BAB 1 PENDAHULUAN. Sastra di dunia pendidikan kita bukanlah sesuatu yang populer. Sastra dalam

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 1 PENDAHULUAN. ke jenjang menengah itu, pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia merupakan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pembentukan manusia sempurna melalui pendidikan, di dalam pendidikan berlaku

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dalam interaksi dirinya dengan lingkungannya. Hasil dari interaksi yang dilakukan

BAB I PENDAHULUAN. bangsa yang unggul. Banyak hal yang harus disempurnakan untuk meningkatkan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Nikke Permata Indah, 2015

BAB I PENDAHULUAN. bangsa yang bermartabat dan mencerdaskan kehidupan bangsa. Secara spesifik

BAB I PENDAHULUAN. Akan tetapi yang perlu diingat bahwa pendidikan akan berhasil dengan. negara yang demokratis serta bertanggung jawab.

Nikke Permata Indah Pendidikan Bahasa Indonesia Sekolah Pascasarjana Universitas Pendidikan Indonesia

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. (Hasanuddin, 1996:1). Dimensi pertama, drama sebagai seni lakon, seni peran

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

2015 PENERAPAN TEKNIK MENULIS BERANTAI DALAM PEMBELAJARAN MENULIS TEKS ULASAN FILM ATAU DRAMA

BAB I PENDAHULUAN. mempelajari bahasa saja, tetapi juga mempelajari sastra. Menurut Lukens

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. kembangkan potensi-potensi siswa dalam kegiatan pengajaran. Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. mampu memecahkan masalah di sekitar lingkungannya. menjadi warga negara yang demokratis, serta bertanggung jawab.

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan proses belajar yang membantu manusia dalam mengembangkan

BAB I PENDAHULUAN. lebih terfokus. Pembelajaran bahasa Indonesia dilakukan dengan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam bidang pendidikan di sekolah peranan seorang guru sangat

1. PENDAHULUAN. menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan, manusia dapat menemukan hal-hal baru yang dapat dikembangkan dan

BAB I PENDAHULUAN. pelangsungan berbahasa Indonesia. Termasuk di dalam kegiatan pelangsungan berbahasa

BAB I PENDAHULUAN. Mardwitanti Laras, 2014 Penerapan Teknik Parafrase dengan Pengandaian 180 Derajat berbeda dalam pembelajaran

2015 PENERAPAN TEKNIK THINK-TALK-WRITE (TTW) DALAM PEMBELAJARAN MENULIS TEKS TANGGAPAN DESKRIPTIF

BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil pengolahan dan analisis data yang telah dilakukan penulis,

BAB I PENDAHULUAN. dengan inovasi dalam bidang pendidikan. Peningkatan kualitas pendidikan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. terampil menulis, agar mereka dapat mengungkapkan ide, gagasan, ataupun

BAB I PENDAHULUAN. manusia untuk selalu berfikir dan mencari hal-hal yang baru. Pendidikan tidak

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan usaha yang mempunyai tujuan, yang dengan. didik (Sardiman, 2008: 12). Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang

BAB I PENDAHULUAN. Interaksi pendidikan berfungsi membantu pengembangan seluruh potensi, kecakapan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Rizky Ananda Oktaviani, 2015

BAB I PENDAHULUAN. pembelajaran yang sesuai dengan kurikulum. Saat ini sempat diterapkan

BAB I PENDAHULUAN. manusia, supaya anak didik menjadi manusia yang berkualitas, profesional,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. sejak manusia ada. Apalagi masa-masa sekarang dan masa mendatang. Maju

I. PENDAHULUAN. Pendidikan adalah suatu proses untuk membantu manusia dalam mengembangkan

BAB I PENDAHULUAN. bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap,

BAB I PENDAHULUAN. sertifikasi untuk meningkatkan kemampuan profesional pendidik, kebijakan baik kurikulum maupun standar pendidikan.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. demikian akan menimbulkan perubahan dalam dirinya yang. memungkinkannya untuk berfungsi secara menyeluruh dalam kehidupan

EKSPERIMENTASI PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEAD TOGETHER DAN THINK PAIR SHARE TERHADAP HASIL BELAJAR

BAB 1 PENDAHULUAN. lisan, sedangkan membaca dan menulis terjadi dalam komunikasi secara tertulis.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. sebagaimana yang tertuang dalam Undang Undang Nomor 20 tahun negara yang demokratis dan bertanggung jawab.

BAB I PENDAHULUAN. menulis seseorang dapat menyampaikan hal yang ada dalam pikirannya.

I. PENDAHULUAN. diajarkan agar siswa dapat menguasai dan menggunakannya dalam berkomunikasi

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan Nasional bertujuan: Untuk mengembangkan potensi

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Kemajuan suatu bangsa sangat ditentukan oleh kualitas sumber daya manusia. Kualitas sumber daya manusia

BAB I PENDAHULUAN. baik oleh pembaca dan hendak disampaikan melalui media kata-kata/bahasa tulis.

BAB I PENDAHULUAN. tingkah laku yang baik. Pada dasarnya pendidikan merupakan proses untuk

BAB 1 PENDAHULUAN. Keterampilan berbahasa mencakup keterampilan menyimak, berbicara,

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pendidikan adalah salah satu bentuk perwujudan dari kebudayaan manusia

BAB 1 PENDAHULUAN. mencapai tingkat keberhasilan yang maksimal. Banyak orang yang sulit

BAB I PENDAHULUAN. aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan,

BAB I PENDAHULUAN. karena pada dasarnya setiap orang membutuhkan pendidikan. Pendidikan

SANTI BBERLIANA SIMATUPANG,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pendidikan, manusia dapat mengembangkan diri untuk menghadapi tantangan

BAB I PENDAHULUAN. akan berusaha untuk mengaktualisasi pengetahuannya tersebut di dalam. latihan, bagi pemerannya dimasa yang akan datang.

2013 PENGARUH METODE MIND MAPPING DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENULIS PUISI

BAB I PENDAHULUAN. memuat materi Geografi, Sejarah, Sosiologi, dan Ekonomi (Sapriya 2011:11).

BAB I PENDAHULUAN. selalu diupayakan pemerintah dengan berbagai cara, seperti penataan guru-guru,

BAB I PENDAHULUAN. dengan dilakukannya proses pembelajaran manusia akan mampu berkembang.

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Widya Lestari Koswara, 2013

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan menjadi hal yang sangat penting bagi suatu bangsa, dikatakan

BAB I PENDAHULUAN. Kualitas sumber manusia itu tergantung pada kualitas pendidikan. Peran

BAB 1 PENDAHULUAN. siswa dalam mata pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia di sekolah. Siswa. dalam Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar.

BAB I PENDAHULUAN. dalam UU No. 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan pasal 3 adalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Imam Munandar,2013

BAB I PENDAHULUAN. tadinya tidak terampil menjadi terampil (Tim Pengembang MKDP Kurikulum dan

BAB I PENDAHULUAN. berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia beriman dan

1. PENDAHULUAN. pembelajaran sastra berlangsung. Banyak siswa yang mengeluh apabila disuruh

I. PENDAHULUAN. Pendidikan adalah salah satu faktor yang menentukan kemajuan bangsa Indonesia

PENGEMBANGAN MODEL PEMBELAJARAN COOPERATIVE INTEGRATED READING AND COMPOSITION (CIRC) SEBAGAI UPAYA DALAM MENINGKATKAN KETERAMPILAN MENULIS RESENSI

BAB I PENDAHULUAN. yang mempunyai suatu pandangan hidup untuk mengembangkan karakterkarakter

BAB I PENDAHULUAN. kompetensi yang diharapkan. Karena hal itu merupakan cerminan dari kemampuan

BAB I PENDAHULUAN. dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. Cindy Noor Indah putri, 2014

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan suatu aspek kehidupan yang sangat mendasar bagi pembangunan

I. PENDAHULUAN. Pendidikan nasional berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar. Negara Republik Indonesia Tahun 1945 berfungsi mengembangkan

BAB I PENDAHULUAN. [Type text]

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Mata pelajaran Bahasa Indonesia, Matematika, IPA, IPS dan PKn

BAB I PENDAHULUAN. tercapainya manusia dan masyarakat berkualitas yang memiliki kecerdasan

BAB I PENDAHULUAN. menjadi manusia yang mandiri, bertanggung jawab, kreatif, berilmu, sehat,

BAB I PENDAHULUAN. Oleh karena itu, perlu adanya peningkatan mutu pendidikan di Indonesia. Berdasarkan Undang-undang No. 20 pasal ke-3 (2003)

BAB I PENDAHULUAN. suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif

BAB I PENDAHULUAN. suatu Sistem Pendidikan Nasional. Dan sebagai pedoman yuridisnya adalah

BAB I PEDAHULUAN. manusia. Pendidikan merupakan faktor utama dalam proses untuk membentuk

BAB 1 PENDAHULUAN. Pengajaran sastra sangat penting bagi kemajuan mutu pendidikan. Terutama

Transkripsi:

1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Sastra di dunia pendidikan kita bukanlah sesuatu yang populer. Sastra dalam pengajaran Bahasa dan Sastra Indonesia dari jenjang Sekolah Dasar (SD) hingga Sekolah Menengah Atas (SMA) baru sebatas bumbu pelengkap. Mata pelajaran bahasa dan sastra Indonesia lebih dititikberatkan pada pemahaman kebahasaan seperti struktur dan gramatikal teks. Pemahaman kesusastraan hanya diulas sekilas dan baru diperkenalkan dalam bentuk apresiasi, meski pada kenyataannya pembelajaran dalam bentuk apresiasi ini pun masih dianggap kurang maksimal. Seringkali kita mendengar pembacaan puisi pelajar dengan intonasi dan irama yang nyaris seragam, akibatnya pembacaan puisi tersebut terkesan membosankan. Pada praktiknya, dalam pengajaran sastra di sekolah-sekolah, guru-guru bahasa dan sastra terkesan canggung dan kurang mampu membimbing siswa dalam menulis, membaca, dan berapresiasi sastra. Kekurangan ini mungkin bukan terletak pada keterbatasan kemampuan guru saja, tetapi juga pada sistem yang dibangun berpuluh-puluh tahun lamanya. Dominasi pengajaran linguistik dalam kurikulum bahasa dan sastra Indonesia selama berpuluh-puluh tahun memang menjadi salah satu penyebab lemahnya pengajaran sastra di sekolah. Awalan, sisipan, dan akhiran diajarkan dari SD hingga SMA menjadikan tidak hanya siswa tapi juga guru yang bosan. Meski sebenarnya para guru bahasa Indonesia pada umumnya memiliki pengetahuan teoritis dan pengalaman praktis dalam mengajar bahasa dan apresiasi sastra.

2 Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan oleh penulis, metode pengajaran sastra selama ini memang dianggap sangat memprihatinkan. Siswa diajarkan kaidah-kaidah sastra dalam bentuk rumus-rumus yang harus dihafalkan dan terkesan membosankan. Metode yang konvensional (lazim digunakan dalam pembelajaran) ini bertolak belakang dengan fungsi sastra yang menghibur dan menyenangkan. Hal ini diperburuk oleh ketersediaan buku sastra di perpustakaan yang minim, sehingga siswa hanya mengenal sastra lewat penggalan-penggalan karya sastrawan yang dikutip dalam soal ujian maupun buku-buku ajar. Secara apresiasi, pembacaan sastra diajarkan dalam bentuk dan metode yang sama. Membaca puisi, mengenali isi puisi, dan membuat puisi adalah hal yang mungkin membosankan dan mudah ditebak bagi para pelajar kita. Apresiasi sastra tidak dipahami sebagai sesuatu yang multiinterpretasi dan kaya akan pemaknaan. Apresiasi sastra justru menjurus pada pembakuan pembacaan yang turun temurun hingga hampir bisa dipastikan oleh pembaca manapun. Salah satu prinsip penting dari psikologi pendidikan adalah guru tidak boleh hanya semata-mata memberikan pengetahuan kepada siswa (Nurhadi, 2004: 45). Siswa dituntut untuk membangun pengetahuan di dalam benaknya sendiri. Guru berperan dalam membantu proses pembelajaran dengan cara-cara mengajar yang memberi informasi menjadi lebih bermakna dan relevan dengan siswa. Tugasnya memberikan kesempatan kepada siswa untuk menemukan dan menerapkan ideide, dan menggunakan teknik pembelajaran yang sesuai. Teknik pembelajaran dapat diibaratkan sebagai tangga. Guru dapat memberikan tangga kepada siswa untuk membantu mereka mencapai tingkat pemahaman yang lebih tinggi, tetapi harus diupayakan agar siswa itu sendiri yang memanjat tangga tersebut.

3 Secara umum teknik pembelajaran apa pun dapat diterapkan dalam pembelajaran, selama teknik itu relevan dengan prinsip kurikulum. Kurikulum dikembangkan berdasarkan prinsip bahwa peserta didik memiliki posisi sentral untuk mengembangkan kompetensinya agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, akhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Untuk mendukung pencapaian tujuan tersebut pengembangan kompetensi peserta didik disesuaikan dengan potensi, perkembangan, kebutuhan, dan kepentingan peserta didik serta tuntutan lingkungan (Nurhadi, 2004: 87). Salah satu teknik pembelajaran yang sesuai dengan kriteria di atas menurut penulis adalah teknik Bermain Peran. Teknik Bermain Peran (role playing) adalah bagian dari model pembelajaran yang terpusat pada penggunaan kelompok kecil siswa untuk bekerja sama dan memaksimalkan kondisi belajar untuk mencapai tujuan belajar. Siswa tidak hanya belajar dari guru, tetapi juga dari sesama siswa. Selain itu bermain peran yang cenderung seperti drama ini membuat siswa tertarik untuk mempelajari puisi, karena berdasarkan hasil observasi yang dilakukan penulis pembelajaran sastra yang paling disukai siswa adalah drama. Dalam pembelajaran apresiasi puisi, sama halnya dengan pembelajaran pada umumnya, yakni terkait dengan berbagai faktor yang mendukung tercapainya tujuan pembelajaran, seperti teknik dan model yang digunakan, materi pelajaran, kompetensi guru, kurikulum, dan sarana pembelajaran. Kurikulum hanya dapat dijadikan sebagai pedoman sehingga guru dituntut untuk kreatif dalam menyajikan pembelajaran agar dapat mencapai tujuan yang diharapkan. Siswa

4 harus mengenal Sastra Indonesia secara utuh dalam kurikulum maupun dalam praktiknya di lapangan. Menjadi tugas kita sebagai tenaga pendidik dalam menumbuhkan dan meningkatkan minat siswa akan pembelajaran sastra itu sendiri. Sehubungan dengan hal itulah penulis menawarkan suatu bentuk alternatif pembelajaran sastra, khususnya pembelajaran apresiasi puisi dengan menggunakan teknik Bermain Peran (role playing). Dalam hal ini, penulis sesuaikan dengan bentuk pembelajaran sastra yang terdapat dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) bahasa dan sastra Indonesia SMA kelas XI semester genap yaitu, standar kompetensi berbicara, mengungkapkan wacana teks sastra dalam bentuk pementasan drama, dengan kompetensi dasar mengekspresikan dialog para tokoh dalam teks sastra. Teks sastra yang akan penulis jadikan media apresiasinya adalah teks puisi. Oleh karena itu, penulis menulis skripsi dengan judul Penerapan Teknik Bermain Peran dalam Pembelajaran Apresiasi Puisi (Studi Eksperimen Kuasi terhadap Siswa Kelas XI SMA Negeri 5 Cimahi Tahun Ajaran 2009/2010). Penelitian ini dilakukan berdasarkan asumsi yang berkembang selama ini bahwa secara umum ada kecenderungan negatif dalam proses pembelajaran apresiasi puisi. Siswa diajarkan hanya cukup dengan membaca teks puisi dan mengapresiasinya berdasarkan pemahaman masing-masing siswa, tanpa adanya kegiatan tukar pendapat atau diskusi antara sesama siswa sehingga mengakibatkan apresiasi siswa terhadap puisi menjadi dangkal. Selain itu, selama proses pembelajaran siswa mengalami kejenuhan karena harus menghadapi teks puisi dan mengapresiasinya sendiri.

5 Berdasarkan penelitian mengenai model pembelajaran apresiasi sastra dengan menggunakan model cooperative learning yang sudah pernah dilakukan. Rahayu dalam skripsinya yang berjudul Model Pembelajaran Apresiasi Cerpen Dengan menggunakan Teknik Think-Pair-Share di kelas II SMP Negeri 29 Bandung Tahun Ajaran 2004-2005. Hasil penelitian tersebut menunjukkan keberhasilan, dilihat dari adanya perbedaan yang signifikan antara hasil pembelajaran apresiasi cerpen yang menggunakan model cooperative learning dengan pembelajaran yang tidak menggunakan model cooperative learning. Hal ini berarti, model pembelajaran cooperative learning efektif diterapkan dalam pembelajaran apresiasi sastra. Oleh karena itu, penulis tertarik untuk menggunakan salah satu jenis model pembelajaran yang tergolong model pembelajaran cooperative learning. Dalam hal ini, penulis menggunakan teknik Bermain Peran (role playing) untuk pembelajaran apresiasi puisi. 1.2 Pembatasan Masalah Penelitian Untuk membatasi luasnya permasalahan dan memudahkan ruang lingkup yang akan dijadikan sasaran penelitian, maka ditentukan pembatasan masalah sebagai berikut. 1) Keefektifan penerapan teknik bermain peran dalam pembelajaran apresiasi puisi. 2) Objek dalam penelitian ini adalah siswa kelas XI SMA Negeri 5 Cimahi Tahun Ajaran 2009/2010.

6 3) Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode eksperimen kuasi atau eksperimen semu. 1.3 Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas, masalah penelitian ini dirumuskan ke dalam beberapa pertanyaan berikut ini. 1) Bagaimanakah hasil tes awal (pretes) dan tes akhir (postes) kemampuan apresiasi puisi siswa dengan menggunakan teknik bermain peran pada kelompok eksperimen? 2) Bagaimanakah hasil tes awal (pretes) dan tes akhir (postes) kemampuan apresiasi puisi siswa dengan menggunakan teknik konvensional pada kelompok kontrol? 3) Apakah terdapat perbedaan yang signifikan antara hasil kemampuan apresiasi puisi siswa pada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol? 4) Bagaimanakah hasil yang diperoleh dari proses pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan teknik bermain peran dalam pembelajaran apresiasi puisi pada kelompok eksperimen? 1.4 Tujuan Penelitian Penelitian ini dilaksanakan berdasarkan dua tujuan yaitu tujuan teoritis dan tujuan praktis. Tujuan teoritis yang terdapat dalam penelitian ini adalah sebagai berikut;

7 1) menemukan dan mengembangkan teori, model, atau strategi baru dalam dunia pendidikan; 2) menerapkan, menguji, dan mengevaluasi kemampuan teori, model, strategi pembelajaran dalam memecahkan masalah dalam pendidikan. Selain adanya tujuan teoritis, penelitian ini juga memiliki tujuan praktis sebagai berikut; 1) mengetahui hasil kemampuan apresiasi puisi siswa pada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol berdasarkan tes awal (pretes) dan tes akhir (postes); 2) mengetahui ada tidaknya perbedaan yang signifikan antara kemampuan apresiasi puisi siswa pada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol; 3) mengetahui keefektifan teknik bermain peran dalam pembelajaran apresiasi puisi. 1.5 Manfaat Penelitian Studi ini diharapkan mampu memberi sumbangan konseptual terutama terhadap studi pengembangan keterampilan mengapresiasi puisi, yaitu dengan memberikan wawasan dalam khazanah pengajaran apresiasi sastra khususnya pada apresiasi puisi melalui teknik bermain peran ini. Pengenalan strategi tersebut dilakukan dengan teknik mutakhir yang dapat digunakan untuk mengembangkan pembelajaran apresiasi puisi yang sampai saat ini masih jarang dilakukan. Selain adanya manfaat teoritis, penelitian ini juga memiliki beberapa manfaat praktis untuk beberapa pihak diantaranya adalah sebagai berikut. 1) Sekolah

8 Penelitian ini dapat dijadikan acuan bagi sekolah dalam menyusun kurikulum. 2) Dewan guru Untuk para dewan guru, penelitian ini dapat memberikan salah satu pilihan pembelajaran yang efektif dengan menggunakan model pembelajaran bermain peran yang berguna meningkatkan aktivitas belajar siswa. 3) Siswa Melalui penelitian ini siswa dapat menambah pengetahuan, wawasan dan pengalaman dalam mengapresiasi puisi. 4) Penulis Penelitian ini dapat memberikan sebuah pengalaman yang berguna untuk diri penulis sendiri di kemudian hari ketika penulis terjun sebagai pendidik, dapat dijadikan referensi dan juga dapat lebih mengembangkan pembelajaran pembelajaran di sekolah. 5) Masyarakat Masyarakat dapat menambah wawasan keilmuan, khususnya dalam memilih pembelajaran dan menyajikan materi pelajaran. 1.6 Anggapan Dasar Penelitian ini bertolak dari beberapa anggapan dasar, anggapan-anggapan dasar itu adalah sebagai berikut. 1) Apresiasi puisi merupakan pembelajaran sastra yang penting dimiliki oleh setiap siswa.

9 2) Pembelajaran akan lebih berhasil dan optimal dengan menggunakan metode atau teknik yang tepat dan sesuai. 3) Kemampuan apresiasi yang dimiliki setiap siswa berbeda. 4) Kemampuan apresiasi siswa dapat dilatih secara bertahap dengan baik oleh setiap guru. 5) Teknik bermain peran dapat digunakan dalam pembelajaran apresiasi puisi. 1.7 Hipotesis Berdasarkan beberapa rumusan masalah yang telah penulis paparkan di atas maka penulis dapat merumuskan hipotesis sebagai berikut; 1) kemampuan apresiasi puisi siswa berdasarkan hasil postes pada kelompok eksperimen tergolong baik dengan parameter standar keberhasilan yang telah ditentukan oleh sekolah dengan angka 6,7; 2) kemampuan apresiasi puisi siswa berdasarkan hasil postes pada kelompok kontrol tidak lebih baik dari hasil postes pada kelompok eksperimen; 3) terdapat perbedaan yang signifikan antara kemampuan apresiasi puisi siswa yang menggunakan teknik bermain peran pada kelompok eksperimen dan yang menggunakan teknik konvensional pada kelompok kontrol; 4) proses pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan teknik bermain peran pada kelompok eksperimen tergolong baik berdasarkan hasil observasi yang dilakukan oleh observer. 5) teknik bermain peran efektif digunakan dalam pembelajaran apresiasi puisi.

10 1.8 Metode dan Teknik Penelitian Metodologi penelitian merupakan bagian pokok dalam program penelitian. Pada bagian ini tercermin metode-metode yang akan digunakan oleh peneliti mengenai pemilihan subjek penelitian (penentuan populasi dan sampel), teknik sampling, pemilihan instrumen pengumpul data, dan pemilihan teknik analisis data. Berdasarkan tujuan yang akan dicapai dalam penelitian ini, metode yang akan digunakan adalah metode eksprimen semu atau eksperimen kuasi (quasi experimental research). Metode ini bertujuan untuk memperoleh informasi yang merupakan perkiraan bagi informasi yang telah diperoleh dengan eksperimen yang sebenarnya dalam keadaan yang tidak memungkinkan untuk mengontrol dan memanipulasi semua variabel yang relevan. Penelitian eksperimen adalah penelitian yang termasuk dalam kelompok penelitian kuantitatif. Data yang digunakan berupa angka-angka. Oleh sebab itu teknik penelitian yang digunakan adalah observasi terstruktur, statistik survei dan tes terstruktur. Sedangkan teknik yang digunakan dalam pengambilan sampel adalah teknik sampel tidak acak atau nonrandom sampling/nonprobability sampling. Lebih khusus, teknik yang digunakan adalah sampel penelitian secara total (total sampling). Pertimbangan ini dilakukan atas dasar penempatan penulis dalam mengajar siswa dan random kelas dalam menentukan kelompok. 1.9 Definisi Operasional Beberapa istilah yang berkaitan langsung dengan judul penelitian ini kiranya perlu didefinisikan secara operasional. Hal tersebut dilakukan untuk menghindari kesimpangsiuran pemahaman sekaligus menjelaskan paradigma berpikir dalam memandang suatu istilah, terutama dalam kebutuhan penelitian ini.

11 1) Teknik bermain peran adalah suatu cara penguasaan bahan-bahan pelajaran melalui pengembangan imajinasi dan penghayatan siswa. Metode role playing banyak melibatkan siswa untuk beraktivitas dalam pembelajaran, sehingga akan memberikan suasana yang menggembirakan. Siswa menjadi senang dan antusias dalam mengikuti pelajaran dan mempunyai kesempatan untuk memajukan kemampuannya dalam bekerjasama. 2) Pembelajaran Apresiasi Puisi merupakan bagian dari pembelajaran sastra. Apresiasi puisi merupakan kegiatan menghayati suatu puisi dengan melibatkan aktivitas berpikir yang bersifat estetis dan imajinatif. Pembelajaran apresiasi puisi adalah proses yang dilakukan guru untuk membelajarkan siswa yang diselenggarakan untuk memperoleh pengetahuan tentang apresiasi puisi. 3) Kemampuan Apresiasi Puisi merupakan kemampuan pemahaman teks puisi berdasarkan apresiasinya terhadap puisi, unsur-unsur puisi, dan struktur batin puisi.