Keaktifan lereng adalah proses perpindahan masa tanah atau batuan 1 1. PENDAHULUAN. Ha %

dokumen-dokumen yang mirip
PENGGUNAAN TANAH PUTIH TONGGO (FLORES) DENGAN ABU SEKAM PADI UNTUK STABILISASI TANAH DASAR BERLEMPUNG PADA RUAS JALAN NANGARORO AEGELA

Estimasi Odds Ratio Model-1

PENGARUH PENAMBAHAN PASIR PADA TANAH LEMPUNG TERHADAP KUAT GESER TANAH

GRAFIK HUBUNGAN ( angka pori dengan kadar air) Pada proses pengeringan

PENGARUH PENAMBAHAN PASIR PADA TANAH LEMPUNG TERHADAP KUAT GESER TANAH

C I N I A. Karakteristik Fisik Dan Mekanik Tanah Residual Balikpapan Utara Akibat Pengaruh Variasi Kadar Air

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

ABSTRAK

STUDI PERUBAHAN KARAKTERISTIK FISIK, MEKANIK DAN DINAMIK TERHADAP SIKLUS PEMBASAHAN PADA TANAH LERENG DENGAN KEDALAMAN 5-20M DI NGANTANG MALANG

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

INVESTIGASI SIFAT FISIS, KUAT GESER DAN NILAI CBR TANAH MIRI SEBAGAI PENGGANTI SUBGRADE JALAN ( Studi Kasus Tanah Miri, Sragen )

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Pengujian kadar air menggunakan tanah terganggu (disturbed), dilakukan

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

PERBAIKAN TANAH DASAR JALAN RAYA DENGAN PENAMBAHAN KAPUR. Cut Nuri Badariah, Nasrul, Yudha Hanova

KUAT GESER 5/26/2015 NORMA PUSPITA, ST. MT. 2

ANALISIS KESTABILAN LERENG DENGAN METODE FELLENIUS (Studi Kasus: Kawasan Citraland)

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2014) 1-6 1

PENGUJIAN PARAMETER KUAT GESER TANAH MELALUI PROSES STABILISASI TANAH PASIR MENGGUNAKAN CLEAN SET CEMENT (CS-10)

Dosen pembimbing : Disusun Oleh : Dr. Ir. Ria Asih Aryani Soemitro,M.Eng. Aburizal Fathoni Trihanyndio Rendy Satrya, ST.

STUDI PENGARUH PENAMBAHAN TANAH LEMPUNG PADA TANAH PASIR PANTAI TERHADAP KEKUATAN GESER TANAH ABSTRAK

TINJAUAN VARIASI DIAMETER BUTIRAN TERHADAP KUAT GESER TANAH LEMPUNG KAPUR (STUDI KASUS TANAH TANON, SRAGEN)

STUDY OF SLOPE MODEL CRITICAL CONDITION WITH SILT LAND IN THE ENDE FLORES REGION, DURING THE WETTING

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB III LANDASAN TEORI. saringan nomor 200. Selanjutnya, tanah diklasifikan dalam sejumlah kelompok

PENGARUH VARIASI KEPADATAN PADA PERMODELAN FISIK MENGGUNAKAN TANAH PASIR BERLEMPUNG TERHADAP STABILITAS LERENG

Bulletin of Scientific Contribution, Volume 15, Nomor 1, April 2017 :

KARAKTERISITIK KUAT GESER TANAH MERAH

BAB II DESKRIPSI KONDISI LOKASI

PENGARUH BEBAN DINAMIS DAN KADAR AIR TANAH TERHADAP STABILITAS LERENG PADA TANAH LEMPUNG BERPASIR

Mahasiswa, Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan Institut Teknologi Nasional 2

ANALISIS POTENSI LONGSOR PADA LERENG GALIAN PENAMBANGAN TIMAH (Studi Kasus Area Penambangan Timah Di Jelitik, Kabupaten Bangka)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Tanah lempung adalah tanah yang memiliki partikel-partikel mineral tertentu

PENGARUH CAMPURAN KAPUR DAN ABU JERAMI GUNA MENINGKATKAN KUAT GESER TANAH LEMPUNG

DISUSUN OLEH : CHRYSTI ADI WICAKSONO ARENDRA HARYO P

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Pengaruh Tension Crack (Tegangan Retak) pada Analisis Stabilitas Lereng menggunakan Metode Elemen Hingga

PENGARUH SIKLUS BASAH KERING PADA SAMPEL TANAH TERHADAP NILAI ATTERBERG LIMIT

PENGARUH PENAMBAHAN BAHAN CAMPURAN DENGAN KOMPOSISI 75% FLY ASH DAN 25% SLAG BAJA PADA TANAH LEMPUNG EKSPANSIF TERHADAP NILAI CBR DAN SWELLING

MEKANIKA TANAH 2 KESTABILAN LERENG. UNIVERSITAS PEMBANGUNAN JAYA Jl. Boulevard Bintaro Sektor 7, Bintaro Jaya Tangerang Selatan 15224

I. PENDAHULUAN. Dalam perencanaan dan pekerjaan suatu konstruksi bangunan sipil tanah

BAB I PENDAHULUAN. bangunan. Tanah yang terdiri dari campuran butiran-butiran mineral dengan atau

Mekanika Tanah I Norma Puspita, ST. MT.

2/25/2017. Pengertian

ANALISA KESTABILAN LERENG METODE LOWE-KARAFIATH (STUDI KASUS : GLORY HILL CITRALAND)

BAB III LANDASAN TEORI

PEMANFAATAN KAPUR DAN FLY ASH UNTUK PENINGKATAN NILAI PARAMETER GESER TANAH LEMPUNG DENGAN VARIASAI LAMA PERAWATAN

MODUL 4,5. Klasifikasi Tanah

BAB IV SIMULASI PENGARUH PERCEPATAN GEMPABUMI TERHADAP KESTABILAN LERENG PADA TANAH RESIDUAL HASIL PELAPUKAN TUF LAPILI

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

III. KUAT GESER TANAH

STUDI PERUBAHAN KARAKTERISTIK FISIK, MEKANIK DAN DINAMIK TANAH TERHADAP SIKLUS PEMBASAHAN DAN PENGERINGAN PADA TANAH PERMUKAAN LERENG NGANTANG MALANG

MEKANIKA TANAH (CIV -205)

ANALISIS STABILITAS LERENG TEBING SUNGAI GAJAHWONG DENGAN MEMANFAATKAN KURVA TAYLOR

Oleh: Dewinta Maharani P. ( ) Agusti Nilasari ( ) Bebby Idhiani Nikita ( )

PENGARUH PEMBASAHAN BERULANG TERHADAP PARAMETER KUAT GESER TANAH LONGSORAN RUAS JALAN TAWAELI TOBOLI

PENGARUH PENAMBAHAN TANAH GADONG PADA STABILISASI TANAH LEMPUNG TANON DENGAN SEMEN (Studi Kasus Kerusakan Jalan Desa Jono, Tanon, Sragen)

Analisa Kestabilan Tower SUTT PLN Dan Perencanaan Perkuatan Talud Di Sekitar Tower (Studi Kasus Tower SUTT T.09 PLTU Waru Gresik)

BAB II TI JAUA PUSTAKA

UJI LABORATORIUM RESAPAN BERPORI SEBAGAI PENANGGULANGAN BANJIR DAERAH GENANGAN KOTA MAKASSAR

ANALISA KESTABILAN LERENG GALIAN AKIBAT GETARAN DINAMIS PADA DAERAH PERTAMBANGAN KAPUR TERBUKA DENGAN BERBAGAI VARIASI PEMBASAHAN PENGERINGAN

PENGARUH PENAMBAHAN ABU AMPAS TEBU TERHADAP KUAT GESER TANAH LEMPUNG YANG DISTABILISASI DENGAN KAPUR

ANALISA STABILITAS LERENG PADA CAMPURAN PASIR DAN TANAH LEMPUNG DENGAN MENGGUNAKAN PERMODELAN DI LABORATORIUM ABSTRAK

KAJIAN POTENSI KEMBANG SUSUT TANAH AKIBAT VARIASI KADAR AIR (STUDI KASUS LOKASI PEMBANGUNAN GEDUNG LABORATORIUM TERPADU UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. air. Melalui periode ulang, dapat ditentukan nilai debit rencana. Debit banjir

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN. terhadap pengujian tanah tanpa bahan tambah. limbah cair pabrik susu 35%

Hubungan Batas Cair dan Plastisitas Indeks Tanah Lempung yang Disubstitusi Pasir Terhadap Nilai Kohesi Tanah pada Uji Direct Shear

PENGARUH REMBESAN DAN KEMIRINGAN LERENG TERHADAP KERUNTUHAN LERENG

TINJAUAN SIFAT PLASTISITAS TANAH LEMPUNG YANG DISTABILISASI DENGAN KAPUR ABSTRAKSI

Oleh : FATZY HERDYANTO TUTUP HARIYADI PONCO.W

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2013) 1-7 1

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

DAFTAR GAMBAR Nilai-nilai batas Atterberg untuk subkelompok tanah Batas Konsistensi... 16

PEMBASAHAN. Proses pembasahan (wetting) adalah suatu kondisi dimana terjadi peningkatan kadar air di dalam poripori

Karakteristik Kuat Geser Puncak, Kuat Geser Sisa dan Konsolidasi dari Tanah Lempung Sekitar Bandung Utara

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI

ANALISA KESTABILAN LERENG AKIBAT VARIASI TINGGI MUKA AIR TANAH (LOKASI DESA KEMUNING KABUPATEN JEMBER, JAWA TIMUR)

STUDI POTENSI TANAH TIMBUNAN SEBAGAI MATERIAL KONSTRUKSI TANGGUL PADA RUAS JALAN NEGARA LIWA - RANAU DI KABUPATEN LAMPUNG BARAT. G.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. atau menurunnya kekuatan geser suatu massa tanah. Dengan kata lain, kekuatan

LAMPIRAN 1 DIAGRAM PENGARUH R. E. FADUM (1948) UNTUK NAVFAC KASUS 1. Universitas Kristen Maranatha

GEOTEKNIK TAMBANG DASAR DASAR ANALISIS GEOTEKNIK. September 2011 SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NASIONAL (STTNAS) YOGYAKARTA.

BAB IV KRITERIA DESAIN

TOPIK BAHASAN 8 KEKUATAN GESER TANAH PERTEMUAN 20 21

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI

KORELASI PARAMETER KEKUATAN GESER TANAH DENGAN MENGGUNAKAN UJI TRIAKSIAL DAN UJI GESER LANGSUNG PADA TANAH LEMPUNG SUBSTITUSI PASIR

Bab 1. Pendahuluan Pengaruh variasi kepadatan awal terhadap perilaku kembang susut tanah lempung ekspansif di Godong -Purwodadi

HASIL DAN PEMBAHASAN. (undisturb) dan sampel tanah terganggu (disturb), untuk sampel tanah tidak

ANALISIS STABILITAS TANAH TIMBUNAN DENGAN PERKUATAN SABUT KELAPA

Pengaruh Derajat Kejenuhan Terhadap Kuat Geser Tanah (Studi Kasus : di Sekitar Jalan Raya Manado-Tomohon)

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Perkembangan dan tuntutan pembangunan infrastruktur pada masa ini sangat

PENGARUH PENAMBAHAN LIMBAH GYPSUM TERHADAP NILAI KUAT GESER TANAH LEMPUNG

STUDI PENGENDALIAN EROSI LERENG DI WILAYAH BUKIT WONGGE KABUPATEN ENDE

PENGARUH PENAMBAHAN FIBER (SERAT POLYPROPYLENE) TERHADAP KUAT GESER TANAH GAMPONG MANE KRUENG

ANALISIS PENINGKATAN NILAI CBR PADA CAMPURAN TANAH LEMPUNG DENGAN BATU PECAH

KAJIAN EFEKTIFITAS SEMEN DAN FLY ASH DALAM STABILITAS TANAH LEMPUNG DENGAN UJI TRIAXIAL CU DAN APLIKASI PADA STABILISASI LERENG ABSTRAK

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

KORELASI ANTARA TEGANGAN GESER DAN NILAI CBR PADA TANAH LEMPUNG EKSPANSIF DENGAN BAHAN CAMPURAN SEMEN

BAB 3 LANDASAN TEORI 3.1. Stabilisasi Tanah 3.2. Analisis Ukuran Butiran 3.3. Batas-batas Atterberg

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI. Dan Stabilitas Lereng Dengan Struktur Counter Weight Menggunakan program

PENGARUH SIKLUS PENGERINGAN DAN PEMBASAHAN TERHADAP SIFAT FISIK, MEKANIK DAN DINAMIK PADA TANAH TANGGUL SUNGAI BENGAWAN SOLO CROSS SECTION

Transkripsi:

1. PENDAHULUAN Ende merupakan sebuah kabupaten yang berada di pulau Flores yang dibatasi oleh Kabupaten Ngada sebelah Barat, Kabupaten Sikka sebelah Timur, Laut Sawu di bagian Selatan dan Laut Flores di bagian Utara. Sebagian besar daerahnya mempunyai morfologi perbukitan-pegunungan dengan kelandaian dan elevasi yang bervariasi. Jika dilihat secara keseluruhan maka akan terlihat bahwa materialnya menyatu seperti suatu masa batuan. Oleh karena perputaran waktu maka terjadi pelapukan batuan dasar tersebut yang berukuran dari bongkah-brangkalkerikil-pasir-lanau-lempung, dimana butiran tersebut tidak tersementasi termasuk juga bahan-bahan organik yang tercampur diantara butiran tersebut (Terzaghi, )..Saat musim hujan dengan curah hujan yang tinggi, selalu terjadi longsor di sepanjang kaki perbukitan. Kelongsoran pada umumnya antara lain disebabkan karena rendahnya kuat geser tanah pembentuk lereng, peningkatan beban luar atau kondisi hidrolis dan tingginya kadar air (Turnbull dan Hvorslev, 1967). Air memberikan kontribusi terhadap ketiga hal tersebut di atas. Air masuk ke dalam tanah tak jenuh melalui infiltrasi air permukaan, rembesan air dalam tanah dan naiknya muka air tanah. Penelitian ini adalah antara lain untuk mengetahui perubahan sifat fisik dan mekanik tanah akibat pembasahan antara lain perubahan nilai kadar air (w), derajat kejenuhan (Sr), cohesi (c), sudut geser dalam (φ) pada tanah berlanau dengan kondisi kadar air awal tertentu dan bagaimana pengaruhnya terhadap potensi kelongsoran, melihat pengaruh variasi geometri lereng baik variasi kemiringan maupun variasi tinggi lereng terhadap perubahan nilai faktor keamanan (SF) akibat perubahan parameter-parameter tanah tersebut, dan menemukan kondisi geometri lereng yang paling kritis saat mengalami pembasahan dengan analisa kestabilan lereng yang dihitung dengan membuat simulasi variasi geometri lereng dan besarnya kekuatan geser tanah saat mengalami pembasahan 2. KONDISI TANAH DAN INFORMASI BENCANA GEOLOGI DI KABUPATEN ENDE Berdasarkan tinggi tempat dari permukaan laut, letak wilayah kabupaten Ende dapat dilihat pada tabel 2.1 Tabel 2.1. Tinggi tempat dari muka laut Tinggi Luas Keterangan tempat Ha % < 500 m 42.160 20.6 500 m 162.500 79.4 Sumber: Potensi GEOHAZARD Kab. Ende Sumber: PT Tunas Intercomindo Sejati Gambar 2.1. Peta model medan berdasarkan kemiringan dan elevasi Geometri lereng juga merupakan suatu hal yang perlu diperhatikan dalam meninjau kestabilan suatu lereng. Geometri lereng didefinisikan sebagai hubungan antara sudut lereng dan tinggi lereng. Tingkat kemiringan tanah di Kabupaten Ende dapat dilihat pada tabel 2.2 Tabel 2.2 Kemiringan tanah di Kabupaten Ende Kemiringan Luas ( o ) Ha % 0-3 6180,3 3,02 >3-12 11972,61 5,85 >12-40 40092,89 19,59 >40 146413,00 71,54 Sumber : Potensi GEOHAZARD di Kab. Ende Keaktifan lereng adalah proses perpindahan masa tanah atau batuan 1

pada arah tegak, datar atau miring dari kedudukan semula yang terjadi bila ada gangguan kesetimbangan pada saat itu. Tingkat keaktifan lereng tergantung pada geometri lereng, jenis materialnya, dan curah hujan. Daerah potensi longsor di Kabupaten Ende seperti terlihat pada gambar 2.2. B G Gunun Pe mu ki ma n KAW Simbo l Jenis Benca na Benca na yan g dia kib atk an Gambar 2.2. Daerah potensi longsor (warna biru) Kabupaten Ende tergolong daerah semi arid dimana musim kering lebih panjang (8-9 bulan) dan musim hujan yang relatif pendek (3-4 bulan). Rata-rata curah hujan terbanyak >1000 mm/thn dan rata-rata hari hujan terbanyak >100 hari/thn. Material yang ada pada daerah lereng perbukitan merupakan hasil pelapukan secara fisis dan kimia dan yang berasal dari bahan organik. Batuan lapuk tersusun dari mineral bahan pembentuk batuan induk yang tak dapat larut dan biasanya berupa butiran yang sangat halus (geohazard, 2007). Untuk lebih rinci dapat dilihat pada tabel 2.3. Tabel 2.3 Tekstur tanah di Kabupaten Ende Luas Tekstur Tanah Ha % Halus (refined) 7572,42 3,7 Sedang (medium) 45618,71 22,29 Kasar (rough) 116881,32 57,11 Campuran 34587,54 16,9 Sumber : Potensi Geohazard (2007) 3. DASAR TEORITIS Teori yang digunakan untuk menjelaskan perlawanan geser tanah akibat adanya infiltrasi air hujan di dalam tanah adalah teori Mohr Coulomb τ f = c + σ tanø dimana ; c = kohesi tanah yang sebenarnya Ø = sudut geser tanah σ = tegangan normal yang bekerja Seringkali tanah dibagi dalam tanah yang kohesif dan tanah yang tidak kohesif. Kekuatan geser tanah yang berada dalam kondisi jenuh dperlukan suatu pengertian mengenai peranan dari tekanan air pori. Jika gaya luar bekerja pada tanah jenuh, maka pada permukaan air yang terdapat antara pori-pori memikul tekanan normal yang bekerja Δσ. Setelah air pori mengalir keluar, tekanan itu berangsur-angsur akan dipikul oleh butir-butir tanah. Maka tekanan yang dipikul oleh air pori disebut tekanan air pori (u), dan tekanan yang dipikul oleh butiran tanah disebut tekanan efektif (σ ). Tekanan air pori ditambah tekanan efektif disebut tekanan total. σ = σ u Maka kekuatan geser efektif ; τ f = c + σ tan Dimana ; τ f = Kuat geser c = Kohesi (pengaruh tarikan antar aprtikel) σ = Tegangan normal pada bidang yang ditinjau = geser dalam 3. METODE PENELITIAN Penelitian ini adalah bersifat eksperimen yang dilakukan di Laboratorium.. benda uji berupa tanah berlanau daerah perbukitan Detusoko Ende Flores yang sering mengalami kelongsoran dalam kondisi tidak terganggu (undisturbed) dan terganggu (disturbed). Sesuai dengan kondisi inisial tanah tersebut memiliki karakteristik seperti yang terlihat pada tabel 1. Tabel 1. Karakteristik tanah kondisi inisial Jenis pengujian Hasil Satuan pengujian LL (Batas cair) 43 % PL (Batas plastis) 24.5 % 2

PI (Indeks plastisitas) 18.9 % SL (Batas susut) 23.2 % Gs (Berat spesifik) 2.765 w (kadar air) 35.173 % γt (Berat volume 1.524 Kg/cm 3 tanah total) γd (Berat volume 1.127 Kg/cm 3 tanah kering) e (angka pori) 1.453 Sr (derajat 66.936 % kejenuhan) Kerikil 10.198 % Pasir 46.137 % Lanau 21.362 % Lempung 0.128 % Kemudian dilakukan analisa simulasi kestabilan lereng dengan program bantu Geo-Slope. Penelitian yang dilakukan di laboratorium antara lain; uji sifat fisik dan mekanik dari tanah dan uji permeabilitas tanah. Benda uji berupa tanah berlanau yang tak terganggu dan yang terganggu. Pelaksanaan penggkondisian kadar air berupa pembasahan adalah dengan menambahkan air ke benda uji sehingga kadar air benda uji menjadi w i +25%(w sat - w i ), w i +50%(w sat -w i ), w i +75%(w sat -w i ), dan w i +100%(w sat -w i ) dimana w i adalah kadar air inisial lapangan dan w sat adalah kadar air kondisi jenuh. Pengukuran uji geser langsung dengan alat direct shear test. Simulasi lereng dihitung dengan program bantu Geo-Slope, dengan membuat lereng dengan kemiringan 40 o, 50 o 60 o 70 o 80 o 90 o dan ketebalan lapisan lanau yang bervariasi. Lapisan lanau terdiri dari dua lapisan, dimana lapisan permukaan merupakan lanau dalam kondisi kepadatan sedang dengan ketebalan (h1 = 3 m, 5 m, 7 m dan 9 m) dan lapisan berikutnya lanau dalam kondisi padat dengan ketebalan (h2 = 2 m, 3 m,dan 5 m). Disamping itu juga dibuat variasi sudut residual (θ = 0 o, 5 o dan 10 o ) jenuh menunjukan perlakuan yang umum yakni saat pembasahan (penambahan kadar air) nilai derajat kejenuhannya akan meningkat dari Sr=65.699% (pada w=35.173%) sampai Sr=99,488% (pada w=52.530%). Demikian juga nilai tegangan air pori negatifnya akan menurun dan angka porinya tidak mengalami perubahan sehingga kondisi tanahnya menjadi tidak padat, seperti pada gambar 2a dan 2b.. Selain hal di atas terlihat akibat pembasahan juga terjadi penurunan parameter kuat geser tanah, baik nilai kohesi maupun sudut geser dalam tanah. Hal tersebut dapat dilihat pada grafik gambar 3a dan 3b. 100.00 95.00 90.00 85.00 80.00 75.00 70.00 65.00 60.00 Hubungan antara Kadar Air dan De rajat Kejenuhan Kadar Air (w, %) Gambar 1. Grafik hubungan antara kadar air (w) dengan derajat kejenuhan (Sr) setelah mengalami pembasahan 40.00 30.00 20.00 10.00 0.00 Hubungan antara Kadar Air dan Tegangan Air Pori Kadar Air (w, %) Gambar 2a. Grafik hubungan antara kadar air dengan tegangan air pori negatif 4. HASIL DAN ANALISA Pada gambar 1 terlihat bahwa proses pembasahan tanah lanau dari kondisi inisial sampai dengan mendekati 3

Hubungan antara Tegangan Air Pori Negatif dan Angka Pori 32 15 5 3 2 Tegangan Air Pori (uw) Gambar 2b. Grafik hubungan tegangan air pori (uw) dengan angka pori (e) 55 50 45 40 35 30 25 20 15 Hubungan antara Kadar air dan ge s e r dalam Kadar Air (w, %) 1.460 1.450 1.440 Gambar 3a. Grafik hubungan antara sudut geser dalam dengan kadar air dengan input data parameter tanah hasil uji geser langsung, baik pada tanah kondisi inisial maupun tanah yang mengalami proses pembasahan. Adapun input data parameter tanah yang diperlukan untuk menghitung kestabilan lereng pada program geo-slope antara lain tingkat kepadatan tanah (γt), kohesi (c), dan sudut geser dalam ( ). Input data program geo-slope tersebut dapat dilihat pada Tabel 2. Tabel 2 Input data program SLOPE/W Kondisi Kadar air (w) Berat volume tanah bsh krng (γt) (γd) Angka pori (e) % gr/cm 3 gr/cm 3 % Cohesi Geser Derajad jenuh (Sr) ( ) Inisial 35.173 1.524 1.127 1.452 65.699 9.900 53.737 25 % 39.512 1.573 1.127 1.452 74.817 15.900 43.068 50 % 43.851 1.622 1.128 1.452 83.040 12.100 34.790 75 % 48.191 1.671 1.128 1.452 91.263 11.500 26.754 100 % 52.530 1.720 1.128 1.452 99.488 8.600 19.886 Berdasarkan data tanah dari hasil percobaan, kemudian dihitung kestabilan lereng dengan membuat simulasi lereng dengan bentuk geometri seperti pada Gambar 4a dan 4b 17 16 15 Hubungan antara Kadar Air dan Cohesi h1 14 13 12 11 10 9 h2 4a. Simulasi lereng dengan variasi ketebalan lapisan lanau (h1 dan h2) α 8 Kadar Air (w) Gambar 3b. Grafik hubungan antara kohesi dengan kadar air Cara yang dipakai untuk menghitung kestabilan lereng adalah dengan metode keseimbangan batas yaitu dengan menghitung besarnya kekuatan geser yang diperlukan untuk mempertahankan kestabilan dan dibandingkan dengan kekuatan geser yang ada. Input data yang diperlukan pada program geo-slope merupakan informasi awal mengenai kondsi geometri lereng. Model material yang digunakan adalah model Mohr-Coulomb 5m 2m 4b. Simulasi lereng dengan variasi kemiringan residual (θ) antara lapisan tanah lanau Dari hasil simulasi lereng menunjukan bahwa angka keamanannya mulai lebih kecil dari 1 yakni masuk pada kondisi kritis saat setelah pembasahan sampai dengan w i +50%(w sat -w i ) untuk kondisi lereng dengan sudut residual sebesar 0 o dan sudut kemiringan 80 o (simulasi A, θ α 4

B, C, D, E), dan pada (simulasi B1) sudut residual 5 o dan sudut kemiringan 80 o, (simulasi (B2) sudut residual 10 o dan sudut kemiringan 70 o, seperti terlihat pada tabel pada tabel 3 berikut : Tabel 3. Faktor keamanan dari hasil simulasi lereng Kode simulasi Tebal lapisan lanau residua l Lereng Angka Keama nan h1 h2 θ α SF A 3 2 0 80 0.973 B 5 2 0 80 0.980 C 7 2 0 80 0.982 D 9 2 0 80 0.956 E 9 3 0 80 0.975 B1 5 2 5 80 0.986 B2 5 2 10 70 0.963 Sedangkan untuk parameter tanah yang disesuaikan dengan kondisi eksisting di lapangan angka keamanannya sudah menunjukan kondisi kritis dimana untuk ketebalan lapisan lanau yang sama besar, seperti pada simulasi F dan G dengan sudut residual sebesar 0 o. Terlihat bahwa semakin tebal lapisan lanau maka makin mendekati kondisi kritis, seperti pada simulasi F baru mencapai kritis saat kemiringan lereng 60 o sedangkan simulasi G mencapai kritis saat kemiringan lereng 50 o. Lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 4 berikut : Kode simulasi Tebal lapisan lanau residua l Lereng Angka Keama nan h1 h2 θ α SF F 3 3 0 60 0.884 G 5 5 0 50 0.965 5. KESIMPULAN - Akibat pembasahan tanah berlanau di daerah perbukitan Kabupaten Ende yang sering mengalami longsor, terjadi perubahan parameter sifat fisik dan mekanik tanah, antara lain peningkatan derajat kejenuhan, nilai kohesi dan sudut geser dalamnya menurun dan nilai tegangan air pori negatifnya makin kecil. sehingga kekuatan gesernya makin kecil. - Kondisi lereng yang makin curam dan makin besarnya sudut residual antara lapisan lanau akan ikut mendorong terjadinya longsor saat terjadi aliran air permukaan atau saat hujan lebat. Hal tersebut dapat dibuktikan dengan grafik hubungan antara angka keamanan dan kemiringan lereng dan hubungan antara angka keamanan dan besar sudut residual antara lapisan lanau. - Angka keamanan Angka keamanan 1.800 1.600 1.400 1.200 1.000 0.800 Grafik hubungan antara Angka keam anan dan kemiringan lereng 0.600 40o 50o 60o 70o Kemiringan lereng 80o 90o Inisial Pembasahan 25% Pembasahan 50% Pembasahan 75% Pembasahan 100% 1.80 1.70 1.60 1.50 1.40 1.30 1.20 Hubungan antara Angk a k e am anan dan bes ar sudut residual sim ulasi B 1.10 Kadar air Sdt residual 0o Sdt residual 5o Sdt residual 10o - Semakin tinggi tebal lapisan lanau juga akan berpengaruh pada nilai stabilitas lereng. Hal tersebut seperti terlihat pada grafik berikut, dimana angka keamanan lereng akan naik sampai pada saat nilai kohesi maksimum (dalam hal ini sampai pada pembasahan w i +25%(w sat -w i )). Tetapi saat mulai pembasahan w i +50%(w sat -w i ) mulai terlihat bahwa semakin tinggi tebal lapisan lanau, maka angka keamanannya makin kecil. 5

Angka keamanan Hubungan antara angka keam anan dan tebal lapisan 1.500 lanau (sudut lereng 60o) 1.400 1.300 1.200 1.100 1.000 0.900 0.800 0.700 0.600 3m 5m 7m 9m Tebal lapisan lanau, h1 Inisial Pembasahan 25% Pembasahan 50% Pembasahan 75% Pembasahan 100% - Penyelidikan tanah baik di lapangan maupun di laboratorium menjadi sangat penting untuk mengetahui ketebalan lapisan tanah lanau dan lapisan batuan dasarnya, mengingat lapisan tanah yang bersifat lepas merupakan faktor terbesar yang menyebabkan bahaya longsor pada lereng. - Perlu adanya sistem drainase pada daerah perbukitan tersebut. 6. DAFTAR PUSTAKA Bowles Joseph E, 1984, Sifat-Sifat Fisis dan Geoteknis Tanah (Mekanika Tanah), Erlangga, Jakarta Das Braja M, 1985, Mekanika Tanah (Prinsip-Prinsip Rekayasa Geoteknis), Erlangga, Jakarta Deutscher Michael S, 2000, Rainfall- Induced Slope Failures, Geotechnical Research Centre, Singapore Fredlund, D.G, 1940, Soil Mechanics for Unsaturated Soils, University of Saskatchewan, USA Hardiyatmo C.H, 1994, Mekanika Tanah, Gramedia Pustaka Utama, Jakarta Muntaha, M, 2006, Studi Perubahan Parameter Tanah Lanau Kelempungan Akibat Proses Pengeringan dan Pembasahan, Jurnal Teknologi dan Rekayasa Sipil ITS, Surabaya Mitchell K James, 1976, Fundamentals of Soil Behavior, University of California, Berkeley, New York Rahardjo P. P, 2002, Failures of Man Made Slopes, Prosiding Seminar Nasional, Bandung Saroso B. S, 2002, Landslides and Slope Stability (Geologi dan Longsoran di Indonesia), Prosiding Seminar Nasional, Bandung. 6

7