BAB II LANDASAN TEORI. bantuan orang lain maupun berdasarkan motivasi sendiri untuk menguasai

dokumen-dokumen yang mirip
PENGEMBANGAN INSTRUMEN KEMANDIRIAN BELAJAR SISWA. Tugas ini disusun sebagaipengganti Tes Tengah Semester (TTS)

BAB II LANDASAN TEORI. mau dan mampu mewujudkan kehendak/ keinginan dirinya yang terlihat

BAB I PENDAHULUAN. Dalam keseluruhan proses pendidikan di sekolah, kegiatan belajar

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan mutu sumber daya manusia, maka bidang pendidikan. seharusnya bergerak lebih agresif dan inovatif dalam menggali dan

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. bermatabat dan dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, dan bertujuan untuk

SKRIPSI. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Pendidikan Matematika. Disusun oleh:

BAB I PENDAHULUAN. diandalkan. Remaja merupakan generasi penerus yang diharapkan dapat. memiliki kemandirian yang tinggi di dalam hidupnya.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Disusun Oleh : LINA FIRIKAWATI A

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. tergantung pada orangtua dan orang-orang disekitarnya hingga waktu tertentu.

BAB II LANDASAN TEORITIS

BAB I PENDAHULUAN. Sebaliknya, masyarakat yang sejahtera memberi peluang besar bagi

BAB I PENDAHULUAN. artinya ia akan tergantung pada orang tua dan orang-orang yang berada di

BAB II KAJIAN PUSTAKA. mempraktekkan sesuatu. Sedangkan kerja secara psikologis diartikan. sebagai penyelesaian suatu tugas.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Kemampuan belajar yang dimiliki individu merupakan bekal yang

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Motivasi Bekerja. Kata motivasi ( motivation) berasal dari bahasa latin movere, kata dasar

BAB II LANDASAN TEORI. dapat berdiri sendiri tanpa bergantung kepadaorang lain. Kemandirian dalam kamus psikologi yang disebut independence yang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Konsep diri adalah gambaran yang dimiliki seseorang tentang dirinya

BAB I PENDAHULUAN. Dengan adanya perkembangan dunia yang semakin maju dan persaingan

BAB I PENDAHULUAN. kemampuan yang diperlukan dalam pembelajaran matematik. Hal ini disebabkan

PENDAHULUAN Terdapat dua faktor yang mempengaruhi hasil belajar yaitu faktor intern dan ekstern. Faktor intern yaitu faktor yang ada dalam diri

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

II. TINJAUAN PUSTAKA. Salah satu hal yang perlu diperhatikan dalam merencanakan pembelajaran ialah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tita Andriani, 2013

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah suatu proses untuk membina dan mengantarkan anak

2016 PERAN BIMBINGAN KARIR, MOTIVASI MEMASUKI DUNIA KERJA DAN PENGALAMAN PRAKERIN TERHADAP KESIAPAN KERJA SISWA SMK

KONTRIBUSI PENERAPAN PENDEKATAN PEMECAHAN MASALAH TERHADAP PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA SISWA

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan di Indonesia dalam masa perkembangan, sehingga perlu

PERATURAN KELUARGA BESAR MAHASISWA FAKULTAS NOMOR 3 TAHUN 2016 TENTANG GARIS-GARIS BESAR HALUAN KERJA KELUARGA BESAR MAHASISWA

ARTIKEL ILMIAH PENGARUH PENGGUNAAN METODE DEMONSTRASI TERHADAP HASIL BELAJAR CAHAYA DAN SIFAT-SIFATNYA PADA SISWA KELAS V SDN NO 34/1 TERATAI.

BAB V PEMBAHASAN. penelitian dan pengabdian kepada masyarakat. Maka dari iru tugas seorang

I. PENDAHULUAN. untuk mencapai tujuan yang diinginkan dalam kehidupannya. Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. sebagai salah satu sumber penghasil tenaga-tenaga terampil di berbagai jenis

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan suatu hal yang sangat penting dan tidak dapat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. ahli psikologi. Karena permasalahan remaja merupakan masalah yang harus di

Bab II Landasan Teori

BAB I PENDAHULUAN. kemampuan manusia. Melalui pendidikan, peserta didik dibina untuk. perubahan jaman, bahkan mampu mengendalikannya.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Lia Liana Iskandar, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

PERBEDAAN KEMANDIRIAN BELAJAR SISWA KMS DAN NON KMS DI SMK NEGERI 7 YOGYAKARTA TAHUN 2013/2014 ARTIKEL E-JOURNAL

BAB I PENDAHULUAN. fisik melalui mata pelajaran pendidikan jasmani. Hal tersebut bisa dipahami karena mengarahkan

PEMBUATAN KEPUTUSAN KARIR REMAJA DITINJAU DARI TIPE KEPRIBADIAN KODE WARNA DAN KREATIVITAS

BAB II KAJIAN TEORETIK. Sekolah Menengah Pertama Terbuka atau disingkat SMP Terbuka adalah

BAB I PENDAHULUAN. lancar dan berhasil tanpa mengalami kesulitan, namun di sisi lain tidak sedikit

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. di samping faktor guru, tujuan, dan metode pengajaran. Sebagai salah satu

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Setiap individu memiliki kondisi internal, di mana kondisi internal tersebut

BAB II KAJIAN PUSTAKA

I. PENDAHULUAN. Konsepsi manusia seutuhnya merupakan konsepsi ideal kemanusiaan yang terletak pada

BAB I PENDAHULUAN. berfikir lebih jauh mengenai pengetahuan yang dimilikinya. Dengan ilmu,

BAB I PENDAHULUAN. sekolah sangat diperlukan dalam kehidupan sehari-hari maupun dalam

BAB I PENDAHULUAN. mencerdaskan kehidupan bangsa, yaitu melalui pendidikan dimana dengan pendidikan akan

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah individu yang selalu belajar. Individu belajar berjalan, berlari,

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. Penelitian ini akan dilakukan di UD Anugerah Sejati Embroidery

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan merupakan bagian yang sangat penting dalam proses

BAB I PENDAHULUAN. Tantangan globalisasi serta perubahan-perubahan lain yang terjadi di

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. keterkaitannya dan mampu menggunakan metode ilmiah untuk memecahkan

Bab 1 Kewirausahaan. 1. Kewirausahaan dalam Perspektif Sejarah

formal, non formal, dan informal. Taman kanak-kanak (TK) adalah pendidikan

PO LIT EKNIK IND RAM AYU (PO LIND RA)

I. PENDAHULUAN. Pendidikan adalah salah satu kebutuhan yang penting bagi setiap bangsa.

I. PENDAHULUAN. kesatuan yang tidak dapat dipisahkan. Perkembangan pendidikan tanpa

Kemampuan berpikir kreatif mendapatkan perhatian yang cukup besar dalam bidang pendidikan. Salah satu upaya yang dilakukan untuk meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. sehingga menjadi mandiri. Secara umum dapat dikatakan bahwa pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kematangan atau kedewasaan yang menguntungkan untuk mempraktekkan

BAB I PENDAHULUAN. kompleksitas zaman. Salah satu cara untuk meningkatkan kualitas

BAB III METODE PENILITIAN. dengan kemandirian belajar mahasiswa. yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan ditarik kesimpulannya.

BAB I PENDAHULUAN. lingkungan belajar yang nyaman dan penggunaan pendekatan yang relevan dan

TEORI PENGAMBILAN KEPUTUSAN. Liduina Asih Primandari, S.Si.,M.Si.

BAB I PENDAHULUAN. terduga makin mempersulit manusia untuk meramalkan atau. dibutuhkan Sumber Daya Manusia (SDM) yang berkualitas.

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan suatu kekuatan dinamis yang dapat mempengaruhi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Matematika merupakan salah satu dari sekian banyak mata pelajaran yang

BAB II KAJIAN TEORETIS. Motivasi berasal dari kata motif yang artinya daya upaya yang mendorong seseorang

BAB I PENDAHULUAN. Setiap orang tua ingin anaknya menjadi anak yang mampu. menyelesaikan permasalahan-permasalahan dalam kehidupannya.

BAB I PENDAHULUAN. adalah kualitas guru dan siswa yang mesing-masing memberi peran serta

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Manusia dianugerahi kemampuan dan kekuatan berpikir. Berpikir

BAB II LANDASAN TEORITIS

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. teratur dan berencana dengan maksud mengubah atau mengembangkan perilaku yang

BAB I PENDAHULUAN. mengajar berjalan dengan baik dan efektif, diperlukan usaha yang sungguhsungguh

BAB I PENDAHULUAN. perilaku yang diinginkan. Pendidikan mempunyai peranan yang sangat penting

BAB I PENDAHULUAN. akan sangat bergantung pada kualitas sumber daya manusia dalam. mengoptimalkan dan memaksimalkan perkembangan seluruh dimensi

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan kualitas pendidikan. daya manusia dan merupakan tanggung-jawab semua pihak, baik

PERANAN MOTIVASI DAN DISIPLIN TERHADAP KINERJA DOSEN DI KOTA BATAM. Mira Yona Dosen Tetap Prodi Manajemen Universitas Riau Kepulauan Batam

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Sri Murni, 2014 Program bimbingan untuk meningkatkan motivasi belajar siswa

I. PENDAHULUAN. Dunia pendidikan di Indonesia dewasa ini sedang mengalami krisis, yang harus dijawab oleh dunia pendidikan. Jika proses-proses

BAB I PENDAHULUAN. Moh. Rosyid, Sosiologi Pendidikan, Idea Press, Yogyakarta, 2010, hlm.58. 3

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. lingkungan yang terus mengalami perubahan, dan bagaimana mengambil inisiatif

KEWIRAUSAHAAN. Ahsin Zaedi, S.Kom Direktur GMP Nusantara Berkarya Owner Griya Sehat Sejahtera Owner Sekolah Panahan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan pengetahuan, keterampilan, dan sikap percaya diri. 1

BAB 1 PENDAHULUAN. perkembangan pembangunan di sektor ekonomi, sosial budaya, ilmu dan teknologi.

Transkripsi:

BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Pengertian Kemandirian Belajar Abdullah, M.H (2001) belajar mandiri dapat diartikan sebagai usaha individu untuk elakukan kegiatan belajar secara sendirian maupun dengan bantuan orang lain maupun berdasarkan motivasi sendiri untuk menguasai suatu materi dan atau kompetensi tertentu sehingga dapat digunakan untuk memecahkan masalah yang dijumpai di dunia nyata. Menurut Haris Mujiman (2007) kemandirian belajar dapat diartikan sebagai sifat serta kemampuan yang dimiliki Mahasiswa untuk melakukan kegiatan belajar aktif, yang didorong oleh motif untuk menguasai sesuatu kompentensi yang telah dimiliki. Haris Mujiman (2007) berpendapat kemandirian belajar adalah kegiatan belajar aktif, yang didorong oleh niat atau motif untuk menguasai sesuatu kompentensi guna mengatatasi sesuatu masalah, dan dibangun dengan bekal pengetahuan atau kompentensi yang telah dimiliki. Hasan Basri (Avan, 2010) menyatakan bahwa kemandirian belajar secara psikologis dan mentalis merupakan keadaan seseorang yang dalam kehidupan mampu memutuskan dan mengerjakan sesuatu tanpa bantuan dari orang lain. Kemampuan demikian hanya mungkin dimiliki jika seseorang berkemampuan memikirkan dengan seksama tentang sesuatu yang dikerjakan atau diputuskan, baik dari segi-segi manfaat atau keuntungan maupun, segi-segi negatif maupun kerugian yang akan dialami. Menurut Umar Tirtaraharja dan La Sulo (2005) kemandirian belajar diartikan sebagai aktivitas belajar yang 10

berlangsungnya lebih didorong oleh kemauan sendiri, pilihan sendiri, dan disertai rasa tanggung jawab dari diri sendiri. Menurut Hendra Surya (Novitasari 2008) belajar mandiri adalah proses menggerakkan kekuatan atau dorongan dari dalam diri individu yang belajar untuk menggerakan potensi diri mempelajari objek belajar tanpa ada tekanan atau pengaruh asing dari luar diri. Dengan demikian belajar mandiri lebih mengarah pada pembentukan kemandirian dalam cara-cara belajar. Menurut Sumahamijaya (2003), kemandirian berasal dari kata mandiri yang berarti dalam keadaan dapat berdiri sendiri, tidak bergantung dengan orang lain tetapi menggunakan kekuatan sendiri. Kemandirian diartikan sebagai suatu hal atau keadaan dapat berdiri sendiri tanpa bergantung kepada orang lain. Menurut Abu Ahmadi (2004) kemandirian belajar adalah sebagai belajar mandiri, tidak menggantungkan diri pada orang lain. Mahasiswa dikatakan dapat belajar secara mandiri apabila telah mampu melakukan tugas belajar tanpa ketergantungan dengan orang lain. Pada dasarnya kemandirian merupakan perilaku individu yang mampu berinisiatif, mampu mengatasi hambatan atau masalah, mempunyai rasa percaya diri dan tidak memerlukan pengarahan dari orang lain untuk melakukan kegiatan belajar. Menurut Tahar (2006) kemandirian belajar mendeskripsikan sebuah proses dimana individu mengambil inisiatif sendiri, dengan atau tanpa bantuan oranglain, untuk mendiagnosis kebutuhan belajar, menformulasikan tujuan belajar, mengidentifikasi sumber belajar, memilih dan menentukan pendekatan strategi belajar dan melakukan evaluasi hasil belajar yanag di capai. Kemandirian 11

belajar menuntut tanggung jawab yang besar pada siri mahasiswasehingga mahasiswa berusaha melakukan berbagai kegiatan untuk tercapainya tujuan belajar. Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa belajar mandiri merupakan kegiatan belajar yang didorong oleh kemauan dan kesadaran diri, serta tanggung jawab individu dan tidak bergantung oleh orang lain. Mahasiswa dikatakan memiliki kemandirian belajar apabila telah mampu melakukan tugas belajar tanpa tergantung dengan orang lain. Salah satu peran utama remaja adalah sebagai seorang mahasiswa yang secara otomatis selalu di tuntut untuk dapat mencapai standar kompentensi yang sudah ditetapkan serta mampu mengerjakan apapun secara mandiri. Kemandirian belajar menekankan sisi-sisi menguntungkan dari usaha bekerja secara kreatif atas prakarsa sendiri, inisiatif dan panjang akal dari keadaan mempelajari suatu bidang secara intensif, pengembangan disiplin diri, dan belajar teknik-teknik didalam suatu bidang yang telah dipilih sendiri (Wayne Holstein dalam Kartadinata, 2001). Herman Holstein menambahkan bahwa kemandirian merupakan sikap mandiri yang inisiatif sendiri mendesak jauh ke belakang setiap pengendalian asing yang membangkitkan swakarsa tanpa perantara dan secara spontanitas yakni ada kebebasan bagi keputusan, penilaian, pendapat, pertanggung jawaban tanpa menggantungkan orang lain. Konsep kemandirian belajar bertumpu pada prinsip bahwa individu yang belajar hanya akan sampai kepada perolehan hasil belajar, mulai keterampilan, pengembangan penalaran, pembentukan sikap sampai kepada penemuan diri 12

sendiri, apabila mengalami sendiri dalam proses perolehan hasil belajar tersebut. Menurut Brawer yang dikutip oleh M Chabib Thoha (1996) mengartikan Sikap kemandirian menunjukkan ada konsistensi organisasi tingkah laku pada seseorang, sehingga tidak goyah, memiliki self reliance atau kepercayaan diri sendiri. Seseorang yang mempunyai sikap mandiri harus dapat mengaktualisasikan secara optimal dan tidak menggantungkan diri kepada orang lain. Menurut Mu tadin (2002) kemandirian merupakan suatu sikap individu yang diperoleh secara kumulatif selama perkembangan, dimana individu akan terus belajar untuk bersikap mandiri dalam menghadapi berbagai situasi dalam kehidupan sehari-hari. Indivdu pada akhirnya akan mampu berpikir dan bertindak sendiri. Dengan kemandiriannya seseorang dapat memilih jalan hidupnya untuk dapat berkembang dengan lebih mantap. Menurut Steinberg (2002) kemandirian merupakan individu untuk bertingkah laku secara seorang diri. Berdasarkan beberapa pendapat para ahli dan beberapa pertimbangan di atas, maka belajar mandiri dapat diartikan sebagai usaha individu untuk melakukan kegiatan belajar secara sendirian, berdasarkan motivasi sendiri untuk menguasai sesuatu materi dan atau kompetensi tertentu sehingga dapat digunakan untuk memecahkan masalah yang dihadapi. 13

2.1.1 Ciri-Ciri Kemandirian Belajar Berdasarkan pengertian kmandirian belajar tersebut, maka ciri-ciri kemandirian belajar dapat dikenali. Dalam bukunya, Chabib Thoha (1996) mengutip pendapat Brawer bahwa ciri-ciri perilaku mandiri adalah : a. Seseorang mampu mengembangkan sikap kritis terhadap kekuasaan yang datang dari luar dirinya. Yang berarti mereka tidak segera menerima begitu saja pengaruh orang lain tanpa dipikirkan terlebih dahulu segala kemungkinan yang akan timbul. b. Ada kemampuan untuk membuat keputusan secara bebas tanpa dipengaruhi oleh orang lain. Sedangkan Spancer dan Koss, merumuskan ciri-ciri perilaku mandiri sebagai berikut : a. Mampu mengambil inisiatif. b. Mampu mengatasi masalah. c. Penuh ketekunan. d. Memperoleh kepuasan dari hasil usaha. e. Berkeinginan mengerjakan sesuatu tanpa bantuan orang lain. Apabila berdasarkan pendapat tersebut dicermati secara mendalam akan nampak rumusan-rumusan tentang ciri-ciri kemandirian belajar sebagai berikut : a. Mampu berpikir secara kritis, kreatif dan inovatif. b. Tidak mudah terpengaruh oleh pendapat orang lain. c. Tidak lari atau menghindari masalah. d. Memecahkan masalah dengan berpikir yang mendalam. e. Apabila menjumpai masalah dipecahkan sendiri tanpa meminta bantuan orang lain. f. Tidak merasa rendah diri apabila harus berbeda dengan orang lain. g. Berusaha bekerja dengan penuh ketekunan dan kedisiplinan. h. Bertanggung jawab atas tindakannya sendiri. 2.1.2. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kemandirian Belajar Faktor-faktor yang mempengaruhi kemandirian belajar menurut Thoha (1996) dapat dibedakan menjadi dua faktor dari dalam dan dari luar. 1. Faktor intern / dari dalam diri antara lain : faktor kematangan usia, dan jenis kelamin. Anak yang semakin tua usianya akan cenderung 14

semakin mandiri. Disamping itu intelegensi seseorang juga berpengaruh terhadap kemandirian seseorang. 2. Faktor ekstern/ dari luar meliputi : faktor kebudayaan, dan faktor keluarga terhadap anak. Faktor kebudayaan memberi pengaruh terhadap kemandirian. Masyarakat yang maju dan komplek tuntutan hidupnya cenderung mendorong tubuhnya kemandirian dibandingkan dengan masyarakat yang sederhana. Kemudian faktor keluarga terhadap anak bahkan sampai pada cara hidup orang tua berpengaruh terhadap kemandirian anak. Berdasarkan uraian diatas diperoleh bahwa faktor-faktor yang dapat mempengaruhi kemandirian belajar antara lain faktor dari dalam meliputi kematangan usia dan jenis kelamin sedangkan faktor dari luar terdiri dari faktor kebudayaan dan faktor keluarga. 2.1.3. Aspek-Aspek Kemandirian Belajar Mahasiswa dapat dikatakan mandiri dalam belajar apabila mempunyai aspek-aspek yang telah dikemukakan oleh Thoha (1996) yaitu sebagai berikut: 1. mampu berfikir kritis dan kreatif dengan ciri-ciri mempunyai kreatifitas yang tinggi, mempunyai ide-ide yang cemerlang, menyukai hal-hal yang baru, suka mencoba-coba dan tidak suka meniru orang lain. 2. tidak mudah terpengaruh oleh orang lain 3. tidak menghindari masalah dalam belajar 4. mampu memecahkan masalah sendiri tanpa bantuan dari orang lain 5. belajar dengan penuh ketekunan dan kedisiplinan 6. bertanggung jawab dengan ciri-ciri mampu menyelesaikan tugas-tugas yang diberikan tanpa bantuan orang lain, mampu membuat keputusan sendiri, mampu menyelesaikan masalah sendiri dan bertanggung jawab atau menerima resiko dari perbuatannya. 15

2.2. Pengertian Pengambilan Keputusan Anoraga (2001) berpendapat bahwa pengambilan keputusan tidak lebih dari memilih berbagai alternatif. Anaroga menambahkan bahwa keputusan menjadi cepat dan tepat bila ada unsur-unsur lain yang membantu seperti tenaga, waktu, pikiran, dana dan fasilitas karena aplikasinya harus dipelajari menurut tempat, waktu, keadaan dan sifat dari masalah yang dihadapi. Siagian ( dalam Syamsi 2000) mengatakan bahwa pengambilan keputusan adalah suatu pendekatan sistematis terhadap hakekat suatu pengumpulan fakta dan data penentuan yang matang dari alternatif yang dihadapi dalam pengambilan keputusan yang menurut perhitungan merupakan tindakan yang paling tepat. Hal tersebut senada dengan yang dikemukakan oleh Basori (2004) menyebutkan bahwa pengmbilan keputusan merupakan suatu proses untuk menentukan berbagai alternatif yang berkaitan dengan suatu hal sesuai dengan keadaan diri dan lingkungan. Menurut Budiprasetyo (2002) pengambilan keputusan merupakan suatu proses dan berlangsung dalam suatu sistem, walaupun merupakan suatu keputusan yang sifatnya paling pribadi sekalipun. Dalam kegiatan manusia sehari-hari, keputusan merupakan hal yang biasa diambil atau dilakukan karena manusia menghadapi berbagai permasalahan untuk dapat mempertahankan kehidupan. Menurut Shull (dalam Supriyanto dan Santoso, 2005) pengambilan keputusan merupakan proses-proses sadar yang didasari atas fakta fakta dan nilai-nilai, yang melibatkan aktivitas memilih dari berbagai alternatif dengan maksud untuk mencapai suatu keadaan yang diinginkan. 16

Berdasarkan beberapa pengertian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa pengambilan keputusan adalah pengakhiran dari suatu proses pemikiran tentang apa yang dianggap sebagai masalah, sebagai sesuatu yang merupakan penyimpangan dari apa yang dikehendaki, direncanakan ataupun yang dituju, dengan menjatuhkan suatu pilihan alternatif untuk pemecahan masalah. 2.2.1 faktor-faktor dalam mengambil keputusan Menurut Terry (1989) faktor-faktor yang harus diperhatikan dalam mengambil keputusan sebagai berikut: 2 hal-hal yang berwujud maupun tidak berwujud, yang emosional maupun rasional perlu diperhitungkan dalam pengambilan keputusan; 3 setiap keputusan nantinya harus dapat dijadikan bahan untuk mencapai tujuan 4 setiap keputusan janganlah berorientasi pada kepentingan pribadi, perhatikan kepentingan orang lain; 5 jarang sekali ada 1 pilihan yang memuaskan; 6 pengambilan keputusan merupakan tindakan mental. Dari tindakan mental ini kemudian harus diubah menjadi tindakan fisik; 7 pengambilan keputusan yang efektif membutuhkan waktu yang cukup lama; 8 diperlukan pengambilan keputusan yang praktis untuk mendapatkan hasil yang baik. 9 setiap keputusan hendaknya dikembangkan, agar dapat diketahui apakah keputusan yang diambil itu betul; dan 10 setiap keputusan itu merupakan tindakan permulaan dari serangkaian kegiatan berikutnya. Faktor-faktor yang mempengaruhi pengambilan keputusan menurut Sukardi (dalam Ardianto, 2008) adalah sebagai berikut : 1. Faktor dari dalam meliputi : a. Bakat yaitu: suatu kondisi, kualitas yang dimiliki seseorang yang memungkinkan individu berkembang pada masa mendatang. 17

b. Minat yaitu: suatu perangkat mental yang terdiri dari kombinasi, perpaduan dan campuran perasaan, harapan dan kecenderungan-kecenderungan lain yang mengarah pada suatu pilihan tertentu. c. Sikap yaitu: kesiapan pada seseorang untuk bertindak secara tertentu terhadap hal-hal tertentu. Suatu kecenderungan yang relatif stabil yang dimiliki seseorang di dalam bereaksi terhadap diri sendiri, orang lain dan situasi-situasi tertentu d. Kepribadian yaitu: suatu organisasi yang dinamis di dalam diri seseorang yang berisikan sistem-sistem psikofisik dan penyesuaian yang baik terhadap lingkungan. e. Aspirasi dan pengetahuan pendidikan yaitu: suatu keterkaitan yang berkaitan langsung dengan perwujudan cita-cita. f. Intelegensi yaitu : kemampuan seseorang untuk bertingkah lakusesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan 2. Faktor sosial meliputi a. Kelompok primer : keluarga merupakan kelompok primer dan bagian dari masyarakat yang membentuk ide-ide, sikap, melatih kebiasaan-kebiasaan, dasar-dasar pendidikan, membangun kreatifitas dan kedisiplinan. b. Kelompok skunder : keadaan teman sebaya akan menyangkut pendidikan dan keadaan keluarganya, termasuk sifat, sikap dan pandangan teman sebaya. 18

2.2.2 Aspek-aspek Pengambilan Keputusan Berkaitan dengan pengambilan keputusan, Herren, Kass, Tinsley dan Morelland (1978 ) dalam Bramantya (1999) memperkenalkan tiga bentuk dalam pengambilan keputusan yaitu : a. Pengambilan keputusan yang rasional, dalam hal ini seseorang mengambil keputusan berdasarkan pertimbangan-pertimbangan yang raasional yang matang, bertanggung jawab, mengenali diri sendiri, penuh pertimbangan, dan pengenalan situasi yang ada. b. Pengambilan keputusan intuitif, keputusan diambil dengan tidak melibatkan pertimbangan rasional yang matang. Keputusan diambil berdasarkan pertimbangan perasaan bahwa keputusan yang diambil adalah keputusan yang terbaik, tanpa melibatkan faktor rasional. Dalam bentuk ini, kepekaan seseorang dapat akan sangat menentukan, dan faktor intuisi merupakan faktor yang mendominasi pengambilan keputusan. c. Pengambilan keputusan yang merupakan gabungan dari pengambil keputusan rasional-intuitif. Disamping mempergunakan asprk rasio, suatu keputusan diambil dengan mempertimbnagkan pula aspek intuisi. Pengambilan keputusan akan mempertimbangkan secara rasional keputusan yang diambil, akan tetapi pada sisi lain, individu juga tidak mengabaikan keputusan. Menurut Atmosudrjo (1989) dalam Bramantya(1999) memperkenalkan dua bentuk pengambilan keputusan yaitu : a. Pengambilan keputusan yang rasional. Dalam hal ini seseorang mengambil keputusan berdasarkan pertimbangan-pertimbangan rasional yang matang, tanggung jawab dan tidak memberi dampak negatif. b. Pengambilan keputusan yang rasional intuitif. Seseorang merencanakan suatu karir tidak dapat hanya menggunakan perasaaan akan tetapi juga menggunakan pertimbangan pemikiran secara rasional, apakah karir tersebut sesuai dengan kemampuannya, tidak beresiko tinggi dan merupakan yang terbaik bagi diri dan lingkungan individu. Aspek pengambilan keputusan menurut Harren, dkk (dalam Pratiwi, 2009), yaitu: a. Bertanggungjawab, yaitu sejauh mana tanggung jawab subyek terhadap masa depan. Pada tahap terakhir setelah keputusan dibuat, individu menjadi terikat kepada jalur tindakan baru dan bertanggung jawab memikirkan bagainmana melaksanakan keputusan yang dibuatnya. b. Mengenali diri sendiri, yaitu sejauh mana subyek mengenal kemampuan dirinya sendiri. Apabila kita mengalami suatu masalah, kita 19

dihadapkan pada pilihan untuk menghadapi masalah atau tantangan tersebut atau tidak, dengan melihat kemampuan-kemampuan yang kita miliki dan yang kita ketahui tentang masalah tersebut. c. Pertimbangan, sejauh mana subyek melakukan atau membuat pertimbangan akan keinginan dan cita cita. Dalam bagian ini berarti individu mempertimbangkan alternatif-alternatif keputusan secara matang dengan melihat kelemahan dan kelebihannya serta mencari informasi untuk mendukung penilaian tujuan-tujuan serta nilai-nilai yang relevan dengan suatu keputusan. d. Pengenalan situasi yang ada, yaitu sejauh mana subyek mengenal keadaan dan perkembangan karir disekitarnya. Berdasarkan beberapa aspek pengambilan keputusan di atas, penulis menarik kesimpulan bahwa aspek-aspek yang mempengaruhi terbentuknya pengambilan keputusan adalah aspek bertanggungjawab, mengenali diri sendiri, pertimbangan, dan pengenalan situasi yang ada. Aspek-aspek pengambilan keputusan menurut pendapat Harren, dkk merupakan aspek yang gunakan oleh peneliti untuk membuat skala penelitian 2.2.3. Langkah-langkah Pengambilan Keputusan Menurut Supranto (1998), langkah-langkah dalam pengambilan keputusan, yaitu: a. Rumuskan / definisikan persoalan keputusan Persoalannya ialah sesuatu yang terjadi tidak sesuai dengan yang diinginkan atau diharapkan, sehingga harus berusaha mencari pemecahan yang baik bagi suatu soal yang tepat (benar) sebab pemecahan terbaik bagi persoalan yang salah tak ada gunanya. Maka dari itu, dalam membuat keputusan untuk memecahkan persoalan harus bisa menemukan persoalan apa yang perlu dipecahkan. b. Kumpulan informasi yang relevan Memecahkan persoalan berarti suatu keputusan atau tindakan untuk menghilangkan faktor-faktor yang menyebabkan timbulnya persoalan tersebut, maka perlu dikumpulkan data atau informasi yang relevan. c. Cari alternatif tindakan Memutuskan sesuatu berarti memilih salah satu dari beberapa alternatif yang tersedia berdasarkan kriteria tertentu. d. Analisis alternatif yang fisibel Setiap alternatif harus dianalisis, harus dievaluasi baik berdasarkan suatu kriteria tertentuatau prioritas. Hasil analisis sangat memudahkan pengambilan keputusan di dalam memilih alternatif yang terbaik, oleh karena kegiatan analisis berusaha memisahkan mana alternatif yang harus dipertahankan karena memenuhi syarat tertentu dan mana yang harus ditinggalkan karena tidak memenuhi syarat. 20

e. Memilih alternatif yang terbaik Di dalam pengambilan keputusan, pengambil keputusan harus memilih salah satu alternatif di antara banyak alternatif. f. Laksanakan keputusan dan evaluasi hasilnya Pengambilan keputusan berarti mengambil tindakan tertentu (taking a certain action). Pelaksanaan suatu rencana tindakan (action plane), merupakan tahap akhir dari proses pengambilan keputusan. Hal yang harus selalu dilakukan adalah membuat evaluasi hasil keputusan, apakahmemang sudah sesuai dengan tujuan semula yang sudah digariskan sebagai suatu kebijaksanaan (policy) atau ada hal-hal baru yang mengharuskan merubah tujuan semula. Langkah pengambilan keputusan menurut Manullang (1994), yaitu: a. Menerima tantangan Pengambilan keputusan dimulai manakala seseorang dihadapkan kepada suatu tantangan terhadap jalur tindakannya yang sedang berlaku. b. Mencari alternatif Bila suatu jalur tindakan yang sedang berlaku mendapatkan tantangan, pengambilan keputusan yang efektif mulai mencari alternatif.seseorang mempertimbangkan secara matang-matang tujuan-tujuannya serta nilai-nilai yang relevan dengan suatu keputusan. Lalu memakai informasi itu untuk mencari secara cermat sejajaran alternatif yang luas yang memberikan sesuatu harapan ke arah pencapaian tujuan-tujuan bersangkutan. c. Penilaian alternatif Kelebihan-kelebihan dan kekurangan-kekurangan dari masing-masing alternatif dipertimbangkan dengan cermat. Dalam tahap ini diperlukan upaya besar untuk mencari informasi yang dapat dipercaya yang relevan dengan keputusan yang efektif mencari fakta-fakta serta ramalan-ramalan dari berbagai ragam sumber berkenaan dengan akibat-akibat dari alternative alternatif yang sedang dipertimbangkan. d. Menjadi terikat Pengambilan keputusan yang efektif menelaah kembali segala informasi yang telah terkumpul sebelum mengambil suatu keputusan terakhir. e. Berpegang pada keputusan Setiap pengambilan keputusan berharap segala-galanya akan berjalan lancar sesudah suatu keputusan diambil, tetapi hambatan terjadi. Memilih alternatif terbaik belumlah mencukupi. Jika keputusan tidak dilaksanakan secara memadai, hasil yang menggembirakan tidak akan tercapai. Pengambilan keputusan yang efektif membuat rencana guna melaksanakan keputusan. Menurut langkah-langkah tersebut di atas, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa langkah-langkah yang perlu dilakukan dalam pengambilan keputusan adalah mendiagnosa keadaan, mengembangkan berbagai kemungkinan 21

pemecahan masalah, menilai berbagai kemungkinan pemecahan, mengambil keputusan, melaksanakan keputusan dan menilai hasil. 2.2.4. Proses Pengambilan Keputusan Proses pengambilan keputusan terdiri atas empat tahap, sebagai berikut: 1. Mengidentifikasi masalah. Masalah pokok yang dihadapi adalah berada dalam suatu situasi dan kondisi tertentu. harus mempunyai kemampuan untuk mengidentifikasi masalah. Tahap ini merupakan yang paling sulit. Sering dijumpai antara gejala dan masalah yang sesungguhnya sering terjadi kerancuan. telah dapat dirumuskan secara jelas maka kita dapat menanganinya secara mudah. 2. Merumuskan berbagai alternatif. harus menentukan berbagai alternatif penyelesaian terhadap masalah yang dihadapi. Beberapa alternatif kadang-kadang dapat diperbaiki dengan mempertimbangkan pengalaman di waktu lalu. 3. Menganalisis alternatif. Tahap ini mungkin memerlukan pengujian yang sulit. Hal ini menyangkut tujuan jangka panjang dan jangka pendek perusahaan. Meskipun analisis harus dilakukan secara obyektif, tetapi proses pemilihan akhir pasti mengandung unsur penilaian yang subyektif. 4. Mengusulkan suatu penyelesaian dan menyarankan suatu rencana tindakan. Setelah melewati tahap-tahap diatas, disarankan suatu penyelesaian yang logis, meskipun kenyataan, kesempatan dan resiko yang dihadapi sama, tetapi kesimpulan yang diambil dapat berbedabeda. 22

2.2.5. Fase-fase Pengambilan Keputusan Modifikasi fase pengambilan keputusan dapat diklasifikasikan oleh Angel dkk (1995) dalam Noviana (2009) sebagai berikut : 1. Kebutuhan dan motivasi yaitu : mengenai kebutuhan yang mendasar pembuatan keputusan serta keterlibatan orang lain dalam memberikan motivasi. 2. Pencarian infarmasi, yang berkaitan dengan informasi yang telah dapat diingat, serta perolehan informasi dari sumber informasi. 3. Penilaian terhadap alternatif pilihan yang berisi faktor-faktor yang digunakan untuk membandingkan masing-masing alternatif. 4. Pelaksanaan keputusan, yang menekankan pada cara pelaksanaan keputusan dan adanya proses keputusan tambahan. 2.3. Kerangka Berpikir Mahasiswa menurut Sarwono (1978) mahasiswa adalah setiap orang yang secara resmi terdaftar untuk mengikuti pelajaran di perguruan tinggi dengan batas usia sekitar 18-30 tahun. Mahasiswa dituntut memiliki kemandirian belajar yang tinggi agar mereka dapat mengambil keputusan-keputusan hidupnya. Kemandirian belajar juga dapat mempengaruhi prestasi belajar mahasiswa karena dengan kemandirian belajar yang tinggi maka mereka tidak tergantung pada orang lain. Ketika mahasiswa memiliki kemandirian belajar, mereka dapat mengatur waktu belajar, mentukan target belajar dan lain sebagainya. Kemandirian belajar mahasiswa dipengaruhi oleh beberapa faktor, salah satu diantaranya adalah pengambilan keputusan program studi. Pengambilan 23

keputusan proram studi akan mempengaruhi secara langsung ataupun tidak langsung dalam kemandirian belajar mahasiswa. Ketika mereka mangambil keputusan berdasarkan keinginannya sendiri dan didukung dengan keinginan pihak lain (orang tua, teman sebaya, dunia kerja, dll) maka mereka akan memiliki kemandirian belajar yang tinggi. Oleh karena itu, peneliti ingin menguji apakah ada hubungan yang signifikan antara pengambilan keputusan program studi dengan kemandirian belajar mahasiswa Bimbingan konseling tahun akademik 2012-2013. Variabel Bebas (X): Kemantapan Pengambilan keputusan Variabel terikat (Y): Kemandirian belajar 2.4. Hipotesis Berdasarkan uraian di atas, maka peneliti mengajukan hipotesis sebagai berikut : Ada hubungan yang signifikan antara kemantapan pengambilan keputusan pemilihan program studi dengan kemandirian belajar pada mahasiswa angkatan 2012 program studi Bimbingan dan Konseling Universitas Kristen Salatiga. 24