BAB I PENDAHULUAN. masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian dan penegasan istilah.

dokumen-dokumen yang mirip
MANAJEMEN PEMBELAJARAN PROGRAM AKSELERASI DALAM PENINGKATAN MUTU PENDIDIKAN (Studi Kasus di SMP Negeri 9 Surakarta)

DASAR & FUNGSI. PENDIDIKAN NASIONAL BERDASARKAN PANCASILA DAN UNDANG UNDANG DASAR NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 1945

UNDANG UNDANG NO. 20 TH.2003 Tentang SISTEM PENDIDIKAN NASIONAL

PROGRAM PRIORITAS PADA JENJANG PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH

BAB I PENDAHULUAN. bidang kehidupan untuk menyesuaikan visi, misi, tujuan dan strategi agar sesuai

MANAJEMEN PENYELENGGARAAN PROGRAM PERCEPATAN BELAJAR BAGI SISWA YANG MEMILIKI POTENSI KECERDASAN DAN BAKAT ISTIMEWA DI SMP NEGERI 1 WONOGIRI TESIS

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

DASAR & FUNGSI. Pendidikan Nasional berdasarkan Pancasila dan Undang Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945

BAB V PENUTUP. Akselerasi (Studi kasus di SMP Islam Pekalongan), maka dapat. 1. Desain pembelajaran PAI dalam program akselerasi.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan yang terjadi ternyata menampakkan andalan pada. kemampuan sumber daya manusia yang berkualitas, melebihi potensi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KLUNGKUNG NOMOR 3 TAHUN 2010 TENTANG PENYELENGGARAAN PELAYANAN BIDANG PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembukaan Undang-Undang Dasar (UUD) Negara Republik Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi, politik, budaya, sosial dan pendidikan. Kondisi seperti ini menuntut

BAB I PENDAHULUAN. kualitas sumber daya manusia yang unggul baik dalam bidang ilmu pengetahuan,

BAB I PENDAHULUAN. yang berkualitas, sehingga dapat memfungsikan diri sesuai dengan kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. yang tertuang dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 alinea keempat

BAB I PENDAHULUAN. juga globalisasi pengetahuan, teknologi, dan budaya. 1 Hal tersebut mengandung

A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN

PENDAHULUAN Latar Belakang

D S A A S R A R & & FU F N U G N S G I S PE P N E D N I D DI D KA K N A N NA N S A I S ON O A N L A

BAB I PENDAHULUAN. kualitas sumber daya manusia yang pada umumnya wajib dilaksanakan. globalisasi, maka pendidikan juga harus mampu menjawab kebutuhan

BAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI. gambaran mengenai Implementasi Muatan Lokal Kurikulum Tingkat Satuan

BAB I PENDAHULUAN. tanggung jawab terhadap pembentukan sumber daya manusia yang unggul. Dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. istilah ini dikenal Cerdas Istimewa adalah bentuk alternatif pelayanan pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. memandang latar belakang maupun kondisi yang ada pada mereka. Meskipun

BAB I PENDAHULUAN BAB I

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kehidupan dalam era global menuntut berbagai perubahan pendidikan yang

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan termasuk memperoleh pelayanan pendidikan. Hak untuk. termasuk anak yang memiliki kebutuhan-kebutuhan khusus.

I. PENDAHULUAN. bervariasi dalam suatu proses pembelajaran. Perbedaan tersebut dapat menjadi

1. Sekolah khusus Yaitu semua siswa yang belajar di sekolah ini adalah siswa yang memiliki potensi kecerdasan dan bakat istimewa

BAB I PENDAHULUAN. menjadi manusia seutuhnya baik secara jasmani maupun rohani seperti yang

Oleh : Otong Sugiarto K BAB I PENDAHULUAN

ANALISIS DAMPAK AKREDITASI SEKOLAH DALAM PENINGKATAN MUTU PENDIDIKAN (Studi Kasus Di SD Negeri Donohudan 3 Kecamatan Ngemplak Kabupaten Boyolali)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Sekarang ini banyak tantangan yang dihadapi manusia, salah satunya

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan pendidikan nasional ditujukan untuk mewujudkan cita-cita

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan faktor utama dalam pembentukan pribadi. manusia. Pendidikan sangat berperan dalam membentuk baik atau buruknya

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2012 TENTANG PENDIDIKAN TINGGI

BAB I PENDAHULUAN. Nasional pasal 3 menyatakan bahwa pendidikan nasional berfungsi mengembangkan

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Pendidikan adalah sebuah salah satu upaya dalam mencerdaskan. kehidupan bangsa. Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional juga

BAB I PENDAHULUAN. merupakan seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, bahan pelajaran

Manajemen program akselerasi belajar: studi kasus di SMA Negeri 3 Jombang / Iva Faradiana

PERATURAN DAERAH KOTA MATARAM NOMOR 3 TAHUN 2013 TENTANG PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN DINIYAH TAKMILIYAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN GUBERNUR JAMBI NOMOR 21 TAHUN 2009

MEMBENTUK SUMDER DAYA MANUSIA BERKUALITAS MELALUI LEADER CLASS

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA DIREKTUR JENDERAL PENDIDIKAN ISLAM,

PELAKSANAAN PEMBELAJARAN MATEMATIKA PROGRAM KELAS AKSELERASI DI SMA NEGERI 1 KLATEN

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2003 TENTANG SISTEM PENDIDIKAN NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. manusia yang dinamis dan syarat akan perkembangan, oleh karena itu

BAB I PENDAHULUAN. perubahan, di mulai sejak tahun 1947, 1952, 1964, 1968, 1975, 1984, 1994,

BAB I PENDAHULUAN. dan moral yang berakar pada budaya bangsa Indonesia yang. negara, dan makhluk ciptaan Tuhan Yang Maha Esa. Perilaku-perilaku yang

BAB I PENDAHULUAN. serta dipupuk secara efektif melalui strategi dan pengelolaan pendidikan dan

Landasan Yuridis SI, SKL dan KTSP menurut UU No 20/2003 tentang Sisdiknas

BAB I PENDAHULUAN. Penyelenggaraan pendidikan yang dilaksanakan di Indonesia dari masa ke

BAB I PENDAHULUAN. Semenjak bangsa Indonesia memproklamirkan kemerdekaannya dan

BAB I PENDAHULUAN. berkualitas. Menurut Suryadi (2011: 2) warga negara berhak memperoleh pendidikan

2016 PROGRAM PENGEMBANGAN KECERDASAN EMOSI SISWA BERBAKAT DI KELAS AKSELERASI SMA X MEDAN

ANALISIS UNDANG-UNDANG SISDIKNAS NOMOR 20 TAHUN Oleh. I Kadek Arta Jaya, S.Ag.,M.Pd.H

SKRIPSI. Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh Gelar Sarjana Starata 1 Program Studi Pendidikan Akuntansi.

PERATURAN AKADEMIK SMA NEGERI 1 PARE

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. bagi pengembangan Sumber Daya Manusia (SDM). SDM yang unggul yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Dunia pendidikan semakin banyak menghadapi masalah yang perlu. mendapatkan perhatian serius dari berbagai pihak baik pemerintah,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Rini Restu Handayani, 2013

BAB IV BAB IV LANGKAH-LANGKAH TEROBOSAN PENDIDIKAN TAMAN KANAK-KANAK DAN SEKOLAH DASAR

Model Penyelenggaraan Peminatan Kurikulum 2013 di SMA KATA PENGANTAR. 2014,Direktorat Pembinaan SMA-Ditjen Pendidikan Menengah ii

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar belakang masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana

BAB I PENDAHULUAN. Agar tujuan tersebut tercapai dibutuhkan proses yang relatif panjang, dimanapun

BUPATI BLORA PERATURAN BUPATI BLORA NOMOR 58 TAHUN 2011 TENTANG

Oleh : Sri Handayani NIM K

BAB II KAJIAN TEORI. A. Kajian Tentang Layanan Penempatan dan penyaluran Siswa. 1. Pengertian Layanan Penempatan dan Penyaluran

RINTISAN SEKOLAH BERTARAF INTERNASIONAL (RSBI)

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. perasaan, baik untuk memahami realitas, nilai-nilai dan kebenaran, maupun

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di Indonesia terus

BAB I PENDAHULUAN. dan nilai-nilai. Undang-undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional

KEBIJAKAN STRATEGIS DI BIDANG PENDIDIKAN

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan kualitas pendidikan. daya manusia dan merupakan tanggung-jawab semua pihak, baik

BAB I PENDAHULUAN. dan negara. Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional BAB II Pasal 3 telah

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan hal yang terpenting dalam kehidupan, ini berarti bahwa setiap

BAB I PENDAHULUAN. menanamkan kapasitas baru bagi semua orang untuk. pengetahuan dan keterampilan baru sehingga dapat diperoleh manusia

SKRIPSI. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Program Studi Pendidikan Akuntansi. Disusun Oleh :

Upaya untuk Menyiapkan Insan Yang Berkarakter Melalui Program Leader Class di Kabupaten Cilacap Oleh : Nur Fajrina R.

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan mutu pendidikan di tengah perubahan global agar warga Indonesia

BAB I. I PENDAHULUAN

BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIAMIS NOMOR 2 TAHUN 2015 TENTANG

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2010 TENTANG PENGELOLAAN DAN PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang masalah

BAB VI PENUTUP Praktek Kurikulum 2013 untuk mata pelajaran pendidikan agama Islam di SMA Negeri 1 Matauli Pandan mampu membangun interaksi komunikasi

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. atau anak didik sesuai dengan kebutuhan dan perkembangannya.

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan nasional yang diatur secara sistematis. Pendidikan nasional berfungsi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Undang-Undang No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan dalam kehidupan suatu negara memegang peranan yang. sangat penting untuk menjamin kelangsungan hidup negara dan bangsa.

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN Dalam bab pendahuluan ini akan membahas tentang latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian dan penegasan istilah. 1.1 Latar Belakang Visi Indonesia 2030 dimana Indonesia termasuk negara dengan GNP (Gross National Product) USD 18,000 serta menjadi Negara dengan kekuatan ekonomi kelima terbesar di dunia (Ishadi, 30), merupakan faktor pendorong dari dalam dan dari luar bagi penyelenggaraan pendidikan nasional yang bermutu karena kunci utama pencapaiannya adalah tersedianya sumber daya manusia Indonesia yang berkualitas. Maka secepatnya dilakukan inovasi bidang pendidikan bagi penyiapan sumber daya manusia Indonesia yang mampu melakukan pembaharuan kehidupan masyarakat dan sekaligus bersaing secara global terutama lahirnya para entrepreneur. Menurut Ciputra masalah yang terjadi di Indonesia tentang pendidikan adalah pendidikan kita memiliki orientasi membentuk sumber daya manusia mencari kerja bukan pencipta kerja (Ishadi, 2009). Penyelenggaraan pendidikan di Indonesia masih tetap belum mampu menyediakan sumber daya manusia Indonesia di persaingan tenaga kerja dunia. Sektor-sektor pekerjaan informal ternyata masih tetap menjadi andalan dimana perlakuan-perlakuan yang kurang Masrohaini 2011/Pendidikan program akselerasi 1

manusiawi telah banyak dialami tenaga kerja kita di luar negeri. Hal ini terjadi pasti ada andil dunia pendidikan. Saat ini penyelenggaran pendidikan nasional masih berkutat pada masalah rendahnya kualitas pendidikan. Berbagai upaya sudah dilakukan seperti pemberian tunjangan profesi guru, pelaksanaan KTSP, pengucuran BOS dan sebagainya. Namun permasalahan pendidikan terus mengemuka dan mengusik kepedulian kita untuk memperbaikinya terutama sebagai praktisi pendidikan. Sudah tidak tersedia waktu lagi untuk hanya mencoba-coba sistem pendidikan dari negara lain untuk ditiru dan digunakan di Indonesia. Oleh karena itu penyelenggaraan pendidikan yang penting adalah ditujukan untuk menciptakan manusia Indonesia yang cerdas, kreatif, dan berakhlak mulia. Manusia Indonesia yang selalu mampu mengatasi segala persoalan dan tantangan hidup masa kini dan masa depan yang semakin kompleks dan berubah-ubah. Potensi anak-anak Indonesia sebenarnya tidak jauh berbeda dari anak-anak lain di dunia. Buktinya jika di bina dan dilatih secara baik dan benar, anak-anak Indonesia mampu meraih prestasi internasional seperti keberhasilan dalam olimpiade-olimpiade tingkat internasional berikut ini: Pelajar Indonesia berhasil meraih dua emas, dua perak, dan satu perunggu dalam ajang Olimpiade Fisika Internasional (The International Physics Olympiad, IPhO) ke-39 di Hanoi, Vietnam, 20-29 Juli 2008. Hasil ini menunjukkan kita punya potensi yang sangat besar untuk maju, kata Ketua Tim Olimpiade Fisika Indonesia Prof Yohanes Surya PhD. Ia yakin sumber daya manusia (SDM) pelajar Indonesia begitu luar biasa kalau dipoles meskipun memang bidang pendidikan nasional secara menyeluruh masih belum baik (Kompas, 28 Juli 2008) Azwar (2010) mengatakan pendidikan di Indonesia belum dirancang dengan baik untuk menampung perbedaan individual dan banyak guru yang masih Masrohaini 2011/Pendidikan program akselerasi 2

beramsumsi bahwa kelas merupakan satu-satunya klasifikasi kemampuan yang harus diikuti sebagi dasar perlakuan terhadap peserta didik akibatnya anak yang memiliki bakat kecerdasan istimewa menjadi frustasi, nakal, atau bahkan dikeluarkan dari sekolah/madrasah. Diperlukan terobosan-terobosan atau program khusus bagi dunia pendidikan Indonesia misalnya dana 20% APBN, program akselerasi, Sekolah Standar Nasional (SSN), SBI, Dana BOS maupun program beasiswa S1, S2 maupun S3 pendidikan di luar negeri bagi guru (Mulyana A.Z, 2010). Terkait program akselerasi, payung hukum telah disiapkan, beberapa bentuk landasan yuridis bagi keberadaan pelayanan pendidikan bagi anak memiliki potensi kecerdasan dan bakat akademik/ intelektual yang istimewa, dinyatakan sejak GBHN tahun 1983, yang menyebutkan perlunya perhatian khusus diberikan kepada anak-anak yang berbakat istimewa agar mereka dapat mengembangkan kemampuannya secara maksimal. Tekad ini berlanjut dan dipertahankan dalam GBHN tahun 1988 yang berbunyi Anak didik berbakat istimewa perlu mendapat perhatian khusus agar mereka dapat mengembangkan kemampuan sesuai dengan tingkat pertumbuhan pribadinya. UU Nomor 2 Tahun 1989 tentang SISPENAS dalam pasal 8 ayat (2) menegaskan bahwa Warga negara yang memiliki kemampuan dan kecerdasan luar biasa berhak memperoleh perhatian khusus. Implementasi pelayanan pendidikan bagi peserta didik yang memiliki potensi kecerdasan dan bakat istimewa diatur dengan Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 0489/U/1992, peserta didik yang memiliki Masrohaini 2011/Pendidikan program akselerasi 3

tingkatan bakat istimewa dan kecerdasan luar biasa, dapat menyeleseikan program belajar lebih awal atau lebih cepat daripada siswa reguler. Jenjang SMA sekurang-kurangnya dalam waktu dua tahun. Komitmen program akselerasi dilanjutkan melalui GBHN tahun 1993 yang menyatakan peserta didik yang memiliki tingkat kecerdasan luar biasa perlu mendapat perhatian dan pelajaran lebih khusus agar dapat dipacu perkembangan prestasi dan bakatnya, tanpa mengabaikan potensi peserta didik lainnya. GBHN tahun 1999 mengamanatkan perlunya melakukan pembaruan kurikulum berupa difersifikasi kurikulum untuk melayani keberagaman peserta didik. Undang- Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional kembali menegaskan bahwa warga negara yang memiliki potensi kecerdasan dan bakat istimewa berhak memperoleh pendidikan khusus (pasal 5 ayat 4). Begitu pula dalam pasal 12 ayat 1 dinyatakan bahwa setiap peserta didik pada setiap satuan pendidikan berhak: (a) mendapatkan pelayanan pendidikan sesuai dengan bakat, minat, dan kemampuannya; (b) menyelesaikan program pendidikan sesuai dengan kecepatan belajar masing-masing dan tidak menyimpang dari ketentuan batas waktu yang ditetapkan. Dukungan paling nyata pemerintah terhadap program akselerasi adalah: Sejak tahun 2000 yaitu dalam Rakernas Depdiknas Menteri Pendidikan Nasional mencanangkannya menjadi program pendidikan nasional dengan memberikan Surat Keputusan (SK) Penetapan Sekolah Penyelenggara Program Percepatan Belajar kepada 11 (sebelas) sekolah. Kebijakan yang bersifat nasional ini juga berimplikasi kepada penyelenggaraan percepatan pendidikan di lingkungan Departemen agama terutama di tingkat madrasah aliyah (Depag RI, 2005). Masrohaini 2011/Pendidikan program akselerasi 4

Amril Muhammad, Sekretaris Jenderal Asosiasi Penyelenggara, Pengembang, dan Pendukung Pendidikan Khusus untuk Siswa Cerdas/Berbakat Istimewa, mengatakan: Dari penelitian yang dilakukan, terdapat sekitar 2,2 persen anak usia sekolah yang memiliki kualifikasi cerdas istimewa dengan IQ di atas 125 belum terlayani pendidikan yang sesuai kebutuhan mereka. Padahal, anak-anak unggul ini berhak untuk mendapatkan pendidikan yang mampu mengembangkan potensi dan keistimewaan mereka (Kompas, 29 Januari 2009). Penelitian terdahulu tentang program akselerasi telah dilakukan oleh Sulistyani (2008). Fokus penelitiannya menurut peneliti sangat luas meliputi tentang kurikulum, sarana prasarana, pelaksanaan pembelajaran, guru pengajar, dan pelaksanaan evaluasi. Oleh karena itu dalam penelitian ini fokus masalah adalah mempertajam tentang kurikulum program pendidikan akselerasi. Kurikulum program akselerasi disebut dengan kurikulum differansiasi. Keberadaan kurikulum differansiasi sangatlah penting mengingat tujuan mulia program pendidikan akselerasi yaitu pengembangan bakat dan minat peserta didik yang berbeda-beda, mempercepat tumbuh kembangnya potensi istimewa peserta didik untuk terwujudnya sumber daya manusia yang mandiri dan kreatif. Dari pengamatan awal yang peneliti lakukan adanya perbedaan pendapat dari madrasah dan guru tentang kurikulum berdifferansiasi, lalu muncul pensiasatan untuk penyelenggaraan program pendidikan yang mulia ini. Madrasah Aliyah Negeri Tulungagung I Kabupaten Tulungagung yang merupakan lembaga pendidikan di bawah struktur kelembagaan Kantor Kementerian Agama Kabupaten Tulungagung, bila dibandingkan dengan Madrasah Aliyah Negeri se-jawa Timur lainnya mempunyai prestasi yang Masrohaini 2011/Pendidikan program akselerasi 5

lumayan baik disamping sebagai salah satu MAN tertua di Kabupaten Tulungagung. Pada tahun pelajaran 2003/2004 MAN Tulungagung I menempati rangking ke-2 se-jawa Timur dilihat dari rata-rata nilai UN kelas 3 (kelas 12) dan merupakan figur utama bagi peran Kementerian Agama dalam pendidikan anak bangsa di Kabupaten Tulungagung, terutama menjadi contoh dan pusat rujukan pengembangan Madrasah sejenis serta berbekal akreditasi A dari BAN tahun 2010 dan tekad kuat pengembangan pendidikan di lingkungan Madrasah dalam persaingan kemajuan pelayanan pendidikan di Kabupaten Tulungagung dan sekitarnya, maka pada tahun pelajaran 2010/2011 mengeluarkan suatu kebijakan penyelenggaraan program pelayanan pendidikan melalui penyelenggaraan pendidikan program akselerasi. Menurut buku pedoman akselerasi dari Departemen Agama tahun 2005 (Kementerian Agama), kurikulum pendidikan program akselerasi dikembangkan melalui modifikasi kurikulum nasional dan muatan lokal dengan cara sebagai berikut: 1.modifikasi alokasi waktu yang disesuaikan dengan kecepatan belajar bagi siswa yang memiliki potensi kecerdasan dan bakat istimewa 2.modifikasi isi/materi, dipilih yang esensial 3.modifikasi sarana-prasarana, yang disesuaikan dengan karakteristik siswa yang m emiliki potensi kecerdasan dan bakat istimewa yakni senang menemukan sendiri pengetahuan baru 4.modifikasi pengelolaan kelas, yang memungkinkan siswa dapat bekerja di kelas, baik secara mandiri, berpasangan maupun kelompok 5.struktur program (jumlah jam setiap mata pelajaran) sama dengan kelas reguler, hanya perbedaannya terletak pada waktu penyeleseian kurikulum tersebut lebih dipercepat dari pada kelas reguler. Untuk itu sekolah dapat menyusun kalender pendidikan khusus untuk program percepatan belajar (Depag, 2005) Masrohaini 2011/Pendidikan program akselerasi 6

Namun dalam penyelenggaraanya program akselerasi ini, banyak menemui permasalahan, misalnya tentang kurikulum, sistem penerimaan peserta didik baru, pelaksanaan program pengembangan diri, sistem pengayaan dan sebagainya. Peneliti tertarik melakukan penelitian tentang program akselerasi di MAN Tulungagung 1 terutama pembahasan tentang kurikulum program akselerasi dalam sebuah thesis dengan masalah utama Bagaimanakah implementasi kebijakan program akselerasi bagi siswa berbakat istimewa (menurut buku pedoman penyelenggaraan program akselerasi yang dikeluarkan Departemen Agama). 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang maka rumusan masalah penelitian ini adalah : 1. Bagaimana alokasi waktu pada program akselerasi di MAN Tulungagung 1? 2. Bagaimana materi pembelajaran program akselerasi di MAN Tulungagung 1? 3. Bagaimana layanan sarana-prasarana program akselerasi di MAN Tulungagung 1? 4. Bagaimana pengelolaan kelas program akselerasi di MAN Tulungagung 1? 1.3 Tujuan Penelitian Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan: 1. Alokasi waktu pada program akselerasi di MAN Tulungagung I. 2. Materi pembelajaran pada program akselerasi di MAN Tulungagung I 3. Layanan sarana prasarana program akselerasi di MAN Tulungagung I. Masrohaini 2011/Pendidikan program akselerasi 7

4. Pengelolaan kelas program akselerasi di MAN Tulungagung I 1.4 Manfaat Penelitian Manfaat praktis hasil penelitian ini adalah : 1. Bagi peneliti, dari penelitian ini mendapatkan pengetahuan dan pengalaman sebanyak-banyaknya tentang pelaksanaan program pendidikan akselerasi; 2. Bagi MAN Tulungagung 1, dari penelitian ini mendapatkan masukan yang sangat berharga bagi peningkatan mutu penyelenggaraan program pendidikan akselerasi; 3. Bagi pemerintah baik daerah maupun pusat, dari penelitian ini didapatkan temuan-temuan yang dapat digunakan sebagai pertimbangan bagi munculnya kebijakan-kebijakan baru yang lebih tepat bagi pelaksanaan program akselerasi selanjutnya; 4. Bagi Lembaga pendidikan pada umumnya, dari penelitian ini di dapatkan masukan-masukan bagi perbaikan pelaksanaan program pendidikan akselerasi. Sedangkan manfaat teoretisnya adalah sebagai berikut : 1. Dari penelitian ini didapatkan data empirik pelaksanaan program akselerasi di tingkat paling bawah yaitu satuan pendidikan dan selanjutnya berguna bagi penemuan teori-teori baru terkait program akselerasi. 2. Dari penelitian ini akan ditemukan anomali-anomali pelaksanaan program akselerasi dan selanjutnya berguna bagi dikeluarkannya payung hukum baru. Masrohaini 2011/Pendidikan program akselerasi 8

1.5 Penegasan Istilah 1. Implementasi adalah pelaksanaan, pemraktekan sesuatu yang seharusnya yang sudah diatur atau ditetapkan. 2. Kebijakan adalah keputusan formal oleh pemerintah terkait suatu keadaan atau pelayanan kepada masyarakat yang harus dilaksanakan aparatur negara termasuk sekolah/ madrasah yang pada dasarnya bersifat politis (Dunn, 2003). 3. Program akselerasi adalah program layanan pendidikan kelas khusus bagi siswa berbakat istimewa dengan waktu yang lebih singkat dan materi yang lebih essensial (Depag RI:2005). 4. Siswa berbakat akademik adalah siswa yang memenuhi persyaratan sebagai berikut : (1) akademis, yang diperoleh dari skor rata-rata nilai Rapor, NUN, serta Tes Kemampuan Akademis dengan nilai sekurang-kurangnya 8.00; (2) psikologis, yang diperoleh dari hasil pemeriksaan psikologis meliputi tes kemampuan intelektual umum, tes kreativitas, dan keterikatan pada tugas. Peserta yang lulus persyaratan psikologis adalah mereka yang memiliki kemampuan intelektual umum dengan kategori jenius (IQ > 140) atau mereka yang memiliki kemampuan intelektual umum dengan kategori cerdas (IQ > 125) yang ditunjang oleh kreativitas dan keterikatan terhadap tugas dalam kategori di atas rata-rata; (3) informasi data subyektif, yaitu nominasi yang diperoleh dari diri sendiri (self nomination), teman sebaya (peer nomination), orang tua (parent Masrohaini 2011/Pendidikan program akselerasi 9

nomination) dan guru (teacher nomination) sebagai hasil dari pengamatan dari sejumlah ciri-ciri keberbakatan; (4) Kesehatan fisik, yang ditunjukkan dengan surat keterangan sehat dari dokter; (5) kesediaan calon peserta didik dan persetujuan orang tua (Depag RI : 2005). 5. Istimewa, berkaitan dengan kelebihan-kelebihan peserta didik di bidang kecerdasan, kreatifitas dan komitmen pada tugas yang berbeda dengan peserta didik lain pada umumnya. Masrohaini 2011/Pendidikan program akselerasi 10