Pemodelan Sistem Pengatur Ketinggian Air pada Sebuah Tangki Tunggal

dokumen-dokumen yang mirip
RANCANG BANGUN SIMULATOR PENGENDALIAN POSISI CANNON PADA MODEL TANK MILITER DENGAN PENGENDALI PD (PROPOSIONAL DERIVATIVE)

DESIGN SIMULATOR FRESH WATER TANK DI PLTU DENGAN WATER LEVEL CONTROL MENGGUNAKAN MIKROKONTROLER

REZAN NURFADLI EDMUND NIM.

Syahrir Abdussamad, Simulasi Kendalian Flow Control Unit G.U.N.T Tipe 020 dengan Pengendali PID

BAB I PENDAHULUAN. menggerakan belt conveyor, pengangkat beban, ataupun sebagai mesin

POLITEKNIK NEGERI SRIWIJAYA PALEMBANG

Implementasi Modul Kontrol Temperatur Nano-Material ThSrO Menggunakan Mikrokontroler Digital PIC18F452

PENGESAHAN PUBLIKASI HASIL PENELITIAN SKRIPSI JURUSAN TEKNIK ELEKTRO FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS BRAWIJAYA

UJI PERFORMANSI PADA SISTEM KONTROL LEVEL AIR DENGAN VARIASI BEBAN MENGGUNAKAN KONTROLER PID

SISTEM PENGATURAN MOTOR DC MENGGUNAKAN PROPOTIONAL IINTEGRAL DEREVATIVE (PID) KONTROLER

PERANCANGAN PENGENDALI POSISI LINIER UNTUK MOTOR DC DENGAN MENGGUNAKAN PID

Simulasi Control System Design dengan Scilab dan Scicos

Rancang Bangun Prototype Alat Sistem Pengontrol Kemudi Kapal Berbasis Mikrokontroler

Perancangan dan Simulasi MRAC PID Control untuk Proses Pengendalian Temperatur pada Continuous Stirred Tank Reactor (CSTR)

Ultrasonic Level Transmitter Berbasis Mikrokontroler ATmega8

SISTEM PENGATURAN POSISI SUDUT PUTAR MOTOR DC PADA MODEL ROTARY PARKING MENGGUNAKAN KONTROLER PID BERBASIS ARDUINO MEGA 2560

IMPLEMENTASI ADAPTIVE SWITCHING FUZZY LOGIC CONTROLER SEBAGAI PENGENDALI LEVEL AIR PADA TIGA BEJANA BERINTERAKSI

SISTEM KONTROL KECEPATAN MOTOR DC D-6759 BERBASIS ARDUINO MEGA 2560

Input ADC Output ADC IN

PERILAKU TEGANGAN SISTEM EKSITASI GENERATOR DENGAN METODA PENEMPATAN KUTUB DALAM DOMAIN WAKTU

digunakan sebuah solenoid valve. Solenoid valve digunakan untuk pembuangan air

PENERAPAN KENDALI CERDAS PADA SISTEM TANGKI AIR MENGGUNAKAN LOGIKA FUZZY

ANALISIS PENERAPAN PID CONTROLLER PADA AVR (AUTOMATIC VOLTAGE REGULATOR)

PRARANCANGAN SISTEM PENGENDALIAN PROSES PADA KOLOM PENUKAR ION PENGOLAH LIMBAH RADIOAKTIF

SISTEM KENDALI POSISI MOTOR DC Oleh: Ahmad Riyad Firdaus Politeknik Batam

Sistem Pengaturan Kecepatan Motor DC Pada Alat Penyiram Tanaman Menggunakan Kontoler PID

PENGENDALIAN KECEPATAN MOTOR DC MENGGUNAKAN SENSOR ENCODER DENGAN KENDALI PI

DT-51 Application Note

Identifikasi Self Tuning PID Kontroler Metode Backward Rectangular Pada Motor DC

Desain dan Implementasi Model Reference Adaptive Control untuk Pengaturan Tracking Optimal Posisi Motor DC

Control II ( ADC DAC)

JURNAL TEKNOLOGI INFORMASI & PENDIDIKAN ISSN : VOL. 4 NO. 1 SEPTEMBER 2011

Vol: 4, No.1, Maret 2015 ISSN: ANALISA PERFORMANSI TANGGAPAN TEGANGAN SISTEM EKSITASI GENERATOR TERHADAP PERUBAHAN PARAMETER

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian tugas akhir dilaksanakan pada bulan Februari 2014 hingga Januari

BAB IV ANALISA DAN PENGUJIAN SISTEM

Kontrol PID Pada Miniatur Plant Crane

BAB II LANDASAN TEORI...

BAB IV PENGUJIAN ALAT DAN ANALISIS DATA Kalibrasi IDAC sebagai pembangkit tegangan bias

BAB 1 KONSEP KENDALI DAN TERMINOLOGI

Pengaturan Kecepatan Motor DC Menggunakan Kendali Hybrid PID-Fuzzy

PENDETEKSIAN DAN PENGAMANAN DINI PADA KEBAKARAN BERBASIS PERSONAL COMPUTER (PC) DENGAN FUZZY LOGIC

PEMODELAN DINAMIS PENGATURAN FREKUENSI MOTOR AC BERBEBAN MENGGUNAKAN PID

TIN310 - Otomasi Sistem Produksi Materi #1 PENGANTAR OTOMASI TIN310 OTOMASI SISTEM PRODUKSI

Kendali PID Training Kit ELABO TS 3400 Menggunakan Sensor Posisi

ADC ( Analog To Digital Converter Converter konversi analog ke digital ADC (Analog To Digital Convertion) Analog To Digital Converter (ADC)

Sistem Pengaturan Kecepatan Motor DC pada Alat Ektraktor Madu Menggunakan Kontroler PID

Kendali Perancangan Kontroler PID dengan Metode Root Locus Mencari PD Kontroler Mencari PI dan PID kontroler...

RANCANG BANGUN OTOMASI SISTEM PENGISIAN DAN PENGONTROLAN SUHU AIR HANGAT PADA BATHTUB MENGGUNAKAN DETEKTOR FASA. Tugas Akhir

KONTROL PROPORSIONAL INTEGRAL DERIVATIF (PID) UNTUK MOTOR DC MENGGUNAKAN PERSONAL COMPUTER

ANALISIS PENGGUNAAN POWER SYSTEM STABILIZER (PSS) DALAM PERBAIKAN STABILITAS TRANSIEN GENERATOR SINKRON

FUZZY LOGIC UNTUK KONTROL MODUL PROSES KONTROL DAN TRANSDUSER TIPE DL2314 BERBASIS PLC

Desain dan Implementasi Kontroler PID Gain Scheduling untuk Sistem Pengaturan Proses Level pada Process Control Technology - 100

II. PERANCANGAN SISTEM

Tabel 1. Parameter yang digunakan pada proses Heat Exchanger [1]

IDENTIFIKASI DAN DESAIN CONTROLLER PADA TRAINER FEEDBACK PRESSURE PROCESS RIG Satryo Budi Utomo, Universitas Jember

IMPLEMENTASI KONTROL PID PADA PENDULUM TERBALIK MENGGUNAKAN PENGONTROL MIKRO AVR ATMEGA 16 ABSTRAK

Pemodelan dan Analisa Sistem Eksitasi Generator

TKC306 - Robotika. Eko Didik Widianto. Sistem Komputer - Universitas Diponegoro

PENGENDALIAN KETINGGIAN AIR PADA DISTILASI AIR LAUT MENGGUNAKAN KONTROLER ON-OFF PROPOSAL SKRIPSI

Pengontrolan Sistem Eksiter Untuk Kestabilan Tegangan Di Sistem Single Machine Infinite Bus (SMIB) Menggunakan Metode PID

Perancangan Sistem Kontrol Posisi Miniatur Plant Crane dengan Kontrol PID Menggunakan PLC

Rancang Bangun Sistem Takeoff Unmanned Aerial Vehicle Quadrotor Berbasis Sensor Jarak Inframerah

DISAIN KOMPENSATOR UNTUK PLANT MOTOR DC ORDE SATU

LAPORAN SIMULASI SISTEM WATER LEVEL CONTROL DENGAN PID DAN SILO TO SILO DENGAN MENGGUNAKAN KONVEYER

PEMODELAN SISTEM PENGENDALI PID DENGAN METODE CIANCONE BERBASIS MATLAB SIMULINK PADA SISTEM PRESSURE PROCESS RIG

TIN310 - Otomasi Sistem Produksi Materi #1 Ganjil 2016/2017 TIN310 OTOMASI SISTEM PRODUKSI

PEMBELAJARAN SISTEM KONTROL DENGAN APLIKASI MATLAB

BAB I PENDAHULUAN. suatu lingkungan tertentu. Mobile-robot tidak seperti manipulator robot yang

MODULASI DELTA ADAPTIF

PERANCANGAN KONTROLER PENGGANTI ELECTRONIC CONTROL UNIT UNTUK MENGATUR POSISI SUDUT FLAP PADA MODEL MINIATUR PESAWAT N-219

Beberapa istilah dalam ADC

Perancangan Alat Ukur Daya Listrik Lampu Pijar Menggunakan ADC TLV2543 Dengan Tampilan Komputer

Aplikasi Kendali Fuzzy Logic untuk Pengaturan Kecepatan Motor Universal

Materi-2 SENSOR DAN TRANSDUSER (2 SKS / TEORI) SEMESTER 106 TA 2016/2017

BAB II TEORI. 2.1 Pengertian Sistem Pengaturan

BAB VI INSTRUMEN PENGKONDISI SINYAL

SATUAN ACARA PENGAJARAN

1.1. Definisi dan Pengertian

BAB I PENGENALAN KONSEP DIGITAL

RANCANG BANGUN WATER LEVEL CONTROL BERBASIS RANGKAIAN TERINTEGRASI 555 THE DESIGN OF WATER LEVEL CONTROL WITH IC 555

Jurnal Teknik Elektro, Universitas Mercu Buana ISSN : PERANCANGAN KONTROL OTOMATIS TEMPERATUR RUMAH KACA BERBASIS MIKROKONTROLLER AT89S51

4. BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISIS. pengujian simulasi open loop juga digunakan untuk mengamati respon motor DC

Bab IV Pengujian dan Analisis

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan mulai pada November 2011 hingga Mei Adapun tempat

IMPLEMENTASI KONTROL PID PADA PERGERAKAN LARAS MORTIR 81MM SESUAI DENGAN HASIL PERHITUNGAN KOREKSI TEMBAKAN

RANCANG BANGUN PENGENDALI MOTOR STEPPER UNTUK DETEKSI JUMLAH OBYEK PUTAR DENGAN MENGGUNAKAN KOMPUTER

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA

PEMBUATAN ALAT UKUR JARAK BERBASIS PC MENGGUNAKAN SENSOR GP2D12 MELALUI SERIAL PORT. Dwi Riyadi M

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. dunia industri diperhadapkan pada suatu persaingan (kompetisi). Kompetisi dapat

BAB IV PENGUKURAN DAN ANALISA

BAB III DESAIN DAN IMPLEMENTASI SISTEM

Mesin Bor Otomatis dengan Menggunakan Kamera untuk Mendeteksi Koordinat Bor

Sistem Kontrol Digital

PEMBUATAN SISTEM PENGATURAN PUTARAN MOTOR DC MENGGUNAKAN KONTROL PROPORTIONAL-INTEGRAL-DERIVATIVE (PID) DENGAN MEMANFAATKAN SENSOR KMZ51

BAB III PERANCANGAN DAN PEMBUATAN ALAT Flow Chart Perancangan dan Pembuatan Alat. Mulai. Tinjauan pustaka

BAB III PERANCANGAN SISTEM

BAB III METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN. Penelitian, perancangan, dan pembuatan tugas akhir ini dilakukan di Laboratorium

Perancangan dan Simulasi Autotuning PID Controller Menggunakan Metoda Relay Feedback pada PLC Modicon M340. Renzy Richie /

Transkripsi:

Pemodelan Sistem Pengatur Ketinggian Air pada Sebuah Tangki Tunggal (Joni Dewanto) Pemodelan Sistem Pengatur Ketinggian Air pada Sebuah Tangki Tunggal Joni Dewanto Dosen Fakultas Teknik, Jurusan Teknik Mesin Universitas Kristen Petra Yohanes Trilaksono Dibyo Suprapto Dosen Fakultas Teknik, Jurusan Teknik Elektro Universitas Kristen Petra Hega Rismawan Candra Alumnus Fakultas Teknik, Jurusan Teknik Mesin Universitas Kristen Petra Abstrak Makalah ini membahas bagaimana memodelkan dan memvalidasi suatu sistem pengatur ketinggian air. Sistem terdiri dari sebuah tangki tunggal, sensor ketinggian muka air, pompa, driver pompa dan elemen-elemen perubah ADC dan DAC. Pemodelan sistem keseluruhan disusun dari pemodelan elemen-elemen yang diturunkan secara emperik. Validasi atas pemodelam sistem ini dilakukan dengan cara membandingkan kurva respon dari model persamaan sistem secara keseluruhan dan kurva respon riel dari hasil pengukuran. Pemodelan sistem ini menunjukkan hasil yang cukup baik. Kata kunci : pemodelan, kontrol tinggi permukaan air, Algoritma PID, visualisasi. Abstract This paper describes how to model and validate a control system of water level in a tank. The system consists of single tank, water level sensor, pump, pump driver, AD and DA converter. Each elemen system models is derivited emperically and then the whole system models is built from this models. Validation of this system modelling can be done by comparing theoritical respon curve and actual respon curve. Theoritical respon curve ploted according to the equation of system modelling and actual respon curve ploted according to the measurements. Validation of this system modelling shows that the modelling is good enough. Keywords: modeling, water level control, PID algorithm, visualization 1. Pendahuluan Pemodelan merupakan upaya yang sangat penting baik untuk mengetahui perilaku maupun untuk mengatur suatu sistem. Dengan model orang dapat menjelaskan bagaimana suatu sistem berperilaku. Bahkan orang juga dapat meramalkan apa yang akan terjadi pada sistem tersebut tanpa melakukan simulasi pada sistem yang sesungguhnya. Dengan adanya model maka biaya untuk menganalisa dan memperbaiki sistem menjadi sangat murah dan tidak beresiko tinggi. Pada dasarnya pemodelan dilakukan untuk dua tujuan yang berbeda yaitu pemodelan untuk mengetahui perilaku suatu sistem dan pemodelan untuk merancang suatu sistem pengatur. Pemodelan untuk merancang suatu Catatan : Diskusi untuk makalah ini diterima sebelum tanggal 1 Juli 2000. Diskusi yang layak muat akan diterbitkan pada Jurnal Teknik Mesin Volume 2 Nomor 2 Oktober 2000. sistem pengatur biasanya dilakukan dengan banyak penyederhanaan yang hanya memperhatikan masukan, keluaran dan gangguan yang ada. Parameter-parameter lain yang tidak berhubungan langsung dengan ketiga parameter tersebut diabaikan atau dianggap konstan. Pemodelan untuk maksud ini dilakukan melalui analisa dinamik atau melalui uji eksperimen dengan mengukur masukan dan keluaran sistem. Pemodelan untuk mengetahui perilaku sistem dibedakan menjadi dua yaitu pemodelan skala dan pemodelan dengan simulasi komputer. Model skala digunakan jika sistem yang dipelajari sangat komplek sehingga sulit dirumuskan secara detail dan teliti. Pemodelan dari sistem yang lebih sederhana dapat dinyatakan dalam bentuk rumusan matematik. Model ini biasanya diselesaikan dengan simulasi komputer karena melibatkan banyak perhitungan yang harus dilakukan. Makalah ini membahas bagaimana memodelkan sistem pengatur ketinggian air 35

JURNAL TEKNIK MESIN Vol. 2, No. 1, April 2000: 35-40 pada sebuah tangki tunggal. Sistem ini sederhana akan tetapi menjadi sangat menarik karena parameter yang diatur yaitu perubahan ketinggian permukaan air yang diinginkan dapat dilihat secara visual. Sistem ini terdiri dari sebuah tangki dengan dua buah katup buang, sensor ketinggian air, perangkat pengolah sinyal dan pengatur serta sebuah pompa sirkulasi. Katup buang pertama dapat diatur pada tiga posisi, masing-masing memiliki bukaan yang tetap. Katup kedua merupakan katup solenoid yang akan terbuka atau tertutup penuh sesuai dengan sinyal pengatur on-off yang diterima. Secara operasional katup kedua ini lebih difungsikan sebagai pengaman agar volume air di dalam tangki tidak berlebihan. Pompa yang digunakan berpenggerak motor DC 12 Volt sehingga mudah pengendaliannya. Untuk sensor ketinggian digunakan sebuah potensiometer 5KΩ sepuluh putaran 5V. Jenis ini mempunyai linieritas tinggi pada setiap putarannya. Sedang pengaturan sistem dilakukan dengan menggunakan PC, untuk itu diperlukan beberapa koverter ADC dan DAC. Ukuran Tangki, katup dan kapasitas pompa direncanakan secara proporsional agar sistem dapat berjalan dengan waktu yang cukup untuk menunjukkan perubahan-perubahan yang terjadi. Tiap elemen sistem dimodelkan secara terpisah dan dicari fungsi alihnya dengan mengukur masukan dan keluarannya. Selanjutya dibuat program sistem pengaturan yang melibatkan semua fungsi alih tersebut. Validasi pemodelan dilakukan dengan cara membandingkan antara pengukuran yang sesungguhnya terjadi dengan hasil analisa perhitungan teoritik. 2. Prinsip Kerja Sistem Pengatur Ketinggian Air pada Tangki Blok diagram dari bagian utama sistem pengatur ketinggiam air pada tangki tunggal ini ditunjukkan pada gambar 1. Ketinggian permukaan air yang diinginkan (h) diketikkan melalui komputer dan selanjutnya dijadikan sebagai sinyal masukan sistem. Sinyal masukan yang digunakan adalah fungsi step, fungsi ramp dan fungsi sinusoidal. Gambar 1. Blok Diagram Sistem Pengatur Ketinggian Air Masing-masing fungsi tersebut diimplementasikan dalam perangkat lunak. Ketinggian permukaan air yang terjadi (z) dideteksi oleh sebuah sensor dan hasil pengukurannya dijadikan sebagai sinyal umpan balik. Sinyal masukan dan sinyal umpan balik selanjutnya dibandingkan oleh elemen komparator. Gambar 2. Konfigurasi Fisik Sistem Pengatur Hasil komparasi dari kedua sinyal ini menghasilkan sinyal kesalahan (e) dan menjadi masukan pada elemen pengatur. Fungsi pengatur yang digunakan adalah; Pengatur dua posisi (on-off ), pengatur proporsional, pengatur integral, pengatur derivatif, pengatur proporsional integral dan pengatur proporsional integral derivatif. Semua tipe pengatur ini juga diimplementasikan dalam perangkat lunak.. Sinyal kesalahan bernilai positif ( e=r-b>0 ) jika ketinggian air yang terukur ( yang terjadi ) lebih rendah dari ketinggian air yang diinginkan Selanjutnya sinyal pengatur akan menggerakan pompa sesuai dengan fungsi pengatur yang digunakan. Sebaliknya sinyal kesalahan bernilai negatif jika ketinggian air yang terjadi lebih tinggi dari ketinggian yang diinginkan. Pada kondisi tersebut sinyal pengatur akan mematikan pompa Gambaran fisik dan sistem pengatur ini secara skematis ditunjukkan pada gambar 2. 3. Pemodelan Elemen-elemen Sistem Pemodelan dilakukan untuk semua elemen kecuali pada elemen pengatur karena model matematiknya dapat ditentukan secara pasti. 3.1 Elemen Perubah Untuk mengatur dan mengolah data pada sistem ini diperlukan komputer digital yang bekerja menggunakan sistem bilangan biner. Untuk itu diperlukan eleman perubah yang dapat merubah nilai masukan tinggi permukaan air yang diinginkan menjadi bilangan biner. 36

Pemodelan Sistem Pengatur Ketinggian Air pada Sebuah Tangki Tunggal (Joni Dewanto) Batas ketinggian air yang direncanakan adalah antara 0 hingga 30 cm sedang elemen perubah yang digunakan memiliki 8 bit atau memiliki 256 (2 8 ) bilangan biner. Ketinggian air 0 cm dinyatakan dengan bilangan biner nol dan ketinggian 30 cm dinyatakan dengan bilangan biner 255. Jika masukan dan keluaran masing-masing dinyatakan dengan parameter h dan r maka pemodelan dari elemen perubah ini dapat dinyatakan dengan fungsi alih sebagai berikut : r = 8,5 h (1) rentang antara 0 hingga 5 volt menjadi tegangan yang diperlukan untuk menggerakkan pompa yaitu 0 hingga 12 volt. Percobaan dilakukan dengan mengukur setiap tegangan masukan dan keluaran dari elemen. Selanjutnya diplot sebagaimana pada gambar 4. Regresi data dari percobaan tersebut menghasilkan fungsi alih sebagai berikut : x = 3,845 + 1,649v (dengan kesalahan = 0.092 %) (3) 3.2 Elemen Digital to Analog Converter (DAC) Elemen ini untuk mengubah sinyal digital dengan nilai antara 0 hingga 255 menjadi tegangan analog yang diperlukan untuk driver pompa dengan rantang antara 0 hingga 5 volt. Fungsi alih DAC ditentukan melalui pengujian dengan program pascal. Untuk setiap nilai masukan (u) yang berbeda sinyal eluaran (v) yang terjadi diukur dengan multitester. Hasil pengujian ini diplot sebagaimana gambar 3. Regresi linear dari data pengujian tersebut menghasilkan fungsi alih sebagai berikut : v = 0,0195u (dengan kesalahan = 3,0055.10 4 %) (2) Gambar 4. Kurva Hubungan antara Masukan (v) dan Keluaran (x) pada Driver Pompa Gambar 5. Kurva Hubungan antara Masukan (x) dan Keluaran (y) 3.4 Elemen Pompa Gambar 3. Kurva Hubungan antara Masukan (u) dan Keluaran (v) pada DAC 3.3 Elemen Driver Pompa Elemen driver pompa berfungsi untuk mengubah keluaran dari elemen DAC dengan Sinyal masukan pada elemen ini berupa tegangan yang dapat bervariasi antara 0 hingga 12 Volt DC dan keluaranya berupa debit air. Pemodelan dilakukan melalui percobaan dengan mengukur tegangan masukan dan debit pompa. Percobaan diulangi secara bertahap dari tegangan 0 hingga 12 Volt. Plot hasil percobaan tersebut ditunjukkan pada gambar 5. Pada tegangan antara 0 hingga 2 Volt pompa belum berputar karena tegangan yang diberikan masih lebih kecil dari tahanan-tahanan gesek yang ada. Pada tegangan antara 2 hingga 3 Volt sebenarnya pompa sudah berputar akan tetapi belum menghasilkan debit air dengan head yang memadai. Debit air mulai terukur ketika pompa diberi tegangan sebesar 4 Volt. Linierisasi data tersebut menghasilkan fungsi alih sebagai berikut : 37

JURNAL TEKNIK MESIN Vol. 2, No. 1, April 2000: 35-40 y =-95,81 + 61,22x (dengan kesalahan 4,98 %) (4) Kesalahan linierisasi ini terbesar terjadi pada tegangan rendah disekitar 2 volt. 3.5 Pemodelan Tangki Secara sistematik sistem tangki yang akan dimodelkan terlihat seperti gambar 6.Pada tangki tersebut terdapat masukan air dari pompa dengan debit y1 dan keluaran melalui katup pertama dengan debit y2. Keluaran melalui katup kedua tidak dimodelkan di sini karena secara operasional katup ini hanya akan difungsikan sebagai pengaman saja. Jika luas penampang tangki adalah A dan ketinggian air di dalam tangki adalah z maka hubungan antara parameter parameter tersebut dapat dinyatakan sbb : dz = ( y1 + y2 )/A dt (5) Besarnya y2 tergantung dari ketinggian air di dalam tangki dan konstanta aliran melalaui katup pertama. Aliran melalui katup ini agak sulit dimodelkan secara analitis karena penampang dan kondisi aliran di dalam katup tidak dapat terdeteksi dengan baik. Untuk menentukan y2 dilakukan percobaan dengan y1 yang tetap dan dalam interval h tertentu. Percobaan dilakukan untuk tiga posisi bukaan katup. Untuk bukaan katup dengan satu putaran, dua putaran dan tiga putaran masingmasing menghasilkan y2 sebesar : 22 ; 81, dan 141 cm 3 /detik. Tangki yang digunakan untuk pemodelan ini memiliki luas 268 cm2 sehingga untuk masing-masing bukaan katup persamaan 5 dinyatakan sebagai berikut : dz = ( y1 + 22 )/268 dt dz = ( y1 + 81 )/268 dt dz = ( y1 + 141 )/268 dt 3.6 Elemen Sensor Ketinggian (5a) (5b) (5c) Pemodelan sensor ketinggian air dilakukan dengan mengukur tinggi permukaan air di dalam tangki dan besarnya tegangan keluaran dari sensor tersebut. Batas ketinggian yang diukur adalah antara 0 hingga 30 cm dengan tegangan analog keluaran antara 0 hingga 5 Volt. Linierisasi hasil pengujian elemen sensor ini menghasilkan persamaan sebagai berikut : a = -7,19. 10-4 + 1,67 z (dengan kesalahan 2,05.10-5 %) (6) dimana a : tegangan listrik yang dihasilkan oleh sensor pada saat ketinggian permukaan air z cm. 3.7 Elemen ADC Sebagaimana elemen DAC pemodelan ADC juga dilakukan dengan cara yang sama. Elemen diberi masukan berupa tegangan analog yang bervariasi dan setiap keluarannya dapat dilihat pada monitor komputer. Data pengujian elemen ini menghasilkan persamaan fungsi alih sebagai berikut : b = -0,09 + 51,02a (dengan kesalahan 1,58.10-3 %) (7) Dimana b adalah bilangan biner yang terjadi ketika tegangan analog yang diberikan sebesar a Volt. 4. Pemodelan dan Validasi Sistem Pengatur Ketinggian Air Pemodelan sistem secara keseluruhan tersusun dari fungsi alih tiap elemen sebagaimana konfigurasi pada gambar 1. Selanjutnya dibuat program dengan algoritma sebagaimana pada gambar 7. Hasil pemodelan teoritik secara keseluruhan dapat disimulasikan dengan melihat respon sistem pada monitor komputer. Sedang hasil pengukuran dari permukaan air yang terjadi juga dapat ditampilkan secara bersama-sama. Dengan demikian dari kedua respon dapat dipakai untuk memvalidai pemodelan sistem. Simulasi dan validasi dilakukan untuk setiap tipe masukan dan tipe pengatur yang ada. Beberapa hasil pemodelan dan validasi tersebut ditunjukkan dalam lampiran. Pada umumnya respon sistem yang sesungguhnya lebih lambat dari respon sistem teoritik. Hal ini terjadi karena proses pengolahan respon riel lebih panjang sehingga memerlukan waktu proses lebih lama. Pada sistem pengatur on-off dengan fungsi step dalam percobaan tersebut ketinggian muka air yang diinginkan 150 mm dengan batas simpangan atas dan batas bawah masing-masing maksimum 20 mm. Kenaikan permukaan air terjadi ketika debit air dari pompa lebih besar dari 38

Pemodelan Sistem Pengatur Ketinggian Air pada Sebuah Tangki Tunggal (Joni Dewanto) debit yang keluar dari tangki. Ketika ketinggian air di dalam tangki sudah melebihi batas atasnya maka pompa akan mati secara otomatis. Oleh karena itu plot hasil pengujian menunjukkan bahwa slope kenaikan air tidak simetris dengan slope penurunan air. Steady state error (SSE) pada sistem pengatur proporsional dengan masukan fungsi step juga nampak dalam pengujian ini. Perbedaan nilai SSE yang kecil antara kurva teoritik dan aktual menunjukkan pemodelan sistem ini cukup baik. Pada sistem pengatur intergral dengan masukan fungsi step nampak terjadi over shoot. Besarnya over shoot yang terjadi tergantung dari konstanta intergral yang digunakan. Konstanta yang besar menimbulkan terjadinya over shoot yang tinggi tetapi waktu untuk mencapai nilai yang diinginkan menjadi lebih singkat. 5. Kesimpulan Pemodelan sistem dapat disusun dari pemodelan elemen-elemen sistem yang diturunkan secara emperis dan dengan linierisasi fungsi alih. Hal ini dilakukan karena penyusunan persamaan secara analitis lebih sulit dilakukan. Perbedaan antara kondisi teoritik dan riel tidak dapat dihindari karena faktor alamiah saja yang berkaitan dengan ketidak tepatan elemen. Namun demikian perbedaan yang tidak cukup berarti menunjukkan bahwa linierisasi dalam rentang pengaturan yang dibuat masih dapat diterima dan pemodelan sistem dapat menggambarkan perilaku sistem yang sesungguhnya. Jadi pemodelan ini dapat digunakan untuk mensimulasi sistem yang sesungguhnya. Selanjutnya modul ini dapat juga dipakai untuk peraga dalam kuliah sistem pengatur dijurusan Teknik Mesin. Daftar Pustaka 1. Ogata, K., Teknik Kontrol Automatik, jilid 1, Edisi kedua, Erlangga, Jakarta, 1997. 2. Raven, F. H., Automatic Control Engineering, McGraw-Hill, Singapore, 1995 3. Saadat, H., Computational Aids in Control System Using Matlab, McGraw-Hill, Singapore, 1993. 4. Palm, W. J. Control System Engineering, John Willey & Sons, Singapore, 1986. 5. Jain, R.P. Modern Digital Electronics, McGraw-Hill, NewDelhi, 1986. Gambar 7. Diagram Alir Program Sistem Pengatur Ketinggian Air 6. Doebelin, E.O., Control System Principles and Design, ELBS, London, 1985 Pada sistem pengatur proporsional integral dengan masukan fungsi step juga dapat terjadi over shoot sebagaimana pada sistem pengatur integral. Bedanya bahwa pada sistem proporsional integral ini nilai yang diinginkan dapat dicapai tanpa osilasi. Nilai SSE sama dengan nol dapat dicapai pada sistem pengatur proporsional integral derivatif baik pada kurva teoritik maupun pada kurva riel. Respon dari fungsi masukan yang lain dapat dilihat pada gambar-gambar terlampir selanjutnya. Nampak disana bahwa kurva kurva riel secara umum dapat digambarkan sebagaimana kurva teoritiknya. 39

JURNAL TEKNIK MESIN Vol. 2, No. 1, April 2000: 35-40 Lampiran 1. Fungsi Step 2. Fungsi Sinusoidal 2.1 Pengatur Dua Posisi (On-Off) 1.1 Pengatur Dua Posisi (On-Off) 2.2 Pengatur Proporsional 1.2 Pengatur Proporsional 2.3 Pengantar Integral 1.3 Pengatur Integral 2.4 Pengatur Proporsional dan Integral 1.4 Pengatur Proporsional dan Integral 40