BAB I PENDAHULUAN. sesuatu yang sangat penting untuk meningkatkan kualitas kehidupan, terutama

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah individu yang unik dan terus mengalami perkembangan di

BAB I PENDAHULUAN. ketidakmampuan. Orang yang lahir dalam keadaan cacat dihadapkan pada

BAB I PENDAHULUAN. terutama bagi masyarakat kecil yang hidup di perkotaan. Fenomena di atas

BAB I PENDAHULUAN. Di dalam kehidupannya, individu sebagai makhluk sosial selalu

BAB II KAJIAN TEORI. seseorang karena konsep diri merupakan kerangka acuan (frame of reference) dalam

BAB I PENDAHULUAN. The Great Pyramid. Pada saat orang-orang Mesir memperluas kerajaan mereka,

BAB 1 PENDAHULUAN. Pendidikan pada dasarnya bertujuan untuk membantu individu

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini pendidikan sangat penting. Hal ini disebabkan perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. perhatian serius. Pendidikan dapat menjadi media untuk memperbaiki sumber daya

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah makhluk hidup yang senantiasa berkembang dan

BAB I PENDAHULUAN. Persaingan di dunia industri saat ini semakin tinggi. Tidak heran jika

BAB I PENDAHULUAN. Setiap manusia memiliki hak untuk dapat hidup sehat. Karena kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. Memasuki era globalisasi yang terjadi saat ini ditandai dengan adanya

BAB I Pendahuluan. Menengan Atas (SMA) saat beralih ke perguruan tinggi. Pada jenjang SMA untuk

BAB I. Kekerasan Dalam Rumah Tangga atau KDRT diartikan setiap perbuatan. terhadap seseorang terutama perempuan yang berakibat timbulnya kesengsaraan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan tonggak pembangunan sebuah bangsa. Kemajuan. dan kemunduran suatu bangsa dapat diukur melalui pendidikan yang

BAB I PENDAHULUAN. perubahan di dalam bidang pendidikan. Perubahan perubahan tersebut menuntut

BAB I PENDAHULUAN. latihan sehingga mereka belajar untuk mengembangkan segala potensi yang

BAB I PENDAHULUAN. di bidang tekhnologi, ilmu pengetahuan, ekonomi, dan pendidikan. Perubahan

BAB I PENDAHULUAN. Dalam dua dasawarsa terakhir ini, perubahan yang terjadi dalam berbagai

BAB II LANDASAN TEORI. berhubungan dengan orang lain. Stuart dan Sundeen (dalam Keliat,1992).

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa transisi, dimana usianya berkisar tahun dan

BAB I PENDAHULUAN. Dalam rangka memasuki era globalisasi, remaja sebagai generasi penerus

BAB I PENDAHULUAN. mencapai kesuksesan dalam hidupnya. Hal ini senada dengan S. C. Sri Utami

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. sumber daya manusia yang bermutu tinggi karena maju mundurnya sebuah negara

BAB I PENDAHULUAN. berkualitas yang dibutuhkan bagi peningkatan dan akselerasi pembangunan

I. PENDAHULUAN. Di era globalisasi seperti sekarang ini mutlak menuntut seseorang untuk

BAB I PENDAHULUAN. lembaga pendidikan setiap individu dapat meningkatkan potensi yang ada

BAB 1 PENDAHULUAN. education). Pendidikan sangat penting bagi peningkatan kualitas sumber daya

BAB I PENDAHULUAN. melalui pendidikan formal maupun nonformal. mempermudah mendapatkan pekerjaan. Berdasarkan data dari Badan

BAB 1 PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan periode penting dalam rentang kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. yang melibatkan respon-respon mental dan tingkah laku, di mana individu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. menuntut adanya sumber daya manusia yang berkualitas tinggi. Peningkatan

BAB I PENDAHULUAN. segala bidang dan karenanya kita dituntut untuk terus memanjukan diri agar bisa

BAB I PENDAHULUAN. Untuk menghadapi persaingan yang semakin ketat setiap orang berlomba-lomba

BAB I PENDAHULUAN. Era globalisasi membawa dampak pada terjadinya persaingan di segala bidang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Dukungan sosial timbul oleh adanya persepsi bahwa terdapat orang- orang yang

I. PENDAHULUAN. merupakan aset besar yang dimiliki oleh suatu negeri. Masa muda adalah

BAB I PENDAHULUAN. seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya

BAB I PENDAHULUAN. Jika dilihat berdasarkan tahapan perkembangannya, individu yang baru saja

BAB I PENDAHULUAN. kesungguhan yang serius dalam mencapainya. Karena itu pendidikan sangatlah

BAB II. Landasan Teori

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan perkembangan zaman yang maju mengikuti pertumbuhan ilmu

p. ISSN: e. ISSN: Jurnal Elektronik Sistem Informasi Dan Komputer VOL 1 No.2 Juli-Desember 2015

BAB I PENDAHULUAN. secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual,

BAB 1 PENDAHULUAN. pendidikan menengah. Tujuan pendidikan perguruan tinggi ialah untuk

BAB I PENDAHULUAN. kemajuan bagi bangsa. Kemajuan suatu bangsa dapat dilihat dalam segi

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. kali oleh seorang psikiater asal Inggris bernama John Bowlby pada tahun 1969.

BAB I PENDAHULUAN. Fase usia remaja merupakan saat individu mengalami perkembangan yang

BAB I PENDAHULUAN. perubahan di berbagai bidang kehidupan, seperti bidang ilmu pengetahuan,

BAB I PENDAHULUAN. Memasuki ambang millennium ketiga, masyarakat Indonesia mengalami

BAB I PENDAHULUAN. tuntutan keahlian atau kompetensi tertentu yang harus dimiliki individu agar dapat

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai negara yang sedang berkembang mengutamakan

BAB I PENDAHULUAN. ini dinilai sebagai salah satu usaha serius yang dilakukan pemerintah untuk

BAB I PENDAHULUAN. menyadari pentingnya memiliki pendidikan yang tinggi. Untuk mengikuti perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. Era globalisasi yang ditandai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Identity Achievement. (Kartono dan Gulo, 2003). Panuju dan Umami (2005) menjelaskan bahwa

BAB I PENDAHULUAN. mengakibatkan kinerja karyawan menurun. Penurunan kinerja karyawan akan

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan berkembangnya jaman, semakin bertambah juga tuntutan-tuntutan

BAB II LANDASAN TEORI. yang terbentuk melalui pengalaman-pengalaman yang diperoleh dari interaksi

BAB I PENDAHULUAN. ilmunya dalam dunia pendidikan hingga tingkat Perguruan Tinggi. Dalam jenjang

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan. Pendidikan adalah sebuah proses dengan metode-metode tertentu

BAB I PENDAHULUAN. memasuki dunia pekerjaan. Mendapatkan predikat lulusan terbaik dari suatu

BAB I PENDAHULUAN. Pada era gobalisasi ini, perkembangan masyarakat di berbagai bidang

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu aspek penting dalam kehidupan manusia

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Fase perkembangan tersebut meliputi masa bayi, masa kanak-kanak,

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan negara di segala bidang. Agar mendapatkan manusia yang

BAB I PENDAHULUAN. manusia yang berkualitas. Universitas X merupakan salah satu universitas

Perkembangan Sepanjang Hayat

BAB I PENDAHULUAN. menyelesaikan seluruh mata kuliah yang diwajibkan dan tugas akhir yang biasa

BAB I PENDAHULUAN. tanpa terkecuali dituntut untuk meningkatkan sumber daya manusia yang ada.

BAB I PENDAHULUAN. yang dikenal dengan istilah adolescence merupakan peralihan dari masa kanakkanak

BAB I PENDAHULUAN. awal, dimana memiliki tuntutan yang berbeda. Pada masa dewasa awal lebih

HUBUNGAN MOTIVASI BELAJAR DENGAN INDEKS PRESTASI KUMULATIF PADA MAHASISWA DIPLOMA IV BIDAN PENDIDIK SEMESTER V DI STIKES AISYIYAH YOGYAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan formal dapat ditempuh mulai dari tingkat terendah yaitu pre-school/

BAB I PENDAHULUAN. semakin menyadari pentingnya peranan pendidikan dalam kehidupan. Hal ini

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. usia 18 hingga 25 tahun (Santrock, 2010). Pada tahap perkembangan ini, individu

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Mutia Faulia, 2014

BAB I PENDAHULUAN. spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia,

BAB I PENDAHULUAN. informal (seperti pendidikan keluarga dan lingkungan) dan yang terakhir adalah

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2012, pendidikan adalah usaha sadar dan

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual

BAB I PENDAHULUAN. Setiap orang ingin berhasil dalam hidupnya dan semua orang mempunyai

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Dunia saat ini sedang memasuki era baru yaitu era globalisasi dimana hampir

BAB I PENDAHULUAN. dianggap penting. Melalui pendidikan, individu dapat belajar. pendidikan nasional seperti yang tercantum dalam Undang-Undang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan suatu proses dalam rangka mempengaruhi siswa agar

BAB I PENDAHULUAN. daya yang terpenting adalah manusia. Sejalan dengan tuntutan dan harapan jaman

BAB I PENDAHULUAN. Undang undang Pemerintahan Negara Republik Indonesia tahun 2003 pasal

BAB I PENDAHULUAN. Semakin berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi di era globalisasi ini,

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di Indonesia terus

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

I. PENDAHULUAN. positif dan negatif pada suatu negara. Orang-orang dari berbagai negara

BAB I PENDAHULUAN. yang akan menjadi penerus bangsa. Tidak dapat dipungkiri, seiring dengan terus

Bab II Tinjauan Teori

BAB I PENDAHULUAN. Dalam era globalisasi sekarang ini, perubahan di berbagai sektor

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa yang penting di dalam suatu kehidupan. manusia. Teori Erikson memberikan pandangan perkembangan mengenai

BAB I PENDAHULUAN. memperoleh pendidikan adalah dengan mengikuti pendidikan formal. Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. Dasar (SD), Sekolah Menengah Pertama (SMP), dan Sekolah Menengah Atas

BAB I PENDAHULUAN. saling mengasihi, saling mengenal, dan juga merupakan sebuah aktifitas sosial dimana dua

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dewasa ini, masyarakat Indonesia menganggap pendidikan menjadi sesuatu yang sangat penting untuk meningkatkan kualitas kehidupan, terutama dalam hal mencapai kesuksesan di masa depan. Tidak bisa dipungkiri bahwa pendidikan menjadi salah satu kriteria yang menentukan dalam proses seleksi calon pekerja. Lapangan pekerjaan yang tersedia di Indonesia pada umumnya menuntut para calon pelamarnya memiliki tingkat pendidikan minimal SLTA, D3, hingga S1 guna menunjang kualitas sumber daya manusia di era globalisasi agar bisa bersaing dengan sumber daya dari Negara-negara lain. Untuk mendukung hal ini, perguruan tinggi sebagai pelaksana pendidikan yang kelak menghasilkan lulusan untuk dilepas ke dunia kerja harus dapat meningkatkan kualitas lulusannya. Sejalan dengan peningkatan kualitas pendidikan ini pihak pemerintah telah mengeluarkan peraturan pemerintah RI nomor 19 tahun 2005 tentang standar nasional pendidikan dengan harapan kualitas sistem pendidikan di Indonesia akan meningkat, baik sarana, prasarana, dan tenaga pendidik sehingga pendidikan sebagai sarana mencerdaskan bangsa dapat terwujud. Pada pasal 26 (4) dalam peraturan pemerintah tersebut dinyatakan standar kompetensi lulusan pada jenjang pendidikan tinggi bertujuan untuk mempersiapkan peserta didik menjadi anggota

2 masyarakat yang berakhlak mulia, memiliki pengetahuan, keterampilan, kemandirian dan sikap untuk menentukan, mengembangkan, serta menerapkan ilmu, teknologi, dan seni yang bermanfaat bagi kemanusiaan (http://sunartombs.com). Di Indonesia sendiri, tahapan pendidikan formal tediri atas SD, SLTP, SLTA dan Perguruan Tinggi. Setiap jenjnag pendidikan, sebenarnya, memberikan bekal kurikuler berkesinambungan. Prestasi yang dicapai akan menjadi tolok ukur untuk meraih pencapaian yang lebih tinggi dari jenjang-jenjang pendidikan yang harus dilewati. Bagi mahasiswa indeks prestasi akan menjadi parameter bagi terbukanya peluang untuk memeroleh kesempatan kerja. Jenjang pendidikan tinggi memberikan suasana pembelajaran yang berbeda dibandingkan jenjang pendidikan sebelumnya. Melalui sistem Satuan Kredit Semester (SKS), setiap mahasiswa dapat menentukan rencana studinya sesuai kurikulum dan aturan yang berlaku di perguruan tinggi setempat. Perguruan Tinggi menyediakan beragam jurusan yang dapat dipilih, sebagaimana juga yang tersedia di Universitas "X" Bandung. Mengacu pada kurikulum pendidikan tinggi, program pendidikan Strata 1 sekurang-kurangnya harus menyelesaikan 144 SKS hingga sebanyak-banykanya 160 SKS dengan masa tempuh studi berkisar delapan semester hingga 14 semester. (http://www.dikti.go.id/index.php?option=com_content&view=article&id=578&i temid=230). Menurut tokoh pendidikan, proses pendidikan memunyai ukuran terstandararisir dalam menilai sejauhmana pengetahuan dan keterampilan

3 mahasiswa tercapai (Tilaar, 2006). Harahap (2006) mengatakan bahwa mahasiswa dalam kaitannya dengan dunia pendidikan merupakan salah satu substansi yang perlu diperhatikan, karena mahasiswa merupakan penerjemah dinamika ilmu pengetahuan dan melaksanakan tugas mendalami ilmu pengetahuan tersebut. Mahasiswa secara umum merupakan subjek yang memiliki potensi untuk mengembangkan pola kehidupannya, dan sekaligus menjadi objek dalam keseluruhan bentuk aktifitas dan kreatifitasnya sehingga diharapkan mampu menunjukkan kualitas daya yang dimilikinya (Baharuddin & Makin, 2004). Kualitas mahasiswa dapat terukur dari prestasi akademik yang diraihnya. Prestasi akademik merupakan perubahan dalam hal kecakapan tingkah laku atau kemampuan yang dapat bertambah selama beberapa waktu yang tidak disebabkan oleh proses pertumbuhan, melainkan oleh adanya situasi belajar sehingga dipandang sebagai bukti usaha yang telah dilakukan mahasiswa (Sobur, 2006). Fakultas Psikologi Universitas "X" memiliki situasi belajar bersifat kompleks dan menyeluruh yang melibatkan interaksi beberapa komponen, sehingga tidak mengherankan sering ditemukan mahasiswa yang tidak dapat meraih prestasi akademik setara dengan kecerdasannya. Pada dasarnya prestasi akademik merupakan hasil interaksi dari pelbagai faktor yang berbeda antara satu individu dengan individu lainnya (Baiquni, 2007). Banyak faktor yang dapat mempengaruhi prestasi akademik individu. Menurut Rola (2006) terdapat empat faktor yang mempengaruhi prestasi akademik, yaitu pengaruh keluarga dan kebudayaan, peranan konsep diri,

4 pengaruh dari peran jenis kelamin, dan pengakuan dari prestasi. Peranan konsep diri menurut Rola merupakan faktor yang memengaruhi IPK. Penelitian yang dilakukan di Amerika, melibatkan 342 mahasiswa dari Colombia University, menemukan bahwa keberhasilan akademik dipengaruhi oleh konsep diri yang positif (Ginzberg, 2003). Hasil penelitian lain tentang pengaruh konsep diri dalam pencapaian prestasi belajar, dengan subjek 109 mahasiswa ilmu komunikasi Universitas Padjajaran yang diterima melalui SPMB menunjukkan bahwa konsep diri diperlukan dalam mencapai prestasi yang tinggi (Fahrozi, 2003). Kedua penelitian tersebut mengindikasikan bahwa salah satu faktor yang memengaruhi mahasiswa dalam perolehan prestasi akademiknya adalah konsep diri. Menurut Calhoun dan Acocella (1990), dalam perkembangannya konsep diri terbagi menjadi dua, yaitu konsep diri positif dan konsep diri negatif. Individu yang memiliki konsep diri positif adalah individu yang tahu betul siapa dirinya sehingga dirinya menerima segala kelebihan dan kekurangan, evaluasi terhadap dirinya menjadi lebih positif serta mampu merancang tujuan-tujuan yang sesuai dengan realitas. Individu yang memiliki konsep diri negatif terdiri dari dua tipe, tipe pertama yaitu individu yang tidak tahu siapa dirinya dan tidak mengetahui kekurangan dan kelebihannya, sedangkan tipe kedua adalah individu yang memandang dirinya dengan sangat teratur dan stabil. Hasil kajian literatur yang dilakukan beberapa ahli menunjukkan bahwa dari berbagai karakteristik mahasiswa yang tidak mampu mencapai prestasi akademik yang tinggi, ternyata erat hubungannya dengan masalah rendahnya

5 konsep diri. Rola (2006) menyatakan bahwa salah satu faktor yang memengaruhi prestasi individu adalah konsep diri. Jika mahasiswa menganggap dirinya mampu melakukan sesuatu maka akan berusaha untuk mencapai apa yang diinginkannya, sehingga terdapat hubungan yang positif antara konsep diri terhadap prestasi akademik yang dimilikinya. Berikut pernyataan-pernyataan para tokoh psikologi mengenai hubungan konsep diri dengan prestasi akademik, Pudjiyogyanti (1993) memberikan pernyataan senada bahwa konsep diri memunyai peranan yang akan menentukan prestasi belajar, sebab dengan evaluasi diri mengenai kemampuan dan perilaku maka seseorang akan lebih optimistis untuk menunjukkan prestasinya. Dari uraian di atas, dapat dilihat bahwa pentingnya konsep diri bagi raihan prestasi akademik mahasiswa. Oleh karena itu, melalui penelitian ini penulis tertarik mengetahui secara empiric sejauhmanakah pengaruh konsep diri terhadap prestasi akademik mahasiswa angkatan 2010 Fakultas Psikologi Universitas "X" Bandung. 1.2 Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah dijabarkan di atas, maka masalah yang akan diteliti adalah seberapa besar pengaruh konsep diri terhadap prestasi akademik pada mahasiswa Fakultas Psikologi angkatan 2010 Universitas "X" di kota Bandung.

6 1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian 1.3.1 Maksud Penelitian Maksud penelitian ini adalah untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh konsep diri terhadap prestasi akademik pada mahasiswa angkatan 2010 Universitas "X" di kota Bandung. 1.3.2 Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui seberapa besar pengaruh konsep diri terhadap prestasi akademik pada mahasiswa angkatan 2010 Universitas "X" di kota Bandung. 1.4 Kegunaan Penelitian 1.4.1 Kegunaan Teoretis 1. Menambah pemahaman bagi kajian psikologi pendidikan mengenai pengaruh konsep diri terhadap prestasi akademik. 2. Sumber informasi bagi peneliti lain yang berminat mendalami konsep diri dan pengaruhnya terhadap prestasi akademik. 1.4.2 Kegunaan Praktis 1. Memberikan informasi kepada pihak institusi pendidikan, dalam hal ini fakultas psikologi Universitas "X" mengenai seberapa besar pengaruh konsep diri pada prestasi akademik, sehingga dapat ditindaklanjuti dalam membantu mahasiswa yang bermasalah dalam hal prestasinya.

7 2. Memberikan informasi kepada mahasiswa angkatan 2010 Fakultas Psikologi Universitas "X" di kota Bandung mengenai pengaruh konsep diri terhadap prestasi akademik sehingga bisa membantu dalam merencanakan strategi belajar dalam hal meningkatkan perolehan prestasi akademik mereka. 3. Memberikan informasi pada orangtua dan keluarga mahasiswa angkatan 2010 Fakultas Psikologi Universitas "X" di kota Bandung, yang nantinya dapat membantu anak mereka dalam pencapaian prestasi akademiknya. 4. Memberikan informasi pada dosen wali dan dosen pengajar sehingga bisa mengambil tindakan yang tepat apabila terjadi hal-hal yang kurang memuaskan terkait prestasi akademik ini. 1.5 Kerangka Pikir Perguruan Tinggi merupakan lembaga pendidikan, tempat mahasiswa menjalani proses pendidikan formal seusai jenjang pendidikan SLTA. Salah satu perguruan tinggi swasta yang menjadi pilihan mahasiswa untuk memeroleh gelar sarjana di kota Bandung adalah Universitas "X". Dilihat dari masa perkembangan yang sedang dijalani, mahasiswa pada umumnya berada pada masa dewasa awal. Untuk mahasiswa baru, transisi dari sekolah menengah atas menuju universitas melibatkan gerakan menuju satu struktur sekolah yang lebih besar, interaksi dengan teman sebaya dari daerah yang lebih beragam dan kadang lebih beragam latar belakang etniknya; dan

8 peningkatan terhadap prestasi dan penilaiannya (Belle dan Paul, 1989, dalam Santrock, 2002). Mahasiswa berkesempatan untuk lebih dewasa, memilih mata kuliah di luar mata kuliah wajib berdasarkan peminatannya, memiliki banyak waktu untuk dihabiskan bersama kelompok sebaya dengan aktivitas yang konstruktif, banyak kesempatan untuk mengeksplorasi pelbagai gaya hidup dan nilai-nilai, menikmati kemandirian lebih luas yang jauh dari pengawasan orangtua, dan tertantang secara intelektual oleh tugas akademik dibandingkan tingkat pendidikan sebelumnya. Dilihat dari perkembangan fisik pada masa dewasa awal, seorang mahasiswa berada pada puncak dari kemampuan fisik yang dimilikinya (Santrock 2002). Selain itu, dari segi kognitif pada masa dewasa awal, seseorang mungkin merencanakan dan membuat hipotesis tentang masalah-masalah seperti remaja, tetapi mereka menjadi lebih sistematis ketika mendekati masalah sebagai seorang dewasa. (Santrock 2002). Kemampuan kognitif seseorang sangat baik selama masa dewasa awal, dan juga menunjukan adaptasi dengan aspek pragmatis dari kehidupan. Akan tetapi, masalah yang ada, bahwa pada beberapa tahun pertama di perguruan tinggi, sebagian besar mahasiswa tidak dapat secara akurat merencanakan jalur karir mereka di masa dewasa. Banyak mahasiswa yang mengubah bidang minatnya ketika di perguruan tinggi, menyadari bahwa pekerjaan setelah kuliah tidak langsung berhubungan dengan bidang utama mereka di universitas, dan mengubah karir ketika dewasa (Rothstein, 1980, dalam Santrock 2002). Selain itu, fase mencapai prestasi adalah fase di masa dewasa awal yang menurut Schaie, melibatkan penerapan intelektualitas pada situasi yang

9 memiliki konsekuensi besar dalam mencapai tujuan jangka panjang, seperti pencapaian karir dan pengetahuan. (Santrock 2002). Dari pernyataan di atas yang menjelaskan tentang masa perkembangan dewasa awal, salah satunya adalah meraih prestasi optimal. Mahasiswa memiliki keinginan berprestasi lebih besar dibandingkan saat berada pada jenjang-jenjang pendidikan sebelumnya. Prestasi pada jenjang pendidikan tinggi akan berkonsekuensi terhadap masa depan, khususnya dalam pencapaian karir pasca kelulusan dari jenjang pendidikan S1. Di lain pihak bagi perguruan tinggi sendiri, prestasi akademik dipandang sebagai salah satu tolok ukur mutu pendidikan yang diselenggarakannya. Kualitas lulusan perguruan tinggi bisa ditunjukkan melalui prestasi akademik yang dicapai. Ini berarti, usaha meningkatkan mutu pendidikan pada dasarnya tidak lain dari upaya meningkatkan prestasi akademik mahasiswa. Prestasi akademik adalah gambaran dari pengetahuan, keterampilan atau sikap yang diperoleh mahasiswa angkatan 2010 Fakultas Psikologi Universitas "X" (selanjutnya dijelaskan sebagai responden) dalam mengikuti proses pembelajaran. Prestasi akademik juga merupakan gambaran pengetahuan yang diperoleh atau ketrampilan yang dikembangkan dalam perkuliahan di perguruan tinggi dan ditunjukkan dengan nilai yang ditetapkan dalam perguruan tinggi tersebut. Setiap responden mengharapkan prestasi akademik yang memuaskan. Dengan adanya tuntutan tersebut menjadikan mahasiswa memiliki standar berprestasi yang juga berbeda-beda.

10 Prestasi akademik responden dinilai sebagai perubahan dalam hal kecakapan tingkah laku, atau kemampuan yang dapat bertambah selama beberapa waktu dan tidak disebabkan proses pertumbuhan, tetapi adanya situasi belajar. Perwujudan bentuk hasil proses belajar tersebut dapat berupa pemecahan lisan maupun tulisan, dan keterampilan serta pemecahan masalah langsung dapat diukur atau dinilai dengan menggunakan tes yang terstandar (Sobur, 2006). Pada kenyataannya, prestasi akademik tidak hanya ditentukan oleh kecerdasan, tetapi juga oleh variabel non kognitif seperti konsep diri sebagai seperangkat sikap yang dinamis dan memotivasi seseorang (Burns, 1993, h. 356). Selain itu, Soemanto (2006) menyatakan faktor yang memengaruhi prestasi akademik dan tingkah laku individu dalam belajar adalah konsep diri, locus of control, kecemasan, dan motivasi belajar. Konsep diri dan prestasi akademik berkaitan secara erat (Burns 1993, h. 357). Konsep diri yang positif dapat membantu responden untuk meningkatkan kepercayaan terhadap dirinya sehingga dapat memotivasi mereka untuk dapat menjadi lebih baik lagi. Dengan begitu, dalam kegiatan akademik, konsep diri memiliki peranan penting, seperti yang diungkapkan oleh para ahli psikologi dan pendidikan. Konsep diri merupakan cara pandang responden mengenai dirinya atau mengenai bagaimana mereka menilai lingkungan memandang dirinya. Konsep diri merupakan bagian penting dalam perkembangan kepribadian seseorang. Oleh karena itu, konsep diri juga berhubungan dengan bagaimana responden memandang prestasi akademik dan seberapa yakin akan pencapaiannya. Seorang

11 mahasiswa yang merasa yakin dengan kemampuannya dan memiliki orientasi yang besar dalam berprestasi akan lebih optimistis. Konsep diri itu sendiri didefinisikan sebagai keseluruhan kesadaran atau persepsi tentang diri yang diobservasi, dialami dan dinilai oleh responden (Fitts, 1971). Konsep diri adalah aspek penting dalam diri responden karena merupakan frame of preference dalam berinteraksi dengan lingkungan. Konsep diri awalnya muncul dari persepsi diri responden. Konsep diri muncul pada usia 6 atau 7 bulan dan akan terus berkembang seiring dengan bertambahnya nilai-nilai yang diperoleh responden melalui interaksinya dengan lingkungan (Taylor, dalam Fitts 1971). Konsep diri berguna bagi individu untuk menilai dirinya sendiri, yang merupakan hasil dari berinteraksi dengan lingkungan sekitarnya. Konsep diri menurut Fitts (1971) dibagi menjadi dua dimensi yaitu dimensi internal dan dimensi eksternal. 1. Dimensi internal adalah penilaian responden terhadap diri sendiri berdasarkan dunia dalamnnya atau batinnya sendiri, dimensi ini terdiri dari diri identitas (identity self), diri penilai (judging self), dan diri pelaku (behavior self). 2. Dimensi eksternal yaitu penilaian responden tentang dirinya sebagai hasil interaksi dengan dunia di luar dirinya, termasuk pengalaman individu dan hubungan interpersonal, yang terdiri dari diri fisik (physical self), diri moral etik (moral ethical self), diri pribadi (personal self), diri social (social self) diri keluarga (family self) dan diri akademik (academic self).

12 Identity self adalah aspek diri paling mendasar. Konsep ini mengacu pada pernyataan siapa saya?, dimana didalamnya tercakup label dan simbol yang diberikan pada diri mahasiswa sendiri untuk membentuk identitasnya. Penilaianpenilaian yang positif terhadap diri mereka sendiri akan mengembangkan konsep diri yang positif pula. Hal ini nantinya bisa membentuk suatu kepercayaan diri dan rasa optimis akan kemampuan yang dimiliki untuk mencapai prestasi yang diharapkan. Judging self memberikan nilai terhadap responden mengenai rasa puas dan tidak puas akan pencapaian prestasi akademiknya. Seperti yang diungkapkan di atas, penilaian-penilaian yang positif terhadap diri akan membuat seseorang lebih percaya diri dan optimis dalam mencapai target. Namun sebaliknya penilaian-penilaian yang negatif terhadap diri akan mengakibatkan rasa pesimis dan kurang percaya diri dalam mencapai target. Behavior self adalah gambaran responden mengenai tingkah lakunya. Baik itu tingkah laku yang dipertahankan ataupun tingkah laku yang diabaikan. Diri identitas sangat berkaitan erat dengan diri pelaku, karena diri identitas akan mempengaruhi tingkah laku apa yang dimunculkan. Terutama dalam menghadapi tugas-tugas, ujian tengah semester, ujian akhir semester, dan ketika berinteraksi dengan teman ataupun dosen dalam tujuan pencapaian prestasi akademik. Physical self adalah mengenai persepsi responden mengenai keadaan fisiknya. Hal ini akan mempengaruhi juga kepercayaan diri mahasiswa terutama mengenai hal-hal yang mengharuskannya tampil di tempat umum, seperti ketika presentasi dan kerja kelompok.

13 Moral ethical self adalah mengenai persepsi responden terhadap hubungannya dengan Tuhan, kepuasan mengenai kehidupan agamanya dan nilainilai moral yang dipegangnya, yang meliputi batasan baik dan buruk. Penilaian ini akan berpengaruh pada perilaku mahasiswa dalam berinteraksi dengan dosen ataupun mahasiswa, dan dalam mengerjakan tugas-tugas serta ujian. Personal self adalah merupakan perasaan atau persepsi responden tentang keadaan pribadinya. Merasa bangga dan puas terhadap apa yang dimilikinya dan menganggap dirinya tepat memilih jurusan merupakan gambaran tentang konsep diri yang positif dan sebaliknya. Pada mahasiswa yang merasa pilihannya kurang tepat atau karena paksaan akan membuat konsep dirinya menjadi lebih negatif. Social self adalah yang menyangkut kesesuaian responden dalam berinteraksi dengan masyarakat atau lingkungan sosial. Konsep ini akan berpengaruh terhadap sejauh mana keterbukaan mahasiswa dalam berinteraksi dengan lingkungan sosial. Ini akan menjadi penting, mengingat psikologi merupakan ilmu sosial yang mengharuskan seseorang berinteraksi dengan orang lain. Namun, dalam pencapaian prestasi akademik akan lebih berpengaruh ketika mahasiswa mendapatkan tugas praktikum yang mengharuskan mereka berinteraksi dengan lingkungan sosial. Family self berisi tentang hubungan pribadi responden dengan keluarga serta perasaannya sebagai anggota keluarga. Hubungan mahasiswa dengan keluarga akan mempengaruhi motivasi dan usaha mahasiswa mencapai prestasi yang diharapkan. Sejauh mana mahasiswa merasa keluarganya mendukung

14 perkuliahannya menjadi salah satu bagian penting dalam pencapaian prestasi akademik mereka. Bagian terakhir dari dimensi eksternal adalah Academic self yaitu bagaimana keyakinan responden mengenai kemampuannya dalam akademik ini akan menjadi faktor yang sangat penting dalam pencapaian prestasi yang nantinya juga akan dipengaruhi keseluruhan dimensi yang ada dalam konsep diri mahasiswa. Peneliti melihat pentingnya interaksi antara dimensi eksternal dan dimensi internal untuk mengetahui bagaimana konsep diri mahasiswa secara keseluruhan. Untuk itu dilakukan penggabungan antara dimensi internal dan dimensi eksternal yang hasilnya, yaitu : 1. physical identity adalah seberapa besar penghayatan responden mengenai gambaran dirinya dan pembentukan dirinya terhadap keadaan fisik, mencakup penilaian terhadap kesehatan, penampilan, keadaan tubuh dan gerakan motorik. Disini akan tergambar sejauhmana mahasiswa menghayati keadaan fisiknya, misalnya ketika mahasiswa menentukan cara berpakaian dan memperlihatkan kepercayaan diri atau ketidakpercayaan diri dalam berpenampilan. 2. Physical judgement adalah seberapa besar rasa puas dan kebanggaan responden tentang keadaan dirinya secara fisik, mengenai kesehatan, penampilan, keadaan tubuh, dan gerakan motoriknya. Disini akan terlihat sejauh mana perasaan puas yang dimiliki mahasiswa terhadap keadaan fisik

15 yang dimilikinya. Misalnya mahasiswa merasa keadaan fisiknya sesuai atau tidak dengan yang diharapkannya. 3. Physical behavior adalah seberapa besar responden menilai gambaran tingkah laku yang berkaitan dengan keadaan fisik mencakup keadaan kesehatan, penampilan, keadaan tubuh dan gerakan motoriknya. Ini akan mempengaruhi bagaimana mahasiswa berpenampilan dan berperilaku di dalam ataupun diluar kampus. Misalnya bagaimana mahasiswa tersebut melakukan perawatan terhadap keadaan fisiknya. 4. Moral ethical identity adalah seberapa besar penghayatan responden mengenai keadaan moral, etika, dan agama yang meliputi batasan baik dan buruk. Mahasiswa akan menghayati sebaik atau seburuk apa moral, etika dan agama yang dimilikinya. Misalnya sejauh mana mahasiswa menghayati dirinya sebagai orang yang memeluk agama tertentu atau merasa bermoral atau tidak. 5. Moral ethical judgement adalah seberapa besar rasa puas dan kebanggaan responden mengenai keadaan moral, etika, dan agama yang meliputi batasan baik dan buruk. Dalam hal ini, mahasiswa akan terlihat puas atau tidak terhadap moral, etik, dan agama yang dimilikinya sehingga dapat memengaruhi perilakunya. Misalnya, sejauh mana mahasiswa merasa bangga atas moral dan agama yang dianutnya. 6. Moral ethical behavior adalah bagaimana responden melihat gambaran tingkah laku mereka mengenai keadaan moral, etika, dan agama yang meliputi batasan baik dan buruk. Disini, moral dan etika yang tadi dihayati dan dinilai

16 akan muncul menjadi pemikiran tentang bagaimana seharusnya tingkah laku mahasiswa sesuai dengan moral dan etika yang dimilikinya. Misalnya sejauh mana mahasiswa menghayati dirinya sebagai orang yang taat beragama dan melakukan kegiatan yang benar atau tidak. 7. Personal identity adalah seberapa besar penghayatan responden tentang keadaan pribadinya, hal ini dipengaruhi oleh sejauhmana mereka merasa puas terhadap pribadinya. Menghayati dirinya dan mengetahui apa yang dapat mendukung pencapaian prestasi akademik akan sangat membantu mahasiswa dalam belajar. Misalnya sejauh mana mahasiswa mengenal dirinya, mengetahui kelebihan dan kekurangannya, bisa juga sejauhmana mereka merasa keberadaannya berarti bagi orang lain dan lingkungan. 8. Personal judgement adalah seberapa besar rasa puas dan kebanggaan responden tentang keadaan pribadinya yang dipengaruhi oleh sejauhmana mereka merasa puas terhadap pribadinya. Kebanggaan yang dimiliki dengan keadaan dirinya sebagai orang yang memiliki kemampuan untuk meraih prestasi yang diharapkan merupakan gambaran dari konsep diri yang positif yang membantu mahasiswa dalam pencapaian prestasi akademik. Misalnya, bagaimana mahasiswa merasa dirinya sesuai atau tidak dengan yang diinginkannya. 9. Personal behavior adalah bagaimana reponden melihat tingkah laku dirinya berkaitan dengan keadaan pribadinya, yang akan dipengaruhi oleh sejauhmana mereka merasa puas terhadap pribadinya. Cara memandang perilaku yang dimunculkan mahasiswa dalam proses belajar mengajar membantu mereka

17 untuk memiliki motivasi dalam usaha meraih prestasi akademik yang diharapkan. Misalnya, bagaimana mahasiswa memegang prinsip yang dimilikinya, mudah berubah atau tidak. 10. Family identity adalah bagaimana penghayatan responden terhadap keluarganya dan kedudukannya sebagai anggota keluarga yang didasarkan pada peran dan fungsinya sebagai anggota keluarga. Mengahayati bahwa keluarga sebagai pendukung mereka untuk meraih prestasi akademik yang baik akan membantu mereka untuk mencapai hal tersebut. Misalnya, bagaimana mahasiswa memandang keadaan keluarganya dan menyukai atau tidak hubungannya dengan keluarga. 11. Family judgement adalah penilaian mengenai seberapa besar rasa puas dan kebanggaan responden tentang keadaan keluarganya dan kedudukannya sebagai anggota keluarga yang didasarkan pada peran dan fungsinya sebagai anggota keluarga. Merasa bangga dan puas akan keluarga yang dimiliki dan kepuasan sebagai bagian dari anggota keluarga dengan peran dan fungsinya akan membuat mahasiswa lebih merasa memiliki dukungan dan motivasi dalam belajar. Misalnya, puas atau tidak mahasiswa terhadap keluarganya. 12. Family behavior adalah bagaimana responden menilai tingkah laku berkenaan dengan keluarga dan kedudukannya sebagai anggota keluarga yang didasarkan pada peran dan fungsinya sebagai anggota keluarga. Hal ini akan mempengaruhi pola perilaku mahasiswa dalam belajar, jika penilaian terhadap dirinya berkenaan dengan kedudukannya sebagai anggota keluarga adalah baik, maka dalam belajar pun merasa nyaman dan tidak merasa ada gangguan

18 dari masalah keluarga. Misalnya, seberapa aktif mahasiswa dalam kegiatan dalam keluarganya. 13. Social identity adalah seberapa besar penghayatan responden dalam kaitan dengan orang lain dan lingkungan sekitarnya, yang dipengaruhi oleh penilaian dan interaksinya dengan orang lain. Merasa diterima di dalam lingkungan sosialnya akan membuat mahasiswa menjadi lebih percaya diri dalam berinteraksi. Ini akan membantu pencapaian prestasi akademik terutama dalam interaksi yang mendukung, seperti dengan dosen, OP dalam pengambilan data praktikum dan teman sekelompok dalam pengerjaan tugas kelompok. Misalnya, sejauhmana mahasiswa merasa keberadaannya penting bagi lingkungannya atau tidak. 14. Social judgement adalah seberapa besar rasa puas dan kebanggaan responden dalam kaitan dengan orang lain dan lingkungan sekitarnya, yang dipengaruhi oleh penilaian dan interaksinya dengan orang lain. Puas dan bangga akan kemampuaannya dalam berinteraksi akan membuat mahasiswa merasa mendapat dukungan dalam memperoleh prestasi akademik. Misalnya, puas atau tidak mahasiswa terhadap lingkungannya dan merasa diterima atau tidak oleh lingkungannya. 15. Social behavior adalah bagaimana responden menilai tingkah laku dalam kaitan dengan orang lain dan lingkungan sekitarnya, yang dipengaruhi oleh penilaian dan interaksinya dengan orang lain. Berbaur dengan orang lain dan mudah akrab dengan orang lain, tanpa memikirkan dampak negatif dari penilaian orang lain merupakan ciri dari mahasiswa yang memiliki penilaian

19 yang baik terhadap hubungan interaksinya dengan lingkungan sosial. Misalnya, apakah mahasiswa mendekat atau menjauh dari lingkungan sosialnya. 16. Academic identity adalah seberapa besar penghayatan diri responden terhadap keyakinan akan kemampuannya dalam bidang akademik. Disini mahasiswa menghayati tingkat kemampuan yang dimiliki dalam pencapaian prestasi akademik. Sejauhmana mereka menilai dirinya mampu untuk mencapai target akan membuat mereka lebih optimis, dan sebaliknya. Misalnya, seberapa yakin mahasiswa bisa mencapai prestasi akademik yang diharapkannya. 17. Academic judgement seberapa puas dan bangga responden terhadap kemampuannya dalam bidang akademik. Merasa bangga dan puas terhadap kemampuannya akan membuat mahasiswa lebih semangat mengejar targetnya. Misalnya, seberapa puas mahasiswa terhadap pencapaian prestasi akademik yang diperolehnya. 18. Academic behavior adalah bagaimana responden memandang tingkah lakunya sehubungan dengan keyakinan akan kemampuannya dalam bidang akademik. Mereka yang belajar dengan sungguh-sungguh dalam mencapai prestasi dibidang akademik merupakan gambaran konsep diri yang positif. Misalnya, seberapa keras usaha yang dilakukan mahasiswa untuk memeroleh prestasi akademik yang diharapkan, menurutnya. Dari penjabaran diatas, dapat ditangkap bahwa konsep diri akan memengaruhi pandangan mengenai dirinya dan kemampuan yang dimiliki

20 mahasiswa, dengan begitu akan berguna dalam menentukan target atau sejauh mana harapan yang dibuat untuk perolehan prestasi akademik mereka. Mereka yang memiliki konsep diri yang positif adalah mereka yang mempunyai penilaian positif terhadap dirinya yang didasarakan pada penghayatannya sendiri dan juga berdasarkan hasil interaksi dengan lingkungannya, yang lalu merasa mendapatkan apresiasi atau penerimaan dilingkungan sekitarnya yang pada akhirnya merasa puas akan dirinya sendiri. Sedangkan mereka yang mempunyai konsep diri yang negatif adalah mereka yang mempunyai penilaian negatif terhadap diri sendiri didasarkan pada penghayatannya sendiri dan juga berdasarkan hasil interaksi dengan lingkungan, lalu merasa tidak mendapatkan penerimaan atau apresiasi dari lingkungan sekitarnya dan mereka yang sulit untuk menerima keadaan dirinya (Fitts, 1971). Prestasi akademik merupakan hasil dari interaksi faktor-faktor yang berbeda antara satu mahasiswa dengan mahasiswa lainnya (Baiquni, 2007). Berdasarkan asumsi dan pernyataan peneliti-peneliti sebelumnya, dapat dilihat bahwa konsep diri memiliki hubungan dengan prestasi akademik yang pada gilirannya dapat memengaruhi pencapaian prestasi akademik yang diharapkan.

21 Faktor-faktor yang memengaruhi prestasi akademik : a. Lingkungan rumah b. Lingkungan sekolah Mahasiswa angkatan 2010 fakultas psikologi Universitas X Bandung Self concept Prestasi akademik (IPK) Interaksi antara Dimensi Eksternal dan Dimensi Internal Physical Identity Physical Judgement Physical Behavior Moral Ethical Identity Moral Ethical Judgement Moral Ethical Behavior Personal Identity Personal judgement Personal Behavior Family Identity Family Judgement Family Behavior Social Identity Social Judgement Social Behavior Academic Identity Academic Judgement Academic Behavior 1.1 Bagan Kerangka Pikir

22 1.6. Hipotesis Ho : Konsep diri tidak berpengaruh terhadap prestasi akademik pada mahasiswa angkatan 2010 Fakultas Psikologi UKM Bandung. H1 : Terdapat pengaruh konsep diri terhadap prestasi akademik pada mahasiswa angkatan 2010 Fakultas Psikologi UKM Bandung.