norma, standar, prosedur dan kriteria yang ditetapkan oleh Pemerintah. (2) Penjabaran rincian urusan wajib dan pilihan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur lebih lanjut dengan Peraturan Gubernur. Pasal 9 Penyelenggaraan urusan wajib dan pilihan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8, berpedoman pada standar pelayanan minimal yang ditetapkan oleh Pemerintah. Pasal 10 Rincian masing-masing bidang urusan Pemerintahan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 dijadikan pedoman dalam: a. Penetapan landasan hukum bagi daerah dalam penyelenggaraan otonomi daerah; b. Penetapan organisasi perangkat daerah yang sesuai dengan kebutuhan serta potensi daerah; c. Penempatan personil sesuai dengan kompetensi yang dibutuhkan untuk melaksanakan urusan pemerintahan; d. Penetapan prioritas penyusunan perencanaan pembangunan daerah; e. Penetapan alokasi biaya dalam APBD; f. Penilaian kinerja, pembinaan dan pengawasan serta evaluasi pelaksanaan otonomi daerah; g. Penyusunan Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah kepada Pemerintah, Laporan Keterangan Pertanggungjawaban Kepala Daerah kepada DPRD, dan Informasi Laporan Penyelenggaraan

PEmerintahan Daerah kepada Masyarakat. BAB III PENGELOLAAN URUSAN PEMERINTAHAN LINTAS KABUPATEN/KOTA Pasal 11 (1) Pelaksanaan urusan pemerintahan yang mempunyai dampak lintas Kabupaten/Kota dikelola oleh Pemerintah Daerah. (2) Tata cara pelaksanaan urusan pemerintahan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berpedoman kepada peraturan perundang-undangan. Pasal 12 (1) Pemerintah Daerah dapat melakukan pengelolaan bersama penyelenggaraan urusan pemerintahan dengan Kabupaten/Kota melalui kerja sama daerah sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan. (2) Dalam pelaksanaan kerja sama daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dapat mengikutsertakan pihak ketiga sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan. Pasal 13 (1) Dalam hal terjadi bencana alam dan bencana lainnya pada Kabupaten/Kota di Provinsi Sumatera Barat, maka penanggulangannya menjadi tanggung jawab bersama antara Pemerintah Provinsi dan Pemerintah Kabupaten/Kota sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. (2) Kriteria dan pembagian tanggung jawab sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. BAB IV URUSAN PEMERINTAHAN SISA Pasal 14 (1) Urusan Pemerintahan yang tidak tercantum dalam Pasal 3 menjadi kewenangan Pemerintahan Daerah, yang penentuannya menggunakan kriteria akuntabilitas dan efisiensi dengan memperhatikan hubungan antar tingkatan dan/atau susunan pemerintahan; (2) Dalam hal Pemerintahan Daerah akan menyelenggarakan urusan pemerintahan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terlebih dahulu mengusulkan kepada Pemerintah melalui Menteri untuk mendapat penetapannya. BAB V KETENTUAN PERALIHAN Pasal 15 Pada saat Peraturan Daerah ini mulai berlaku, semua peraturan

perundang-undangan yang ditetapkan oleh Pemerintah Daerah yang mengatur penyelenggaraan urusan pemerintahan Provinsi Sumatera Barat dinyatakan masih tetap berlaku sepanjang belum diganti dan tidak bertentangan dengan Peraturan Daerah ini. BAB VI KETENTUAN PENUTUP Pasal 16 Peraturan Daerah ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan. Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Daerah ini dengan penempatannya dalam Lembaran Daerah Provinsi Sumatera Barat. Diundangkan di Padang pada tanggal 31 Desember 2008 Plt. SEKRETARIS DAERAH PROVINSI SUMATERA BARAT dto DRS. ASRUL SYUKUR Pembina Utama Muda, NIP. 010072648 Ditetapkan di Padang Pada tanggal 31 Desember 2008 GUBERNUR SUMATERA BARAT dto GAMAWAN FAUZI LEMBARAN DAERAH PROVINSI SUMATERA BARAT TAHUN 2008 NOMOR 13 I. UMUM PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH PROVINSI SUMATERA BARAT NOMOR 13 TAHUN 2008 TENTANG URUSAN PEMERINTAHAN YANG MENJADI KEWENANGAN PEMERINTAHAN DAERAH PROVINSI SUMATERA BARAT Sesuai dengan amanat yang tertuang di dalam Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan Antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi, dan Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota khususnya Pasal 12, menyatakan bahwa "Urusan pemerintahan wajib dan pilihan yang menjadi kewenangan pemerintahan daerah sebagaimana dinyatakan dalam lampiran Peraturan Pemerintah ini ditetapkan dalam Peraturan Daerah selambat-lambatnya 1 (satu) tahun setelah ditetapkannya Peraturan

Pemerintah ini. "Peraturan Daerah ini dimaksudkan sebagai dasar acuan di dalam penyelenggaraan urusan pemerintahan dalam rangka pelaksanaan otonomi daerah yang berdasar pada asas otonomi dan tugas pembantuan. Guna mewujudkan tujuan nasional, Pemerintah Provinsi Sumatera Barat bersama-sama Pemerintah, dan Pemerintahan Kabupaten/Kota menyelenggarakan urusan pemerintahan yang bersifat konkruen yakni urusan pemerintahan yang dapat dikelola secara bersama-sama antar tingkatan dan susunan pemerintahan, yang dilakukan secara proporsional dan berpedoman kepada kriteria pembagian urusan pemerintahan yang meliputi kriteria eksternalitas, akuntabilitas dan efisiensi. Penyelenggaraan urusan pemerintahan Provinsi Sumatera Barat yang menjadi kewenangan daerah terdiri dari urusan wajib dan urusan pilihan. Urusan pemerintahan wajib adalah urusan pemerintahan yang wajib diselenggarakan oleh Pemerintah Daerah Provinsi Sumatera Barat terkait dengan pelayanan dasar (basic services) bagi masyarakat seperti pendidikan dasar, kesehatan, lingkungan hidup, perhubungan, kependudukan dan sebagainya. Sedangkan urusan pemerintahan yang bersifat pilihan adalah urusan pemerintahan yang diprioritaskan oleh pemerintahan daerah untuk diselenggarakan terkait dengan upaya mengembangkan potensi unggulan (core competence). Provinsi Sumatera Barat memiliki potensi dalam mengembangkan potensi unggulan tersebut sehingga urusan pilihan yang diselenggarakan antara lain adalah sebagai berikut: KELAUTAN DAN PERIKANAN - Sumber daya kelautan dan perikanan merupakan salah satu prioritas pemerintah Sumatera Barat yang tertuang di dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Provinsi Sumatera Barat tahun 2006-2010. Sumatera Barat memiliki potensi cukup besar yang terdiri dari potensi perikanan tangkap maupun bioteknologi kelautan. Potensi kelautan Sumatera Barat merupakan salah satu potensi daerah yang belum dimanfaatkan pada tingkat optimal untuk kelestarian. Salah satu contoh adalah potensi ikan pelagis besar (tuna, cakalang, tongkol dan tenggiri) yang banyak terpusat di perairan antara Kota Padang dan Kabupaten Kepulauan Mentawai dan diselah barat Kepulauan Mentawai, yang dapat dilakukan dengan penangkapan secara berkelanjutan dengan produksi maksimum (maximum sustainable yield) sebesar 34.190 ton/tahun, dengan tingkat produksi penangkapan lestari sebesar 50%. Sementara terumbu karang sebagai habitat berkembang biak ikan sudah mengalami tingkat kerusakan 60%. PERTANIAN - Perekonomian Sumatera Barat samapai saat ini masih didominasi oleh sektor pertanian walaupun peranan sektor pertanian memperlihatkan kecendrungan yang menurun dari tahun ke tahun. Peranan sektor pertanian rata-rata sekitar 29,2% dalam periode 1990-1993, dan turun menjadi 20,19% pada awal krisis ekonomi pertengahan tahun 1997. Setelah krisis ekonomi, peranan sektor pertanian mengalami penurunan, dimana pada tahun 2007 sebesar

24,70% dari total PDRB, sedangkan pada tahun 2006 sebesar 25,26%. KEHUTANAN - Potensi lahan kehutanan terdapat di Sumatera Barat cukup besar dengan luas kawasan hutan menurut fungsinya seluas 4.228.530 hektar. - Kawasan hutan di Sumatera Barat berdasarkan fungsinya yaitu Kawasan PT. Perhutani meliputi hutan produksi, hutan produksi terbatas dan hutan lindung dan Kawasan Konservasi yaitu Cagar Alam, Suaka Margasatwa, Taman Wisata Alam, Taman Nasional dan Taman Hutan Raya. - Produksi hasil hutan pada tahun 2006 yang meliputi kayu bulat sebesar 52.786,81 m3 dan kayu pertukangan sebesar 1.019,57 m3. ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL Pengelolaan potensi pertambangan yang demikian besar dan beragam, sampai saat ini belum optimal. Oleh karena itu untuk dapat mengelola secara optimal harus memperhatikan kaidah-kaidah konservasi melalui perencanaan, eksploitasi, pengendalian dan pembinaan sehingga dapat memberikan kontribusi terhadap peningkatan kesejahteraan masyarakat Sumatera Barat. Dalam pembangunan sumber daya pertambangan dan mineral Provinsi Sumatera Barat mempunyai p[otensi Bahan Tambang Galian A seperti batubara yang tersebar pada Daerah Kabupaten Sijunjung dan Kota Sawahlunto. Potensi Bahan Galian Tambang Golongan B yang dimiliki seperti air raksa, belerang, pasir besi, tembaga, timah hitam dan perak sedangkan Potensi Bahan Galian Golongan C seperti asbes, batu kapur, granit, mar mar dan batu permata terdapat pada Kabupaten Lima Puluh Kota, Pasaman, Sijunjung, Solok dan Tanah Datar.Untuk ketenagalistrikan, Sumatera Barat memegang peranan penting dalam menyumbang energi listrik nasional yang dipasok melalui pembangkit tenaga air (PLTA) Batang Agam, Maninjau, Singkarak, dan Koto Panjang serta PLTU Ombilin dan PLTG Pauh. Selain sumber-sumber energi tersebut, masih banyak lagi sumbersumber energi yang bisa dimafaatkan dan ramah lingkungan seperti PLTMH dan PLTS yang pengelolaannya diserahkan kepada masyarakat. Saat ini Pemerintah Provinsi Sumatera Barat sedang gencar-gencarnya menggali potensi sumber energi alternatif dengan memanfaatkan sumber energi baru yang terbaharukan, seperti pembangunan mikrohidro untuk daerah yang tidak terjangkau jaringan PLN. Terkait dengan aspek geologi, topografi Sumatera Barat bervariasi mulai dari utara berupa dataran, bagian tengah berupa perbukitan dan bagian selatan berupa pegunungan. Selain itu di bagian selatan banyak sekali terdapat patahan. Potensi sumber panas bumi yang demikian besarnya tersebar di sepanjang wilayah bagian selatan dengan variasi potensi, ada yang berpotensi untuk skala nasional maupun skala regional. Pendapatan tersebut masih berpotensi besar untuk lebih ditingkatkan dengan mengambangkan pengelolaan bidang pertambangan yang melibatkan berbagai instansi baik dari Pemerintah Pusat, Pemerintah Provinsi dan Pemerintah Kabupaten/kota serta pihak ketiga (investor). Selain itu bidang pertambangan dan energi dapat menarik

sekaligus mendukung sektor industri, konstruksi, pertanian, peternakan, perikanan, perkebunan dan pariwisata. PARIWISATA - Sumatera Barat merupakan salah satu dari sepuluh daerah tujuan wisata utama Indonesia, dengan jumlah kunjungan wisatawan manca negara yang masuk ke Sumatera Barat pada tahun 2007 sebanyak 93.369 orang dan mengalami peningkatan sebesar 4,99% dibandingkan dengan tahun 2006 yang hanya sebanyak 88.923 orang, sedangkan jumlah kunjungan wisatawan Nusantara juga mengalami kenaikan dari 4.526.937 orang pada tahun 2006 menjadi 4.843.822 orang terjadi kenaikan sebesar 6,99%. - Sumatera Barat mempunyai jumlah hotel yang cukup memadai dengan tingkat lama tinggal wisatawan mancanegara tahun 2007 rata-rata 3,38 hari dan untuk wisatawan nusantara rata-rata lama tinggal 3,23 hari. - Ciri khas pariwisata Sumatera Barat adalah pariwisata yang berbasis alam dan budaya serta adat dan agama. - Daya tarik yang menjadi potensi Sumatera Barat adalah daya tarik lingkungan alam baik gunung, rimba, air, laut, pantai, sungai dan seni budaya. INDUSTRI DAN PERDAGANGAN - Perkembangan Industri Besar dan Sedang (IBS) di Sumatera Barat tercatat 151 perusahaan tahun 2004 menjadi 138 perusahaan di tahun 2005 atau mengalami pertumbuhan negatif sebesar 8,6%. Hal ini menunjukkan bahwa terjadi penurunan jumlah perusahaan IBS pada tahun 2005 yang dikarenakan berubah menjadi industri kecil atau tutup. - Hal yang sama juga terjadi pada penyerapan tenaga kerja Industri Besar Sedang, jauh menurun dibandingkan dengan jumlah tenaga kerja yang tersedia. Jumlah tenaga kerja yang terserap disektor IBS menurun tajam sekitar 5,6% terutama pada KKI 18 (tembakau). KKI 19 (kulit dan barang dari kulit) dan KKI 20 (kayu dan barang-barang dari kayu). - Kontribusi sektor industri terhadap PDRB Sumatera Barat justru mengalami kenaikan dari sebesar 11,42% pada tahun 2006 menjadi 11,98% pada tahun 2007. - Sektor industri Sumatera Barat masih didominasi oleh industri kecil, industri rumah tangga dan industri kerajinan, dalam arti jumlah pelaku ekonomi sektor industri cukup besar. - Pada sektor Perdagangan perbaikan perekonomian Sumatera Barat juga dipengaruhi oleh meningkatnya nilai ekspor beberapa komoditi yang berasal dari Sumatera Barat, sehingga nilai ekspor selama tahun 2007 mencapai US$ 1.488,74 juta. Jumlah ini cukup baik dibandingkan dengan tahun 2006 yang mencapai US$ 1.142,99 juta, sementara itu, nilai impor justru mengalami kenaikan dari US$ 60,08 juta pada tahun 2006 menjadi sebesar US$ 95,58 juta pada tahun 2007. II. PASAL DEMI PASAL Pasal 1 s/d 3 : Cukup jelas

Pasal 4 : Urusan wajib dan pilihan yang ditetapkan merupakan dasar, batu penjuru (corner stone), pedoman bagi penyusunan dan pembenahan elemenelemen dasar manajemen pemerintahan seperti penyusunan organisasi perangkat daerah, perencanaan dan pengawasan pembangunan daerah, manajemen sumber daya aparatur, manajemen keuangan dan aset daerah dan sebagainya. Pasal 5 : Cukup jelas Pasal 6 : Ayat (1) : Ayat (2) : Pasal 7 s/d 10 : Cukup jelas Penentuan urusan pilihan sesuai dengan skala prioritas yang ditetapkan Pemerintahan Daerah, Pemerintahan Daerah tetap harus memberikan pelayanan publik yang dibutuhkan masyarakat, meskipun pelayanan tersebut bukan berasal dari urusan pilihan yang diprioritaskan. Cukup jelas Pasal 11 : Ayat (1) : Pelaksanaan urusan yang bersifat lintas Kabupaten/Kota yang melibatkan 2 (dua) atau lebih dari 2 (dua) Daerah, dikelola oleh Pemerintah Provinsi. Ayat (2) : Pelaksanaan urusan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berpedoman pada ketentuan perundangundangan yang berlaku. Pasal 12 : Ayat (1) : Pengelolaan bersama penyelenggaraan urusan pemerintahan yang dimaksud pada ayat ini adalah urusan yang bersifat wajib, pilihan maupun lintas Kabupaten/kota. Ayat (2) : Cukup jelas Pasal 13 : Ayat (1) : Bencana alam merupakan bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau serangkaian peristiwa yang disebabkan oleh alam antara lain berupa gempa bumi, tsunami, gunung meletus, banjir, kekeringan, angin topan dan tanah longsor. Bencana lainnya yang dimaksud dalam pasal ini adalah bencana non alam dan bencana sosial. Bencana non alam adalah bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau rangkaian peristiwa non alam yang antara lain berupa gagal teknologi, gagal modernisasi, epidemi, dan wabah penyakit. Bencana sosial adalah bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau serangkaian peristiwa yang

Ayat (2) : Pasal 14 s/d 16: diakibatkan oleh manusia yang meliputi konflik sosial antar kelompok atau antar komunitas masyarakat dan teror. Cukup jelas Cukup jelas