PENDAHULUAN Latar Belakang

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Adi Setiawan Nurpratama, 2014

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG PENELITIAN

Pendidikan Dasar Pendidikan dasar merupakan jenjang pendidikan yang melandasi jenjang pendidikan menengah.

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. wadah Negara Kesatuan Republik Indonesia yang didukung oleh manusia yang

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 223/PMK.011/2014 TENTANG

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI NEGARA PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI,

BUPATI KOTABARU PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTABARU NOMOR 15 TAHUN 2016 TENTANG PENDIRIAN SATUAN PENDIDIKAN NONFORMAL

PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 62 TAHUN 2014 TENTANG PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN, PELATIHAN, DAN PENYULUHAN PERIKANAN

BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIAMIS NOMOR 2 TAHUN 2015 TENTANG

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI

Landasan Yuridis SI, SKL dan KTSP menurut UU No 20/2003 tentang Sisdiknas

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KLUNGKUNG NOMOR 3 TAHUN 2010 TENTANG PENYELENGGARAAN PELAYANAN BIDANG PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI LUMAJANG PROVINSI JAWA TIMUR

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

KERANGKA BERPIKIR DAN HIPOTESIS

PERATURAN DAERAH KOTA TASIKMALAYA NOMOR 4 TAHUN 2007 TENTANG PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN DI KOTA TASIKMALAYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

1. PENDAHULUAN. Pendidikan mempunyai peranan yang sangat penting dalam kehidupan suatu

WALIKOTA TANGERANG SELATAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pengelolaan program dalam layanan pendidikan bisa terselenggara

3. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 244, Tambahan Lembaran Negara

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan Nonformal merupakan jalur pendidikan di luar pendidikan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LatarBelakangMasalah

LEMBARAN DAERAH KOTA CIMAHI NOMOR : 98 TAHUN : 2009 SERI : D PERATURAN DAERAH KOTA CIMAHI NOMOR TAHUN 2009 TENTANG

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

P. S., 2016 PEMANFAATAN HASIL BELAJAR PADA PELATIHAN KETERAMPILAN MEKANIK OTOMOTIF

Please purchase PDFcamp Printer on to remove this watermark. BAB III. ELABORASI TEMA

BAB I PENDAHULUAN. persaingan yang ketat di bidang bisnis jasa pendidikan. Lembaga non formal

PERATURAN DAERAH PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR 8 TAHUN 2006 TENTANG SISTEM PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Pendidikan merupakan salah satu kegiatan penting dalam pembangunan.

2015 PENGARUH KINERJA WIDYAISWARA TERHADAP KEPUASAN PARA PESERTA DIKLAT DI PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN GEOLOGI BANDUNG

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 81 TAHUN 2013 TENTANG PENDIRIAN SATUAN PENDIDIKAN NONFORMAL

BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2013 NOMOR 41 SERI E

HASIL DAN PEMBAHASAN Gambaran Umum Lokasi Penelitian

BUPATI BANYUWANGI PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUWANGI NOMOR 5 TAHUN 2011 TENTANG SISTEM PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI GARUT PERATURAN BUPATI GARUT NOMOR 733 TAHUN 2012 TENTANG STANDAR PELAYANAN MINIMAL PENDIDIKAN NON FORMAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERAN PENTING SAKA WIDYA BUDAYA BAKTI DALAM PENGEMBANGAN PROGRAM PAUD DAN PNFI

pendidikan yang berjenjang. Jenjang pendidikan formal terdiri atas pendidikan dasar, pendidikan menengah dan pendidikan tinggi.

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2010 TENTANG PENGELOLAAN DAN PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Dengan Persetujuan Bersama:

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SEMARANG NOMOR 6 TAHUN 2009 TENTANG PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SEMARANG,

PEMERINTAH KABUPATEN MELAWI

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2012 TENTANG PENDIDIKAN TINGGI

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan pangan sehingga konsumsi pangan yang mencukupi lebih terjamin.

BUPATI LUWU PROPINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN LUWU NOMOR : TENTANG PENDALAMAN MATERI PENDIDIKAN AGAMA

BUPATI SIDOARJO PERATURAN BUPATI SIDOARJO NOMOR 38 TAHUN 2013 TENTANG

VI. FAKTOR PENDUKUNG DAN PENGHAMBAT KEGIATAN KEAKSARAAN FUNGSIONAL. Pelaksanaan Kegiatan Keaksaraan Fungsional merupakan Gambaran

BERITA DAERAH KOTA BEKASI

PEMERINTAH KABUPATEN KEDIRI

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2010 TENTANG PENGELOLAAN DAN PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BOGOR

PERATURAN KEPALA LEMBAGA ADMINISTRASI NEGARA NOMOR: 15 TAHUN 2011 TENTANG PEDOMAN UMUM PEMBINAAN PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN FUNGSIONAL

SIMULASI TENTANG CARA PENGISIAN SKP DOSEN TETAP YAYASAN. KOPERTIS WILAYAH I SUMATERA UTARA 29.d 30 JANUARI 2018

LEMBARAN DAERAH KOTA SOLOK PERATURAN DAERAH KOTA SOLOK NOMOR 2 TAHUN 2009 TENTANG PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG BARAT NOMOR 6 TAHUN 2012 TENTANG PENGELOLAAN DAN PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN DI KABUPATEN BANDUNG BARAT

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan

PENINGKATAN KUALITAS PEMBELAJARAN MELALUI PENELITIAN TINDAKAN KELAS

LEMBAGA SANDI NEGARA PERATURAN KEPALA LEMBAGA SANDI NEGARA NOMOR 7 TAHUN 2014 TENTANG PENDIDIKAN DAN PELATIHAN SANDI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Jurnal Penyuluhan, September 2013 Vol. 9 No. 2

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2010 TENTANG PENGELOLAAN DAN PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN BUPATI SINJAI NOMOR 38 TAHUN 2013 TENTANG PENGEMBANGAN DAN PEMBINAAN KEMAMPUAN PROFESIONAL PENDIDIK DAN TENAGA KEPENDIDIKAN

- 1 - WALIKOTA MADIUN PERATURAN DAERAH KOTA MADIUN NOMOR 17 TAHUN 2011 TENTANG IZIN PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN NON FORMAL

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Mega Wulandari, 2013

PEMERINTAH KABUPATEN INDRAGIRI HULU PERATURAN DAERAH KABUPATEN INDRAGIRI HULU NOMOR 2 TAHUN 2014 TENTANG SISTEM PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN

BAB I PENDAHULUAN. diperlukan kegiatan pendidikan yang mempunyai kemampuan dalam

- 1 - WALIKOTA MADIUN PROVINSI JAWA TIMUR SALINAN PERATURAN DAERAH KOTA MADIUN NOMOR 5 TAHUN 2015 TENTANG IZIN PENDIRIAN SATUAN PENDIDIKAN NONFORMAL

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA NOMOR 15 TAHUN 2010 TENTANG SISTEM PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

WALIKOTA KUPANG PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR PERATURAN DAERAH KOTA KUPANG NOMOR 7 TAHUN 2016 TENTANG PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN

I. PENDAHULUAN. Di era globalisasi seperti sekarang ini mutlak menuntut seseorang untuk

4. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 6, Tambahan Lembaran

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Putri Shalsa Novita, 2013

BAB I PENDAHULUAN. antara lain dengan data UNESCO (2000) tentang peringkat Indeks

LEMBARAN DAERAH KOTA CIMAHI NOMOR : 179 TAHUN : 2014 PERATURAN DAERAH KOTA CIMAHI NOMOR 10 TAHUN 2014 TENTANG PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN

KEBIJAKAN DAN KOORDINASI KEGIATAN DIREKTORAT PEMBINAAN PENDIDIKAN MASYARAKAT TAHUN 2015

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BERAU

BUPATI BANGKA PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG

BUPATI JOMBANG PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN JOMBANG NOMOR 9 TAHUN 2016 TENTANG PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN GUNUNG MAS NOMOR 29 TAHUN 2011 T E N T A N G SISTEM PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN DI KABUPATEN GUNUNG MAS

2017, No atas Peraturan Pemerintah Nomor 16 Tahun 1994 tentang Jabatan Fungsional Pegawai Negeri Sipil (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahu

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. Tuntutan pembangunan yang semakin meningkat menuntut adanya SDM

PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAJENE NOMOR 2 TAHUN 2014 TENTANG PENGELOLAAN DAN PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PENYULUHAN DAN KEBERADAAN PENYULUH

TENTANG PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA SURABAYA,

WALIKOTA TASIKMALAYA

MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN BUPATI TENTANG PROGRAM KURSUS BAHASA ASING BERBASIS DESA/KELURAHAN KABUPATEN BANYUWANGI.

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian

a. Terdapat hubungan yang signifikan dan berarti antara pengembangan karir

LEMBARAN DAERAH KOTA SEMARANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BUPATI JEMBER SALINAN PERATURAN BUPATI JEMBER NOMOR 21.1 TAHUN 2013 TENTANG

BERITA DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 4 TAHUN 2009 PERATURAN BUPATI SUMEDANG NOMOR 4 TAHUN 2009 TENTANG

KEBIJAKAN PENGEMBANGAN KOMPETENSI ASN untuk meningkatkan daya saing bangsa

PEMERINTAH KABUPATEN MALANG

Transkripsi:

1 PENDAHULUAN Latar Belakang Pelatihan dalam kaitannya dengan upaya pemberdayaan masyarakat merupakan kegiatan meningkatkan kemampuan masyarakat dalam menghadapi tuntutan pemenuhan kebutuhan dan perubahan lingkungan sekitarnya. Pelatihan bagi masyarakat bertujuan untuk memberdayakan, agar menjadi berdaya sehingga dapat berpartisipasi aktif dalam proses perubahan dan pembangunan untuk peningkatan kesejahteraan. Pemberdayaan yang dilakukan melalui pelatihan bertujuan untuk memperkuat posisi seseorang melalui penumbuhan kesadaran dan kemampuan individu yang bersangkutan, mengidentifikasi persoalan yang dihadapi dan memikirkan langkah-langkah mengatasinya. Pelatihan merupakan salah satu tindakan praktis penyuluhan, dimana menurut Amanah (2007) tindakan praktis penyuluhan merupakan upaya untuk mendorong terjadinya perubahan perilaku pada individu, kelompok, komunitas, ataupun masyarakat agar mereka tahu, mau, dan mampu menyelesaikan permasalahan yang dihadapi. Pelatihan dalam pendidikan nasional merupakan jalur pendidikan nonformal yaitu pendidikan yang diselenggarakan bagi warga masyarakat yang memerlukan layanan pendidikan yang berfungsi sebagai pengganti, penambah, dan/atau pelengkap pendidikan formal dalam rangka mendukung pendidikan sepanjang hayat. Pendidikan nonformal berfungsi mengembangkan potensi peserta didik dengan penekanan pada penguasaan pengetahuan dan keterampilan fungsional serta pengembangan sikap dan kepribadian profesional. Pendidikan nonformal meliputi pendidikan kecakapan hidup, pendidikan anak usia dini, pendidikan kepemudaan, pendidikan pemberdayaan perempuan, pendidikan keaksaraan, pendidikan keterampilan dan pelatihan kerja, pendidikan kesetaraan, serta pendidikan lain yang ditujukan untuk mengembangkan kemampuan peserta didik. Satuan pendidikan nonformal terdiri atas lembaga kursus, lembaga pelatihan, kelompok belajar, pusat kegiatan belajar masyarakat, dan majelis taklim, serta satuan pendidikan yang sejenis. Pelatihan diselenggarakan bagi masyarakat yang memerlukan bekal pengetahuan, keterampilan, kecakapan hidup, dan sikap untuk

2 mengembangkan diri, mengembangkan profesi, bekerja, usaha mandiri, dan/atau melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi. Pelatihan yang berhasil akan meningkatkan kemampuan, produktivitas dan kualitas kerja peserta pelatihan. Salah satu komponen pelatihan yang mempunyai peranan penting dalam keberhasilan pelatihan adalah pengajar atau fasilitator pelatihan. Kesuksesan suatu program diklat sangat ditentukan oleh profesionalisme yang dimiliki oleh fasilitator pelatihan. Fasilitator pelatihan yang profesional memiliki kompetensi atau kemampuan mengajar dan kemampuan memfasilitasi yang unggul dalam suatu proses pembelajaran dalam pelatihan. Fasilitator pelatihan yang kompeten mampu menciptakan lingkungan belajar yang kondusif dan efektif serta mampu mengelola kelas dan membawa peserta pelatihan mencapai hasil belajar yang optimal. Fasilitator pelatihan merupakan orang yang memiliki kemampuan dan keahlian khusus dalam bidangnya sehingga mampu melakukan tugas dan fungsinya dengan kemampuan maksimal dalam pelaksanaan pembelajaran kegiatan pelatihan. Sehingga fasilitator pelatihan adalah orang yang terdidik dan terlatih dengan baik, serta memiliki pengalaman yang kaya di bidangnya. Fasilitator pelatihan harus peka dan tanggap terhadap perubahan, pembaharuan serta perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi mengikuti tuntutan kebutuhan masyarakat dan pekembangan jaman. Kondisi tersebut menuntut fasilitator terus meningkatkan dan mengembangkan kompetensinya agar mampu memfasilitasi dan menyajikan materi pelatihan mengikuti arus perkembangan jaman dan tuntutan kebutuhan peserta. Kompetensi fasilitator pelatihan sangat penting bagi penyelenggara pelatihan untuk menjamin mutu pelaksanaan pelatihan sesuai dengan harapan peserta. Oleh karena itu kondisi tingkat kompetensi dan kinerja fasilitator perlu diketahui sebagai bagian dari upaya peningkatan kompetensi fasilitator pelatihan. Peningkatan dan pengembangan kompetensi fasilitator pelatihan dapat dilakukan oleh individu fasilitator yang bersangkutan maupun lembaga pelatihan secara terprogram. Peningkatan kompetensi secara individu maupun program lembaga dapat dilakukan melalui peningkatan pendidikan formal, pelatihan, magang industri, partisipasi kegiatan ilmiah, dan pemanfaatan sumber-sumber belajar.

3 Menurut Susanto (2003) definisi kompetensi yang sering dipakai adalah karakteristik-karakteristk yang mendasari individu untuk mencapai kinerja superior. Kompetensi juga merupakan pengetahuan, keterampilan, dan kemampuan yang berhubungan dengan pekerjaan, serta kemampuan yang dibutuhkan untuk pekerjaan-pekerjaan non-rutin. Kompetensi merupakan karakteristik diri yang menjadi pembeda antara kinerja yang sangat baik dengan kinerja yang biasa dalam suatu pekerjaan atau organisasi. Ife (1995) menyatakan bahwa secara umum kompetensi dimaknai sama dengan keterampilanketerampilan (skills) yang dimiliki oleh seseorang untuk melakukan suatu pekerjaan. Sedangkan, Mendiknas dalam Surat Keputusan No. 045/U/2002 menyatakan bahwa kompetensi merupakan seperangkat tindakan cerdas penuh tanggung jawab yang dimiliki seseorang sebagai syarat untuk dianggap mampu oleh masyarakat dalam melaksanakan tugas-tugas di bidang pekerjaan tertentu. Fasilitator pelatihan di Pusat Pengembangan dan Pemberdayaan Pendidik dan Tenaga Kependidikan Pertanian (P4TK Pertanian) Cianjur, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan adalah Pegawai Negeri Sipil (PNS) yang mendapat tugas untuk mendidik, mengajar dan melatih (dikjartih) pada kegiatan pelatihan baik untuk PNS maupun Non PNS sesuai dengan latar belakang pendidikan dan kompetensi yang dimiliki. P4TK Pertanian Cianjur merupakan lembaga pendidikan dan pelatihan di bidang kejuruan pertanian di bawah Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan dengan tugas menyelenggarakan pelatihan kejuruan pertanian bagi pendidik dan tenaga kependidikan serta masyarakat. Peningkatan kompetensi sangat penting bagi fasilitator pelatihan agar dapat melaksanakan peran dan tugasnya dalam kegiatan pelatihan. Penguasaan kompetensi oleh fasilitator didukung dengan karakteristik individu, motivasi, dan kondisi lingkungan kerja akan berpengaruh pada pencapaian kinerja. Mempertimbangkan pentingnya penguasaan kompetensi fasilitator dalam mencapai kinerjanya sehingga dapat memenuhi harapan dan kebutuhan peserta pelatihan maka penting untuk dilakukan penelitian mengenai tingkat kompetensi dan kinerja fasilitator pelatihan.

4 Masalah Penelitian Pelatihan pertanian merupakan salah satu upaya meningkatkan dan mengembangkan kemampuan peserta untuk menguasai materi tertentu di bidang pertanian sesuai dengan kebutuhannya. Karakteristik dari pelatihan pertanian diantaranya adalah peserta pada umumnya berpendidikan, dari segi umur sudah dewasa dan mempunyai pengalaman awal sesuai dengan bidangnya masingmasing. Kondisi tersebut menuntut fasilitator untuk mampu melayani harapan dan kebutuhan peserta baik secara individu maupun kelompok. Oleh karena itu fasilitator dituntut untuk memiliki kompetensi dan selalu meningkatkan kompetensinya baik secara mandiri maupun terprogram oleh lembaga diklat. Fasilitator pelatihan pada Pusat Pengembangan dan Pemberdayaan Pendidik dan Tenaga Kependidikan Pertanian (P4TK Pertanian) Cianjur tercatat sebanyak 121 orang yang terdiri dari jabatan instruktur 43 orang dan widyaiswara 78 orang. Tugas utama fasilitator pelatihan adalah melaksanakan kegiatan pembelajaran sesuai dengan bidang keilmuan masing-masing. Mendukung pelaksanaan tugas fasilitator, P4TK Pertanian telah melakukan berbagai kegiatan peningkatan kompetensi fasilitator pelatihan baik melalui peningkatan pendidikan formal maupun pelatihan, magang, seminar, workshop, praktik lapangan, penelitian dan penulisan karya ilmiah. Namun demikian pada kenyataannya program peningkatan kompetensi tersebut belum dapat menjangkau semua fasilitator dan terencana sesuai dengan kebutuhan kompetensi fasilitator. Kompetensi fasilitator pelatihan sangat penting dalam menjalankan tugas dan fungsinya melakukan pembelajaran kepada peserta pelatihan untuk menguasai kompetensi tertentu. Di samping itu kompetensi juga akan menentukan tingkat kinerja fasilitator sesuai dengan tugas pokok dan fungsinya. Namun demikian sampai saat ini belum ada informasi tentang kondisi fasilitator pelatihan pertanian di P4TK Pertanian Cianjur yang berkaitan dengan tingkat kompetensi dan kinerja fasilitator dalam melaksanakan kegiatan pelatihan.

5 Terkait dengan permasalahan di atas, penelitian ini difokuskan untuk menggali informasi tentang : (1) Bagaimana karakteristik, keterlibatan dalam proses belajar, lingkungan kerja fasilitator, motivasi, kompetensi, dan kinerja fasilitator pelatihan P4TK Pertanian Cianjur? (2) Bagaimana karakteristik dan kinerja alumni pelatihan serta persepsinya terhadap kinerja fasilitator pelatihan P4TK Pertanian Cianjur? (3) Faktor apa yang dominan mempengaruhi kompetensi fasilitator pelatihan P4TK Pertanian Cianjur? (4) Faktor apa yang dominan mempengaruhi kinerja fasilitator pelatihan P4TK Pertanian Cianjur? (5) Bagaimana strategi yang efektif untuk mengembangkan kompetensi dan kinerja fasilitator pelatihan di P4TK Pertanian Cianjur? Tujuan Penelitian Sesuai dengan permasalahan sebagaimana dijabarkan di atas, maka tujuan penelitian ini adalah : (1) Mengetahui karakteristik, keterlibatan dalam proses belajar, lingkungan kerja, motivasi, kompetensi, dan kinerja fasilitator pelatihan P4TK Pertanian Cianjur. (2) Mengetahui karakteristik dan kinerja alumni pelatihan serta persepsinya terhadap kinerja fasilitator pelatihan P4TK Pertanian Cianjur. (3) Menganalisis faktor yang berhubungan dan berpengaruh nyata terhadap kompetensi fasilitator pelatihan P4TK Pertanian Cianjur. (4) Menganalisis faktor yang berhubungan dan berpengaruh nyata terhadap kinerja fasilitator pelatihan P4TK Pertanian Cianjur (5) Merumuskan strategi pengembangan kompetensi dan kinerja fasilitator pelatihan P4TK Pertanian Cianjur.

6 Kegunaan Hasil Penelitian Secara umum penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi pengembangan ilmu pengetahuan di bidang penyuluhan pembangunan dan bermanfaat bagi praktisi di bidang pelatihan. Secara lebih terinci manfaat yang diperolah dari penelitian ini adalah: (1) Memberikan informasi untuk pengembangan ilmu penyuluhan pertanian, khususnya dalam hal pengembangan kompetensi dan kinerja fasilitator pelatihan. (2) Bahan bagi lembaga pelatihan dalam meningkatkan kompetensi dan kinerja fasilitator pelatihan agar dapat melaksanakan kegiatan pelatihan sesuai dengan tujuan. (3) Bagi P4TK Pertanian, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan sebagai bahan untuk membuat kebijakan pengembangan kompetensi sebagai pendukung kinerja fasilitator pelatihan dalam menjalankan tugas pokok dan fungsinya. Definisi Istilah (1) Fasilitator pelatihan adalah pendidik pada kegiatan pelatihan yang bertugas merencanakan pembelajaran, melaksanakan proses pembelajaran, menilai hasil pembelajaran, melakukan pembimbingan dan pelatihan. (2) Pelatihan adalah proses pembelajaran, dilaksanakan dalam jangka pendek, lebih menekankan pada kegiatan praktek daripada teori dengan menggunakan pembelajaran orang dewasa dan bertujuan meningkatkan kemampuan pengetahuan, keterampilan dan sikap sehingga mampu meningkatkan kompetensi individu untuk melaksanakan pekerjaan. (3) Kompetensi fasilitator pelatihan didefinisikan sebagai seperangkat pengetahuan, keterampilan, dan perilaku yang harus dimiliki, dihayati, dan dikuasai oleh fasilitator dalam melaksanakan tugas keprofesionalan. (4) Karakteristik fasilitator pelatihan, yaitu sifat-sifat atau ciri-ciri spesifik yang melekat pada diri fasilitator pelatihan, yang berhubungan dengan peran dan tugasnya sebagai fasilitator pelatihan.

7 (5) Motivasi fasilitator pelatihan, yaitu faktor-faktor yang menggerakkan atau mendorong fasilitator dalam menguasai kompetensi dan kinerja sebagai fasilitator pelatihan. (6) Lingkungan kerja fasilitator pelatihan, yaitu lingkungan fisik dan non fisik yang mempengaruhi diri fasilitator dalam menguasai kompetensi dan melaksanakan tugasnya. (7) Peningkatan kompetensi fasilitator pelatihan, yaitu upaya-upaya untuk meningkatkan kompetensi fasilitator pelatihan yang terkait dengan tugas dan tanggung jawabnya melalui pendidikan formal, pelatihan, magang industri, praktik lapangan dan pemanfaatan sumber belajar. (8) Alumni pelatihan, yaitu adalah peserta pelatihan berasal dari unsur pendidik, tenaga kependidikan maupun masyarakat umum yang pernah mengikuti pelatihan pertanian di P4TK Pertanian. (9) Kinerja fasilitator adalah kuantitas dan kualitas hasil pelaksanaan tugas mendidik, mengajar dan melatih pada kegiatan pelatihan. (10) P4TK Pertanian adalah unit pelaksana teknis di lingkungan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan di bidang pengembangan dan pemberdayaan pendidik dan tenaga kependidikan pertanian. (11) Widyaiswara adalah jabatan fungsional yang mempunyai ruang lingkup, tugas, tanggung jawab, dan wewenang untuk mendidik, mengajar dan/atau melatih PNS dan non PNS pada lembaga diklat pemerintah. (12) Program pengembangan kompetensi adalah kegiatan-kegiatan peningkatan dan perluasan kompetensi fasilitator baik berupa pendidikan formal maupun nonformal yang direncanakan oleh lembaga/institusi yang bersangkutan. (13) Peluang pengembangan karir adalah tersedianya kesempatan peningkatan karir secara terbuka yang dapat diperoleh fasilitator sesuai dengan ketentuan lembaga dan kemampuan fasilitator. (14) Pengalaman kerja adalah waktu lamanya fasilitator bekerja di lembaga pelatihan dan menjalankan tugas sebagai fasilitator.

8 (15) Pendidikan formal adalah jenjang pendidikan terakhir yang dimiliki fasilitator termasuk didalamnya jurusan dan program keahliannya. (16) Kinerja alumni pelatihan merupakan penerapan pengetahuan, keterampilan dan sikap yang dimiliki alumni pelatihan setelah mengikuti pelatihan.