BAB I PENDAHULUAN. Shalat telah diwajibkan pada malam Isra sebanyak lima puluh kali dalam

dokumen-dokumen yang mirip
Menggapai Ridha Allah dengan Birrul Wâlidain. Oleh: Muhsin Hariyanto

Beribadah Kepada Allah Dengan Mentauhidkannya

Keutamaan Bulan Dzul Hijjah

Memperhatikan dan Menasihati Pemuda Untuk Shalat

BAB I PENDAHULUAN. Grafindo Persada, 2012),hlm Anas Sudijono, Pengantar Evaluasi Pendidikan, (Jakarta: Raja

BAB I PENDAHULUAN. 2011), hlm. 9. (Bandung: Irsyad Baitus Salam, 2007), hlm Rois Mahfud, Al-Islam Pendidikan Agama Islam, (Jakarta: Erlangga,

Umrah dan Haji Sebagai Penebus Dosa

Pendidikan Anak Dimulai dari Rumah

Kewajiban Menunaikan Amanah

Ceramah Ramadhan 1433 H/2012 M Bagaimana Kita Merespon Perintah Puasa

Takwa dan Keutamaannya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah dan Penegasan Masalah. perkembangan zaman yang berdasarkan Undang-undang pendidikan

( ٢ W ) א Serial Bimbingan & Penyuluhan [No:2] Sambutlah bulan yang mulia ini dengan taubat nashuha kepada Allah ta'ala, bergegaslah menuju keta'atan,

KUMPULAN FATWA. Hukum Membagi Agama Kepada Isi dan Kulit. Penyusun : Syekh Muhammad bin Shalih Al Utsaimin. Terjemah : Muh. Iqbal Ahmad Gazali

BAB I PENDAHULUAN. 1 Syahruddin El-Fikri, Sejarah Ibadah, (Jakarta: Republika, 2014), hlm

Beberapa Kekeliruan Kaum Muslimin Seputar Lailatul Qadar

Oleh: Hafidz Abdurrahman

Ust. H. Ahmad Yani, Lc. MA. Urgensi Menjaga Lisan

Sejumlah ulama berpendapat bahwa menjalankan shalat berjamaah mengandung banyak nilai kebaikan, diantaranya berikut;

BAB 2 ISLAM DAN SYARIAH ISLAM OLEH : SUNARYO,SE, C.MM. Islam dan Syariah Islam - Sunaryo, SE, C.MM

Di antaranya pemahaman tersebut adalah:

HUBUNGAN SEKSUAL SUAMI-ISTRI Dr. Yusuf Al-Qardhawi. Pertanyaan:

Dosa Memutuskan Hubungan Kekeluargaan

Mendidik Anak Menuju Surga. Ust. H. Ahmad Yani, Lc. MA. Tugas Mendidik Generasi Unggulan

Marhaban Yaa Ramadhan 1434 H

Sifat-Sifat Ibadah Yang Benar

Keutamaan Bulan Ramadhan

Ceramah Ramadhan 1433 H/2012 M Keutamaan Puasa

yuslimu-islaman. Bukti ketundukan kepada Allah SWT itu harus dinyatakan dengan syahadat sebagai sebuah pengakuan dalam diri secara sadar akan

Tauhid untuk Anak. Tingkat 1. Oleh: Dr. Saleh As-Saleh. Alih bahasa: Ummu Abdullah. Muraja ah: Andy AbuThalib Al-Atsary. Desain Sampul: Ummu Zaidaan

TAWASSUL. Penulis: Al-Ustadz Muhammad As-Sewed

"Bersegeralah berhaji yakni haji yang wajib, sebab sesungguhnya seseorang tidak mengetahui apa yang akan menimpa kepadanya." (HR Ahmad dan lainnya)

{??????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????},

BAB I PENDAHULUAN. Segala puji bagi Allah Swt. yang mengatur dan memelihara segala sesuatu yang

BAB I PENDAHULUAN. dengan melalui wahyu Allah yang disampaikan oleh Malaikat jibril. Islam itu

Dusta, Dosa Besar Yang Dianggap Biasa

Jangan Kau Tunda Apalagi Sampai Kau Tinggalkan Shalat

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Munakahat ZULKIFLI, MA

Jadilah Pembuka Pintu Kebaikan

HADITS PERTAMA HADITS NIAT

Haji adalah wujud ketundukan seorang Muslim kepada Rabb-nya secara sempurna.

BAB IV ANALISIS. A. Batasan Usia dan Hukuman Penjara Bagi Anak Menurut Ulama NU. Khairuddin Tahmid., Moh Bahruddin, Yusuf Baihaqi, Ihya Ulumuddin,

Iman Itu Naik dan Turun

[ Indonesia Indonesian

AYO BUDAYAKAN SHOLAT SUBUH DI MASJID

E٤٢ J٣٣ W F : :

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Menyelami. Makna Bacaan. Shalat. Edisi Panduan

B A B I P E N D A H U L U A N. Puasa di dalam Islam disebut Al-Shiam, kata ini berasal dari bahasa Arab

SIKAP MUSLIM MENGHADAPI MUSIBAH. Ust. H. Ahmad Yani, MA. Kondisi Manusia Menghadapi Musibah

Bab 1 Hakikat Puasa. Kewajiban Puasa Ramadhan Kewajiban puasa Ramadhan disebutkan oleh Allah Swt di dalam irman-nya:

Tafsir Surat Al-Kautsar

DAFTAR TERJEMAH No. BAB Hal Terjemah

Khutbah Jum'at. Menyambut Ramadhan 1432 H. Bersama Dakwah 1

MATAN. Karya Syaikh Al Imam Muhammad bin Abdul Wahhab

BAB I PENDAHULUAN. Tuhan selain Allah dan Nabi Muhammad sebagai utusan-nya (sahadat),

Renungan Pergantian Tahun

Standar Kompetensi : 3. Membiasakan perilaku terpuji.

Memacu Diri Agar Istiqomah Beribadah

Lailatul Qadar. Rasulullah SAW Mencontohkan beberapa amal khusus terkait Lailatul Qadar ini, di antaranya:

Hadits Menuntut Ilmu. Ringkasan Materi. A. Membaca Al Hadits Tentang Menuntut Ilmu Hadits 1. Hadits 2. Hadits 3

DZIKIR PAGI (Dibaca dari shalat subuh hingga terbit matahari)

Alloh Ta'ala berkata di dalam Al-Qur'an:

??????????????????????????????????:?????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????.

Pendukung dan Penghalang dari Taubat

Pegang Teguhlah Ajaran Islam

Khutbah Jumat: Hakikat Takwa Kepada Allah

: :

???????????????????????????????????????????????:??????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????.

Merasakan Manisnya Keimanan

I TIKAF. Pengertian I'tikaf. Hukum I tikaf. Keutamaan Dan Tujuan I tikaf. Macam macam I tikaf

Oleh: Rokhmat S.Labib, M.E.I.

2010), hlm. 57. Khayyal, Membangun keluarga Qur ani, (Jakarta : Amzah, 2005), hlm 3. 1 Fuad Ihsan, Dasar-dasar Kependidikan, (Jakarta: Rineka Cipta,

Apa itu Nadzar dan Sumpah? NADZAR DAN SUMPAH

BAB I PENDAHULUAN. hlm Ismail SM. Et. All. Paradigma Pendidikan Islam, (Yogyakarta, Pustaka Pelajar, 2001),

1. Apabila seorang datang langsung berbicara sebelum memberi salam maka janganlah dijawab. (HR. Ad-Dainuri dan Tirmidzi)

Fatwa-Fatwa Ramadhan untuk Wanita. 1. Pertanyaan: Apakah hukumnya menunda qadha puasa hingga setelah Ramadhan tahun depan?

Bantal dan Kasur Yang Melalaikan Shalat Subuh

MENGENAL IDUL ADHA SEBAGAI HARI TAUHID DAN HARI KEMANUSIAAN

Shalat Berjamaah Tidak di Rumah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. agama. Minat terhadap agama pada remaja tampak dari aktivitas mereka dalam

Hikmah dan Pelajaran dari Ibadah Haji

Khutbah Jum'at. Keutamaan Bulan Sya'ban. Bersama Dakwah 1

Persatuan Dalam al-quran dan Sunnah

Perintah Pertama di Dalam Alquran

TAFSIR AL QUR AN UL KARIM

RISALAH AQIQAH. Hukum Melaksanakan Aqiqah

Mendidik Anak dengan Tauhid

KELAS BIMBINGAN MENENGAH PEPERIKSAAN AKHIR TAHUN 2015 FIQH ISLAMI KBM 2 NAMA:

RISALAH DOA. Aku berlindung kepada Allah dari godaan syaitan yang terkutuk.

*** Tunaikanlah Amanah

Berkawan dengan Orang Shalih

Hukum Puasa Tetapi Tidak Solat

DI BULAN SUCI RAMADHAN

BAB I PENDAHULUAN. Rukun Islam adalah pokok-pokok utama ajaran islam. Kita semua sebagai

Berpegang kepada Al-Qur'an dan As-Sunnah, dan tidak bertaqlid kepada seseorang

Jika kamu mengikuti kebanyakan manusia di bumi ini, niscaya mereka akan menyesatkanmu dari jalan Allah. [Q.S. 6 : 116]

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Shalat telah diwajibkan pada malam Isra sebanyak lima puluh kali dalam sehari semalam, kemudian diturunkan hingga lima kali shalat, tetapi ganjarannya menyamai lima puluh kali shalat, sebagaimana hadits berikut: Telah diwajibkan kepada Nabi SAW pada malam beliau di-israkan sebanyak lima puluh kali shalat, lalu dikurangi hingga menjadi lima kali shalat. Kemudian beliau diseru, Wahai Muhammad, sesungguhnya perintah-ku ini tidak akan diubah lagi, dan sesungguhnya dengan lima kali shalat ini engkau mendapat (ganjaran) lima puluh (shalat) (Imam Tirmidzi, 2000: 361/ 1, No. 197). Dengan demikian shalat yang diwajibkan kepada seluruh umat Islam dalam sehari semalam adalah sebanyak lima kali, dan ini merupakan perkara yang pasti diketahui dalam bidang agama. Shalat juga merupakan salah satu dari Rukun Islam, yakni rukun ke-2, sebagaimana yang telah diberitakan oleh Nabi SAW dalam hadits-nya: Islam dibangun di atas lima perkara: persaksian bahwa tidak ada tuhan selain Allah dan bahwa Muhammad adalah utusan Allah, menegakkan shalat, menunaikan zakat, puasa di bulan Ramadlan, dan haji (Imam Muslim, 1991: 101/ 1, No. 19). Shalat diwajibkan atas setiap Muslim yang berakal dan baligh (baik laki-laki maupun perempuan). Adapun anak-anak yang belum baligh, maka menurut syariat (ketentuan hukum dalam Islam) mereka tidak dikenai perintah/ hukum apapun. Walaupun begitu, terkait dengan shalat, maka orangtua atau wali yang

2 mengurus anak tersebut diminta untuk memerintahkannya melaksanakan shalat hingga anak itu berumur sepuluh tahun. Ketika telah berumur sepuluh tahun, maka orangtua atau wali yang mengurusnya diminta untuk memukul sang anak dengan pukulan yang tidak membahayakan jika dia belum mentaati perintah dan belum shalat. Hal ini menunjukkan betapa penting dan tingginya kedudukan shalat bagi seorang Muslim, seperti yang telah ditentukan dalam Islam melalui sebuah hadits dari Nabi SAW berikut: Perintahkanlah pada anak-anak kalian untuk melaksanakan shalat di saat mereka berumur tujuh tahun, dan pukullah (dengan pukulan yang ringan) mereka karena (meninggalkan) shalat ketika mereka berumur sepuluh tahun, dan pisahkanlah tempat tidur di antara mereka (Abu Dawud, 1998: 88/ 2, No. 418). Uwaidhah (2001: 9) menjelaskan, sebagaimana yang telah dikatakan oleh sejumlah imam tentang status orang yang meninggalkan shalat bahwa Orang yang meninggalkan shalat, baik secara sebagiannya atau seluruhnya, itu bukanlah orang kafir, bukan pula orang musyrik, dan bukan pula orang murtad. Dia tetap dipandang sebagai seorang Muslim yang fasik dan bermaksiat saja. Keterangan tersebut disimpulkan dari penelaahan hadits Nabi SAW yang menyatakan: Lima kali shalat yang telah diwajibkan Allah atas hamba-hamba-nya, barangsiapa yang menemui-nya membawa (amalan) shalat ini dalam keadaan tidak menghilangkan sesuatupun darinya maka baginya dari sisi Allah ada janji untuk memasukkannya ke dalam surga; dan barangsiapa yang menemui-nya dalam keadaan telah mengurangi sesuatu darinya karena menganggap enteng sebagian hak-haknya maka baginya tidak ada janji dari Allah SWT. Jika Dia menghendaki, Dia SWT akan menyiksanya; dan jika menghendaki, Dia SWT akan mengampuninya (Imam Malik, 1974: 361/ 1, No. 248). Menurut ketentuan dalam Islam, orang kafir (al-quran al-karim, [47]: 34), musyrik (al-quran al-karim, [4]: 48), dan orang murtad (al-quran al-karim, [2]: 217) tidak akan bisa diampuni oleh Allah SWT. Dengan demikian jelaslah bahwa

3 orang yang meninggalkan shalat tetap dipandang sebagai seorang Muslim yang fasik dan bermaksiat saja, dan dia berdosa karenanya. Islam, dalam menerangkan siapa saja orang Muslim yang dikenai kewajiban shalat, hanya menjelaskan kewajiban itu diperintahkan kepada setiap orang Muslim yang berakal dan telah baligh; tidak memandang laki-laki atau perempuan, kulit hitam atau putih, kaya atau miskin, dan bahkan tunarungu atau mendengar. Bisa dipahami ketika seorang tunarungu itu masih mempunyai kemampuan menggunakan akal (pikiran) secara optimal dalam batas orang-orang yang mendengar, maka dia masih terkena kewajiban shalat itu. Hasil studi pendahuluan di lapangan, didapatkan fakta bahwa ada sebagian anak tunarungu yang lalai dalam memenuhi kewajiban agama, yakni shalat. Peneliti kemudian melakukan wawancara yang bersifat dialogis dengan mereka untuk mendapatkan fakta awal perihal kenapa mereka sampai bisa melalaikan kewajiban shalatnya. Hasil wawancara dialogis tersebut memberikan keterangan bahwa mereka berdalih tidak bisa membaca bacaan shalat yang notabene bahasa Arab. Apalagi ketika syariat telah menetapkan bahwa bacaan wajib dalam shalat (al-fatihah) tidak boleh dibaca dalam bahasa non- Ajam/ bahasa di luar bahasa Arab (Imam Nawawi, 2007: 118), sementara anak-anak tunarungu kesulitan dalam membaca bacaan Arab. Faktor penyebab keadaan tersebut dikarenakan mereka tidak bisa menirukan arus informasi (bunyi bacaan al-quran berikut tajwidnya sebagai bacaan shalat) oleh sebab tidak bisa masuk kemudian tersimpan di dalam memori audio mereka di otak lantaran mereka tidak mendengar.

4 Fakta lain yang didapatkan di lapangan adalah bahwa sebagian dari mereka (anak tunarungu) ada yang tidak meninggalkan kewajiban shalatnya. Sebagian dari anak tunarungu yang tidak meninggalkan shalat ini menunaikan kewajiban shalat didasarkan atas pengetahuan mereka bahwa shalat itu merupakan kewajiban mereka dalam beragama. Dengan demikian, hasil studi pendahuluan di lapangan menerangkan bahwa ada dua kelompok anak tunarungu yang mempunyai sikap yang berbeda terhadap kewajiban shalat, yakni kelompok anak tunarungu yang mengerjakan shalat dan kelompok anak tunarungu yang melalaikan shalat. Kelompok anak tunarungu yang melalaikan shalat ini berdalih tidak bisa membaca bacaan Arab dengan bersembunyi di balik keadaannya sebagai insan tunarungu, padahal kelompok anak tunarungu yang mengerjakan shalat pun keadaannya sama, yaitu sebagai anak tunarungu. Mencermati permasalahan anak tunarungu tersebut, penulis tertarik untuk mengetahui faktor-faktor yang melatarbelakangi anak tunarungu yang melaksanakan dan meninggalkan shalat. Dengan landasan tersebut penulis kemudian mencari tahu kemungkinan ada-tidaknya jawaban atas permasalahan mengenai perintah kewajiban shalat yang ditujukan kepada tunarungu yang Muslim (sebagai seorang yang berakal dan yang telah baligh); bagaimana statusnya karena mereka tunarungu sehingga sulit untuk menyempurnakan kewajiban shalatnya: apakah ada keringanan atau tidak untuknya. Pencarian kejelasan hukum tersebut kemudian dikemas dalam sebuah bentuk penelitian dengan judul Analisis Deskriptif tentang Status Kewajiban Shalat bagi Anak Tunarungu (Studi Delphi pada Subjek Ahli Fiqih dan Studi Deskriptif pada

5 Siswa Tunarungu di SLBN B Cicendo-Bandung), dengan menggunakan metode deskriptif. B. Fokus Penelitian Setelah melakukan penelaahan umum tentang permasalahan anak tunarungu di lapangan terkait pengabaian shalat yang dilakukan dengan alasan keadaan ketunarunguannya, maka fokus penelitian diarahkan pada: 1. Faktor-faktor yang melatarbelakangi anak tunarungu yang mendirikan dan meninggalkan kewajiban shalat; a. Faktor-faktor apa saja yang melatarbelakangi anak tunarungu melaksanakan shalat? b. Faktor-faktor apa saja yang melatarbelakangi anak tunarungu meninggalkan shalat? 2. Status kewajiban shalat; bagaimana status kewajiban shalat bagi anak tunarungu: apakah ada keringanan atau tidak? C. Tujuan Penelitian Tujuan utama dari penelitian ini adalah untuk menemukan kejelasan tentang status kewajiban shalat bagi anak tunarungu, apakah ada keringanan atau tidak untuk mereka dalam hal rukun (bacaan) shalatnya. Selain itu untuk mengetahui juga faktor-faktor yang melatarbelakangi anak tunarungu dalam melaksanakan dan meninggalkan kewajiban shalat.

6 D. Manfaat Penelitian Bila tujuan penelitian tercapai, maka hasil penelitian akan memiliki manfaat teoritis-normatif (agamis); yaitu kejelasan status ketentuan hukum kewajiban shalat untuk anak tunarungu. Dengan ditemukannya kejelasan status tentang kewajiban shalat tersebut juga dapat dijadikan pegangan bagi guru dan orangtua untuk menanamkan pemahaman kepada anak tunarungu bahwa shalat itu tetap wajib dilakukan semampu mungkin dalam kondisi apa pun. E. Definisi Konsep 1. Kewajiban Shalat Kewajiban shalat merupakan hal di mana perbuatan (ibadah) shalat harus dilaksanakan oleh orang yang mendapat perintah dari yang memerintah--- dalam hal ini Allah. Perintah yang dimaksud (shalat) mutlak harus dilaksanakan untuk memenuhi seruan (perintah) Allah. Lima kali shalat yang telah diwajibkan Allah atas hamba-hamba-nya; barangsiapa yang menemui-nya membawa (amalan) shalat ini dalam keadaan tidak menghilangkan sesuatu pun darinya, maka baginya dari sisi Allah ada janji untuk memasukannya ke dalam surga; dan barangsiapa yang menemui-nya dalam keadaan telah mengurangi sesuatu darinya karena menganggap enteng sebagian hak-haknya, maka baginya tidak ada janji dari Allah SWT. Jika menghendaki, Dia SWT akan menyiksanya; dan jika menghendaki, Dia SWT akan mengampuninya (Imam Ahmad, 1989: 181/ 46, No. 21635). 2. Status Kewajiban Shalat Yang dimaksud dengan status kewajiban shalat di sini adalah kejelasan tentang ada-tidaknya toleransi (keringanan) dalam pelaksanaan shalat yang hukumnya wajib.

7 F. Subjek Penelitian Yang menjadi subjek dalam penelitian ini adalah dua orang siswa kelas 2 SMALB SLBN B Cicendo, yakni NT yang rajin melaksanakan shalat, dan CY yang tidak melaksanakan shalat; dua orang teman dekat masing-masing anak tunarungu yang bersangkutan; seorang guru agama di sekolah mereka; dan dua orang ahli fiqih, yakni Ust. SJ, pengasuh salah satu website yang menampung pertanyaan-pertanyaan seputar hukum Islam lewat situsnya www.khilafah1924.org; dan Ust. AF yang menjadi salah satu anggota Bahtsul Masail di kelompok NU cabang Tegallega-Bandung, yang mengurusi masalahmasalah fiqih kontemporer. Penentuan subjek kedua siswa tunarungu tersebut adalah untuk mendapatkan keterangan seputar faktor-faktor yang melatarbelakangi masing-masing subjek dalam melaksanakan dan meninggalkan shalat. Sementara teman dekat masingmasing kedua subjek siswa tunarungu adalah untuk menggali kebenaran informasi yang diberikan oleh kedua subjek siswa tunarungu tersebut. Subjek selanjutnya, guru agama mereka, adalah untuk mengetahui informasi seputar pengarahan/ regulasi lingkungan (sekolah) yang mungkin mempengaruhi subjek kedua siswa tunarungu dalam melaksanakan dan meninggalkan shalat. Subjek yang terakhir adalah dua orang ahli fiqih, yang akan memberikan keterangan seputar masalah ada-tidaknya keringanan bagi anak tunarungu dalam hal pelaksanaan kewajiban shalat.