PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 36 TAHUN 1959 TENTANG PANGKAT-PANGKAT MILITER KHUSUS, TITULER DAN KEHORMATAN.

dokumen-dokumen yang mirip
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 36 TAHUN 1959 TENTANG PANGKAT-PANGKAT MILITER KHUSUS, TITULER DAN KEHORMATAN

Indeks: ANGKATAN PERANG. IKATAN DINAS SUKARELA (MILITER SUKARELA). ANGGOTA.

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK IDNONESIA NOMOR 16 TAHUN 1953 TENTANG KEDUDUKAN HUKUM ANGGOTA ANGKATAN PERANG PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 1953 TENTANG KEDUDUKAN HUKUM ANGGOTA ANGKATAN PERANG PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 1958 TENTANG PEMBERHENTIAN MILITER SUKARELA DARI DINAS TENTARA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 39 TAHUN 2010 TENTANG ADMINISTRASI PRAJURIT TENTARA NASIONAL INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 39 TAHUN 2010 TENTANG ADMINISTRASI PRAJURIT TENTARA NASIONAL INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 39 TAHUN 2010 TENTANG ADMINISTRASI PRAJURIT TENTARA NASIONAL INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG DARURAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 1957 TENTANG ANGGOTA ANGKATAN PERANG BERDASARKAN IKATAN DINAS SUKARELA (MILITER SUKARELA)

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 39 TAHUN 2010 TENTANG ADMINISTRASI PRAJURIT TENTARA NASIONAL INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 1990 TENTANG ADMINISTRASI PRAJURIT ANGKATAN BERSENJATA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG NOMOR 40 TAHUN 1960 TENTANG (LEMBARAN NEGARA TAHUN 1958 NO. 117) TENTANG WAJIB MILITER

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 1990 TENTANG ADMINISTRASI PRAJURIT ANGKATAN BERSENJATA REPUBLIK INDONESIA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 75 TAHUN 1957 TENTANG VETERAN PEJUANG KEMERDEKAAN REPUBLIK INDONESIA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA SERIKAT,

PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 39 TAHUN TENTANG ADMINISTRASI PRAJURIT TENTARA NASIONAL INDONESIA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA SERIKAT,

PERATURAN PENGUASA PERANG TERTINGGI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 1962 TENTANG PERBANTUAN KOMPONEN SIPIL PADA GUBERNUR MILITER MANDALA

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21 TAHUN 1959

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 1959 TENTANG MILITERISASI KEPOLISIAN NEGARA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Tentang: VETERAN PEJUANG KEMERDEKAAN REPUBLIK INDONESIA *) VETERAN PEJUANG KEMERDEKAAN REPUBLIK INDONESIA.

Sumber :

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA SERIKAT,

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA SERIKAT,

TANDA-TANDA KEHORMATAN UNDANG UNDANG. NOMOR 4 Drt. TAHUN 1959 TENTANG KETENTUAN-KETENTUAN UMUM MENGENAI TANDA-TANDA KEHORMATAN

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 2003 TENTANG TANDA KEHORMATAN SATYALANCANA DHARMA NUSA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG DARURAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 1958 TENTANG TANDA-TANDA PENGHARGAAN UNTUK ANGGOTA ANGKATAN PERANG PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 2003 TENTANG TANDA KEHORMATAN SATYALANCANA DHARMA NUSA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 65 TAHUN 1958 TENTANG PEMBERIAN TANDA-TANDA KEHORMATAN BINTANG SAKTI DAN BINTANG DARMA

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

Militer Sukarela dari dinas tentara (Lembaran Negara tahun 1958 No. 6). Mengingat pula: Pasal 82 dan pasal 98 Undang-undang Dasar Sementara Republik I

mempunyai sesuatu pangkat yang sama atau disamakan, pada umumnya diatur menurut lamanya waktu sejak mulai berlakunya pengangkatan yang bersangkutan da

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA Nomor 66 TAHUN 1958 Tentang WAJIB-MILITER

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 65 TAHUN 1958 TENTANG PEMBERIAN TANDA-TANDA KEHORMATAN BINTANG SAKTI DAN BINTANG DARMA

PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG NOMOR 39 TAHUN 1960 TENTANG PENYALURAN MILITER WAJIB DARURAT KEDALAM RANGKA WAJIB MILITER

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 52 TAHUN 1958 TENTANG IKATAN DINAS DAN KEDUDUKAN HUKUM MILITER SUKARELA. Presiden Republik Indonesia,

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 31 TAHUN 1997 TENTANG PERADILAN MILITER DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI

Presiden Republik Indonesia,

UU 2/1959, PENETAPAN UNDANG UNDANG DARURAT NO Bentuk: UNDANG-UNDANG (UU) Oleh: PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA. Nomor: 2 TAHUN 1959 (2/1959)

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 1966 TENTANG PEMBERIAN PENSIUN, TUNJANGAN BERSIFAT PENSIUN DAN TUNJANGAN KEPADA MILITER SUKARELA

Kampanye WALHI Sulsel 1

Mendengar: Musyawarah Kabinet Kerja pada tanggal 21 September 1960.

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Bentuk: UNDANG-UNDANG (UU) Oleh: PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA. Nomor: 66 TAHUN 1958 (66/1958) Tanggal: 1 AGUSTUS 1958 (JAKARTA)

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG DARURAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 1959 TENTANG KETENTUAN-KETENTUAN UMUM MENGENAI TANDA-TANDA KEHORMATAN

KEPANGKATAN MILITER/POLISI DALAM ANGKATAN BERSENJATA REPUBLIK INDONESIA Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1973 Tanggal 21 Mei 1973


Bentuk: UNDANG-UNDANG (UU) Oleh: PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA. Nomor: 65 TAHUN 1958 (65/1958) Tanggal: 11 AGUSTUS 1958 (JAKARTA)

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

UNDANG-UNDANG DARURAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 1958 TENTANG TANDA-TANDA PENGHARGAAN UNTUK ANGGOTA ANGKATAN PERANG PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA SERIKAT,

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 62 TAHUN 1958 TENTANG KEWARGA-NEGARAAN REPUBLIK INDONESIA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2011 TENTANG

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 31 TAHUN 2005 TENTANG SEKRETARIAT NEGARA DAN SEKRETARIAT KABINET DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 1966 TENTANG PEMBERIAN PENSIUN, TUNJANGAN BERSIFAT PENSIUN DAN TUNJANGAN KEPADA MILITER SUKARELA

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

NOMOR 56 TAHUN 1999 TENTANG RAKYAT TERLATIH

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 56 TAHUN 1999 TENTANG RAKYAT TERLATIH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

HAL-HAL YANG PERLU PENGATURAN DALAM RUU PERADILAN MILITER

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 50 TAHUN 1951 TENTANG PERATURAN SEMENTARA TENTANG PENETAPAN GAJI TENTARA ANGKATAN DARAT

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2009 TENTANG

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG DARURAT (UUDRT) NOMOR 4 TAHUN 1950 (4/1950) TENTANG PENERIMAAN ANGGAUTA ANGKATAN PERANG REPUBLIK INDONESIA SERIKAT

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 1959 TENTANG SUMPAH JABATAN PEGAWAI NEGERI SIPIL DAN ANGGOTA ANGKATAN PERANG

NOMOR 31 TAHUN 1997 TENTANG PERADILAN MILITER

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 1955 TENTANG PERATURAN PERJALANAN DINAS LUAR NEGERI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Memutuskan :

PERBAIKAN PENGHASILAN PENSIUN BAGI PARA PURNAWIRAWAN A.B.R.I. Peraturan Pemerintah Nomor: 34 Tahun 1968 Tanggal: 19 November 1968

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN GAJI ANGGOTA ANGKATAN BERSENJATA REPUBLIK INDONESIA Peraturan Pemerintah No. 18 Tahun 1977 tanggal 29 Maret 1977

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 1959 TENTANG PEMBERIAN TUNJANGAN DAERAH TIDAK AMAN KEPADA PEGAWAI NEGERI SIPIL.

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG KOMPONEN CADANGAN PERTAHANAN NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

MEMUTUSKAN : Menetapkan : PERATURAN PEMERINTAH TENTANG WEWENANG PENGANGKATAN, PEMINDAHAN, DAN PEMBERHENTIAN PEGAWAI NEGERI SIPIL.

UNDANG-UNDANG DARURAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 1959 TENTANG PEMBERIAN TANDA KEHORMATAN BINTANG GARUDA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG DARURAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 1950 TENTANG SUSUNAN DAN KEKUASAAN PENGADILAN KEJAKSAAN DALAM LINGKUNGAN PERADILAN KETENTARAAN

Mengingat : 1. Pasal 4 ayat (1) Undang-Undang Dasar 1945;

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 31 TAHUN 2005 TENTANG SEKRETARIAT NEGARA DAN SEKRETARIAT KABINET DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 52 TAHUN 1958 TENTANG IKATAN DINAS DAN KEDUDUKAN HUKUM MILITER SUKARELA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Transkripsi:

PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 36 TAHUN 1959 TENTANG PANGKAT-PANGKAT MILITER KHUSUS, TITULER DAN KEHORMATAN. PRESIDEN, Menimbang : a. bahwa pangkat-pangkat militer efektif belum mencukupi segala kebutuhan yang timbul berhltbungan dengan penyelenggaraan tugas dilingkungan Angkatan Perang dan karena itu perlu diadakan pangkat-pangkat militer yang bersifat khusus di samping pangkatpangkat militer efektif; b. bahwa perlu diatur pula tentang pangkat-pangkat kehormatan seperti dimaksud dalam pasal 33 Undang-undang Pertahanan Negara. Mengingat : 1. Peraturan Pemerintah No. 24 tahun 1957 (Lembaran-Negara tahun 1957 No. 65) berhubungan dengan Undang-undang Militer Sukarela (Undang-undang No. 19 tahun 1958, Lembaran-Negara tahun 1958 No. 60); 2 Peraturan Pemerintah No.9 tahun 1950 (Lembaran-Negara tahun 1950 No. 29) jo. Peraturan Pemerintah No. 24 tahun 1950 (Lembaran-Negara tahun 1950 No. 62) berhubungan dengan Undang-undang No. 5 tahun 1950 (Lembaran-Negara tahun 1950No. 52); 3. pasal 40 ayat (1) Undang-undang Keadaan Bahaya 1957 (Undangundang No. 74 tahun 1957, Lem baran-negara tahun 1957 No. 160); 4. pasal 33 Undang-undang Pertahanan Negara (Undang-undang No. 29 tahun 1954, Lembaran-Negara tahun 1954 No. 84); Mengingat pula: 1. pasal 98 Undang-undang Dasar Sementara Republik Indonesia dan pasal 13 Undang-undang Pertahanan Negara (Undangundang No. 29 tahun 1954, Lembaran-Negara tahun 1954 No. 84); 2. Undang-undang...

2 2. Undang-undang No. 29 tahun 1957 (Lembaran-Negara tahun 1957 No. 101); Mendengar : Dewan Menteri da1am sidangnya yang ke-176 tanggal 30 Apid 1959. Memutuskan: Menetapkan : Peraturan Pemerintah tentang pangkat-pangkat militer khusus, tituler dan kehormatan. BAB I UMUM. Pasal 1. Yang dimaksud dalam peraturan ini dengan: 1. usia dalam pangkat ialah tingkatan kedudukan dalam pangkat yang sarna. 2. Menteri ia1ah Menteri Pertahanan Republik Indonesia; 3. Kepala Staf Angkatan ia1ah Kepala Staf Angkatan Darat, Laut dan Udara Republik Indonesia; 4. pangkat efektif ia1ah pangkat yang ditentukan dalam Peraturan Pemerintah No. 24 tahun 1957 tentang pangkat-pangkat miiiter (Lembaran-Negara tahun 1957 No. 65). BAB II PANGKA T MILITER KHUSUS. PasaI 2. Bagi Militer Sukarela di sam ping pangkat-pangkat efektif seperti ditentukan dalam Peraturan Pemerintah tentang pangkat-pangkat militer, diadakan pangkat-pangkat militer khusus, yaitu: a. pangkat semen tara, b. pangkat...

3 b. pangkat lokal, dan c. pangkat anumerta khususnya bagi mereka yang telah meninggal dunia. Pasal 3. (1) Pangkat semen tara diberikan kepada Militer Sukarela yang memangku sesuatu jabatan yang memerlukan pangkat lebih tinggi, sedangkan ia belum menempuh syarat masa-kerja untuk kenaikan pangkat menurut peraturan yang berlaku, dengan ketentuan bahwa: a. ia harus memenuhi semua syarat-syarat kenaikan pangkat menurut peraturan yang berlaku selain ketentuan tentang masakerja terse but: di atas; b. pemberian pangkat semen tara hanya terbatas pada pangkat Kapten Sementara sampai dengan pangkat Letnan Kolonel Semen tara. (2) Pangkat sementaral dijadikan pangkat efektif setelah syarat-syarat masa-kerja untuk kenaikan pangkat menurut peraturan yang berlaku dipenuhi, kecuali dalaill' hal terse but dalam ayat (3). (3) Jika terdapat alasan-alasan tertentu maka Militer Sukarela yang mempunyai pangkat sementara dapat dikembalikan pad a pangkat efektif semula. (4) Militer Sukarela yang diberi pangkat sementara berhak atas gaji dan tunjangan pangkat sementara yang diatur dalam peraturan gaji militer. (5) Pangkat: semen tara diberikan hanya setingkat lebih tinggi dari pangkat efektif. (6) Pemberian...

4 (6) Pemberian pangkat sementara dilakukan aleh Kepala Staf angkatan atas nama Menteri. Pasal4. (1) Pangkat lakal diberikan kepada Militer Sukarela yang menjalankantugas dalamlingkungan tertentu dan pangkatnya efektif tidak sesuai dengan pangkat yang diperlukan secara mutlak dalam menjalankan tugas tersebut. (2) Pangkat: lokal berlaku untuk sernua tngkatan pangkat efektif, dan pernberiannya dapat setingkat atau lebih di bawah atau di atas pangkat efektif. (3) Setelah Militer Sukarela yang bersangkut'an tidak lagi rnenjalankan tugas terse but dalarn ayat (1), pangkat lokal itu dengan sendirinya tidak berlaku lagi. (4) Pernberian pangkat lokal tidak rnernbawa perubahan dalarn penghasilan yang didapat dalam pangkat efektif. (5) Pemberian pangkat lokal perwira tinggi dilakukan oleh Menteri, sedangkan pemberian pangkat lokal KCllonel kebawah dilakukan oleh Kepala Staf Angkatan atas nama Menteri. Pasal 5. (1) Pangkat anurnerta diberikan kepada Militer Sukarela yang rneninggal dunia dan dianggap sepantasnya diberi kenaikan pangkat secara luar biasa. (2) Pernberian pangkat anumerta rnerupakan kenaikan pangkat setingkat lebih tinggi dari pada pangkat efektif terakhir dan berlaku untuk sernua pangkat, kecuali pangkat yang tertinggi. (3) Pangkat...

5 (3) Pangkat 9alam pangkat anumerta dilakukan oleh pejabatpejabat yang berhak rnelakukan penganglatan dalam pangkat efektif. (4) Pengangkatan dalarn pangkat anurnerta terhitung rnulai tanggal Militer Sukarela yang bersangkutan rneninggal duma. (5) Perhitungan tunjangan-tunjangan kernatian, pensiun janda, onderstand yatim-piatu didasarkan atas pokok gaji seolah-olah Militer Sukarela tersebut dalarn ayat (1) telah diangkat dalam pangkat efektif yang sarna dengan pangkatnya anurnerta. BAB III PANGKAT MILITER TlTULER. Pasal 6. Kepada orang-orang bukan Militer Sukarela atau Militer-Wajib. yang rnernangku jabatan militer dapat diberikan pangkat rniliter tituter. Pasal 7. (1) Selain dari pemberian pangkat mil iter tituler oleh atau berdasarkan Undang-undang pangkat militer dapat diberikan kepada: a. pegawai negeri sipil dalam lingkungan Angkatan Perang yang memangku jabatan organik militer yang menurut peraturan yang berlaku harus dijabat oleh seorang perwira; b. pegawai negeri sipil yang menurut peraturan yang berlaku di samping jabatannya dalam instansi sipil juga memangku jabatan militer yang harus dijabat oleh seorang perwini; c. pejabat...

6 c. pejabat yang untuk kepentingan jabatannya dalam rangka keadaan bahaya dan pertahanan Negara memerlukan pangkat militer menurut penetapan Menteri at au pejabat yang ditunjuk olehnya. (2) Pangkat militer tituler yang diberikan kepada yang bersangkutan berdasarkan ayat (1) pasal ini adalah yang sepadan dengan jabatan yang dipangkunya, dengan ketentuan bahwa pangkat militer tituler bagi mereka yang termasuk golongan tersebut dalam ayat 1 itu pada huruf a dan huruf b sekurang-kurangnya adalah pangkat terendah dalam golongan Perwira. (3) Pemberian pangkat militer tituler termaksud pada ayat 1 huruf a, b dan cpasal ini dilakukan oleh Kepala Staf Angkatan. (4) Dalam hal orang bukan militer, dipanggil oleh Penguasa Keadaan Perang untuk bekeija pada A.P.R.I. sebagai yang dimaksud dalam pasal 40 ayat (1) Undang-undang Keadaan Bahaya 1957, maka kepada orang tersebut oleh Penguasa Keadaan Perang yang bersangkutan diberikan pangkat militer yang sepadan dengan tugas pekerjaannya yang dibebankan kepadanya. Pasal 8. (1) Pangkat militer tituler bagi pejabat terse but dalam pasal 7 ayat 1 huruf a dan huruf b hanya berlaku selama pejabat yang bersangkutan memangku jabatan yang menjadi dasar pemberian pangkat: titulemya dan jabatan itu tetap merupakanjabatan yang menurut peraturan yang berlaku harus dijabat oleh seorang perwira. (2) Pangkat...

7 (2) Pangkat militer tituler bagi pejabat tersebut dalam pasal 7 ayat 1 huruf c hanya berlaku selama pejabat yang bersangkutan memangku jabatan yang menjadi dasar pemberian pangkat titulemya dan jabatan itu tetap merupakan suatu jabatan yang menurut penetapan Menteri atau pejabat yang ditunjuk olehnya memerlukan pangkat militer tituler, dengan ketentuan bahwa pangkat militer tituler tersebut dianggap gugur dengan sendirinya dengan berakhimya tingkatan keadaan bahaya yang bersangkutan, kecuali jika tingkatan keadaan bahaya ini disusul dengan tingkatan keadaan bahaya yang lebih tinggi derajatnya. (3) Pangkat militer tituler yang pemberiannya berdasarkan pasal 7 ayat (4) berlaku surut sampai saat pemanggilan orang yang bersangkutan dan hanya berlaku sampai pembebasan orang tersebut dari ikatan Angkatan Perang dengan ketentuan bahwa pangkat tituler tetsebut dianggap gugur dengan sendirinya dengan berakhirnya keadaan perang. (4) Pencabutan pangkat militer tituler dilakukan dengan surat keputusan oleh pejabat yang berhak menentukannya. Pasal 9. (l) Pemberian pangkat militer tituler kepada seseorang tidak membawa akibat pemberian penyesuaian gaji menurut peraturan gaji militer. (2) Kepada mereka yang memperoleh pangkat militer tituler berdasarkan peraturan ini dapat diberikan tunjangan honorarium menurut ketentuan-ketentuan peraturan Menteri, kecuali jika Peraturan Pemerin tah menetapkan lain. BAB IV...

8 BAB IV PANGKAT MILITER KEHORMATAN. Pasa110. (1) Pangkat militer kehormatan diberikan kepada warga-negara Indonesia bukan militer sukarela atau m;liter wajib sebagai suatu penghargaan dari jasa-jasa atau bantuan-bantuan yang ia sumbangkan, sehingga membawa kemajuan atau memberikan keuntungan bagi angkatan Perang keseluruhannya. (2) Pemberian pangkat militer kehormatan seperti dimaksud pada ayat (1) hanya dilakukan untuk pangkat Mayor ke atas. (3) Pemberian pangkat militer kehormatan dilakukan oleh Presiden atas usul Menteri dengan disertai pertim bangan dari Kepala Staf Angkatan. (4) Pemberian pangkat militer kehormatan tidak membawa akibat pemberian sesuatu tunjangan atau penghasilan. Pasal 11. (1) Pemberian pangkat militer kehormatan dapat dicabut kembali apabila yang berkepentingan melakukan tindakan-tindakan yang merugikan Angkatan Perang dan atau tindakan-tindakan yang dapat merugikan kehormatan Korps Perwira pada umumnya. (2) Pencabutan terse but pada ayat (1) dilakukan oleh Presiden atas usul Menteri dengan disertai pertimbangan Kepala Staf Angkatan. Pasal 12. Menyimpang dari ketentuan terse but pada pasal 10 ayat (1), Presiden dapat memberikan pangkat militer kehormatan kepada seorang warganegara asing. BAB V....

9 BAB V. KETENTUAN KHUSUS. Pasal 13. (1) Seorang yang mempunyai pangkat semen tara, usianya dalam pangkat tersebut adalah lebih muda dati pada mereka yang mempunyai pangkat efektif yang setingkat. (2) Seorang yang mempunyai pangkat lokal, usianya dalam pangkat tersebut adalah Iebih muda dari pada yang mempunyai pangkat sementara yang setingkat. (3) Seorang yang mempunyai pangkat tituler, usianya dalam pangkat tersebut adalah lebih muda dari pada yang mempunyai pangkat lokal yang setingkat. (4) Seorang yang mempunyai pangkat militer kehormatan, usianya dalam pangkat tersebut terhadap pangkat efektif yang setingkat ditentukan berdasarkan peraturan yang berlaku untuk penentuan usia pangkat efektif. Pasal14. (1) Seorang yang mempunyai pangkat militer tituler seperti tersebut dalam pasal 7 ayat I huruf a, b dan c dan ayat 4 diharuskan memakai pakaian seragam, menurut ketentuan yang berlaku, bagi militer yang mempunyai pangkat militer efektif, selama ia memiliki pangkatl tituler tersebut. (2) Seorang yang mempunyai pangkat militer tituler atas pemberian oleh atau berdasarkan Undang-undang hanya memakai pakaian seragam selarna menjalankan tugas jabatannya yang menjadi dasar pemberian pangkat tituler tersebut. (3) Mereka...

10 (3) Mereka yang mempunyai pangkat mil iter tituler adalah "militer" dalam arti menurut hukum pidana tentara dan hukum disiplin tentara berdasarkan ketentuan Un dang-un dang. (4) Seorang yang mempunyai pangkat militer kehormatan berhak memakai pakaian seragam pada waktu menghadiri upacaraupacara militer pada hari-hari nasional ataupun jika ia menjadi tarnu pada suatu upacara militer. (5) Dalam hal tersebut pada ayat (4) ia mendapat perlakuan protokol seperti mereka yang mempunyai pangkat efektif yang setingkat. Pasal 15. Jika dalam hal adanya pangkat sementara atau pangkat tituler seperti tersebut dalarn pasal 7 ayat I huruf a, b dan c dan ayat 4 perlu ditetapkan usianya dalam pangkat untuk anggotaanggota yang berpangkat sarna, maka berlaku ketentuan tentang tingkatan kedudukan untuk pangkat militer efektif. BAB VI PENUTUP. Pasal 16. (1) Pemberian pangkat-pangkat militer khusus, tituler dan kehormatan yang dilakukan menurut peraturan yang berlaku sebelum saat pengundangan Peraturan Pemerintah ini harus ditinjau kembali dan disesuaikan dengan ketentuan-ketentuan dalam peraturan ini. (2) Bagi pemberian pangkat militer tituler oleh atau berdasarkan Undang-undang sebagai yang terse but pada garis-garis pertama dati pada ayat (1) pasal 7, tidak berlaku ketentuan dalam ayat (1) pasal ini. Pasal 17. Peraturan ini dapat disebut "Peraturan Pemerintah tentang pangkatpangkat militer khusus" dan mulai berlaku pada hari diundangkan. Agar...

Diundangkan Pada tanggal 4 Juli 1959 Menteri Kehakiman, ttd G.A. MAENGKOM PRESIDEN 11 Agar supaya setiap orang dapat mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Pemerintah ini denganpenempatan dalam Lembaran-Negara Republik Indonesia. Ditetapkan di Jakarta Pada tanggal 26 Juni 1959 Pejabat Presiden Republik Indonesia, ttd SARTONO Menteri Pertahanan, ttd DJUANDA LEMBARAN NEGARA TAHUN 1959 NOMOR 58.

PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 36 TAHUN 1959 tentang PANGKAT-PANGKAT MILITER KHUSUS, TITULER DAN KEHORMATAN. UMUM. Peraturan Pemerintah No. 24 tahun 1957 (Lembaran-Negara tahun 1957 No. 65) mengatur pangkat-pangkat Militer Sukarela yang bersifat efektif. Untuk dapat menampung segala kemungkinan yang timbul berhubung, dengan penyelenggaraan tugas dilingkungan Angkatan Perang dalam hal:hal yang fuar biasa, maka dirasakan perlu untuk mengatur pangkat-pangkat militer khusus bagi Militer Sukarela dan pangkatpangkat militer tituler bagi bukan Militer Sukarela. Disamping itu perlu diatur pula ketentuan tersebut dalam pas'al 33 Undang-undang Keadaan Bahaya yang berbunyi sebagai berikut : "Presiden dapat memberikan pangkat-pangkat kehormatan Angkatan Perang kepada seorang yang bukan anggota Angkatan Perang menurut cara-cara yang ditentukan dengan Peraturan Pemerintah". Dalam peraturan ini ditentukan syarat-syarat dan akibat-akibat pemberiari pangkatpangkat militer khusus, tituler dan kehormatan terse but, yang'didasarkan at as sifat tugas, keadaan, jabatan, kedudukan dan jasa.jasa seseorang, sebagai usaha untuk memperlengkapi Peraturan Pemerintah mengenai pangkat-pangkat militer. PASAL DEMI PASAL. Pasal 1. Cukup jelas Pasal 2. Cukup jelas.

- 2 - Pasal 3. Ayat (1) : Pangkat semen tara diberikan kepada seseorang untuk menjamin ketertiban hierarchie dalam rangka organisasi, karena ia diperlukan untuk memangku jabatan yang menurut tabel-organisasi memerlukan pangkat yang lebili tinggi. Ayat (2) : Masa-kerja adalah lamanya berdinas dalam pangkat efektif yang disyaratkan untuk kenaikan pangkat sebagaimana ditentukan dalam peraturan kenaikan pangkat yang berlaku. Contoh': Untuk menjadi Kapten antara lain disyaratkan masa-kerja dalam pangkat Letnan I sekurang-kurangnya 3 tahun. Kapten Sementara yang telah 3 tahun lamanya dalam pangkat Letnan I dijadikan Kapten efektif. Ayat (3) : Yang dimaksud dengan alasan-alasan tertentu dalam ayat ini ialah an tara lain:. a. ia tidak lagi memangku jabatan yang menjadi dasar pemberian pangkat semen tara tersebut dan selanjutnya tidak diangkat dalam jabatan lain yang setingkat dengan jabatan itu. b. temyata tidak cakap untuk memangku jabatan itu dan ia diberhentikan dari jabatan itu. Ayat (4): Cukup jelas. Ayat (5): Cukup jelas. Ayat (6): Cukup jelas. Pasal 4. Ayat (1) : Yang dimaksud dengan lingkungan tertentu daiam ayat ini misalnya dalam mengikuti pendidikan, untuk mengepalai misi militer, dan sebagainya.

- 3 - Ayat (2) : Contoh A. Jika untuk memasuki sesuatu sekolah militer para calon pangkatnya tidak boleh lebih tinggi dari pangkat Kapten, maka seorang Mayor yang mendapat perintah mengikliti sekolah militer tersebut, 'agar dapat memenuhi syarat pangkat yang diperlukan untuk sekolah itu, ia diberi pangkat Kapten lokal yang hanya berlaku selama ia mengikuti sekolah militer termaksud diatas. Ini adalah suatu contoh mengenai pemberian pangkat lokal yang lebih rendah dari pangkat efektif. Kapten lokal tersebut dalam contoh ini tetap mendapat gaji sebagai Mayor. Contoh B. Jika menurut tata-upacara militer yang berlaku pasukan kehormatan untuk Kepala Negara sehrusnya dipimpin oleh seorang Komandan yang berpangkat Kapten dan pada saat itu tidak ada seorang Kapten untuk diberi tugas tersebut, maka pimpinan pasukan kehormatan dapat diserahkan kepada seorang perwira yang berpangkat lebih rendah dari Kapten. Untuk tidak menyalahi tata-upacara militer, maka kepada perwira tersebut itu selama waktu memimpin pasukan kehormatan diberikan pangkat Kapten lokai. lni adalah suatu contoh mengenai pemberian pangkat lokal yang lebih tinggi dari pangkat sebenarnya. Kapten lokal tersebut dalam contoh ini tetap mendapat gaji menurut pangkatnya efektif. Ayat (3) : Cukup jelas. Ayat (4) : Cukup jelas. Ayat (5) : Cukup jelas. Pasal 5. Ayat (1) : Contoh: Militer Sukarela berpangkat Sersan I memimpin satu regu dalam suatu pertempuran. Karena keberaniannya ia dapat menggagalkan serangan musuh yang jauh lebih kuat. Dalam tindakannya itu ia gugur. Dalam hal ini karena jasanyaia diberikan pangkat anumerta serta Kepala.

- 4 - Pasal 6. Cukup jelas. Pasal 7. Ayat (1) : Contoh pemberian pangkat militer tituler oleh atau berdasarkan Undang-undang vide pasa1 32 Undang-undang No.5 tahun 1950 (Lembaran-Negara tahun 1950 No. 52) berhubung dengan Peraturan Pemerintah No. 9 tahun 1950 (Lembaran-Negara tahun 1950 No. 29) yo. Peraturan Pemerintah No. 24 tahun 1950 (Lembaran-Negara tahun 1950 No. 62). huruf a dan huruf b: Contoh:. Suatu jabatan harus dipangku oleh seorang ahli yang menurut tabel-organisasi harus dijabat oleh seorartg perwira. Gleh karena t~naga tersebut be1um didapat dalam kalangan militer sendiri, sedangkan tenaga ahli yang ada tidak bersedia untuk diangkat menjadi militer atau tidak memenuhi syarat-syarat untuk menj adi militer, maka kepada pegawai negeri sipil yang bersangkutan diberikan pangkat mili ter tituler. Huruf c: Apabila negara ada dalam keadaan bahaya, maka mungkin sesuatu jabatan dilingkungan sipil c.q. partikulier inenjadi jabatan yang sangat penting da1am rangka pertahanandan memerlukan agar pejabatnya mempunyai pangkat militer. Jabatan-jabatan manakah yang memenuhi syarat-syarat untuk dapat dikatakan bahwa jabatan-jabatan itu sungguh memerlukall' pangkat militer untuk pejabat-pejabatnya, ditetapkan olell Menteri Pertahanan atau pejabat yang ditunjuk oleh Menteri Pertahanan untuk menentukan itu. Ayat (2) : Dasar pikiran dalam pemberian pangkat milier tituler ia1ah untuk memberikan pangkat tadi kepada orang-oran!; bukan militer dalam jabatan-jabatan penting. Jabatan-jabatan itu pada hakekatnya ada1ah jabatan-jabatan yang mensyaratkan kepemimpinan dan keahlian. Berhubung syrat-syarat ini dalam ka1angan militer ditentukan untuk golongan perwira, maka diambil sebagai batas pemberian pangkat militer tituler. Letnan, yaitu pangkat permulaan untuk perwira.

- 5 - Ayat (3) : Cukup jejas. Ayat (4) : Ketentuan ini sungguh diper1ukan guna perlakuan ("toepassing") dari pada pasal 40 ayat (1) Undang-undang Keadaan Bahaya 1957, Hukum Pidana Tentara, Hukum Disiplill tentara dan Hukum Acara Pidana Tentara yang diperlakukan Icrllllterhadap orang yang bersangkutan memerlukan penentuan orang tersebut dalam kepangkatan yang berlaku dilingkungan Angkatan Perang. Pasal 8. Cukup je1as. Pasal 9. Ayat ( 1) : Cukup je1as. Ayat (2) : Contoh dari pengecualian, vide Peraturan Pemerintah No. 37 tahun 1954 (Lembaran-Negara tahun 1954 No. 58). Pasal 10 Ayat (1) dan (2) : Tinggi-rendahnya pangkat militer kehormatan didasarkan atas besar-kecilnya jsa-jasa atau darmabakti yang disumbangkan kepada Angkatan Perang. Ayat (3) : Cukup jelas. Ayat (4) : Cukup jelas. Pasal 11. Hal ini sudah semestinya, mengingat bahwa pemberian pangkat militer kehormatan adalah merupakan suatu kehormatan terhadap yang memilikinya. Pasa112. Ketentuan dalam pasal ini dianggap perlu mengingat kemungkinan pemberian pangkat militer kehormatan berdasarkan at as timbal-balik.

- 6 - Pasal 13. Cukup jelas. Pasal 14. Ayat (1) dan (2) : Cukup jelas. Ayat (3) : Berhubung dengan ketentuan ini, lihat pasal 49 ayat (1) dibawah angka 4e K.U.H.P.T. dan pasal 74 ayat (1) K.U.H.D.T. Ayat (4) dan (5) : Cukup jelas. Pasal 15. Cukup jelas. Pasal 16. Cukup jelas. Pasal 1 7. Cukup je1as. TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA NOMOR 1801. Diketahui: Menteri Kehakiman, G. A. MAENGKOM.