PERKEMBANGAN PENDIDIKAN ANAK USIA DINI (PAUD) (STUDI KASUS PENDIDIKAN ANAK USIA DINI DI JEPANG) Oleh: Dr. Drs. H. Maisondra, S.H, M.H, M.Pd, Dipl.Ed Staf Sekretariat Daerah Provinsi Sumatera Barat A. Pendahuluan 1. Latar Belakang Dengan terbitnya Undang-undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (Sisdiknas), keberadaan pendidikan usia dini diakui secara sah. Hal itu terkandung dalam bagian tujuh, pasal 28 ayat 1-6, di mana pendidikan anak usia dini diarahkan pada pendidikan pra-sekolah yaitu anak usia 0-6 tahun. Dalam penjabaran pengertian, UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sisidiknas menyatakan bahwa: Pendidikan anak usia dini adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut. Menurut UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sisdiknas, yang dimaksud pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara. Pendidikan yang dilaksanakan merupakan proses sepanjang hayat, di mana proses pendidikan harus dilakukan secara terus menerus dari usia 0 tahun sampai manusia itu meninggalkan dunia. Karena pendidikan harus dilakukan di semua usia, maka pemikiran-pemikiran terhadap pendidikan harus mencakup semua golongan usia tersebut. Begitu pula dengan berbagai pemikiran dan kebijakan terhadap PAUD, harus merunut pada kebutuhan anak usia dini dalam proses perkembangannya. Kajian terhadap keberadaan PAUD dalam sistem pendidikan nasional perlu banyak dilakukan, baik kajian terhadap aspek-aspek filosofisnya maupun aspek-aspek teknis, berupa kurikulum maupun proses pembelajaran PAUD di lapangan. Melalui hal tersebut diharapkan pengembangan PAUD dapat lebih meningkat, demi menunjang tercapainya tujuan pendidikan, yakni mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab (Depdiknas, 2007).
2. Pandangan Ahli dan Tokoh Tentang PAUD Berikut adalah beberapa pemikiran para ahli pendidikan anak terhadap proses pendidikan anak usia dini. a. Pandangan Pestalozzi Menurutnya, anak dilahirkan dalam keadaan bersih. Perkembangan manusia terjadi dalam desain alam dan terbentuk oleh kekuatan-kekuatan luar. Lebih lanjut, ia berpendapat bahwa keberhasilan belajar dalam satu tahap perkembangan merupakan kunci dalam mencapai keberhasilan belajar di tahap berikutnya. Oleh karena itu, ia berkesimpulan bahwa pendidikan anak merupakan hal penting yang berpengaruh terhadap kehidupan anak di masa depannya. b. Pandangan Froebel Froebel mewujudkan ide-idenya dalam pendidikan anak dengan mendirikan lembaga pendidikan Froebel. Ia lebih menfokuskan pada konsep pendidikan anak sebagai alat reformasi sosial. Ia menyiapkan program pendidikan pra-sekolah sebagai sarana untuk menciptakan suatu tatanan masyarakat yang lebih baik di masa depan. Anak dilahirkan dengan pembawaan yang baik, sehingga tugas lembaga pendidikan untuk mengarahkan anak pada kehidupan masa depan yang lebih baik, dengan mendorong kemampuan untuk mencipta dan berkreasi. c. Pandangan Montesori Menurutnya, pendidikan merupakan sarana yang tepat untuk membantu perkembangan anak secara menyeluruh. Anak dalam proses perkembangannya merupakan kutub yang berbeda dengan orang dewasa, namun saling mempengaruhi. Kualitas pengalaman anak di usia dini sangat mempengaruhi kehidupannya di masa dewasa. Berikut ini pandangan Tokoh tentang PAUD adalah: a. Nabi Muhammad Saw Lebih dari 1500 tahun yang lalu (abad ke-6 M), Nabi Muhammad Saw telah mengemukan bahwa kewajiban menuntut ilmu adalah mulai dari anak dalam kandungan sampai ia meninggal. Hal itu menegaskan bahwa pendidikan anak usia dini merupakan salah satu kewajiban yang harus dipenuhi dalam menuntut ilmu. b. Marthin Luther (1483-1546) Menurutnya landasan adanya proses pendidikan adalah agama. Selain itu keluarga juga merupakan faktor utama dalam menghadapi pendidikan anak.
B. PAUD di Masa Datang Dari rentang usia yang menjadi garapan PAUD, yaitu 0 sampai 6 tahun juga mengandung implikasi bahwa PAUD dapat diselenggarakan dalam beberapa kelompol usia, yaitu kelompok usia dibawah usia 3 sampai 4 tahun, kelompol 4 sampai 6 tahu. Setiap kelompok usia dapat diselenggarakan terpisah dalam satu kelompok ataupun semua kelompok secara bersama-sama. Di beberapa Negara maju baik di Eropa maupun Amerika, penyelenggaraan PAUD bahkan dapat dibagi berdasarkan perkembangan anak, seperti kelompok anak masa bayi (infant), kelompok anak merangkak (todler), dan masa mulai berdiri dan berjalan, dan seterusnya atau berdasarkan perkembangan usia, seperti 2 sampai 6 bulan, 8 sampai 12 bulan, 24 36 bulan dan seterusnya (catron & Allen, 1999). Hal ini berarti masyarakat yang berminat menyelenggarakan PAUD dapat melayani kelompok anak tertentu yang disesuaikan dengan kemampuan penyelenggara. Dalam konteks multi setting, penyelenggaraan PAUD dapat dilakukan dalam berbagai lingkungan. Anak petani di pedesaan misalnya dapat mengikuti kelompok bermain yang didirikan di kelompok bermain yang didirikan disekitar sawah, ladang atau kebun yang mereka miliki. Demikian pula anak yang hidup di daerah terpencil dapat mengikuti program PAUD di daerah tersebut dan tak perlu ke kota kabupaten atau propinsi. Dengan memanfaatkan sumber belajar yang ada di sekitar sawah, ladang dan kebun (batang padi, tanaman, sayur, bunga, buah-buahan, dll.) atau dipedesaan (batok kelapa, batang bambu, sungai, dll) kualitas belajar anak tidak kalah dengan di kota-kota. C. PAUD Di Jepang (Studi kasus) Ada dua macam sekolah untuk anak usia dini (PAUD) di Jepang. Yang pertama adalah hoikuen (daycare). Hoikuen ditujukan untuk murid berusia 6 tahun kebawah yang orang tuanya (ibu) bekerja sampai sore atau malam sehingga sekaligus membutuhkan bantuan untuk menjaga dan merawat anaknya hampir seharian. Umumnya hoikuen menyediakan makanan dan minuman berupa snack dan makan siang. Menu yang disajikan terlebih dahulu sudah diketahui dan bahkan disepakati oleh setiap orang tua pada setiap awal bulan. Kemudian contoh masakan pada hari tersebut juga dipajang melalui sebuah kotak kaca tertutup yang dipajang mulai dari siang hingga sore, sehingga ketika orang tua menjemput anaknya dapat mengetahui bentuk visual yang dikonsumsi oleh anaknya pada hari itu. Filosofi utama tujuan pendidikannya adalah menjadikan anak mandiri dan ramah terhadap lingkungannya. Pagi hari ketika mengantarkan anak, orang tua hanya melihat bagaimana si anak dapat memasukkan sendiri barangnya ke dalam loker yang sudah disediakan untuk setiap anak. Sepatu wajib diletakkan anak pada tempat yang tersedia dengan posisi bagian depan sepatu menghadap ke luar. Terkadang ada guru yang menunggui ketika anak meletakan barang dan menyusun sepatunya, sambil guru itu berkata: Hati-hati menaruh barang dan sepatunya, jangan sampai menganggu orang lain. Proses meletakan barang dan sepatu sendiri serta menyusunnya sedemikian rupa dan ucapan agar berhati-hati
dan tidak menganggu orang adalah adalah juga sebuah proses pendidikan yang dalam maknanya. Orang tua juga wajib mengisi buku harian/penghubung (renrakucho) yang tersedia di dalam kelas tentang kondisi anak (pilek, batuk, habis kena marah, terlambat tidur, suhu tubuh dan kejadian di rumah, dll). Ketika menjemput, orang tua kembali wajib mengecek buku harian yang didalamnya juga telah ditulis guru tentang informasi anak seharian. Substansi dasar dari pendidikan pra sekolah adalah menanamkan kebiasaan dan memberikan pengetahuan yang berguna untuk menjalani kehidupan yang sehat. Perlu juga diketahui bahwa di hoikuen, tidak ada pelajaran membaca, menulis dan berhitung seperti halnya di Indonesia. Substansi detail dari pendidikan Pra sekolah adalah : 1. Menanamkan kebiasaan kehidupan sehari-hari. Sejak usia dini mereka sudah dibiasakan mencuci tangan, kumur-kumur, menggosok gigi yang nantinya sangat berguna untuk pola hidup sehat. Seiring pertumbuhan si anak, mereka akan diajarkan hal-hal lainnya. 2. Sejak usia dini mereka telah ditanamkan kebiasaan merapikan dan mengembalikan barang-barang milik pribadi seperti sisir, tas dan sebagainya, atau mainan yang digunakan dalam bermain ke tempat yang telah ditentukan. Kemudian agar pertumbuhan anak berjalan normal, mereka diberi waktu istirahat dan tidur siang yang cukup. 3. Pembetukan jasmani Sejak dini mereka dibiasakan berolah raga. Karena pada dasarnya anak-anak sangat suka olah raga. Permainan bola, permainan berlari-larian, bermain kuda-kudaan (melompat), dan sebagainya. Semua ini dilakukan untuk membangun tubuh anak yang sehat dan kuat. 4. Kehidupan berkelompok. Menanamkan kemandirian, kepedulian, kepribadian yang harmonis, batasan-batasan tertentu dalam segala hal saat bermain dengan anak-anak lain dari berbagai usia. Pendidikan ini menitik beratkan pada sentuhan antara anak-anak usia lebih tua dengan anak-anak yang usianya di bawah. 5. Mengajarkan cara berkomunikasi. Mengajarkan bahasa yang dibutuhkan dalam kehidupan seperti bagaimana cara menyampaikan keinginan pribadi atau bagaimana cara mendengarkan cerita orang lain. Yang tidak kalah penting adalah menarik minat anak-anak terhadap bahasa melalui buku cerita atau cerita langsung oleh para pendidik. 6. Bimbingan Keamanan. Membiasakan anak-anak berlatih menyelamatkan diri saat sesuatu terjadi. Mengajarkan tempat-tempat yang aman saat bencana. Mengajarkan cara pergi dan pulang ke rumah, berjalan-jalan dan sebagainya. Tidak lupa pula bimbingan keamanan lalu lintas. 7. Suguhan makanan sehat. Anak-anak akan diberikan suguhan makanan yang sehat. Dengan demikian tubuh mereka menerima asupan gizi yang cukup dan seimbang. Yang kedua adalah yochien (taman kanak-kanak). Umumnya anak-anak yang bersekolah di yochien hanya sampai pukul 14.00 siang dan memiliki libur musim panas dan musim dingin yang panjang sama seperti SD, SMP atau SMA.
Guru-guru yang ada di sekolah selalu siap siaga dan waspada pada setiap sudut sekolah jika anak sedang bermain di halaman sekolah. Tidak ada guru yang memakai baju cantik dan rok sempit. Semua guru memakai baju sporty (seperti baju untuk berolahraga) untuk memudahkan mereka bergerak dan memantau anak-anak. Biasanya guru akan terlihat modis dan cantik seusai jam sekolah. Selain itu, guru-guru sangat ramah dan terbuka. Dalam menghadapi anak-anak, guru juga selalu ceria, lincah dan tersenyum, pintar bernyanyi dan pintar menirukan berbagai macam suara tanpa ragu dan malu. D. Penutup Pendidikan PAUD di Indonesia dapat mencontoh beberapa kebijakan pendidikan PAUD di Jepang terutama mencontoh praktek-praktek yang dilaksanakan di sekolah-sekolah PAUD di Jepang. Berdasarkan perbandingan ini kita perlu melakukan koreksi terhadap apa yang telah dan sedang kita lakukan di sekolah-sekolah PAUD kita. PAUD merupakan pondasi dasar dalam membentuk karakter anak bangsa yang harus dibenahi sedemikian rupa sehingga perbaikan karakter anak bangsa ke depan akan dapat terwujud. Seperti apa karakter bangsa, dan seperti apa etos kerja bangsa kita dua puluh tahun ke depan sangat ditentukan oleh PAUD hari ini.