BAB I PENDAHULUAN. telah mengundang berbagai musibah dan bencana di negri ini. Musibah dan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. seutuhnya sangatlah tidak mungkin tanpa melalui proses pendidikan.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan pada dasarnya memiliki tujuan untuk mengubah perilaku

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sekolah merupakan suatu lembaga pendidikan formal yang mempunyai

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. pembelajaran di sekolah baik formal maupun informal. Hal itu dapat dilihat dari

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. segala lingkungan dan sepanjang hidup. Pendidikan dapat dikatakan sebagai

DAMPAK PEMBINAAN KEPRAMUKAAN TERHADAP TANGGUNG JAWAB SOSIAL PESERTA DIDIK

BAB I. A. Latar Belakang Penelitian. sistem yang lain guna mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan satu dari sekian banyak hal yang tidak dapat

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Peningkatan mutu pendidikan terus dilakukan dalam mewujudkan sumber

Indonesia Nomor 12 Tahun 2010 Tentang Gerakan Pramuka, (Jakarta : Kemenpora, 2010), hlm Kwartir Nasional Gerakan Pramuka, Undang-Undang Republik

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. ini banyak membawa pengaruh positif maupun negatif bagi penggunanya. Apabila

PENDIDIKAN KEPRAMUKAAN SEBAGAI PEMBENTUKKAN KARAKTER SISWA KELAS V SDN NGLETH 1 KOTA KEDIRI

I. PENDAHULUAN. Pendidikan jasmani pada dasarnya merupakan pendidikan melalui. aktivitas jasmani yang dijadikan sebagai media untuk mencapai

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan sistem yang harus dijalankan secara terpadu dengan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. baik merupakan dasar dari pendidikan. Menurut Suryosubroto (2010:16),

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan wahana mengubah kepribadian dan pengembangan diri. Oleh

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. tersebut sebenarnya dapat menjadi modal yang kuat apabila diolah dengan

BAB I PENDAHULUHAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan karakter merupakan pendidikan yang harus dikembangkan dan

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang Sisdiknas tahun 2003 pasal I mengamanahkan bahwa tujuan

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2013 NOMOR 23 SERI E

DWIJACENDEKIA Jurnal Riset Pedagogik

BAB I PENDAHULUAN. sikap, perilaku, intelektual serta karakter manusia. Menurut Undang-Undang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Indonesia memerlukan sumber daya manusia dalam jumlah dan mutu yang

BAB I PENDAHULUAN. bangsa diantaranya yang paling meresahkan adalah penyalahgunaan. narkoba dan bahkan sampai menjerumus kepada seks bebas.

BAB I PENDAHULUAN. pengawasan orang tua terhadap kehidupan sosial anak, kondisi lingkungan anak

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. motivasi pokok penanaman pendidikan karakter negara ini. Pendidikan karakter perlu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. menjadi orang yang bermanfaat bagi bangsa dan negara. Setiap manusia harus

BAB I PENDAHULUAN. setiap warga negara berhak mendapatkan pendidikan. Kemudian dalam

BAB I PENDAHULUAN. 1 Alfitra Salam, APU, Makalah Simposium Satu Pramuka Untuk Satu Merah Putih,

BAB I PENDAHULUAN. didik. Tujuan yang diharapkan dalam pendidikan tertuang dalam Undang-undang

BAB I PENDAHULUAN. merubah dirinya menjadi individu yang lebih baik. Pendidikan berperan

PETUNJUK PENYELENGGARAAN POLA DAN MEKANISME PEMBINAAN KELUARGA MAHASISWA FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN UNIVERSITAS PADJADJARAN

PENDIDIKAN KARAKTER CERDAS FORMAT KELOMPOK (PKC - KO) DALAM MEMBENTUK KARAKTER PENERUS BANGSA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dengan orang lain. Negara kesatuan Republik Indonesia memiliki

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran merupakan suatu proses yang kompleks dan. melibatkan berbagai aspek yang saling berkaitan. Oleh karena itu untuk

BAB I PENDAHULUAN. Pada bab I ini, akan memaparkan beberapa sub judul yang akan digunakan

BAB I PENDAHULUAN. melatih. Mendidik berarti meneruskan dan mengembangkan nilai-nilai. keterampilan-keterampilan pada siswa. 1

BAB I PENDAHULUAN. manusia yang berwawasan, hal ini tentu dilatarbelakangi oleh mutu Pendidikan. yang terus berkembang sesuai tuntutan zaman.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan merupakan upaya yang terencana dalam proses

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan bagi kehidupan manusia merupakan kebutuhan mutlak yang

Memahami Budaya dan Karakter Bangsa

BAB II TANJAUAN PUSTAKA. merupakan tafsiran dari stimulus yang telah ada di dalam otak.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. untuk memajukan kesejahteraan bangsa. Pendidikan adalah proses pembinaan

BAB I PENDAHULUAN. mengalami gejolak dalam dirinya untuk dapat menentukan tindakanya.

Prioritas pembangunan nasional sebagaimana yang dituangkan

BAB 1 PENDAHULUAN. keduanya. Sastra tumbuh dan berkembang karena eksistensi manusia dan sastra

BAB I PENDAHULUAN. antara lain pemerintah, guru, sarana prasarana, dan peserta didik itu sendiri.

BAB I PENDAHULUAN. didik dapat mempertahankan hidupnya kearah yang lebih baik. Nasional pada Pasal 1 disebutkan bahwa :

BAB I PENDAHULUAN. pribadi dalam menciptakan budaya sekolah yang penuh makna. Undangundang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan matematika dapat diartikan sebagai suatu proses yang

BAB I PENDAHULUAN. Pembinaan moral bagi siswa sangat penting untuk menunjang kreativitas. siswa dalam mengemban pendidikan di sekolah dan menumbuhkan

PEMBENTUKAN WATAK BANGSA INDONESIA MELALUI PENDIDIKAN PANCASILA SEBAGAI UPAYA PEMBANGUNAN BANGSA INDONESIA ABAD 21

LAMPIRAN KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 104 Tahun 2004 TANGGAL : 18 Oktober 2004 ANGGARAN DASAR GERAKAN PRAMUKA PEMBUKAAN

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 200 TENTANG GERAKAN PRAMUKA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan Nasional Pasal 3 disebutkan, pendidikan nasional berfungsi

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indri Cahyani

BAB I PENDAHULUAN. Dari ketiga hal tersebut terlihat jelas bahwa untuk mewujudkan negara yang

ISSN: PRAMUKA SEBAGAI WADAH PEMBENTUKAN PENDIDI- KAN BERKARAKTER

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan sebuah proses yang ditempuh oleh peserta didik

BAB I PENDAHULUAN. manusia untuk mewujudkan proses pembelajaran yang efektif dan efesien

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB III DESKRIPSI UNDANG-UNDANG NOMOR 12 TAHUN 2010 TENTANG GERAKAN PRAMUKA DAN KURIKULUM 2013

BAB I PENDAHULUAN. siswa, Departemen Pendidikan Nasional yang tertuang dalam rencana srategis

Kode Kehormatan Pramuka

PENGEMBANGAN PENDIDIKAN KARAKTER BANGSA BERBASIS KEARIFAN LOKAL* 1

BAB I PENDAHULUAN. sendiri serta bertanggung jawab atas pembangunan bangsa.

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Upaya mewujudkan pendidikan karakter di Indonesia yang telah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB VI PENUTUP. A. Kesimpulan. Dari semua pembahasan yang telah dipaparkan maka melahirkan sebuah. kesimpulan sebagai berikut:

SKRIPSI Untuk memenuhi sebagian prasyarat Guna mencapai derajat Sarjana S- 1. Pendidikan Kewarganegaraan ROSY HANDAYANI A.

METAMORFOSA TUNAS MUDA DEMI MEWUJUDKAN CITA LUHUR BANGSA

I. PENDAHULUAN. Pendidikan karakter merupakan suatu upaya penanaman nilai-nilai karakter

BAB I PENDAHULUAN. Secara umum pendidikan mampu manghasilkan manusia sebagai individu dan

I. PENDAHULUAN. Tujuan pendidikan pada dasarnya adalah untuk merangsang manusia agar dapat

BAB I PENDAHULUAN. hidup (life skill atau life competency) yang sesuai dengan lingkungan kehidupan. dan kebutuhan peserta didik (Mulyasa, 2013:5).

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan hak bagi semua warga Negara Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Nilai karakter merupakan sebuah istilah yang semakin hari semakin

Kompetensi Inti Kompetensi Dasar

NASKAH PUBLIKASI. Oleh: RATIH SILVIANA A

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

KATA PENGANTAR. Direktur Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan. Drs. M. Mustaghfirin Amin, MBA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB II LANDASAN TEORI

SANTI BBERLIANA SIMATUPANG,

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. gaya atau sifat khas dari diri seseorang yang bersumber dari bentukan-bentukan

2 Menetapkan : Negara Republik Indonesia Nomor 4496) sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 2013 tentang Perubahan Atas P

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan pilar utama bagi kemajuan bangsa dan negara.

BAB I PENDAHULUAN. upaya sekolah dalam mendukung tujuan pendidikan nasional, Undang-Undang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang masalah. Di antara berbagai program dan kegiatan pembangunan Nasional, salah

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2009 TENTANG PENGESAHAN ANGGARAN DASAR GERAKAN PRAMUKA

ANGGARAN DASAR GERAKAN PRAMUKA PEMBUKAAN

BAB I PENDAHULUAN. Di antara berbagai program kegiatan pembangunan nasional, salah satunya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dan Pembukaan UUD 1945 dilatarbelakangi oleh realita permasalahan kebangsaan

BAB I PENDAHULUAN. mencerdaskan kehidupan bangsa juga sekaligus meningkatkan harkat dan. peningkatan kehidupan manusia ke arah yang sempurna.

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Secara faktual, data realistik menunjukkan bahwa moralitas maupun karakter bangsa saat ini telah runtuh. Runtuhnya moralitas dan karakter bangsa tersebut telah mengundang berbagai musibah dan bencana di negri ini. Musibah dan bencana tersebut meluas pada ranah sosial-keagamaan, hukum maupun politik. 1 Maka dari itu perlu adanya karakter bangsa yang harus dihidupkan kembali demi keinginan menjadikan bangsa yang demokratis, bebas dari korupsi, kolusi dan nepotisme (KKN), menghargai dan taat hukum merupakan beberapa karakter bangsa yang diinginkan dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Untuk itu perlu dicari jalan terbaik untuk membangun dan mengembangkan karakter manusia dan bangsa Indonesia agar memiliki karakter yang baik, unggul dan mulia. Upaya yang tepat untuk itu adalah melalui pendidikan, karena pendidikan memiliki peran penting dan sentral dalam pengembangan potensi manusia, termasuk potensi mental. Melalui pendidikan diharapkan terjadi transformasi yang dapat menumbuh kembangkan karakter positif, serta mengubah watak dari yang tidak baik menjadi watak yang baik. 1 Suyadi, Srtategi Pembeljaran Pendidikan Karakter (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2013), h. 1. 1

2 Dalam bahasa Indonesia karakter diartikan sebagai tabiat, sifat-sifat kejiwaan, akhlak atau budi pekerti yang membedakan sesorang dengan yang lain. 2 Karakter dapat dimaknai sebagai nilai dasar yang membangun pribadi seseorang, terbentuk baik karena pengaruh hereditas maupun lingkungan, yang membedakannya dengan orang lain, serta diwujudkan dalam sikap dan prilakunya dalam kehidupan sehari-hari. 3 Untuk dapat menumbuh kembangkan karakter positif, serta mengubah watak dari yang tidak baik menjadi watak yang baik, maka diperlukannya pendidikan karakter. Pendidikan karakter adalah hal positif yang dilakukan guru dan berpengaruh kepada karakter siswa yang diajarkannya. Pendidikan karakter adalah upaya sadar dan sungguh-sungguh dari seorang guru untuk mengajarkan nilai-nilai kepada siswanya. Pendidikan karakter telah menjadi sebuah pergerakan pendidikan yang mendukung pengembangan sosial, pengembangan emosional dan pengembangan etik para siswa. 4 Kementrian Pendidikan Nasional (kemendiknas) telah merumuskan delapan belas nilai karakter yang akan ditanamkan dalam diri peserta didik sebagai upaya membangun karakter bangsa. Nilai-nilai karakter tersebut adalah religius, jujur, toleransi, disiplin, kerja keras, kreatif, mandiri, demokratis, rasa ingin tahu, semangat kebangsaan atau nasionalisme, cinta tanah air, menghargai prestasi, 2 Suyadi, Srtategi Pembeljaran Pendidikan Karakter (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2013), h. 5. 3 Muchlas Samani dan Hariyanto, Konsep dan Model Pendidikan Karakter (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2012), h. 43. 4 Ibid., h. 43.

3 komunikatif, cinta damai, gemar membaca, peduli lingkungan, peduli sosial dan tanggung jawab. 5 Dari nilai-nilai tersebut, pendidikan karakter ini bisa ditempuh melalui jalur pendidikan formal dan pendidikan non formal. Untuk pendidikan formal diterapkan pada pembelajaran-pembelajaran di sekolah dan untuk pendidikan non formal ini melalui esktrakulikuler-ekstrakulikuler yang ada di sekolah. Salah satu ekstrakulikuler yang dapat membentuk karakter pesera didik adalah ekstrakulikuler pramuka. Ekstrakulikuler Pramuka pada Kurikulum 13 ini menjadi ekstrakulikuler yang wajib diikuti oleh peserta didik. Wajibnya pesera didik mengikuti ekstrakulikuler pramuka karena pendidikan kepramukaan adalah pendidikan yang praktis, di luar lingkungan sekolah, dan di luar lingkungan keluarga yang dilakukan di alam terbuka dalam kegiatan yang menarik, menantang, menyenangkan, sehat, teratur dan terarah dengan menerapkan prinsip dasar kepramukaan dan metode kepramukaan, yang sasaran akhirnya adalah terbentuknya watak, kepribadian dan akhlak mulia. 6 5 Suyadi, Srtategi Pembeljaran Pendidikan Karakter (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2013), h. 7-9. 6 Gerakan Pramuka Anggaran Dasar & Anggaran Rumah Tangga (Jakarta: Kwartir Nasional Gerakan Pramuka, 2009), h. 27.

4 Pendidikan kepramukaan diarahkan pada lima area perkembangan diri peserta didik meliputi area perkembangan spiritual, emosional, sosial, intelektual dan fisik. 7 Gerakan pramuka dalam melaksanakan pendidikannya menerapkan prinsip dasar kepramukaan dan metode kepramukaan yang hasilnya (outcome) adalah anggota yang memiliki kompetensi (nilai-nilai dan keterampilan) sejalan dan sesuai dengan tuntutan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. prinsip dasar kepramukaan berisi nilai dan norma dalam kehidupan seluruh anggota gerakan pramuka mencakup: 8 1. Iman dan takwa kepada Tuhan Yang Maha Esa; 2. Peduli terhadap bangsa dan tanah air, sesama hidup dan alam seisinya; 3. Peduli terhadap diri pribadinya; 4. Taat kepada kode kehormatan. Metode kepramukaan merupakan cara untuk melaksanakan prinsip dasar kepramukaan. Oleh karena itu setiap kegiatan pramuka wajib didasari prinsip dasar kepramukaan dan dilaksanakan dengan menggunakan metode kepramukaan. Prinsip dasar kepramukaan dan metode kepramukaan merupakan ciri khas yang membedakan pendidikan kepramukaan dengan pendidikan lainnya. 7 Kak Jana T Anggadiredja, Panduan Penyelesaian Syarat Kecakapan Umum Pramuka Golongan Penggalang (Jakarta: Kwartir Nasional Gerakan Pramuka, 2011), h. 4. 8 Gerakan Pramuka Anggaran Dasar & Anggaran Rumah Tangga (Jakarta: Kwartir Nasional Gerakan Pramuka, 2009), h. 27.

5 Metode Kepramukaan merupakan cara belajar interaktif progresif melalui: 9 1. Pengamalan Kode Kehormatan Pramuka; 2. Belajar sambil melakukan; 3. Sistem berkelompok; 4. Kegiatan yang menantang dan meningkat serta mengandung pendidikan yang sesuai dengan perkembangan rohani dan jasmani anggota muda dan anggota dewasa muda; 5. Kegiatan di alam terbuka; 6. Sistem tanda kecakapan; 7. Sistem satuan terpisah untuk putera dan untuk puteri; 8. Kiasan dasar. Sistem tanda kecakapan adalah salah satu metode kepramukaan untuk mendorong dan merangsang anggota pramuka agar memiliki kecakapan dalam pengembangan pribadinya. Tanda kecakapan bukan merupakan tujuan tapi merupakan alat untuk mencapai tujuan gerakan pramuka. Di dalam sistem ini terdapat dua kecakapan, yaitu syarat dan tanda kecakapan umum serta syarat dan tanda kecakapan khusus. Untuk dapat memiliki kecakapan tersebut, setiap Pramuka wajib menyelesaikan syarat-syarat kecakapan umum (SKU) dan syaratsyarat kecakapan khusus (SKK). Syarat-syarat dan Tanda Kecakapan disusun 9 Ibid., h. 19.

6 berdasarkan golongan usia peserta didik. 10 Syarat-syarat kecakapan umum dan khusus ini adalah kurikulum dalam pendidikan kepramukaan. Syarat kecakapan umum (SKU) adalah syarat kecakapan dengan ukuran minimal yang wajib dimiliki oleh peserta didik untuk mendapatkan tanda kecakapan umum (TKU). Syarat-syarat kecakapan umum (SKU) ini adalah sebagai alat pendidikan merupakan rangsangan dan dorongan bagi para peserta didik untuk memperoleh kecakapan-kecapakan yang berguna, dalam usahanya mencapai kemajuan, dan untuk memenuhi persyaratan sebagai anggota gerakan pramuka, 11 sehingga untuk peserta didik wajib menyelesaikan pengisian syaratsyarat kecakapan umum (SKU) di dalam latihan atau kegiatan pramukanya sehingga sesuai dengan tujuan dan tugas pokok gerakan pramuka. Gerakan Pramuka mempunyai tugas pokok melaksanakan pendidikan bagi kaum muda di lingkungan luar sekolah yang melengkapi pendidikan di lingkungan keluarga dan lingkungan sekolah dengan tujuan: 1. Membentuk kader bangsa dan sekaligus kader pembangunan yang beriman dan bertakwa serta berwawasan ilmu pengetahuan dan teknologi. 2. Membentuk sikap dan perilaku yang positif, menguasai keterampilan dan kecakapan serta memiliki ketahanan mental, moral, spiritual, emosional, sosial, intelektual dan fisik sehingga dapat menjadi manusia yang 10 Kak Jana T Anggadiredja, Panduan Penyelesaian Syarat Kecakapan Umum Pramuka Golongan Penggalang (Jakarta: Kwartir Nasional Gerakan Pramuka, 2011), h. 1. 11 Kak Jana T. Anggadiredja, Kursus Pembina Pramuka Mahir Tingkat Lanjutan Golongan Penggalang (Jakarta: Kwartir Nasional Gerakan Pramuka, 2011), h. 85.

7 berkepribadian Indonesia, yang percaya kepada kemampuan sendiri, sanggup dan mampu membangun dirinya sendiri serta bersama-sama bertanggungjawab atas pembangunan masyarakat, bangsa dan negara. Dari tujuan ini dapat disimpulkan bahwa gerakan pramuka mempunyai pendidikan yang menjadikan anggota pramuka mempunyai karakter kuat, sesuai dengan kepribadian Indonesia. Sesuai dengan tujuan gerakan pramuka, ektrakulikuler pramuka ini diharapkan bisa menjadikan peserta didik mempunyai karakter yang baik. Para anggota pramuka dalam kehidupan sehari-harinya mempunyai karakter yang kurang, misalnya sering terlambat masuk kelas, tidak menggunakan hasduk ketika memakai seragram pramuka, tidak bertanggung jawab atas tugas yang diberikan, diharapkan dengan rutin mengikuti kegiatan latihan pramuka dan juga menerapkan buku syarat-syarat kecakapan umum (SKU) dapat merubah karakter anggota pramuka menjadi lebih baik. Pada kenyataannya ketika berada di lapangan ada beberapa anak yang sudah menyelesaikan buku SKU mereka mempunyai karakter yang lebih dari anak yang tidak atau belum menyelesaikan pengisian SKU. Dari sini saya ingin mengetahui apakah ada hubungannya antara anak yang tidak menyelesaikan syarat kecakapan umum (SKU) dengan anak yang sudah menyelesaikan dan menerapkan buku syarat-syarat kecakapan umum (SKU) dalam keseharian terhadap pembentukan karakternya. Dari sinilah penulis akan mengadakan penelitian dengan judul Hubungan Penerapan Buku Syarat-syarat Kecakapan Umum (SKU)

8 Terhadap Pembentukan Karakter Disiplin Anggota Pramuka di SMP Hasjim Asj ari Kepadangan-Tulangan-Sidoarjo. B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas, rumusan masalah yang dikemukakan sebagai berikut: 1. Bagaimana karakter usia anak golongan penggalang di SMP Hasjim Asj ari? 2. Bagaimana cara pembina menerapkan buku SKU (syarat-syarat kecakapan umum) terhadap pembentukan karakter? 3. Adakah hubungan penerapan buku SKU (syarat-syarat kecakapan umum) terhadap pembentukan karakter anggota pramuka? C. Tujuan Penelitian Sejalan dengan permasalahan tersebut di atas maka secara khusus tujuan penelitian yaitu: 1. Untuk mengetahui karakter usia anak golongan penggalang. 2. Untuk mengetahui cara pembina menerapkan buku SKU (syarat-syarat kecakapan umum) terhadap pembentukan karakter. 3. Untuk mengetahui hubungan penerapan buku SKU (syarat-syarat kecakapan umum) terhadap pembentukan karakter anggota pramuka?

9 D. Kegunaan Penelitian Manfaat penelitian dalam pembahasan ini adalah sebagai berikut: 1. Manfaat Secara Teoritis Hasil penelitian ini semoga lebih bermanfaat untuk pembuktian bahwa syarat-syarat kecakapan umum (SKU) sebagai alat pendidikan kepramukaan dapat merangsang dan mendorong para peserta didik untuk memperoleh kecakapan-kecapakan yang berguna, dalam usahanya untuk mencapai kemajuan. 2. Manfaat Secara Praktis a. Bagi Peneliti Penelitian ini diharapkan dapat manfaat untuk menambah pengetahuan tentang buku syarat-syarat kecakapan umum yang diteliti. Sehingga menjadi bahan untuk mengembangkan cara-cara menyelesaikan buku syarat-syarat kecakapan umum (SKU) sehingga dapat menjadikan karakter anggota pramuka lebih baik. b. Bagi Masyarakat 1) Dengan adanya penelitian ini diharapkan masyarakat tidak lagi beranggapan bahwa pendidikan pramuka itu adalah pendidikan yang jadul (jaman dulu) dan ketinggalan jaman. 2) Untuk para anggota pramuka semoga menjadikan penelitian ini sebagai motivasi untuk menerapkan buku syarat-syarat kecakapan umum (SKU).

10 E. Hipotesis Penelitian Hipotesis adalah patokan, pendirian, dalil yang dianggap benar, persangkaan atau dugaam yang dianggap benaruntuk sementara waktu yang perlu adanya pembuktian tentang kebenarannya. Hipotesis ini adalah suatu jawaban yang dianggap besar kemungkinannya untuk menjadi jawaban yang benar. 12 Sesuai dengan rumusan masalah yang ada, hipotesis ini adalah hipotesis asosiatif, yakni hipotesis yang menunjukkan hubungan (korelan) antara 2 variabel. Maka dari itu penulis mengajukan hipotesisnya sebagai berikut: 1. Hipotesis Null atau Nihil Adalah hipotesis yang mengandung pernyataan negatif yakni menyatakan tidah adanya hubungan, tidak adanya pengaruh antara variabel satu dengan variabel yang lain. 13 Dari sini bahwa hipotesis nihil dari penelitian adalah tidak ada hubungan antara penerapan buku syarat-syarat kecakapan umum terhadap pembentukan karakter anggota pramuka di SMP Hasj im Asj ari Kepadangan Tulangan Sidoarjo. 2. Hipotesis Kerja atau Hipotesis Alternatif Adalah hipotesis yang mengandung pernyataan positif yakni menyatakan adanya hubungan, adanya pengaruh antara variabel yang satu terhadap variabel yang lain. 14 Sehingga hipotesis kerja dalam penelitian ini 12 Djunaidi Ghony, Metodologi Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif (Malang: UIN-Malang Press, 2009), h. 84. 13 Ibid,. h. 87. 14 Ibid., h. 87-88.

11 adalah terdapat hubungan antara penerapan buku syarat-syarat kecakapan umum terhadap pembentukan karakter anggota pramuka di SMP Hasj im Asj ari Kepadangan Tulangan Sidoarjo. F. Batasan Konsep Di dalam penelitian ini ada beberapa batasan konsep, diantaranya adalah: 1. Buku syarat-syarat kecakapan umum ini yang dimaksud adalah buku Syaratsyarat kecakapan umum untuk golongan penggalang. 2. Nilai-nilai karakter yang akan diteliti disini adalah karakter disiplin. G. Devinisi Istilah atau Devinisi Operasional 1. Syarat Kecakapan Umum (SKU) Syarat kecakapan umum (SKU) adalah syarat kecakapan dengan ukuran minimal yang wajib dimiliki oleh peserta didik untuk mendapatkan Tanda Kecakapan Umum (TKU). SKU sebagai alat pendidikan merupakan rangsangan dan dorongan bagi para peserta didik untuk memperoleh kecakapan-kecapakan yang berguna, dalam usahanya mencapai kemajuan, dan untuk memenuhi persyaratan sebagai anggota Gerakan Pramuka. 15 15 Kak Jana T. Anggadiredja, Kursus Pembina Pramuka Mahir Tingkat Lanjutan Golongan Penggalang (Jakarta: Kwartir Nasional Gerakan Pramuka, 2011), h. 83.

12 2. Karakter Karakter adalah cara berpikir dan berperilaku yang menjadi ciri khas tiap individu untuk hidup dan bekerjasama, baik dalam lingkup keluarga, masyarakat, bangsa dan negara. 16 Karakter adalah merupakan nilai-nilai universal perilaku manusia yang meliputi seluruh aktifitas kehidupan, baik yang berhubuingan dengan Tuhan, diri sendiri, sesama manusia, maupun dengan lingkungan yang terwujud dalam pikiran, sikap, perasaan, perkataandan perbuatan berdasarkan normanorma agama, hukum, tata krama, budaya dan adat istiadat. 17 3. Anggota Pramuka Penggalang Anggota pramuka penggalang adalah perseorangan warga negara Indonesia yang secara sukarela dan aktif mendaftarkan diri sebagai anggota pramuka penggalang, telah mengikuti program perkenalan kepramukaan serta telah di lantik sebagai anggota. 18 H. Sistematika Pembahasan Sistematika pembahasan merupakan susunan pembahasan yang diperlukan guna mempermudah pembaca untuk memahami isi dari penelitian yang diteliti. Oleh karena itu, di bawah ini dikemukakan sistematika pembahasan penelitian yang berjudul Pengaruh Penerapan Buku Syarat-syarat Kecakapan Umum 16 Masnur Muslich, Pendidikan Karakter (Jakarta: Bumi Aksara, 2011), h. 70. 17 Suyadi, Srtategi Pembeljaran Pendidikan Karakter (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2013), h. 5-6. 18 Gerakan Pramuka Anggaran Dasar & Anggaran Rumah Tangga (Jakarta: Kwartir Nasional Gerakan Pramuka, 2009), h. 45.

13 (SKU) Golongan Penggalang Terhadap Pembentukan Karakter Anggota Pramuka di SMP Hasjim Asj ari Kepadangan-Tulangan-Sidoarjo. Bab satu adalah pendahuluan yang meliputi: latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, kegunaaan penelitian, hipotesis, definisi operasional, pembatasan masalah, metode penelitian, teknik analisis data, sistematika pembahasan. Bab dua berisi tentang landasan teori meliputi: pengertian SKU, penggolongan SKU, cara menyelesaikan SKU untuk mendapatkan TKU, 90 poin SKU, pengertian karakter dari para ahli, nilai-nilai karakter, pembentukan karakter, tahap-tahap pembentukan karakter, pengertian disiplin, macam-macam disiplin. Bab tiga tentang laporan hasil penelitian, yang menguraikan deskripsi obyek penelitian meliputi: gambaran letak geografis, struktur organisasi sekolah, keadaan pembina, anggota pramuka, sarana dan prasarana dalam kegiatan kepramukaan di SMP Hasj im Asj ari Tulangan Sidoarjo. Bab empat tentang pembahasan dan hasil penelitian. Bab lima tentang penutup yang di dalamnya terdapat kesimpulan dan saransaran.