BAB I PENDAHULUAN. 1 Dra.Ny.Singgih D.Gunarsa, Psikologi Untuk Keluarga, BPK Gunung Mulia, Jakarta, 1988 hal. 82

dokumen-dokumen yang mirip
UKDW BAB I PENDAHULUAN 1.1 PERMASALAHAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. MASALAH. A.1. Latar belakang masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan

BAB I PENDAHULUAN. 1 Ratna Megawangi, Membiarkan Berbeda?, Bandung, Penerbit Mizan, 1999, p. 101

UKDW BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan

BAB I PENDAHULUAN. Obor Indonesia, 1999, p Jane Cary Peck, Wanita dan Keluarga Kepenuhan Jati Diri dalam Perkawinan dan Keluarga, Yogyakarta:

UKDW BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN 1. Permasalahan 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. ada sebagian kecil orang yang memilih untuk hidup sendiri, seperti Rasul Paulus

Bab I Pendahuluan. Edisi 55, Fakultas Teologi UKDW, Yogyakarta, 1999, hal

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Permasalahan

UKDW BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang Permasalahan

UKDW BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. keluarga yang bahagia dan kekal sesuai dengan Undang-undang Perkawinan. Sudah

BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Permasahan. 1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN UKDW

BAB I PENDAHULUAN UKDW

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Rini Yuniati, 2013

Bab I Pendahuluan UKDW

MILIK UKDW BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan

UKDW BAB I PENDAHULUAN I.1 LATAR BELAKANG MASALAH

BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang Permasalahan

BAB IV ANALISA PEMAHAMAN MENGENAI BENTUK-BENTUK PELAYANAN KOMISI DOA DI JEMAAT GPIB BETHESDA SIDOARJO SESUAI DENGAN

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Keluarga merupakan unit pelayanan kesehatan yang terdepan dalam

Bab I Pendahuluan. LASILING, pada tanggal 20 dan 21 September 2005.

BAB I PENDAHULUAN. Manusia memerlukan mitra untuk mengembangkan kehidupan yang layak bagi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Manusia adalah salah satu individu yang menjadi bagian dari ciptaan-

MILIK UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang. Gereja adalah komunitas yang saling berbagi dengan setiap orang dengan

BAB I PENDAHULUAN. 1 Dr. Harun, Iman Kristen (Jakarta: PT.BPK Gunung Mulia), 2001, hlm

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

AKIBAT PERKAWINAN DIBAWAH UMUR DALAM KELANGSUNGAN HIDUP. ( Studi Kasus Pengadilan Agama Blora)

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang Permasalahan

UKDW BAB I PENDAHULUAN 1. LATAR BELAKANG MASALAH

BAB I PENDAHULUAN. 1 K. Wantjik Saleh, Hukum Perkawinan Indonesia, Jakarta, Ghalia Indonesia, 1976, p. 5

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH

BAB I PENDAHULUAN UKDW

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang Permasalahan

BAB I PENDAHULUAN. 1 Majelis Agung GKJW, Tata dan Pranata GKJW, Pranata tentang jabatan-jabatan khusu, Bab II-V, Malang,

BAB V PENUTUP. terhadap permasalahan kekerasan pasangan suami isteri, yakni: 1. Peran Pendeta sebagai Motivator terhadap Permasalahan Ekonomi

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN UKDW

UKDW. Bab I. Pendahuluan

BAB I PENDAHULUAN. seorang laki-laki, ada daya saling menarik satu sama lain untuk hidup

BAB I PENDAHULUAN. 1 Totok S. Wiryasaputra, Pendampingan Pastoral Orang Sakit, Seri Pastoral 245, Pusat Pastoral Yogyakarta,

BAB I PENDAHULUAN. Kelahiran, perkawinan serta kematian merupakan suatu estafet kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam sepanjang hidupnya individu mempunyai tugas perkembangan yang

BAB I PENDAHULUAN. atau di kota. Namun banyak manusia yang sudah mempunyai kemampuan baik

BAB I PENDAHULUAN. Hanna, 2004, p Prapti Nitin, Buku Lustrum ke-25 Panti Wreda Hanna dalam Pendampingan Para Lanjut Usia di Panti Wreda

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang Permasalahan

Bab I PENDAHULUAN. Perubahan tersebut juga berimbas kepada Gereja. Menurut Tata Gereja GKJ, Gereja adalah

KEKUATAN MENGIKATNYA SURAT PENETAPAN PENGANGKATAN ANAK DI PENGADILAN NEGERI SURAKARTA SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. 2000, p.11

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Manusia merupakan makhluk hidup yang lebih sempurna dari

BAB I. berkomunikasi, bahkan ketika kita sendiripun, kita tetap melakukan. komunikasi. Sebagai sebuah aktivitas, komunikasi selalu dilakukan manusia.

BAB IV PENUTUP. Berdasarkan pembahasan pada bab-bab sebelumnya mengenai penyelengaraan

BAB I PENDAHULUAN. perempuan di Indonesia. Diperkirakan persen perempuan di Indonesia

BAB IV PENUTUP. penulis akan menjelaskan atau memberikan beberapa kesimpulan dan saran.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Maha Esa kepada setiap makhluknya. Kelahiran, perkawinan, serta kematian

Bab I PENDAHULUAN UKDW. Pergaulan bebas ini dapat disaksikan di kota-kota besar, yang mengarah pada perilaku seksual yang bebas. 4

BAB I PENDAHULUAN. Perkawinan usia muda merupakan perkawinan yang terjadi oleh pihak-pihak

BAB I PENDAHULUAN. tentang orang lain. Begitu pula dalam membagikan masalah yang terdapat pada

Bab I Pendahuluan Bdk. Pranata Tentang Sakramen dalam Tata dan Pranata GKJW, (Malang: Majelis Agung GKJW, 1996), hlm.

Dalam rangka mewujudkan kehidupan bergereja yang lebih baik, GKJ Krapyak mempunyai strategi pelayanan kemajelisan sebagai berikut :

BAB I PENDAHULUAN. memanggil mereka di dalam dan melalui Yesus Kristus. 1 Ada tiga komponen. gelap kepada terang, dari dosa kepada kebenaran.

BAB 1 PENDAHULUAN. terbatas berinteraksi dengan orang-orang seusia dengannya, tetapi lebih tua,

UKDW BAB I PENDAHULUAN

BAB I P E N D A H U L U A N. menghargai orang yang menderita itu. Salah satunya dengan memanfaatkan metodemetode konseling dari ilmu psikologi.

BAB I PENDAHULUAN. 1 Kategorial bisa digolongkan berbagai macam, misalnya kategorial usia (anak, remaja, pemuda, dewasa, lansia),

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Manusia sebagai makhluk sosial tidak terlepas dari individu lain,

UKDW BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

PERKAWINAN USIA MUDA DAN PENGARUHNYA TERHADAP TINGKAT PERCERAIAN DI WILAYAH HUKUM PENGADILAN AGAMA SUKOHARJO

BAB I PENDAHULUAN. manusia itu, yaitu kebutuhan yang berhubungan dengan segi biologis, sosiologis dan teologis.

Pentingnya peran saksi dalam pernikahan (Suatu tinjauan terhadap pendampingan saksi nikah di jemaat GMIT Efata Benlutu)

Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKBN, 2010), Indonesia termasuk negara dengan persentase pernikahan usia

I.1. PERMASALAHAN I.1.1.

BAB V PENUTUP. 5.1 Kesimpulan. Berdasarkan penelitian dan analisa yang telah penulis lakukan maka ada beberapa hal

BAB V PENUTUP. Pada bab ini dipaparkan tentang (1) kesimpulan dan (2) saran :

BAB I. Pendahuluan Latar Belakang Kajian

PERKAWINAN ADAT. (Peminangan Di Dusun Waton, Kecamatan Mantup, Kabupaten Lamongan. Provinsi Jawa Timur) Disusun Oleh :

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH

BAB III TEMUAN HASIL PENELITIAN. menguraikan terlebih dulu gambaran umum GPM Jemaat Airmanis.

BAB IV REFLEKSI TEOLOGIS. perempuan atau pun jenis kelamin, semuanya pasti akan mengalaminya. Tidak hanya

BAB I PENDAHULUAN. GPIB, 1995 p. 154 dst 4 Tata Gereja GPIB merupakan peraturan gereja, susunan (struktur) gereja atau sistem gereja yang ditetapkan

BAB V PENUTUP 5.1 KESIMPULAN

UKDW BAB I PENDAHULUAN

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Permasalahan

1. LATAR BELAKANG MASALAH

BAB I PENDAHULUAN 1. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. menuju zaman modern. Ziauddin Sardar menyebut zaman modern merupakan

BAB I PENDAHULUAN. dilakukan oleh pasangan muda yang usianya masih dibawah 15 tahun. Hal ini

UKDW BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. mental dan fisik. Persiapan mental seseorang dilihat dari faktor usia dan

I. PENDAHULUAN. Sebagai makhluk sosial, manusia akan selalu membutuhkan orang lain untuk

BAB I PENDAHULUAN A. PERMASALAHAN

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Banyak orang berpendapat bahwa siklus hidup manusia adalah lahir, menjadi dewasa, menikah, mendapatkan keturunan, tua dan mati. Oleh karena itu pernikahan bagi sebagian besar masyarakat menjadi salah satu tujuan hidup ketika mereka mulai beranjak dewasa. Melalui pernikahan itu seseorang berharap untuk mendapatkan hidup yang baru, hidup yang lebih baik dengan pasangan hidup yang telah ia pilih. Selain itu, melalui pernikahan seseorang dianggap sah untuk mendapatkan anak atau untuk melanjutkan keturunan. Dan melalui pernikahan juga, anak yang dilahirkan akan memiliki status, kedudukan dan hak yang sah secara hukum. Pernikahan pada dasarnya merupakan pemenuhan kebutuhan bagi seseorang baik itu kebutuhan psikologis (yang berupa kebutuhan untuk berelasi, berteman ataupun kebutuhan akan rasa aman), kebutuhan sosiologis, teologis maupun kebutuhan biologis. Tetapi pernikahan ini menjadi sesuatu yang menggelisahkan dan menakutkan ketika seseorang sudah mulai beranjak dewasa, namun ia belum juga mempunyai calon pasangan hidup. Desakan dari orang tua maupun pandangan masyarakat umum yang cenderung negatif kepada mereka yang terlambat menikah secara langsung maupun tidak langsung mempengaruhi sisi psikologis dari orang itu, terutama bagi para wanita. Di dalam budaya Jawa, wanita sering kali dianggap sebagai makhluk yang lemah yang harus bergantung pada laki-laki. Hal ini secara langsung maupun tidak langsung mempengaruhi masyarakat maupun diri wanita itu sendiri. Mereka memandang bahwa ketika seorang wanita tidak menikah, ia bukanlah wanita yang utuh atau sempurna karena ia tidak dilindungi oleh suami dan ia tidak merasakan dan melaksanakan kodratnya sebagai wanita, yaitu menjadi seorang istri bagi suaminya dan ibu bagi anak-anaknya. Pernikahan bagi wanita Jawa seringkali merupakan suatu penyempurnaan diri. Mereka seolah-olah baru dipandang oleh masyarakat ketika mereka sudah menikah. 1 Terdapat standar kelayakan untuk menikah yang berbeda antara perempuan dan laki-laki. Misalnya saja ketika seorang laki-laki berusia 30-35 belum menikah, maka hal ini masih 1 Dra.Ny.Singgih D.Gunarsa, Psikologi Untuk Keluarga, BPK Gunung Mulia, Jakarta, 1988 hal. 82

2 dianggap wajar. Sedangkan perempuan sudah dilihat terlambat untuk menikah. Ia akan dipandang sebagai seorang perawan tua yang tidak laku dan pandangan-pandangan negatif lainnya. Beberapa gereja yang penulis amati, dalam hal ini adalah warga gereja beserta pejabat-pejabat gerejawi nampak kurang responsif terhadap permasalahan tersebut. Permasalahan ini sepertinya dilihat sebagai suatu permasalahan yang umum dan wajar, sehingga Gereja seringkali lupa bahwa orang-orang seperti yang telah penulis paparkan diatas sebenarnya juga membutuhkan pendampingan. Walaupun sebenarnya Gereja sendiri secara tidak langsung menganggap mereka orang-orang yang bermasalah. Hal ini nampak dengan adanya beberapa Gereja yang mengadakan suatu kegiatan gerejawi tertentu yang bertujuan untuk menjodohkan warga gereja yang terlambat menikah 2. Gereja nampaknya kurang peduli dengan melupakan sisi psikologis mereka. Dan penulis melihat bahwa tindakan Gereja dapat menjadi salah satu pendorong pemilihan pasangan hidup yang asalasalan. Penulis melihat bahwa permasalahan ini sebenarnya menjadi permasalahan klasik yang terjadi di dunia pada umumnya, terlebih lagi pada jaman ini, dimana modernisasi semakin merebak dan wanita memiliki alternatif untuk memilih pernikahan atau hidup berkeluarga. Tetapi walaupun begitu, hal ini belum mampu mengubah pandangan masyarakat maupun gereja di Indonesia pada umumnya. Mereka tetap melihat bahwa hidup seseorang dirasakan menjadi kurang lengkap tanpa pernikahan. Padahal disisi lain penulis melihat bahwa pernikahan merupakan sesuatu yang sakral dan tidak bisa dilakukan dengan asal-asalan karena adanya desakan yang datang baik dalam diri seseorang maupun dari luar dirinya. Gereja Kristen Jawa Manahan merupakan salah satu gereja besar di Surakarta. Walaupun cara pikir warga Jemaat sudah cukup maju dan mayoritas warga gereja mengenyam pendidikan yang cukup tinggi, tetapi pengaruh budaya masih nampak cukup kental di dalam kehidupan keseharian termasuk didalam kehidupan bergerejanya. Demikian juga masyarakat Surakarta yang dalam kehidupan sehari-harinya masih kental dengan budaya Jawa, sedikit banyak mempengaruhi sikap dan pelayanan warga dan Gereja. Harus diakui bahwa memang jumlah warga yang melajang termasuk sangat kecil jika dibandingkan dengan jumlah warga dewasa yang menikah. Tetapi 2 Dalam GKI maupun GKJ saat ini banyak yang memiliki komisi dewasa muda yang banyak melakukan kegiatan tertentu dengan tujuan membantu mempertemukan pria dan wanita yang terlambat menikah.

3 penulis melihat bahwa minoritas bukan berarti bahwa mereka bisa dilupakan atau kurang diperhatikan. Dan GKJ Manahan menjadi tempat yang mampu mewakili suatu kondisi dimana pola pikir masyarakat sudah mulai terbuka, namun pengaruh budaya Jawa masih terasa dalam kehidupan sehari-hari. Dengan pertimbangan tersebut, penulis memutuskan untuk melakukan penelitiannya di GKJ Manahan. Melihat kondisi sebagaimana telah disebutkan diatas, penulis merasa tergugah dan berempati kepada mereka yang berjuang sendiri sebagai single fighter didalam mengahadapi setiap permasalahan hidup sehari-hari. Adanya tekanan-tekanan dari pihak keluarga dan masyarakat serta adanya kebutuhan-kebutuhan yang tidak terpenuhi terkait dengan kelajangan mereka membuat seorang wanita lajang mempunyai beban psikis yang seringkali mengakibatkan suatu kondisi psikologis yang tidak sehat. Terlebih lagi, permasalahan ini merupakan suatu permasalahan yang jarang terungkap karena merupakan suatu permasalahan yang sangat pribadi dan seringkali dianggap sebagai suatu aib bagi wanita lajang. B. Judul Dari permasalahan yang telah diungkapkan di atas, melalui penulisan skripsi ini penulis ingin mengangkat pergumulan yang dihadapi oleh orang-orang yang melajang, khususnya wanita dengan mengambil sample jemaat GKJ Manahan. Dalam penulisan skripsi ini, penulis hendak menggali permasalahan-permasalahan yang dihadapi serta kebutuhan-kebutuhan yang tidak didapatkan oleh mereka yang tidak menikah. Setelah itu, penulis ingin memberikan suatu sumbang saran yang berupa suatu aksi pastoral yang bisa dilakukan oleh gereja terhadap wanita lajang, sehingga dapat membantu para wanita lajang itu untuk dapat terlepas dari permasalahan hidup yang mereka hadapi, terkait dengan kelajangan mereka. Oleh karena itulah dalam penulisan skripsi ini penulis mengambil judul: PENDAMPINGAN PASTORAL TERHADAP WANITA LAJANG C. Keterangan judul Yang dimaksud dengan melajang disini adalah orang yang hidup sendiri (tidak pernah menikah). Tetapi penulis membatasinya kepada yang berjenis kelamin wanita, merupakan warga GKJ Manahan Surakarta dan keputusan untuk melajang bukan karena alasan pelayanan tetapi ada unsur keterpaksaan didalamnya.

4 Usia minimal 50-65 tahun. Pengambilan batasan usia ini diambil dengan pertimbangan bahwa mereka yang berusia 50-65 tahun memiliki kemungkinan yang sangat kecil untuk menikah dikemudian hari. Selain itu, batasan usia 65 tahun diambil dengan pertimbangan bahwa persoalan yang dihadapi oleh responden adalah permasalahan yang masih bisa diingat dengan cukup jelas oleh responden, sehingga data yang penulis dapatkan melalui wawancara juga merupakan data yang berdasar pada kenyataan yang sebenarya. Beragama Kristen. Adapun alasan penulis memilih responden yang beragama Kristen adalah untuk melihat sejauh mana iman mempengaruhi responden didalam mengatasi seluruh permasalahan hidupnya. Bersuku Jawa. Alasan penulis memilih responden yang bersuku Jawa adalah untuk melihat bagaimana peranan atau pengaruh budaya dalam kehidupan responden, baik yang membangun maupun menghambat. D. Tujuan penulisan: Penulis ingin mengetahui dan menggali pengalaman dan pergumulan hidup yang dialami oleh wanita lajang. Setelah mengetahui pergumulan hidup wanita lajang, penulis hendak mencoba untuk menganalisanya dilihat dari beberapa aspek yang sekiranya mempengaruhi kehidupan wanita lajang. Penulis mencoba untuk melihat pandangan masyarakat, budaya dan teologi tentang pernikahan dan dari sudut pandang yang sama mencoba untuk melihat apa yang terjadi jika seseorang hidup melajang. Memikirkan suatu pendampingan pastoral yang sekiranya tepat bagi wanita lajang. Memikirkan sumbang saran bagi pendeta, gereja maupun mereka yang pada akhirnya harus hidup melajang. E. Metode penulisan Penulisan skrispsi ini dilakukan dengan metode penelitian kualitatif, yaitu suatu penelitian yang tidak didasarkan kepada kuantitas atau jumlah responden, melainkan berdasar pada adanya kenyataan yang ada di lapangan, yaitu berdasar pada kehidupan nyata responden yang telah

5 dipilih. 3 Adapun pemilihan responden juga didasarkan pada pertimbangan-pertimbangan tertentu yang sifatnya riil, yang sekiranya akan mampu untuk menjawab kebutuhan dalam pengumpulan data. Metode pengumpulan data yang digunakan adalah dengan wawancara. Wawancara yang dimaksud disini adalah suatu wawancara yang sifatnya bebas, terstruktur dan terfokus. Maksudnya adalah bahwa pertanyaan-pertanyaan yang diajukan bukanlah suatu pertanyaanpertanyaan yang bersifat kaku dan tidak dapat diubah, namun pertanyaan-pertanyaan itu bersifat fleksibel dan dapat berkembang namun tetap tidak boleh menyimpang dari hal-hal yang menjadi fokus dalam penelitian. Selain mengunakan metode penelitian kualitatif, penulisan skripsi ini didukung dengan adanya Penelitian literatur. F. Sistematika penulisan Judul: Pendampingan Pastoral terhadap Wanita Lajang Bab I : Pendahuluan Dalam bagian ini akan disampaikan apa yang menjadi latar belakang penulisan dan alasan pemilihan judul, tujuan penulisan, metode penulisan dan sistematika penulisan. Bab II : Diskripsi dan analisis tentang kehidupan lajang Dalam bab ini penulis mendiskripsikan dan menganalisa kehidupan wanita lajang yang menjadi responden berdasarkan wawancara yang dilakukan penulis. Bab III : Konsepsi tentang pernikahan Dalam bab ini penulis mencoba melihat pandangan teologi Kristen, hukum perkawinan RI, budaya dan masyarakat Jawa serta pandangan psikologi tentang pernikahan. Setelah itu, dari sudut pandang yang sama penulis juga hendak melihat bagaimana jika seseorang tidak menikah. Bab IV : Pendampingan Pastoral terhadap Wanita Jawa 3 Dr. Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, PT Remaja Rosdakarya, Bandung, 1991, hal 2-3

6 Dalam bab ini, penulis mencoba untuk memberikan saran berupa suatu pendampingan yang dapat digunakan oleh Gereja didalam melakukan suatu pendampingan pastoral kepada seorang wanita lajang didalam menghadapi permasalahan dan pergumulan hidupnya. Bab V : Penutup Berupa suatu kesimpulan atas pemaparan yang telah disampaikan dalam empat bab sebelumnya.