PENGUMPULAN UANG ATAU BARANG (P U B ) DINAS SOSIAL PROVINSI JAWA TENGAH

dokumen-dokumen yang mirip
Dengan Persetujuan Bersama. DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH PROVINSI LAMPUNG dan GUBERNUR LAMPUNG MEMUTUSKAN:

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 50 TAHUN 2011 TENTANG

PEMERINTAH KABUPATEN TULUNGAGUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN TULUNGAGUNG NOMOR 3 TAHUN 2013 TENTANG PENGUMPULAN SUMBANGAN OLEH MASYARAKAT

PEMERINTAH KABUPATEN LAMONGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAMONGAN NOMOR 6 TAHUN 2013 TENTANG PENGUMPULAN SUMBANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI PASER PROVINSI KALIMANTAN TIMUR

WALIKOTA SURABAYA PROVINSI JAWA TIMUR

PELAKSANAAN PENGUMPULAN SUMBANGAN (Peraturan Pemerintah Nomor 29 Tahun 1980 Tanggal 28 Agustus 1980) PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

Nomor 75, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 623); 2. Undang-Undang Nomor 9 Tahun 1961 tentang pengumpulan Uang atau Barang (Lem

PERATURAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2015 TENTANG

2 BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Pemerintah ini yang dimaksud dengan : 1. Pengumpulan sumbangan masyarakat adalah penghimpunan dan/atau

BUPATI KOTAWARINGIN BARAT PERATURAN BUPATI KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 40 TAHUN 2013 TENTANG PENGUMPULAN UANG DAN BARANG

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2015 TENTANG TATA CARA PENGUMPULAN DAN PENGGUNAAN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG BARAT NOMOR 19 TAHUN 2012 TENTANG PENGELOLAAN AIR PERMUKAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANDUNG BARAT,

MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 24 / HUK / 2007 TENTANG PENGELOLAAN DANA KESEJAHTERAAN SOSIAL

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

2017, No Indonesia Tahun 2008 Nomor 166, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4916); 3. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2009 tentang

2015, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1954 tentang Undian (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1954 Nomor 75, Tambahan Lem

2016, No MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN PEMERINTAH TENTANG PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 17 TAHUN 2013 TENTANG ORGANISASI KEMASYARAKATAN.

PERATURAN BUPATI BANTUL NOMOR 27 TAHUN 2009 T E N T A N G PENYELENGGARAAN PERIZINAN BURSA KERJA LUAR NEGERI DI KABUPATEN BANTUL BUPATI BANTUL,

PERATURAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2015 TENTANG

- 1 - PERATURAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2017 TENTANG AGENSI PENYELENGGARAAN UNDIAN GRATIS BERHADIAH

PERATURAN DAERAH PROPINSI JAWA BARAT NOMOR 10 TAHUN 2001 TENTANG PENGAMBILAN DAN PEMANFAATAN AIR PERMUKAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB I. KETENTUAN UMUM

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN ZAKAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 27 TAHUN 2009 TENTANG PEDOMAN PENETAPAN IZIN GANGGUAN DI DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI

2017, No Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 58, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5679); M

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 07 TAHUN 2009 TENTANG PENGENDALIAN PEMBUANGAN AIR LIMBAH KE AIR ATAU SUMBER AIR

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 17 TAHUN 2010 RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 17 TAHUN 2010 TENTANG

Lampiran D UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN ZAKAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BERAU

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANTUL

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 7 TAHUN 2010

~ 1 ~ BUPATI KAYONG UTARA PROVINSI KALIMANTAN BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN KAYONG UTARA NOMOR 18 TAHUN 2015 TENTANG PENGELOLAAN PASAR RAKYAT

PEMERINTAH KABUPATEN SUMENEP

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 58 TAHUN 2016 TENTANG PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 17 TAHUN 2013 TENTANG ORGANISASI KEMASYARAKATAN

PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN NOMOR 14 TAHUN 2013 TENTANG PENANGGULANGAN GELANDANGAN DAN PENGEMIS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BERAU

BUPATI SIDOARJO PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI SIDOARJO NOMOR 39 TAHUN2016 TENTANG

BUPATI KEPULAUAN ANAMBAS

2017, No Indonesia Tahun 2008 Nomor 166, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4916); 3. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2009 tentang

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TANGERANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 6 TAHUN 2010 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 6 TAHUN 2010 TENTANG

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2017 TENTANG PEMBINAAN DAN PENGAWASAN PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN DAERAH

BUPATI MALANG PROVINSI JAWA TIMUR

6. Keputusan Bersama Menteri Dalam Negeri dan Menteri Sosial RI Nomor 78 Tahun 1993 tentang Pembinaan Orsos LSM;

RANCANGAN PEMERINTAH PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH NOMOR 7 TAHUN 2010 TENTANG PENANAMAN MODAL DI PROVINSI JAWA TENGAH

PERATURAN DAERAH KABUPATEN INDRAMAYU NOMOR : 10 TAHUN 2012 TENTANG PENGELOLAAN LIMBAH BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

QANUN KABUPATEN PIDIE NOMOR 9 TAHUN 2012 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANTUL NOMOR 04 TAHUN 2005 T E N T A N G PERIZINAN USAHA OBYEK DAN DAYA TARIK WISATA ALAM DI KABUPATEN BANTUL

PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.10/MEN/V/2009 TENTANG

BUPATI KUDUS PERATURAN BUPATI KUDUS NOMOR 8 TAHUN 2006 TENTANG

2 2. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 5, Tambahan Lembaran Negara R

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANTUL NOMOR 01 TAHUN 2010 T E N T A N G PENYELENGGARAAN KESEJAHTERAAN SOSIAL BAGI PENYANDANG MASALAH KESEJAHTERAAN SOSIAL

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 7 TAHUN 2010 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 7 TAHUN 2010 TENTANG

BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI CIAMIS NOMOR 51 TAHUN 2015 TENTANG

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN ZAKAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

GUBERNUR JAWA BARAT PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NOMOR 3 TAHUN 2017 TENTANG PENYELENGGARAAN PELAYANAN TERPADU SATU PINTU

WALIKOTA MAGELANG PERATURAN DAERAH KOTA MAGELANG NOMOR 16 TAHUN 2013 TENTANG IZIN USAHA JASA KONSTRUKSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI MALANG PROVINSI JAWA TIMUR

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PURWAKARTA

WALIKOTA PADANG PERATURAN DAERAH KOTA PADANG NOMOR 23 TAHUN 2012 TENTANG PENGELOLAAN RUMAH KOS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PADANG,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA ANGGOTA DEWAN GUBERNUR BANK INDONESIA,

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KERINCI TAHUN 2010 NOMOR 4

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 69 TAHUN 2014 TENTANG HAK GUNA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

KEPUTUSAN MENTERI AGAMA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 373 TAHUN 2003 TENTANG PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 38 TAHUN 1999 TENTANG PENGELOLAAN ZAKAT

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN GUBERNUR SUMATERA BARAT NOMOR : 33 TAHUN 2015

BUPATI BELITUNG PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN BUPATI BELITUNG NOMOR 33 TAHUN 2014 TENTANG

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 69 TAHUN 2014 TENTANG HAK GUNA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

M E M U T U S K A N : : PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN TENTANG PENATAAN DAN PEMBINAAN PERGUDANGAN. BAB I KETENTUAN UMUM. Pasal 1

PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN BARRU

PEMERINTAHAN DAERAH. Harsanto Nursadi

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 73 TAHUN 2005 TENTANG KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PEMERINTAH KABUPATEN SITUBONDO

KEPUTUSAN MENTERI PERINDUSTRIAN DAN PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 302MPP/Kep/10/2001 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 06 TAHUN 2009 TENTANG PENGENDALIAN PENGELOLAAN LIMBAH BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN

BERITA DAERAH KOTA SALATIGA NOMOR 28 TAHUN 2011 PERATURAN WALIKOTA SALATIGA NOMOR 28 TAHUN 2011 TENTANG

BUPATI KOTABARU PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTABARU NOMOR 22 TAHUN 2013 TENTANG PENGELOLAAN USAHA KETENAGALISTRIKAN

- 1 - PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 73 TAHUN 2005 TENTANG KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BUPATI KUDUS PERATURAN BUPATI KUDUS NOMOR 11 TAHUN 2005 TENTANG

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2001 TENTANG Y A Y A S A N YANG DIRUBAH DENGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 28 TAHUN 2004

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2001 TENTANG Y A Y A S A N DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2001 TENTANG YAYASAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

RANCANGAN PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 73 TAHUN 2005 TENTANG KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURWOREJO NOMOR : 5 TAHUN 2014 TENTANG IZIN USAHA JASA KONSTRUKSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PURWOREJO,

BERITA DAERAH KABUPATEN PURWAKARTA

POTENSI DAN PELUANG PENGEMBANGAN INDUSTRI KECIL DAN MENENGAH DI PERDESAAN MELALUI PELAYANAN TERPADU SATU PINTU (PTSP)

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN ZAKAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PEMERINTAH KOTA MEDAN PERATURAN DAERAH KOTA MEDAN NOMOR 6 TAHUN 2011 TENTANG PAJAK AIR TANAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MEDAN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 11 TAHUN 2013 TENTANG IZIN USAHA INDUSTRI, IZIN PERLUASAN DAN TANDA DAFTAR INDUSTRI

PETUNJUK PELAKSANAAN KOMPETENSI LABORATORIUM LINGKUNGAN

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 2014 TENTANG PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 23 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN ZAKAT

Transkripsi:

PENGUMPULAN UANG ATAU BARANG (P U B ) DINAS SOSIAL PROVINSI JAWA TENGAH

PENDAHULUAN Penyelenggaraan Pengumpulan Uang atau Barang (PUB) pada hakekatnya merupakan bentuk penggalian atau penghimpunan sumbangan baik berupa uang atau barang yang diselenggarakan oleh dan dari masyarakat serta untuk masyarakat Kondisi saat ini menunjukan adanya kecenderungan semakin meningkatnya dan maraknya usaha untuk membantu masyarakat yang sedang terjadi bencana atau yang kurang mampu melalui pengumpulan sumbangan Kepercayaan masyarakat ini perlu dipelihara dengan mengelola sumbangan secara serius dan profesional, namun disisi lain dalam pengelolaan bantuan dari masyarakat tersebut masih menyisakan persoalan lain berkaitan dengan transparansi dan akuntabilitas Transparansi dan akuntabilitas tidak hanya terkait dengan pelaporan keuangan tetapi juga berhubungan dengan pengelolaan dan distribusi dana serta programprogramnya 2

DASAR HUKUM Undang Undang Nomor 9 Tahun 1961 Tentang Pengumpulan Uang atau Barang Peraturan Pemerintah Nomor 29 Tahun 1980 Tentang Pelaksanaan Pengumpulan Uang atau Barang Peraturan Pemerintah Nomor 42 Tahun 1981 Tentang Pelayanan Sosial Bagi Fakir Miskin Keputusan Menteri Sosial RI Nomor 1/HUK/1995 Tentang Pengumpulan Uang atau Barang Untuk Bencana Alam Keputusan Menteri Sosial RI Nomor 56/HUK/1956 Tentang Pelaksanaan Pengumpulan Sumbangan Sosial Oleh Masyarakat Peraturan Gubernur Jawa Tengah Nomor 22 Tahun 2015 tentang Perubahan Kedua Atas Peraturan Gubernur Jawa Tengah Nomor 67 Tahun 2013 tentanfg Penyelenggaraan Pelyanan Terpadu Satu Pintu Provinsi Jawa Tengagh 3

TUJUAN Terhimpunnya Uang atau Barang dari masyarakat untuk penanganan usaha kesejahteraan Sosial Tersalurkannya uang atau barang dari hasil Pengumpulan sumbangan kepada masyarakat membutuhkan Terciptanya transparansi dan akuntabilitas dari hasil penyelenggaraan pengumpulan sumbangan Terciptanya tertib administrasi penyelenggaraan pengumpulan sumbangan Terselenggaranya pengumpulan sumbangan yang sesuai dan tidak bertentangan dengan peraturan perundang undangan yang berlaku 4

PERMASALAHAN Masih ditemukan adanya PUB yang belum atau tidak memiliki izin dari Pejabat yang berwenang Masih ditemukannya adanya penyimpangan dalam pelaksanaan penyelenggaraan PUB tidak sesuai dengan ketentuan (mekanisme, jangka waktu) Masih banyaknya penyelenggara PUB yang tidak menyampaikan laporan hasil kegiatan Masih banyaknya masyarakat yang belum mengetahui dan memahami Peraturan Tentang Penyelenggaraan PUB Banyaknya penyalahgunaan dalam usaha Pengumpulan dan Penggunaan Sumbangan Sosial dimasyarakat yang mengatasnamakan Lemabaga Kesos tertentu untuk kepentingan pribadi, kelompok dan golongan 5

Adanya Program PUB yang berkelanjutan (secara terus menerus) dilakukan Masih adanya masyarakat yang menyumbang bantuan pada saat prograam tersebut sudah berakhir (proses pelaporannya) Penyaluran bantuan pada saat pasca bencana tidak dapat disalurkan dengan jangka waktu 1 bulan setelah dana terkumpul Belum adanya koordinasi bantuan yang akan disalurkan dengan pihak yang terkait ( Dinas Sosial, BNPBD, Kemensos) Masih belum terinformasikannya kepada masyarakat bahwa bantuan yang diberikan merupakan hasil pengumpulan sumbangan bukan dari CSR perusahaan Masih belum adanya pemisahan antara rekening PUB Bencana dan PUB non Bencana 6

SINKRONISASI UU NO. 9 TH 1961 DENGAN UU LAIN YANG TERKAIT UU No. 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana : bahwa dalam hal pendanaan dan pengelolaan bantuan bencana, pemerintah dan pemerintah daerah berperan untuk mendorong dalam penyediaan dana yang bersumber dari masyarakat dan adanya pertanggungjawaban atas penyelenggaraan PUB beserta sanksinya UU No. 11 Tahun 2009 tentang Kesejahteraan Sosial : dalam UU ini dijelaskan pada pasal 36 dan 37 Usaha pengumpulan dan penggunaan sumber pendanaan yang berasal dari masyarakat bagi kepentingan kesejahteraan sosial. UU No. 22 Tahun 1954 Tentang Undian : bahwa Pemerintah khususnya Menteri Sosial berwenang menghimpun dana dari masyarakat/dunia usaha melalui penyelenggaraan UGB untuk penanganan PMKS Sehingga jelas dari ketiga UU tersebut terdapat sinkronisasi dengan UU No,9 Tahun 1961 yang pada hakekatnya adanya keseriusan Pemerintah dalam upaya meningkatkan dan menangani permasalahn kesos tidak hanya dilakukan oleh Pemerintah semata, tetapi juga memberikan keterbukaan bagi masyarakat luas yang memiliki kepedulian 7

SYARAT SYARAT SYARAT SYARAT Non Bencana dan Bencana Pengumpulan sumbangan dari masyarakat pada keadaan non bencana dapat diselenggarakan suatu organisasi /yayasan atau kepanitiaan yang memenuhi persyaratan dan telah mendapat izin terlebih dahulu dari pejabat yang berwenang sbb : a. Organisasi /Yayasan 1) Mempunyai akte pendirian/akte notaris (jenis penyelenggaraan kesejahteraan sosial harus tercantum dalam maksud dan tujuan) 2) Mempunyai Anggaran Dasar /Rumah Tangga 3) Mempunyai sarana dan prasarana untuk melaksanakan kegiatan baik administrasi maupun operasional 4) Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) 5) Telah mempunyai sasaran kerja, khususnya dibidang penyelenggaraan Kesejahteraan Sosial 6) Susunan kepengurusan minimal terdiri dari Ketua, Sekretaris, Bendahara, anggota disertai alamat yang bersangkutan 7) Telah memiliki program kegiatan, khususnya dibidang penyelenggaraan kesejahteraan sosial 8) Kegiatan yang dilaksanakan besar kemungkinan untuk dapat dikembangkan/ditingkatkan 9) Telah memiliki modal kerja baik berupa dana, benda tetap atau benda bergerak untuk menunjang pelaksanaan kegiatan UKS yang menjadi bidang kegiatannya 8

10) Administrasi kegiatannya sudah ada 11) Foto Kegiatan, Klien, kantor yayasan dan pengurus 12) Mengisi buku instrumen data Orsos oleh petugas dari Instansi Sosial Kab/Kota dan diketahui oleh pejabat dari instansi sosial setempat 13) Rekomendasi dari Dinas Sosial setempat dimana oorganisasi/yayasan pemohon berkedudukan 14) Pengumpulan sumbangan dari masyarakat dilakukan melalui yayasan apabila pengumpulan sumbangan dilakukan secara berkesinambungan /terus menerus 9

b. Kepanitiaan 1) Mempunyai susunan pengurus kepanitiaan 2) Mempunyai alamat kepanitiaan dengan dilampiri SK Kepantiaan yang ditandatangani oleh pimpinannya 3) Mempunyai program kegiatan 4) Rekomendasi dari Dinas Sosial setempat dimana pemohon berkedudukan 5) Pengumpulan sumbangan dari masyarakat dapat dilakukan dengan membentuk kepanitiaan apabila : pengumpulan sumbangan dilakukan secara insidental (sewaktu waktu) 10

TATA CARA PERMOHONAN IZIN 1. Permohonan Izin Pengumpulan Uang atau Barang diajukan secara tertulis kepada : a. Menteri Sosial dalam hal pengumpulan sumbangan meliputi : Seluruh wilayah indonesia, Lebih dari satu wilayah propinsi, satu wilayah propinsi tetapi pemohon berkedudukan di propinsi lain Satu wilayah propinsi, tetapi pemohon berkedudukan di propinsi lain b. Gubernur dalam hal pengumpulan sumbangan meliputi : Seluruh wilayah propinsi yang bersangkutan Lebih dari satu wilayah Kabupaten/Kota dari wilayah propinsi yang bersangkutan Bupati/Walikota dalam hal pengumpulan sumbangan diselenggarakan dalam wilayah Kabupaten/Kota yang bersangkutan c. Bupati/Walikota dalam hal pengumpulan sumbangan diselenggarakan dalam wilayah Kabupaten/Kota yang bersangkutan 2. Dalam hal terjadi perubahan penyelenggaraan pengumpulan sumbangan menyangkut waktu pelaksanaan, mekanisme, wilayah, sasaran penggunaan wajib mengajukan perubahan izin 7 hari sebelum pelaksanaan PUB kepada pejabat yang berwenang 11

JENIS DAN CARA PENGUMPULAN SUMBANGAN A. Mengadakan Pertunjukan B. Mengadakan Bazaar C. Penjualan Barang secara lelang D. Penjualan kartu/tiket duatu pertunjukan E. Penjualan Stiker Sumbangan F. Pengedaran Daftar (list) Derma G. Penempatan Kotak Kotak Sumbangan di tempat umum H. Pengiriman SMS bekerjasama dengan pihak operator untuk melakukan sumbangan I. Membuka Rekening Bank 12

KEWAJIBAN PEMEGANG IZIN /PENYELENGGARA A. Kewajiban Penyelenggaraan 1. Membayar biaya izin permohonan untuk pengumpulan sumbangan non bencana sebesar RP. 100.000,- dan untuk pengumpulan sumbangan bencana tidak dikenakan biaya izin sebagaimana PP No.3 TH 2012 tentang Jenis dan Tarif PNBP 2. Mencantumkan nomor izin, nama program dan jangka waktu pelaksanaan pada media informasi 3. Menyediakan nomor layanan yang dapat dihubungi pemberi sumbangan 4. Perlu pemisahan rekening antara bencana dan non bencana 5. Penyelenggara tidak diperkenankan mengeksploitasi gambar gambar yang menimbulkan belas kasihan pada saat promosi program ditawarkan 6. Nama Program harus mencantumkan sumber dana secara jelas dan tegas di media informasi (misal Program Pendengar...Peduli ) B. Penggunaan dan Penyaluran Hasil 1. Penyelenggara wajib menyalurkan sumbangan yang terkumpul sesuai dengan penggunaannya sebagaimana ditetapkan dalam keputusan izinnya 2. Pada saat penggunaan hasil harus diinformasikan sumber dananya kepada masyarakat 3. Biaya operasional pengumpulan sumbangan untuk non bencana max 10 % dapat digunakan sebagai biaya operasional dan pengumpulan sumbangan bencana tidak diperbolehkan sama sekali digunakan sebagai dana operasional 4. Penggunaan hasil sumbangan tidak boleh untuk CSR atau pencitraan organisasi 5. Penggunaan hasil sumbangan tidak boleh digunakan untuk biaya promosi program 13

6. Penggunaan hasil pengumpulan sumbangan yang diperoleh organisasi harus berkoordinasi dengan instansi yang berwenang 7. Sisa dana pengumpulan sumbangan yang diperoleh organisasi harus berkoordinasi dalam penggunaannya dengan Pejabat yang berwenang C. Pelaporan 1. Sesuai dengan ketentuan peraturan Perundang Undangan yang berlaku pemegang izin/penyelenggara pengumpulan sumbangan wajib memberikan laporan kepada pejabat pemberi izin mengenai pelaksanaan pengumpulan sumbangan selambat-lambatnya dalam jangka waktu 2 (dua) bulan terhitung setelah berakhirnya jangka waktu pengumpulan sumbangan sebagaimana yang tertulis dalam surat izin yang bersangkutan 2. Hasil penyelenggaraan pengumpulan uang atau barang Rp. 500.000.00,- (Lima ratus juta rupiah ) keatas harus menyampaikan laporan audit yang dilakukan oleh akuntan publik 3. Infoemasi hasil pengumpulan sumbangan uang atau barang yang dilakukan organisasi harus disampaikan kepada masyarakat melalui media informasi meliputi : nama program, jumlah penerima bantuan dan jenis bantuan yang disalurkan 14

Laporan harus disertai bukti - bukti pertanggungjawaban dari keseluruhan hasil yang diperoleh dengan melampirkan sebagai berikut : 1. Neraca realisasi penapatan pengeluaran (saldo akhir) 2. Surat pernyataan hasil penyaluran bantuan yang ditandatangani oleh penangung jawab kegiatan 3. Hasil audit dari akuntan publik 4. Dokumentasi penyerahan sumbangan 15

A. Jangka Waktu PELAKSANAAN 1. Izin pengumpulan diberikan dalam jangka waktu 3 (tiga) bulan dan dapat diperpanjang untuk jangka waktu 1 (satu) bulan berikutnya 2. Permohonan izin pengumpulan dengan program yang sama dapat dilakukan dengan persyaratan 14 hari sebelum masa izin berakhir dan menyampaikan laporan penyelenggaraan yang telah dilaksanakan (laporan sementara) sebagaimana format terlampir 3. Permohonan izin program yang sama harus menyerahkan laporan secara keseluruhan (laporan akhir) dalam jangka waktu 1 tahun B. Pengumpulan Sumbangan untuk Penanganan Bencana 1. Pengumpulan sumbangan untuk penanganan bencana dapat dilakukan sebelum mendapatkan izin dan selambat lambatnya 7 hari setelah kejadian bencana wajib mengajukan izin kepada pejabat yang berwenang 2. Hasil pengumpulan sumbangan diserahkan kepada BNPB/BNPBD, Menteri Sosial, Gubernur, Bupati atau walikota selaku ketua satuan pelaksana penanggulangan bencana 3. Dalam keaddaan tertentu penyerahan sumbangan dapat dilakukan secara langsung kepada korban bencana setelah mendapat petunjuk dari Bupati/Walikota selaku ketua satuan pelaksana penanggulangan bencana 4. Biaya penyerahan/penyaluran hasil sumbangan ditetapkan sebagai berikut : a. Sumbangan yang diserahkan ke Ketua BNPB dibebankan kepada Ketua BNPB b. Sumbangan yang diserahkan kepada Menteri Sosial dibebankan kepd Menteri Sosial c. Sumbangan yang diserahkan kepada Gubernur dibebankan kepada Gubernur 5. Hasil pengumpulan sumbangan harus diserahkan selambat-lambatnya 1 bulan sejak berakhirnya pelaksanaan sumbangan 16

PENGAWASAN Preventif 1. Mensosialisasikan ketentuan peraturan Perundang-undangan tentang Pengumpulan Uang atau Barang kepada para Yayasan/Lembaga/Orsos 2. Mengkaji dan menelaah setiap Pengaujan Permohonan ijin Pengumpulan Sumbangan 3. Membentuk Tim Pertimbangan yang terdiri dari ; MUI, YLKI, Kepolisian, Kemenag dengan tujuan memberikan masukkan terhadap permohonan ijin yang berpotensi meresahkan masyarakat 4. Melakukan Pemantauan ke lapangan pasca di terbitkannya Ijin Mensos 5. Setelah berakhirnya masa penyelenggaraan Pengumpulan Sumbangan, penerima ijin berkewajiban menyampaikan laporan secara tertulis kepada Kemensos 6. Melakukan monitoring dan evaluasi ke lapangan pasca penyaluran sumbangan 7. Ikut menghadiri penyerahan bantuan kepada masyarakat hasil dari pengumpulan sumbangan 17

Represif 1. Menolak permohonan ijin apabila tidak memenuhi persyaratan sesuai ketentuan perundangundangan yang berlaku 2. Menangguhkan proses pengajuan ijin berikutnya, apabila yang bersangkutan belum dapat menyampaikan laporan hasil pelaksanaan pengumpulan sumbangan sebelumnya 3. Menyampaikan teguran secara tertulis terhadap penyelenggaraan pemngumpulan sumbangan tanpa ijin dengan berkoordinasi pada pihak Dinas Sosial serta Kepolisian ( sebanyak 3 kali berturut turut dengan jangka waktu hari setiap kali peneguran) 4. Melakukan pemanggilan kepada penyelenggara pengumpulan sumbangan tanpa ijin/menyimpang dalam pelaksanaannya 5. Melakukan Penyitaan terhadap sarana/prasarana pengumpulan uang dan barang 6. Mencabut izin apabila terjadi penyimpangan dalam proses pelaksanaan pengumpulan sumbangan 7. Apabila berindikasi kuat penyelenggaraan sumbangan tanpa ijin atau menyimpang dan telah memenuhi unsur pidana, maka kasus tersebut di limpahkan kepada pihak yang berwenang 8. Terhadap penyelenggara sumbangan yang dikenai sanksi tidak akan diberikan izin kembali dalam kurun waktu 1 (satu) tahun 18

SANKSI Pelanggaran terhadap pelaksanaan pengumpulan sumbangan dapat dikenakan sanksi administrasi. Sanksi administrasi tersebut berupa : 1. Pencabutan Izin 2. Penyitaan sarana dan hasil pengumpulan sumbangan 3. Tidak diberikan izin kembali Tata cara pelaksanaan sanksi administarsi sebagai berikut : 1. Pemberian peringatan secara tertulis mulai tahap pertama, tahap kedua sampai dengan tahap ketiga dengan jangka waktu masing masing 3 (tiga) hari 2. Apabila dalam jangka waktu tersebut tidak ditaati maka dilakukan pencabutan izin serta penyitaan sarana sumbangan beserta hasil pengumpulan sumbangan yang diperoleh. Hasil pengumpulan sumbangan yang disita tersebut dapat digunakan untuk membiayai penyelenggaraan kesejahteraan sosial atau sesuai perizinan yang dikeluarkan 3. Penyelenggara sumbangan yang telah dikenakan sanksi administratif tersebut tidak dapat diberikan izin kembali selama kurun waktu 1 (satu) tahun 19

TIDAK PERLU IJIN 1. Pengumpulan sumbangan yang diwajibkan oleh Hukum Agama, Hukum Adat, Adat Kebiasaan atau yang diselenggarakan dalam lingkungan terbatas tidak memerlukan izin penyelenggaraan 2. Pengumpulan sumbangan yang tidak memerlukan izin penyelenggaraan sebagai berikut : a. Melaksanakan Kewajiban Hukum Agama : zakat fitrah bagi pemeluk agama islam, funia/yadnya bagi pemeluk agama hindu dan paramita bagi pemeluk agama budha yang pelaksanaannya telah diatur oleh agama masing masing b. Amal peribadatan yang dilakukan khusus ditempat tempat ibadat yaitu pengumpulan sumbangan melalui kotak amal di gereja, mesjid, pura dan klenteng c. Menjalankan hukum adat dan adat kebiasaan yaitu pengumpulan sumbangan dalam bentuk gotong royong, bakti sosial, kematian d. Lingkungan suatu organisasi terhadap anggota anggotanya seperti perkumpulan sosial, karyawan pada suatu kantor, kegiatan suatu desa/kampung terhadap warganya 20