PE GARUH BUR -UP TERHADAP KUA TITAS DA KARAKTERISTIK BAHA BAKAR UKLIR BEKAS PLT. urokhim Pusat Teknology Limbah Radioaktif-BATAN

dokumen-dokumen yang mirip
PENGARUH BURN-UP TERHADAP KUANTITAS DAN KARAKTERISTIK BAHAN BAKAR NUKLIR BEKAS PLTN. Nurokhim

KARAKTERISTIK BAHAN BAKAR BEKAS BERBAGAI TIPE REAKTOR. Kuat Heriyanto, Nurokhim, Suryantoro Pusat Teknologi Limbah Radioaktif

STUDI TI GKAT RADIOAKTIVITAS DA PA AS PELURUHA BAHA BAKAR BEKAS REAKTOR AIR RI GA SEBAGAI FU GSI WAKTU

EV ALUASI KOMPOSISI LIMBAH TRU DALAM BAHAN BAKAR BEKAS REAKTOR NUKLIR

BAB III DAUR ULANG PLUTONIUM DAN AKTINIDA MINOR PADA BWR BERBAHAN BAKAR THORIUM

I. PENDAHULUAN. Telah dilakukan beberapa riset reaktor nuklir diantaranya di Serpong

BAB IV HASIL DAN ANALISIS

ANALISIS DAN KONSEP PENANGANAN AKTINIDA MINOR DALAM LIMBAH PLTN MENGGUNAKAN TEKNOLOGI ADS

STUDI TINGKA T RADIOAKTIVIT AS DAN PANAS PELURUHAN BAHAN BAKAR BEKAS REAKTOR AIR RINGAN SEBAGAI FUNGSI W AKTU

PE GELOLAA BAHA BAKAR UKLIR BEKAS DARI REAKTOR PEMBA GKIT LISTRIK TE AGA UKLIR

PENENTUAN FRAKSI BAKAR PELAT ELEMEN BAKAR UJI DENGAN ORIGEN2. Kadarusmanto, Purwadi, Endang Susilowati

ANALISIS PERUBAHAN MASSA BAHAN FISIL DAN NON FISIL DALAM TERAS PWR

KOMPARASI HASIL PERHITUNGAN INVENTORI HASIL FISI TERAS PLTN PWR 1000 MWE ANTARA ORIGEN2.1 DENGAN ORIGEN-ARP ABSTRAK

PENGENALAN DAUR BAHAN BAKAR NUKLIR

PENTINGNYA REAKTOR PEMBIAK CEPAT

STUDI TENTANG FISIBILITAS DAUR ULANG AKTINIDA MINOR DALAM BWR. Abdul Waris 1* dan Budiono 2

PENENTUAN WAKTU TUNDA PADA KONDISIONING LIMBAH HASIL PENGUJIAN BAHAN BAKAR PASCA IRADIASI DARI INSTALASI RADIOMETALURGI

STUDI PARAMETER BURNUP SEL BAHAN BAKAR BERBASIS THORIUM NITRIDE PADA REAKTOR CEPAT BERPENDINGIN HELIUM

STUDI PENGELOLAAN LIMBAH RADIOAKTIF PADAT PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA NUKLIR

PERHITUNGAN DEFLESI BAHAN BAKAR TERAS PWR

TUGAS AKHIR. Diajukan untuk memenuhi persyaratan dalam menyelesaikan program sarjana pada Departemen Fisika Institut Teknologi Bandung.

TEKNOLOGI DUPIC SEBAGAI ALTERNATIF PENUTUPAN DAUR BAHAN BAKAR NUKLIR

PENENTUAN RASIO O/U SERBUK SIMULASI BAHAN BAKAR DUPIC SECARA GRAVIMETRI

Analisis Neutronik pada Gas Cooled Fast Reactor (GCFR) dengan Variasi Bahan Pendingin (He, CO 2, N 2 )

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 61 TAHUN 2013 TENTANG PENGELOLAAN LIMBAH RADIOAKTIF DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. Semakin maraknya krisis energi yang disebabkan oleh menipisnya

KARAKTERISTIK PENYIMPANAN BAHAN BAKAR NUKLIR BEKAS DAN GELAS-LIMBAH

POTENSI THORIUM SEBAGAI BAHAN BAKAR PADA REAKTOR CEPAT BERPENDINGIN GAS UNTUK PLTN

PENENTUAN DECAY GAMMA REAKTOR HTGR 10 MWth PADA BERBAGAI TINGKAT DAYA

Prinsip Dasar Pengelolaan Limbah Radioaktif. Djarot S. Wisnubroto

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 61 TAHUN 2013 TENTANG PENGELOLAAN LIMBAH RADIOAKTIF DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PENGENALAN PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA NUKLIR (PLTN)

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu pemanfaatan tenaga nuklir dalam bidang energi adalah

PENENTUAN INTENSITAS SUMBER GAMMA DI TERAS REAKTOR RISET BERBAHAN BAKAR URANIUM MOLIBDENUM ABSTRAK

I. PENDAHULUAN. penduduk dunia yaitu sekitar 7 miliar pada tahun 2011 (Worldometers, 2012),

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang

2. Reaktor cepat menjaga kesinambungan reaksi berantai tanpa memerlukan moderator neutron. 3. Reaktor subkritis menggunakan sumber neutron luar

GANENDRA, Vol. V, No. 1 ISSN STUDI PRODUKSI RADIOISOTOP Mo-99 DENGAN BAHAN TARGET LARUTAN URANIL NITRAT PADA REAKTOR KARTINI ABSTRAK

No Penghasil Limbah Radioaktif tingkat rendah dan tingkat sedang mempunyai kewajiban mengumpulkan, mengelompokkan, atau mengolah sebelum diser

ASPEK KESELAMATAN TERHADAP BAHAYA RADIASI NUKLIR, LIMBAH RADIOAKTIF DAN BENCANA GEMPA PADA PLTN DI INDONESIA SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. umat manusia kepada tingkat kehidupan yang lebih baik dibandingkan dengan

Reaktivitas Reaktor Nuklir Sebagai Fungsi Burnup dan Waktu Operasi Reaktor a,1) Mohammad Heriyanto b,1) Giffari Alfarizy

Kajian Awal Aspek Neutronik Dari Rancangan Konseptual Fasilitas ADS Berbasis Reaktor Kartini

BAB I PENDAHULUAN. Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN) telah banyak dibangun di beberapa negara di

GUNTINGAN BERITA Nomor : HHK 2.1/HM 01/02/2018

REAKTOR NUKLIR. Sulistyani, M.Si.

STUDI OPSI DAUR BAHAN BAKAR NUKLIR BERBASIS REAKTOR PWR DAN CANDU

PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 4 TAHUN 2011 TENTANG SISTEM SEIFGARD DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

KESELAMATAN STRATEGI PENYIMPANAN LIMBAH TINGKAT TINGGI

PENGGUNAAN COMPUTER CODE ORIGEN 2 UNTUK ESTIMASI PERHITUNGAN RADIONUKLIDA PADA KOMPONEN REAKTOR RISET TRIGA MARK II *)

PENGARUH BAHAN BAKAR UN-PuN, UC-PuC DAN MOX TERHADAP NILAI BREEDING RATIO PADA REAKTOR PEMBIAK CEPAT

KONSEP DAN TUJUAN DAUR BAHAN BAKAR NUKLIR

PROSES PENYIMPANAN LIMBAH RADIOAKTIF

PEMBANGKIT PENGENALAN (PLTN) L STR KTENAGANUKLTR

Analisis Neutronik Super Critical Water Reactor (SCWR) dengan Variasi Bahan Bakar (UN-PuN, UC-PuC dan MOX)

SYNOPSIS REAKTOR NUKLIR DAN APLIKASINYA

ASPEK KESELAMATAN RADIASI TEMPAT PENYIMPAN BAHAN BAKAR TERIRRADIASI DI BULKSHIELDING

REAKTOR PEMBIAK CEPAT

EFISIENSI MATERIAL PADA PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA NUKLIR LWR (LIGHT WATER REACTOR) DAN PHWR (PRESSURIZED HEAVY WATER REACTOR)

BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

ANALISIS PERHITUNGAN TRANSMUTASI LIMBAH AKTINIDA MINOR: KAJIAN AWAL SMALL-SCALE ACCELERATOR DRIVEN SYSTEM BERBASIS REAKTOR KARTINI

OPTIMALISASI PE EMPATA KEMASA LIMBAH RADIOAKTIF AKTIVITAS RE DAH DA SEDA G DALAM REPOSITORI

KAJIAN AWAL ASPEK NEUTRONIK DARI RANCANGAN KONSEPTUAL FASILITAS ADS BERBASIS REAKTOR KARTINI

REAKTOR PENDINGIN GAS MAJU

TINJAUAN TENTANG PENYIMPANAN SEMENTARA BAHAN BAKAR BEKAS REAKTOR DAY A. Pratomo B Sastrowardoyo, Pusat Pengemban..gan Pengelolaan Limbah Radioaktif

STUDI LIMBAH RADIOAKTIF YANG DITIMBULKAN DARI OPERASIONAL PLTN PWR 1000 MWe

PERHITUNGAN BURN UP BAHAN BAKAR REAKTOR RSG-GAS MENGGUNAKAN PAKET PROGRAM BATAN-FUEL. Mochamad Imron, Ariyawan Sunardi

Spesifikasi Teknis Teras Reaktor Nuklir Kartini dan Eksperimental Setup Fasilitas Uji In-vitro dan In-vivo Metode BNCT

REAKTOR AIR BERAT KANADA (CANDU)

Penentuan Dosis Gamma Pada Fasilitas Iradiasi Reaktor Kartini Setelah Shut Down

RADIOKIMIA Tipe peluruhan inti

1BAB I PENDAHULUAN. sekaligus merupakan pembunuh nomor 2 setelah penyakit kardiovaskular. World

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Geometri Aqueous Homogeneous Reactor (AHR) Geometri AHR dibuat dengan menggunakan software Visual Editor (vised).

KAJIAN PENGELOLAAN LIMBAH RADIOAKTIF DARI PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA NUKLIR PWR 1000 MWe di INDONESIA.

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang

RISET KARAKTERISTIK RADIASI PADA PELET BAHAN BAKAR

MAKALAH PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA NUKLIR (PLTN)

ANALISIS KONSENTRASI UDARA AKIBAT KECELAKAAN REAKTOR KARTINI DITINJAU VARIASI BAHAN BAKAR YANG MELELEH DENGAN SOFTWARE PC-COSYMA

TUGAS MAKALAH PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA NUKLIR (PLTN)

NUCLEAR CHEMISTRY & RADIOCHEMISTRY

TUGAS. Di Susun Oleh: ADRIAN. Kelas : 3 IPA. Mengenai : PLTN

Analisis Kemampuan Breeding Ratio dan Void Reactivity Reaktor Termal Air Berat Berbahan Bakar Thorium

Definisi PLTN. Komponen PLTN

CROSS SECTION REAKSI INTI. Sulistyani, M.Si.

KIMIA INTI DAN RADIOKIMIA. Stabilitas Nuklir dan Peluruhan Radioaktif

ANALISIS DETERMINISTIK DAMPAK KECELAKAAN REAKTOR KARTINI TERHADAP KONSENTRASI RADIONUKLIDA DI TANAH MENGGUNAKAN SOFTWARE PC-COSYMA

ANALISIS TINGKAT BAHAYA PADA PASKA PERLAKUAN DAUR ULANG PEMBAKARAN/TRANSMUTASI AKTINIDA. Marsodi, dan Mulyanto

Jurnal Radioisotop dan Radiofarmaka ISSN Journal of Radioisotope and Radiopharmaceuticals Vol 10, Oktober 2007

KONSEP DESAIN NEUTRONIK REAKTOR AIR TEKAN BERBAHAN BAKAR PLUTONIUM-URANIUM OKSIDA (MOX) DENGAN INTERVAL PENGISIAN BAHAN BAKAR PANJANG ASIH KANIASIH

ATW (ACCELERATOR DRIVEN TRANSMUTATION WASTE) SEBAGAI TEKNOLOGI ALTERNATIF PENUTUPAN DAUR BAHAN BAKAR NUKLIR

LIMBAH RADIOAKTIF YA G DITIMBULKA DARI OPERASIO AL PLT PWR 1000 MWe. Husen Zamroni, Jaka Rachmadetin Pusat Teknologi Limbah Radioaktif-BATAN

ANALISIS AKTIVITAS ISOTOP MO-99 DI REAKTOR RSG-GAS. Sri Kuntjoro Pusat Teknologi dan Keselamatan Reaktor Nuklir BATAN

PERTIMBANGAN DALAM PERANCANGAN PENYIMPANAN BAHAN BAKAR BEKAS SECARA KERING. Dewi Susilowati Pusat Teknologi Limbah Radioaktif

RANCANGAN KONSEPTUAL REAKTOR SUBKRITIK UNTUK KAJIAN TRANSMUTASI LIMBAH PLTN BERBASIS REAKTOR KARTINI

Oleh ADI GUNAWAN XII IPA 2 FISIKA INTI DAN RADIOAKTIVITAS

I. PENDAHULUAN. hampir 50 persen dari kebutuhan, terutama energi minyak dan gas bumi.

PRODUKSI IODIUM-125 MENGGUNAKAN TARGET XENON ALAM

PENERAPAN PERTANGGUNGJAWABAN DAN PENGENDALIAN BAHAN NUKLIR PADA PEMINDAHAN SPENT FUEL DARI MBA RI-F KE MBA RI-G

PENENTUAN FAKTOR KOREKSI DOSIS RADIASI ELEMEN BAKAR BEKAS RSG-GAS Ardani *)

PERPINDAHAN PANAS BAHAN BAKAR BE~CAS REAKTOR PWR PADA PENYIMPANAN SEMENTARA TIPE KERING

Transkripsi:

PE GARUH BUR -UP TERHADAP KUA TITAS DA KARAKTERISTIK BAHA BAKAR UKLIR BEKAS PLT urokhim Pusat Teknology Limbah Radioaktif-BATAN ABSTRAK PE GARUH BUR -UP TERHADAP KUA TITAS DA KARAKTERISTIK BAHA BAKAR UKLIR BEKAS PLT. Kuantitas dan karakteristik bahan bakar bekas yang ditimbulkan dari operasi PLTN perlu diperkirakan dan dipahami agar pengelolaanya dapat dilakukan dengan baik. Perkembangan teknologi bahan bakar memperlihatkan kecendrungan penggunaan burn-up yang semakin tinggi untuk jenis reaktor yang baru dibangun. Makalah ini membahas pengaruh perkembangan burn-up terhadap kuantitas dan karakteristik bahan bakar bekas PLTN, tujuannya untuk memperkirakan kuantitas bahan bakar nuklir bekas yang kemungkinan akan dibangun di Indonesia serta kemungkinan pengelolaannya. Perhitungan dilakukan dengan asumsi pengoperasian 4 PLTN PWR 1000 MWe pada tahun 2016, 2017, 2023 dan 2024, perkembangan burn-up dari 33 dan 35 (reaktor lama), 40, 45 dan 50 GWd/tU. Hasil perhitungan menunjukkan bahawa kuantitas bahan bakar bekas yang ditimbulkan semakin sedikit dengan digunakannya bahan bakar burn-up tinggi, penggunaan burn-up 50 GWd/tU akan mengurangi sepertiga B2NB yang ditimbulkan bahan bakar dengan burn-up 33 GWd/tU. Dengan burn-up 50 GWd/tU akumulasi B2NB pada tahun 2040 sebanyak 2210,54 ton atau 3360 perangkat B2NB. Namun demikian perlu diperhatikan bahwa radioaktivitas dan potensi bahaya untuk tiap metrik ton atau tiap perangkat B2NB menjadi lebih tinggi, sehingga perlu pengelolaan yang lebih hati-hati. Kata kunci:, bahan bakar nuklir bekas, PLTN. ABSTRACT BUR -UP EFFECT TO QUA TITY A D CHARACTERISTICS OF UCLEAR POWER PLA T SPE T FUEL. Spent fuel Quantity and characteristics from nuclear power plant need to be predicted and undestood in order to manage its approprietly. Development of nuclear fuel technology shows that increasing burn-up for a new type of nuclear reactor will be built. This paper was prepare to asses the effect of burn-up development to the quantity and characteristics of nuclear power plant spent fuel, its objective are to predict nuclear spent fuel quantity that will be built in Indonesia and also for its management purposes. Calculation conducted by asumtion of 4 PP PWR 1000 MWe type at year 2016, 2017, 2023, and 2024, using burn-up 33 and 35 (old PP), 40, 45 and 50 GWd/tU. The result show that quantity of spent fuel from PP decrease by using higher burn-up, using burn-up 50 GWd/tU will decrease one third of spent fuel which is generated by burn-up 33 GWd/tU. Using burn-up 50 GWd/tU accumulation of spent fuel at year 2040 will be 2210.54 ton or 3360 spent fuel assembly. However, its need to be noticed that radioactivity and potential hazard for every tonne or every spent fuel assembly is higher, so need to be managed more carefully. Keyword:, spent fuel, nuclear power plant. PE DAHULUA Bahan bakar nuklir yang telah selesai digunakan untuk menghasilkan energi dalam Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir ( PLTN) akan dikeluarkan dari reaktor nuklir dan menjadi bahan bakar nuklir bekas (B2NB). Menurut Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 27 tahun 2002 tentang Pengelolaan Limbah Radioaktif, bahan bakar nuklir bekas dilarang untuk diolah ulang oleh penimbul limbah, bahan bakar nuklir bekas wajib disimpan sementara selama masa opeasi reaktor dan setelah penyimpanan sementara harus diserahkan ke Badan Pelaksana untuk penyimpanan lestari atau dikirim kembali ke negara asal. [1].Peraturan ini mensiratkan bahwa Indonesia mengikuti strategi daur terbuka, B2NB dianggap sebagai limbah dan setelah periode penyimpanan sementara akan dikirim ke fasilitas disposal penyimpanan geologi tanah dalam untuk penyimpanan lestari. Indonesia merencanakan beroperasinya PLTN pertama pada tahun 2016 yang disusul dengan PLTN kedua, ketiga dan keempat pada tahun 2017, 2023 dan 2024 [2]. Beroperasinya PLTN tersebut akan menimbulkan bahan bakar nuklir bekas yang radioaktivitasnya tinggi sehingga perlu dikelola dengan baik agar dampaknya terhadap manusia dan lingkungan seminimal mungkin. Untuk dapat mengelola B2NB dengan efektif diperlukan perencanaan yang baik, memahami proses terbentuknya, karakteristik dan cara-cara pengelolaannya, 100

serta memperkirakan jumlah/kuantitasnya untuk mempersiapkan fasilitas penyimpanan yang mungkin diperlukan. Kuantitas B2NB yang ditimbulkan dari operasi PLTN dapat diperoleh dari data pengalaman operasi PLTN yang telah ada, atau dihitung berdasarkan data-data yang tersedia. dengan mempertimbangkan faktorfaktor: jenis PLTN, fraksi bakar (burn-up), faktor beban (load factor), dan efisiensi dari pembangkitan listrik. Makalah ini membahas pengaruh burnup bahan bakar reaktor terhadap jumlah kuantitas dan karakteristik bahan bakar bekas yang ditimbulkan dari pengoperasian PLTN yang kemungkinan akan dioperasikan di Indonesia. Perbandingan kuantitas B2NB yang ditimbulkan dilakukan untuk PLTN PWR 1000 MWe jenis lama yang menggunakan burn-up 33 GWd/tU (GWd: giga watt day, tu: ton uranium) dengan PLTN yang relatif baru dengan burn-up 40, 45 dan 50 GWd/tU yang kemungkinan akan di gunakan untuk PLTN Indonesia. Datadata informasi tentang perkembangan burnup, faktor beban, dan efisiensi berbagai tipe PLTN diambil dari uclear Fuel Cycle Symulation System (VISTA) [3,4]. BAHA BAKAR UKLIR BEKAS (B2 B) Bahan bakar nuklir bekas adalah bahan bakar nuklir yang sudah tidak digunakan untuk menghasilkan energi listrik dalam operasi PLTN. Dalam PLTN B2NB biasanya berbentuk perangkat bahan bakar (fuel assembly). Bahan bakar nuklir umumnya dipakai di dalam PLTN selama beberapa tahun sebelum kehilangan kemampuan untuk menghasilkan energi. Saat PLTN beroperasi proses pembelahan inti berlangsung, energi dilepaskan dan di dalam bahan bakar terbentuk produk hasil belah, aktinida beserta anak luruhnya, dan produk aktivasi. Umumnya B2NB kelihatan sama persis seperti ketika pertamakali dimasukkan ke dalam reaktor. Gambar 1 memperlihatkan gambar perangkat bahan bakar nuklir PWR dan spesifikasi dari perangkat. [5] Perkiraan Kuantitas B2 B Jumlah akumulasi B2NB dapat dihitung dari konsumsi uranium yang dibakar dalam teras PLTN, dimana jumlah konsumsi tersebut tergantung pada faktor beban, efisiensi, burn-up dan daya listrik yang dibangkitkan. Konsumsi uranium yang diperlukan per tahun dapat dihitung dengan rumus [3,4] : KU = E ft 8760 L f P ton... (1) BU 24 1000 Fuel assembly : 17x17 Berat uranium : 461.4 kg Berat UO2 : 523.4 kg Berat perangkat : 657.9 kg Berat logam : 134.5 kg Gambar 1. Perangkat bahan bakar PLTN jenis PWR [5] 101

dimana : KU : konsumsi uranium per tahun L f : faktor beban, perbandingan jam operasi nyata dengan jam operasi dalam satu tahun. E ft : efisiensi termal, perbandingan daya listrik dan daya termal PLTN. BU : burn-up bahan bakar, GWd/tU P : daya listrik, MWe Faktor beban berbeda beda untuk berbagai jenis PLTN dan harganya berubah seiring dengan waktu dan perkembangan teknologi reaktor, Gambar 2 memperlihatkan faktor beban untuk berbagai jenis PLTN, setelah tahun 2015 diperkirakan faktor beban untuk berbagai jenis PLTN sama sebesar 0.85 dan diharapkan terus naik hinga mencapai 0.9 seiring dengan pengalaman operasi dan perkembangan teknologi. (KU) dalam bentuk oksida (UO 2 ) ditambah logam pendukung penyusun perangkat bahan bakar. Kuantitas B2NB untuk PWR dapat dihitung berdasarkan spesifikasi Gambar 1. Dengan asumsi siklus penggantian bahan bakar setahun sekali maka jumlah perangkat bahan bakar bekas yang dikeluarkan dari reaktor setiap tahun dapat dihitung dengan: dimana JP = KU perangkat... (2) 461.4 JP: jumlah perangkat bahan bakar yang dikeluarkan per tahun (bilangan bulat). Sedangkan berat total B2NB yang dikeluarkan dari reaktor tiap tahun sebanyak: BT = 657.9 x JP ton... (3) Gambar 2: Faktor beban berbagai PLTN [3,4] jenis Efisiensi PLTN yang telah beroperasi lama berkisar pada angka 30-32 %, sedangkan untuk PLTN baru berkisar pada angka 33 % dan yang akan datang diharapkan dapat mencapai 34 %. bahan bakar dipengaruhi oleh pengkayaan, jenis reaktor serta teknologi bahan bakar. Perkembangan burn-up bahan bakar untuk berbagai jenis PLTN dapat dilihat pada Gambar 3. Bahan bakar bekas yang ditimbulkan dari operasi PLTN PWR berbahan bakar UO 2 akan sama dengan konsumsi uranium Gambar 3. bahan bakar nuklir Berbagai jenis PLTN [3,4] Karakteristik Bahan Bakar uklir Bekas Selama irradiasi dalam teras reaktor material fisil dalam bahan bakar (uranium, plutonium) berubah menjadi produk hasil belah karena reaksi pembelahan atau menjadi aktinida lebih berat karena aktivasi netron. Material struktur termasuk kelongsong bahan bakar juga teraktivasi oleh iradiasi netron dalam reaktor. Inventori lebih lengkap nuklida-nuklida dan daya termal dari peluruhan dan radioaktivitas B2NB akan tegantung pada komposisi bahan 102

bakar, material struktur dan burn-up yang merupakan fungsi fluk netron selama periode operasi penggunaan bahan bakar. [6] Komposisi isotopik dan kimia bahan bakar telah dimodelkan berdasarkan fungsi burn-up [7,8,9], model prediksi yang didasarkan pada mekanisme reaksi individu nuklida (reaksi tangkapan netron dan peluruhan radioaktif), yang dikombinasikan untuk keperluan analisis komposisi secara keseluruhan. METODE - Diasumsikan PLTN yang akan dibangun adalah PLTN PWR 1000 MWe, yang merupakan tipe yang kemungkinan besar cenderung dipilih sebagai PLTN pertama di Indonesia. - Kuantitas B2NB dihitung dengan burnup bahan bakar pada 33, 35, 40, 45 dan 50 GWd/tU yang merupakan nilai-nilai yang umumnya telah dipakai pada PLTN yang ada atau direncanakan akan dipakai pada PLTN yang akan datang. - Perhitungan konsumsi uranium yang ditimbulkan dari operasi PWR 1000 MWe dilakukan dengan program VISTA (persamaan (1)) dengan asumsi: efisiensi termal pembangkitan listrik dianggap tetap sebesar 32,6 % faktor beban 0,85 serta perkayaan bahan bakar 3,2 % untuk burn-up 33 dan 35 GWd/tU; dan 4 % untuk burn-up 40, 45 dan 50 GWd/tU. - Selanjutnya data-data hasil perhitungan VISTA digunakan untuk menghitung seluruh bahan bakar bekas yang ditimbulkan dari operasi PLTN menggunakan persamaan (2) dan (3). - Karakteristik bahan bakar bekas dievaluasi berdasarkan keluaran VISTA dan data hasil perhitungan ORIGEN2. HASIL DA PEMBAHASA Gambar 4. memperlihatkan hasil perhitungan VISTA untuk PWR 1000 MWe dengan burn-up 33 GWd/tHM. Jumlah total konsumsi uranium diperkaya 3,2 % sebanyak 28,84 ton per tahun. Sedangkan uranium alam yang diperlukan sebanyak 203,40 ton per tahun. Konsumsi uranium dengan perkayaan 3,2 % sebesar 28,84 ton tersebut disusun dalam bentuk perangkat bahan bakar sesuai spesifikasi Gambar 1. Dengan menggunakan persamaan (2) dan (3) maka jumlah perangkat bahan bakar yang diperlukan tiap tahun sebanyak 63 buah dan berat totalnya 41,45 ton. Tabel 1 memperlihatkan hasil perhitungan kebutuhan uranium dan B2NB yang ditimbulkan dari pengoperasian PLTN PWR 1000 MWe per tahun untuk berbagai burnup bahan bakar. Gambar 5 dan Gambar 6 memperlihatkan grafik akumulasi bahan bakar bekas yang ditimbulkan dari pengoperasian 4 PLTN PWR 1000 MWe sampai tahun 2040. sedangkan Table 2 memperlihatkan total akumulasi B2NB pada tahun 2040. Dari data-data tersebut menunjukkan bahwa penggunaan burn-up lebih tinggi akan meminimumkan jumlah perangkat ataupun berat total bahan bakar bekas yang ditimbulkan. Penggunaan bahan bakar dengan burn-up 45 GWd/tU akan menurunkan sekitar 27 % berat total B2NB yang itimbulkan dibandingkan dengan penggunaan burn-up 33 GWd/tU. Sedangkan penggunaan burn-up 50 GWd/tU akan mengurangi sepertiga (33,33 %) berat total penggunaan burn-up 33 GWd/tU; dari 3315,82 ton (5040 perangkat) menjadi 2210,54 ton (3360 perangkat). Tabel 3 memperlihatkan komposisi kandungan isotop logam berat (HM: heavy metal) dan produk hasil belah (FP: fision product) dalam B2NB PWR 1000 MWe yang beroperasi selama satu tahun dengan berbagai burn-up. Aktinida U dan Pu merupakan komponen utama dalam bahan bakar baru dan bahan bakar nuklir bekas, konsentrasi berat isotop-isotop U dan Pu rata-rata turun dengan kenaikan burn-up kecuali Pu-238 dan Pu-242 yang cenderung naik. Kelompok aktinida minor (MA: minor actinide) Np, Am, dan Cm yang umurnya sangat panjang rata-rata naik konsentrasinya dengan kenaikan burn-up. Kelompok MA mempunyai umur yang sangat panjang dengan memancarkan radiasi alfa (dengan energi partikel 2-4 MeV, merupakan penyumbang utama terhadap panas peluruhan jangka panjang B2NB) dan gamma. Pu-238, Am-241 dan Cm-244 merupakan penyumbang utama radioaktivitas alfa dalam B2NB, sekitar 90 % potensi radiotoksitas berasal dari ketiga isotop tersebut [3]. 103

Gambar 4. Keluaran VISTA untuk PWR 1000 MWe, burn-up 33 GWd/tU. Tabel 1. Kebutuhan uranium dan B2NB yang ditimbukan PWR 1000 MWe per tahun KU Jumlah B2NB (MWd/tU) (ton) perangkat ton 33 28.84 63 41.45 35 27.19 59 38.82 40 23.79 52 34.21 45 21.15 46 30.26 50 19.03 42 27.63 Tabel 2. Perkiraan B2NB pada tahun 2040 (MWd/tU) Jumlah B2NB Tahun 2040 perangkat ton 33 5040 3315.82 35 4720 3105.29 40 4160 2736.86 45 3680 2421.07 50 3360 2210.54 6000 3500 5000 4000 BU: 33 GWd/tU BU: 35 GWd/tU BU: 40 GWd/tU BU: 45 GWd/tU BU: 50 GWd/tU Ton 3000 2500 2000 BU: 33 GWd/tU BU: 35 GWd/tU Perangkat 3000 1500 2000 1000 1000 0 2015 2020 2025 2030 2035 2040 Tahun Gambar 5. Akumulasi perangkat B2NB berbagai burn-up bahan bakar 500 0 2015 2020 2025 2030 2035 2040 Tahun Gambar 6. Akumulasi berat total B2NB berbagai burn-up bahan bakar. 104

Konsentrasi berat produk hasil belah FP (Tabel 3) tidak banyak terpengaruh oleh kenaikan burn-up. Hal ini karena pada daya listrik (1000 MWe) yang sama kebutuhan reaksi pembelahan dalam waktu satu tahun adalah sama walaupun kandungan material dapat belah (fissile) dalam bahan bakar berbeda-beda. Sementara itu konsentrasi total logam berat dalam B2NB turun dengan kenaikan burn-up. Hal ini menguntungkan dari segi total jumlah dan volume B2NB yang ditimbulkan, karena B2NB yang harus dikelola per tahun menjadi lebih sedikit. Namun demikian perlu diperhatikan, dengan burn-up tinggi walaupun volume total B2NB lebih sedikit dan total produk hasil belah tetap, kandungan produk hasil belah untuk tiap ton atau perangkat B2NB menjadi lebih tinggi. Seperti ditunjukkan pada Gambar 7. Kandungan produk hasil belah meningkat dari 34,02 kg per ton (15,70 kg per perangkat) pada burn-up 33 GWd/tU menjadi 51,55 kg per ton ( 23,78 kg per perangkat) pada burn-up 50 GWd/tU. Demikian juga untuk kelompok uranium, plutonium dan aktinida minor. Seperti terlihat pada Gambar 8 dan Gambar 9, hampir semua isotop plutonium maupun minor aktinida konsentrasi beratnya meningkat untuk tiap ton. Karakteristik berat, aktivitas dan panas peluruhan saat B2NB dikeluarkan dari reactor yang dihitung dengan ORIGEN2 untuk bahan bakar PWR 1000 MWe dengan burn-up 33 GWd/tHM dan 50 GWd/tHM seperti pada Tabel 4. Dalam hal ini terlihat bahwa kandungan radioaktivitas yang dikeluarkan bahan bakar bekas PWR 50 GWd/tHM lebih besar daripada radioaktivitas yang dikeluarkan oleh PWR 33 GWd/tHM untuk tiap metrik ton logam berat uranium. Tabel 3. Komposisi logam berat dan produk hasil belah B2NB dari PWR 1000 MWe. Isotop Berat isotop (ton) pada berbagai burn-up (GWd/tU) 33 35 40 45 50 U235 0.22561 0.19191 0.20801 0.14380 0.09926 U236 0.11412 0.10991 0.12041 0.11087 0.10170 U238 27.23133 25.62868 22.23622 19.67811 17.62764 Np237 0.01288 0.01314 0.01389 0.01453 0.01495 Pu238 0.00371 0.00406 0.00427 0.00518 0.00608 Pu239 0.14794 0.13987 0.12140 0.10815 0.09720 Pu240 0.07004 0.06819 0.05932 0.05571 0.05191 Pu241 0.03650 0.03670 0.03192 0.03184 0.03100 Pu242 0.01193 0.01306 0.01146 0.01373 0.01574 Am241 0.00091 0.00095 0.00094 0.00101 0.00103 Am242m 0.00002 0.00002 0.00002 0.00002 0.00002 Am243 0.00211 0.00249 0.00220 0.00309 0.00408 Cm242 0.00031 0.00034 0.00032 0.00038 0.00043 Cm244 0.00053 0.00068 0.00061 0.00102 0.00160 Total HM 27.85793 26.21000 22.81099 20.16745 18.05265 Total FP 0.98108 0.98106 0.98119 0.98115 0.98110 Total 28.83900 27.19106 23.79218 21.14860 19.03374 105

60 50 FP/ton FP/peran gkat 40 Kg 30 20 10 0 30 35 40 45 50 Gambar 7. Konsentrasi berat produk hasil belah per ton dan per perangkat B2NB. 6,0 Kg 5,0 4,0 3,0 2,0 1,0 0,0 U236 Pu238 Pu239 Pu240 Pu241 Pu242 30 35 40 45 50 Gambar 8. Konsentrasi U dan Pu per ton B2NB 800 700 600 500 Gram 400 300 200 100 0 Np2 37 Am241 Am242m Am243 Cm2 42 Cm2 44 30 35 40 45 50 Gambar 9. Konsentrasi MA per ton B2NB 106

Tabel 4. Karakteristik kandungan B2NB Kelompok Produk Aktivasi: - berat - aktivitas - daya termal Produk Hasil belah : - berat - aktivitas - daya termal Aktinida : - berat - aktivitas - daya termal KESIMPULA 33.GWd/tU 134,8 kg 4,716E+5 Ci 2,628 kw 34,02 kg 1.737E+08 Ci 2.069 MW 966 kg 4.623E+07 Ci 119,5 kw 50. GWd/tU 134,8 kg 5.129E+05 Ci 2,841 kw 51,4 kg 1.717E+08 Ci 2.044 MW 948,6 kg 4.895E+07 Ci 128,3 kw Penggunaan bahan bakar nuklir dengan burn-up tinggi akan meminimumkan jumlah bahan bakar bekas yang ditimbulkan PLTN. Untuk asumsi 4 PLTN PWR 1000 MWe di Indonesia yang beropersai tahun 2016, 2017, 2023 dan 2024, penggunaan jenis bahan bakar lama (burn up 33 GWd/tHM) akan menimbulkan limbah bahan bakar nuklir bekas sebanyak 3315,82 ton atau 5040 perangkat B2NB pada tahun 2040, dibandingkan hanya 2210,54 ton atau 3360 perangkat B2NB pada tahun yang sama jika digunakan burn-up tinggi 50 GWd/tHM. Namun demikian perlu diperhatikan bahwa radioaktivitas dan radiasinya menjadi lebih tinggi, hal ini tentunya memerlukan penangannan yang lebih hati-hati. TA YA JAWAB 1. Bung Tomo PUSTAKA 1. REPUBLIK INDONESIA, Blueprint Pengelolaan Energi Nasional 2005-2025. Jakarta, 2005. 2. SEKNEG RI, Peraturan Pmerintah Republik Indonesia No. 27 tahun 2002 tentang Pengelolaan Limbah Radioaktif, 2002. 3. IAEA. Nuclear Fuel Cycle Simulation System (VISTA), IAEA-TECDOC-1535, February 2007. 4. IAEA. Nuclear Fuel Cycle Information Systems, INFCIS, http://wwwnfcis.iaea.org, April 2008. 5. GONYEAU, J. The Virtual Nuclear Tourist! uclear Power Plants Around the World, http://www.nucleartourist.com, April 2008 6. IAEA, Evaluation of spent fuel as a final waste form. Technical Report Series No.320. Vienna: International Atomic Energy Agency, 1991 7. CROFF, A User Manual s for the ORIGEN2 Computer Code, Nuclear fuel and waste programs, waste management analysis for nuclear fuel cycles, ORNL 1980 8. CROFF, ORIGEN2: A versatile computer code for calculating the nuclide compositions and characteristics of nuclear materials, Chemical Technology Division, ORNL, Tennessee 1982 9. RODDY, J.W. et al., Physical and decay characteristics of Commercial LWR Spent Fuel. ORNL report. ORNL- TM/9591/V.1, 1985. Pertanyaan Dengan burn-up lebih tinggi ditimbulkan bahan baker bekas yang lebih sedikit. Mengapa burn-up nya hanya sampai 50 GWd/tU, apa tidak dapat lebih besar lagi. Jawaban: Penggunaan burn-up tinggi dibatasi oleh teknologi bahan bakar dan faktor-faktor keselamatan lainnya. Dengan burn-up tinggi bahan bakar harus dibuat untuk tahan terhadap fluks netron yang lebih tinggi, dan kelongsong bahan bakar harus mampu menahan produk hasil belah yang lebih banyak. Litbang bahan bakar untuk meningkatkan penggunaan burnup terus berjalan, 45 dan 50 GWd/tU adalah burn-up yang komersial untuk PLTN saat ini. Penelitian untuk burn-up tinggi sampai 70 bahkan 100 GWd/tU masih dicoba dalam reaktor riset. 107

2. Purwantoro, ST Pertanyaan Mengapa bahan baker burn-up nya tidak dapat digunakan sampai habis (mencapai 100 %). Jawaban U-235 dalam bahan bakar tidak dapat dihabiskan semua, karena sisanya (0,71 % pada uranium alam) digunakan untuk mendukung kritikalitas. Jika pengkayaan bahan bakar awal 4 % misalnya, maka setelah burn-up mencapai 82 % komposisi uranium mendekati komposisi uranium alam yang tidak dapat digunakan untuk mendukung kritikalitas dalam PLTN air ringan (LWR) seperti PWR. 3. Dr. Syahrir Pertanyaan Dari hasil penelitian saudara dapatkah ditentukan hasil fisi Uranium dari bahan bakar bekas yang terbentuk Jawab Kandungan fisi dari Uranium dapat ditentukan dengan bantuan program komputer ORIGEN2 108