BAB I PENDAHULUAN. macam informasi melalui dunia cyber sehingga terjadinya fenomena kejahatan di

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. kepribadian luhur bangsa, beriman dan bertakwa kepada Tuhan yang Maha

BAB II PERATURAN YANG BERKAITAN DENGAN PORNOGRAFI DALAM HUKUM POSITIF DI INDONESIA SEBELUM LAHIRNYA UU NO. 44 TAHUN 2008 TENTANG PORNOGRAFI

BAB I PENDAHULUAN. kemajuan teknologi dari tahun ke tahun semakin cepat. Hal yang paling

tulisan, gambaran atau benda yang telah diketahui isinya melanggar kesusilaan muatan yang melanggar kesusilaan

CYBERCRIME & CYBERLAW

Absurditas Penegakan Hukum dalam Kasus Video Mirip Artis Oleh: Sam Ardi*

BAB I PENDAHULUAN. ayat 3 Undang-Undang Dasar Republik Indonesia (UUD RI) tahun 1945

: Pembuatan video porno oleh seorang artis

BAB I PENDAHULUAN. memperkecil kemungkinan membuat kesalahan, sehingga menjadikan

PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA PENGGUNA WEBSITE PORNO RAFIKA DURI / D

PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA TERHADAP PEMILIK WEBSITE YANG MENGANDUNG MUATAN PORNOGRAFI

BAB I PENDAHULUAN. Kemajuan teknologi yang ditandai dengan munculnya internet yang dapat

2008, No d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, huruf b, dan huruf c perlu membentuk Undang-Undang tentang Porno

SKRIPSI. Diajukan Sebagai Syarat Untuk Mencapai Gelar Sarjana Hukum. Program Studi Ilmu Hukum Fakultas Hukum. Universitas Kristen Satya Wacana

Bab XIV : Kejahatan Terhadap Kesusilaan

BAB I PENDAHULUAN. sekali terjadi, bahkan berjumlah terbesar diantara jenis-jenis kejahatan terhadap

BAB 1 PENDAHULUAN. itu setiap kebijakan yang diambil harus didasarkan pada hukum. Hukum

UNDANG-UNDANG NOMOR 44 TAHUN 2008 TENTANG PORNOGRAFI [LN 2008/181, TLN 4928]

BAB I PENDAHULUAN. yang menjalani masa pidana, hal ini sudah diatur dalam Undang undang tentang

TINJAUAN YURIDIS PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA PELAKU TINDAK PIDANA PROSTITUSI SECARA ONLINE BERDASARKAN PERSPEKTIF CYBER CRIME

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pemeriksaan suatu perkara pidana di dalam suatu proses peradilan pada

JURNAL ILMIAH TINJAUAN TENTANG CYBER CRIME YANG DIATUR DALAM UNDANG- UNDANG NOMOR 11 TAHUN 2008 TENTANG INFORMASI DAN TRANSAKSI ELEKTRONIK (ITE)

Perkembangan Cybercrime di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. melalui kebijakan hukum pidana tidak merupakan satu-satunya cara yang. sebagai salah satu dari sarana kontrol masyarakat (sosial).

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG MATA UANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

KETENTUAN-KETENTUAN HUKUM PIDANA YANG ADA KAITANNYA DENGAN MEDIA MASSA. I. Pembocoran Rahasia Negara. Pasal 112. II. Pembocoran Rahasia Hankam Negara

BAB III TINDAK PIDANA PORNOGRAFI DALAM UNDANG UNDANG NO. 44 TAHUN A. Pengertian Pornografi Menurut Undang-Undang No.

TINDAK PIDANA DI BIDANG MEDIA SOSIAL Oleh : Prof. Dr. H. Didik Endro Purwoleksono, S.H., M.H.

MAKALAH UU ITE DI REPUBLIK INDONESIA

Perbuatan yang Dilarang dan Ketentuan Pidana UNDANG-UNDANG NOMOR 11 TAHUN 2008 TENTANG INFORMASI DAN TRANSAKSI ELEKTRONIK (ITE)

Dalam Undang-Undang RI No. 35 Tahun 2009, sanksi bagi pelaku kejahatan narkoba adalah sebagai berikut :

BAB I PENDAHULUAN. tinggi tingkat budaya dan semakin modern suatu bangsa, maka semakin

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masyarakat banyak yang memperbincangkan tentang pornografi yang

Seminar Nasional IT Ethics, Regulation & Cyber Law III

Berdasarkan keterangan saya sebagai saksi ahli di bidang Hukum Telematika dalam sidang Mahkamah Konstitusi tanggal 19 Maret 2009, perihal Pengujian

I. PENDAHULUAN. nyata. Seiring dengan itu pula bentuk-bentuk kejahatan juga senantiasa mengikuti perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia di kenal sebagai salah satu negara yang padat penduduknya.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masuknya informasi dari luar negeri melalui media massa dan

BAB I PENDAHULUAN. faktor sumber daya manusia yang berpotensi dan sebagai generasi penerus citacita

I. PENDAHULUAN. Para ahli Teknologi Informasi pada tahun 1990-an, antara lain Kyoto Ziunkey,

BAB I PENDAHULUAN. melingkupi semua lapisan masyarakat baik miskin, kaya, tua, muda, dan

UNDANG-UNDANG NOMOR 11 TAHUN 2008 TENTANG INFORMASI DAN TRANSAKSI ELEKTRONIK [LN 2008/58, TLN 4843]

BAB II PENGATURAN HUKUM PIDANA TERHADAP TINDAK PIDANA PROSTITUSI MELALUI MEDIA ONLINE

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 44 TAHUN 2008 TENTANG PORNOGRAFI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. dan akan menghasilkan sesuatu dari rangkaian tersebut. Misalnya. rangkaian radio menghasilkan suara, handphone menghasilkan

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 11 TAHUN 2008 TENTANG INFORMASI DAN TRANSAKSI ELEKTRONIK

Tata Cara Merubah Komitmen:

I. PENDAHULUAN. untuk saling bersosialisasi dengan siapapun dan dimanapun mereka berada.

BAB 1 PENDAHULUAN. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun (selanjutnya disebut UUD 1945) menyatakan bahwa Negara Indonesia adalah

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tindak pidana merupakan pengertian dasar dalam hukum pidana ( yuridis normatif ). Kejahatan

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Oleh: R.Caesalino Wahyu Putra IGN.Parikesit Widiatedja Bagian Hukum Pidana, Fakultas Hukum, Universitas Udayana

BAB I PENDAHULUAN. bernegara diatur oleh hukum, termasuk juga didalamnya pengaturan dan

BAB I PENDAHULUAN. diperlukan suatu aturan hukum tertulis yang disebut pidana. Adapun dapat ditarik kesimpulan tujuan pidana adalah: 2

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

Muatan yang melanggar kesusilaan

BAB I PENDAHULUAN. pencurian tersebut tidak segan-segan untuk melakukan kekerasan atau. aksinya dinilai semakin brutal dan tidak berperikemanusiaan.

TINJAUAN YURIDIS MENGENAI SANKSI PIDANA TERHADAP TINDAK PIDANA PENCEMARAN NAMA BAIK MELALUI MEDIA SOSIAL

BAB I PENDAHULUAN. melakukan hubungan melalui jaringan internet 1. dampak perkembangan internet adalah cybercrime; bahkan pembajakan

Oleh Prihatin Effendi ABSTRAK. a. PENDAHULUAN

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 44 TAHUN 2008 TENTANG PORNOGRAFI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

teknologi informasi adalah munculnya tindak pidana mayantara (cyber crime). Cyber

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 44 TAHUN 2008 TENTANG PORNOGRAFI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

No berbangsa, yang salah satunya disebabkan oleh meningkatnya tindakan asusila, pencabulan, prostitusi, dan media pornografi, sehingga diperlu

I. PENDAHULUAN. Pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi tidak dapat diimbangi

II. TINJAUAN PUSTAKA. perbuatan jahat atau kejahatan. Secara yuridis formal, tindak kejahatan

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG PORNOGRAFI

KENDALA DALAM PENANGGULANGAN CYBERCRIME SEBAGAI SUATU TINDAK PIDANA KHUSUS

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Fenomena minuman keras saat ini merupakan permasalahan yang cukup

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. dan media elektronik yang berfungsi merancang, memproses, menganalisis,

BAB III KEPUTUSAN HUKUM DALAM PUTUSAN NOMOR: 2191/ PID.B/ 2014/ PN.SBY TENTANG HUKUMAN ELEKTRONIK DAN PORNOGRAFI

I. PENDAHULUAN. kebosanan, serta dapat berfungsi juga sebagai media menyuarakan aspirasi,

PENJELASAN ATAS RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN TENTANG PORNOGRAFI

ANALISIS KASUS CYBERCRIME YANG TERPUBLIKASI MEDIA KASUS PENANGKAPAN WNA YANG DIDUGA KELOMPOK CYBERCRIME INTERNASIONAL

RANCANGAN KESIMPULAN/KEPUTUSAN

BAB II PERATURAN-PERATURAN HUKUM YANG BERKAITAN DENGAN TINDAK PIDANA PEMALSUAN UANG DI INDONESIA

MATRIKS PERBANDINGAN PERUBAHAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2008 TENTANG INFORMASI TRANSAKSI ELEKTRONIK DENGAN

I. PENDAHULUAN. Negara Indonesia adalah negara hukum ( rechtstaats), maka setiap orang yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Perkembangan hukum akan selalu berkembang seiring dengan perkembangan

PANANGGULANGAN KEJAHATAN MAYANTARA (CYBER CRIME) DALAM PERSPEKTIF HUKUM PIDANA (STUDI DI DIREKTORAT RESERSE KRIMINAL KEPOLISIAN DAERAH SUMATERA UTARA)

Makalah Kejahatan E-Commerce "Kasus Penipuan Online" Nama : Indra Gunawan BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. sadar bahwa mereka selalu mengandalkan komputer disetiap pekerjaan serta tugastugas

BAB I PENDAHULUAN. khususnya Pasal 378, orang awam menyamaratakan Penipuan atau lebih. (Pasal 372 KUHPidana) hanya ada perbedaan yang sangat tipis.

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 2016 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 11 TAHUN 2008

BAB I PENDAHULUAN. buruk bagi perkembangan suatu bangsa, sebab tindak pidana korupsi bukan

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 31/PUU-XV/2017 Pidana bagi Pemakai/Pengguna Narkotika

BAB I PENDAHULUAN. yang berkaitan dengan modus-modus kejahatan.

UNDANG-UNDANG NOMOR 19 TAHUN 2002 TENTANG HAK CIPTA [LN 2002/85, TLN 4229]

BAB I PENDAHULUAN. melalui media massa maupun media elektronik seperti televisi dan radio.

BAB I PENDAHULUAN. bisa dilakukan secara merata ke daerah-daerah, khususnya di bidang ekonomi

PELAKSANAAN PUTUSAN PIDANA PEMBAYARAN UANG PENGGANTI DALAM TINDAK PIDANA KORUPSI DI SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia sebagai negara hukum berdasarkan Pancasila dan UUD

BAB I PENDAHULUAN. secara tegas tercantum dalam penjelasan umum Undang-Undang Dasar

BAB V PERSAMAAN DAN PERBEDAAN HUKUM DALAM HUKUM REKAYASA FOTO DENGAN UNSUR PENCEMARAN NAMA BAIK DI FACEBOOK, INSTAGRAM, TWETTER, BBM DAN WHATSAAP

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. hukum tentang kejahatan yang berkaitan dengan komputer ( computer

BAB II TINJAUAN UMUM MENGENAI TINDAK PIDANA CYBER CRIME (MAYANTARA)

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Negara Indonesia adalah negara hukum dimana salah satu ciri negara hukum adalah adanya pengakuan hak-hak warga negara oleh negara serta mengatur kewajiban-kewajiban masyarakatnya atau penduduknya. Hukum dijadikan dasar atau landasan untuk mengatur segala segi kehidupan yang ada dalam masyarakat, yang bertujuan untuk mencapai masyarakat adil dan makmur, spiritual, dan materiil yang merata. Pada saat masyarakat menyadari bahwa saling hargamenghargai dan hormat-menghormati serta menerapkan konsep hidup bertetangga dan bermasyarakat untuk tidak merugikan orang lain, niscaya apa yang menjadi dambaan semua warga masyarakat akan terwujud yakni masyarakat yang sadar dan patuh hukum (law abiding citizen). Teknologi informasi merupakan aspek yang penting di dalam era globalisasi, kemajuan perkembangan teknologi tersebut dapat membawa dampak positif dan negatif. Dampak positif dapat dilihat dari berkembangnya pembangunan seperti tatanan organisasi dan hubungan sosial kemasyarakatan. Dampak negatif dari perkembangan teknologi tersebut dapat dilihat dari kemudahan mengakses segala macam informasi melalui dunia cyber sehingga terjadinya fenomena kejahatan di dunia cyber yang secara umum disebut sebagai cyber crime. Dampak negatif dapat timbul apabila terjadi kesalahan yang ditimbulkan oleh peralatan komputer yang akan mengakibatkan kerugian besar bagi pemakaiatau pihak-pihak yang

2 berkepentingan. Kesalahan yang disengaja mengarah kepada penyalahgunaan komputer. 1 Perkembangan yang pesat dalam pemanfaatan internet juga mengundang terjadinya kejahatan. Cybercrime merupakan perkembangan dari computer crime. Hukum yang salah satu fungsinya menjamin kelancaran proses pembangunan nasional sekaligus mengamankan hasil-hasil yang telah dicapai harus dapat melindungi segala macam bentuk informasi pribadi sekaligus menindak tegas para pelaku cybercrime. Penetrasi internet yang begitu besar apabila tidak dipergunakan dengan bijak maka akan melahirkan kejahatan di dunia maya atau cyber crime. Cyber crime terjadi pertama kali di Amerika Serikat pada tahun 1960-an.Berbagai kasus cyber crime yang terjadi saat itu mulai dari manipulasi transkrip akademik mahasiswa di Brooklyn College New York, penggunaan komputer dalam penyelundupan narkotika, penyalahgunaan komputer oleh karyawan hingga akses tidak sah terhadap Database Security Pasific National Bank yang mengakibatkan kerugian sebesar US$ 10.2 juta pada tahun 1978. 2 Cyber crime juga terjadi di Indonesia, bahkan kejahatan ini sebenarnya sudah ada sejak internet masuk ke Indonesia. Pengguna internet di Indonesia hanya 14,5 juta orang dari total penduduk yang mencapai 220 juta. Meskipun tidak ada 10 persennya, Indonesia pernah menduduki peringkat pertama dalam kejahatan dunia 1 Andi Hamzah, 1990, Aspek-aspek Pidana di Bidang Komputer, Sinar Grafika, Jakarta, hal. 23-24 2 Edy Junaedi Karnasudirja, 1993, Jurisprudensi Kejahatan Komputer, Tanjung Agung, Jakarta, hal. 3

3 maya. Tahun 2007 posisi Indonesia sempat menurun di posisi empat setelah Ukraina dan beberapa negara Eropa Timur yang membukukan angka kejahatan dunia maya lebih banyak. Akibat tingginya kejahatan yang dilakukan di dunia maya Indonesia masuk dalam daftar hitam di kalangan penyedia pembayaran lewat internet (internet payment). Kejahatan ini dapat digolongkan sebagai kejahatan baru yang diakibatkan karena berkembangnya teknologi informasi. Salah satu kejahatan yang merugikan pengguna dunia cyber karena dampak dari kemudahan mengakses informasi yaitu adalah tindak pidana pencurian informasi pribadi. Informasi pribadi dapat berupa data pribadi, foto pribadi, dan video pribadi. Bentuk perlindungan hukum yang seharusnya bisa di dapatkan oleh para korban tindak pidana ini belum ada pengaturan di Indonesia bila ditinjau dari Undang-Undang No.11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik. Dalam penelitian ini penulis akan membahas lebih lanjut mengenai salah satu bentuk kejahatan didalam dunia cyber yaitu perlindungan hukum terhadap penyebaran foto dan video pribadi di internet, pribadi dalam artian foto dan video yang jika disebarkan akan menimbulkan kerugian bagi si pemilik foto atau video karena berupa foto tanpa busana dan video yang berbau pornografi. Salah satu kasus terakhir yang mencuat di publik adalah kasus penyebaran video adegan mesum vokalis Peterpan yang bernama Aril dengan artis Luna Maya dan Cut Tari. Kasus ini terjadi ketika video porno tersebut di unggah di internet oleh seorang yang berinisial RJ. Dua artis yang beradegan mesum dengan Ariel dalam video porno tersebut adalah Luna Maya dan Cut Tari. Pada kasus tersebut, modus

4 sasaran serangannya ditujukan kepada perorangan atau individu yang memiliki sifat atau kriteria tertentu sesuai tujuan penyerangan tersebut. Dalam kasus beredarnya video porno Ariel Peterpan, Luna Maya, dan Cut Tari, polisi sudah menetapkan sejumlah tersangka termasuk Ariel dan RJ yang saat ini telah menyelesaikan hukuman kurungannya dan telah bebas. Penyelesaian kasus ini pun dengan jalur hukum, pengunggah dan orang yang terkait dalam video tersebut pun turut diseret pasal-pasal sebagai berikut, Pasal 29 UU RI No. 44 th 2008 tentang Pornografi Pasal 56, dengan hukuman minimal 6 bulan sampai 12 tahun. Atau dengan denda minimal Rp 250 juta hingga Rp 6 milyar. Dan atau Pasal 282 ayat 1 KUHP. Pengaturan pornografi melalui internet dalam UU ITE Dalam UU No. 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik juga tidak ada istilah pornografi, tetapi muatan yang melanggar kesusilaan. Penyebarluasan muatan yang melanggar kesusilaan melalui internet diatur dalam pasal 27 ayat (1) UU ITE mengenai Perbuatan yang Dilarang, yaitu: Setiap Orang dengan sengaja dan tanpa hak mendistribusikan dan/atau mentransmisikan dan/atau membuat dapat diaksesnya Informasi Elektronik dan/atau Dokumen Elektronik yang memiliki muatan yang melanggar kesusilaan. Dalam kasus itu, pada akhirnyaariel sebagai pembuat video dan Redjoy yang terbukti mengedarkan dan memperbanyak diputuskan telah melanggar Pasal 29 UU No 44/2008 tentang Pornografi, Pasal 27 UU No 11/2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik (ITE), dan Pasal 282 KUHP karena telah menyiarkan sesuatu yang bentuk pornografi dan asusila. Ariel dijatuhi hukuman 3 tahun 6

5 bulan penjara dan denda Rp. 250 juta subsider 3 bulan kurungan, sedangkan RJ divonis lebih ringan, yakni 2 tahun dengan denda Rp. 250 juta subsider 3 bulan kurungan. Sementara itu, Luna Maya dan Cut Tari lolos dari hukuman kurungan dan hanya dikenakan wajib lapor meskipun statusnya sebagai tersangka karena terbukti turut memproduksi video porno tersebut. Dalam ketentuan hukum di Indonesia, pengaturan mengenai larangan terhadap cyber pornografi secara khusus diatur dalam Pasal 27 ayat (1) UU ITE yang jika melanggar akan dipidana dengan pidana penjara paling lama enam tahun dan/atau denda paling banyak Rp. 1 milyar (pasal 45 ayat 1 UU ITE). Dalam pasal 53 UU ITE, dinyatakan bahwa seluruh peraturan perundangundangan yang telah ada sebelumnya dinyatakan tetap berlaku, selama tidak bertentangan dengan UU ITE tersebut. Bunyi pasal 29 UU RI No. 44 tahun 2008 tentang pornografi : Setiap orang yang memproduksi, membuat, memperbanyak, menggandakan, menyebarluaskan, menyiarkan, mengimpor, mengekspor, menawarkan, memperjual-belikan, menyewakan, atau menyediakan pornografi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (1) dipidana dengan pidana penjara paling singkat 6 (enam) bulan dan paling lama 12 (dua belas) tahun dan/atau pidana denda paling sedikit Rp. 250.000.000,00 (dua ratus lima puluh juta rupiah) dan paling banyak Rp. 6.000.000.000,00 (enam miliar rupiah). Pasal 282 KUHP berbunyi: Barangsiapa menyiarkan, mempertunjukkan atau menempelkan di muka umum tulisan, gambaran atau benda yang telah diketahui isinya melanggar kesusilaan, atau barangsiapa dengan maksud untuk disiarkan, dipertunjukkan atau ditempelkan di muka umum, membikin tulisan, gambaran atau benda tersebut,

6 memasukkannya ke dalam negeri, meneruskannya, mengeluarkannya dari negeri, atau memiliki persediaan, ataupun barangsiapa secara terang-terangan atau dengan mengedarkan surat tanpa diminta, menawarkannya atau menunjukkannya sebagai bisa diperoleh, diancam dengan pidana penjara paling lama satu tahun enam bulan atau pidana denda paling tinggi empat ribu lima ratus rupiah. Berdasarkan kasus tersebarnya video porno oleh Ariel, Luna Maya, dan Cut Tari tersebut penulis mengambil judul penelitian ini yakni Perlindungan Hukum Terhadap Korban Publikasi di Media Internet Terkait dengan Gambar Foto Video Pornografi B. Rumusan Masalah Berangkat dari fenomena dalam uraian yang telah dikemukakan pada latar belakang diatas maka perumusan masalah penelitian ini adalah : 1. Perlindungan hukum bagi korban pornografi melalui internet menurut Undang-Undang No.11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik. 2. Bagaimana langkah untuk mencegah kejahatan pornografi Melalui Internet. C. Tujuan Penulisan Hukum Penulisan hukum ini diharapkan dapat menambah wawasan dalam bidang hukum. Secara spesifik terkait dengan penulisan ini yang menjadi tujuan utama penulisan ini adalah sebagai berikut :

7 1. Untuk mengetahui dan mengkaji bentuk perlindungan hukum yang diberikan oleh pihak berwenang bagi korban pornografi melalui internet menurut Undang-Undang No.11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik. 2. Untuk mengetahui dan mengkaji upaya yang telah dilakukan oleh pemerintah dalam Undang-Undang No.11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik untuk mencegah kejahatan pornografi melalui internet. D. Manfaat dan Kegunaan Penulisan Hukum Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kegunaan untuk kepentingan kepentingan sebagai berikut : 1. Kegunaan Penulisan Hukum a) Diharapkan memberikan hal yang berguna bagi pengembangan dan penelitian lebih jauh terhadap bentuk perlindungan hukum yang diberikan oleh pihak berwenang bagi korban pada saat proses hukum dan setelah tersebarnya gambar, foto, dan video pornografi di internet menurut Undang-Undang No.11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik. b) Diharapkan menjadi sebuah bahan koreksi untuk penyempurnaan dan pengembangan lebih lanjut mengenai bentuk perlindungan hukum yang diberikan oleh pihak berwenang bagi korban pada saat proses hukum dan setelah tersebarnya gambar, foto, dan video pornografi di internet

8 menurut Undang-Undang No.11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik. 2. Manfaat Penulisan Hukum a) Bagi Penulis Selain untuk memperoleh gelar Sarjana Ilmu Hukum, juga diharapkan berguna untuk menambah pengetahuan, kajian dan pemahaman tentang bentuk perlindungan hukum yang diberikan oleh pihak berwenang bagi korban pada saat proses hukum dan setelah tersebarnya gambar, foto, dan video pornografi di internet menurut Undang-Undang No.11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik. Selain itu penelitian ini dapat digunakan untuk perbandingan teori yang didapat dibangku kuliah dengan keadaan yang terjadi sebenarnya di lapangan. b) Bagi Masyarakat Memberikan informasi kepada masyarakat mengenai bentuk perlindungan hukum yang diberikan oleh pihak berwenang bagi korban pada saat proses hukum dan setelah tersebarnya gambar, foto, dan video pornografi di internet menurut Undang-Undang No.11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik. c) Bagi Aparat Penegak Hukum Hasil penelitian ini diharapkan dapat berguna sebagai bahan pertimbangan dalam pengambilan keputusan yang berkaitan dengan bentuk perlindungan hukum yang diberikan oleh pihak berwenang bagi korban pada saat

9 proses hukum dan setelah tersebarnya gambar, foto, dan video pornografi di internet menurut Undang-Undang No.11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik. E. Metode Penelitian Hukum Penelitian hukum adalah suatu proses untuk menemukan aturan hukum, prinsip prinsip hukum, maupun doktrin doktrin hukum guna menjawab isu hukum yang dihadapi. Oleh karena itu penelitian hukum merupakan suatu penelitian di dalam kerangka know-how di dalam hukum. Hasil yang ingin dicapai adalah untuk memberikan preskripsi mengenai apa yang seyogyanya atas isu yang diajukan. Terkait dengan isu yang diangkat oleh penulis yakni pembuktian dan penerapan hukum bagi pelaku publikasi di media internet terkait dengan gambar, foto, dan video pornografi, serta terhadap perlindungan hukum terhadap korbannya. Metode pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah yuridis normatif. Pendekatan yuridis normatif adalah pendekatan yang dilakukan berdasarkan bahan hukum utama dengan cara menelaah teori-teori, konsepkonsep, asas-asas hukum serta peraturan perundang-undangan yang berhubungan dengan penelitian ini. Pendekatan ini dikenal pula dengan pendekatan kepustakaan, yakni dengan mempelajari buku-buku, peraturan perundangundangan dan dokumen lain yang berhubungan dengan penelitian ini. Adapun metode penulisan yang digunakan adalah sebagai berikut :

10 1. Metode Pendekatan Terkait dengan isu hukum yang diangkat oleh penulis maka dalam hal ini penulis menggunakan metode penelitian hukum studi normatif yang mengkaji UU No. 11 Tahun 2008 tentang informasi dan transaksi elektronik yang mengatur tentang bentuk perlindungan hukum terhadap korban pornografi melalui internet. Pendekatan dalam penelitian termasuk penelitian deskriptif di mana bahan hukum yang diperoleh akan dianalisis sehingga dapat memberikan gambaran mengenai landasan yuridis tentang bentuk perlindungan hukum yang diberikan oleh pihak berwenang bagi korban pornografi melalui internetmenurut Undang-Undang No.11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik. Terkait dengan isu hukum yang diangkat oleh penulis maka dalam hal ini penulis menggunakan metode: a) Metode analisa isi (content analysis) Penelitian yang bersifat pembahasan mendalam terhadap isi suatu informasi tertulis atau tercetak dalam media massa. yaitu dengan menganalisa isi putusan, isi Peraturan Undang-Undang. b) Pendekatan Perundang-Undangan (Statute Approach) Pendekatan ini dilakukan dengan menelaah semua peraturan perundang-undangan yang bersangkut paut dengan permasalahan (isu hukum) yang sedang dihadapi. Pendekatan perundangundangan ini misalnya dilakukan dengan mempelajari konsistensi/kesesuaian antara Undang-Undang Dasar dengan

11 Undang-Undang, atau antara Undang-Undang yang satu dengan Undang-Undang yang lain, dst. 2. Sumber Bahan Hukum a) Bahan Hukum Primer Bahan hukum primer adalah dokumen tertulis, file, rekaman, informasi, pendapat dan lain lain yang diperoleh dari sumber utama/pertama. 3 Bahan hukum primer yang digunakan penulis dalam penelitian ini adalah UU No. 11 Tahun 2008 tentang informasi dan transaksi elektronik. b) Bahan Hukum Sekunder Bahan hukum sekunder yaitu bahan hukum yang diperoleh dari buku buku yang berhubungan dengan penelitian, hasil penelitian dalam bentuk penelitian, skripsi, dan tesis. 3. Teknik Pengumpulan Bahan Hukum Penulisan ini menggunakan penelusuran pustaka dalam pengumpulan bahan hukum. Penelusuran pustaka adalah segala usaha yang dilakukan oleh peneliti dalam mencari, menemukan dan menganalisa suatu putusan. Informasi itu dapat diperoleh dari UU No. 11 Tahun 2008 tentang informasi dan transaksi elektronik, buku-buku ilmiah, laporan penelitian, karangan-karangan ilmiah, tesis dan disertasi, peraturan-peraturan, ketetapan-ketetapan, buku tahunan, ensiklopedia, dan sumber-sumber tertulis lainnya. 3 Fakultas Hukum UMM, 2012, Pedoman Penulisan Hukum, UMM Press, Malang, hal 32

12 4. Teknik Analisis Bahan Hukum Berdasarkan pada sifat penelitian ini, penelitian ini termasuk dalam penelitian hukum studi normatif atau penelitian hukum kepustakaan oleh karena penelitian hukum ini dilakukan dengan cara meneliti bahan pustaka atau bahan hukum sekunder belaka. Analisis bahan hukum adalah pengolahan menghimpun data dengan melakukan penelahan bahan kepustakaan atau data sekunder yang meliputi bahan hukum primer, bahan hukum sekunder dan bahan hukum tersier, yaitu baik berupa dokumendokumen maupun Peraturan Perundang-undangan yang berlaku yang berkaitan dengan Analisis yuridis normatif terhadap bentuk perlindungan hukum yang diberikan oleh pihak berwenang bagi korban pornografi melalui internet menurut Undang-Undang No.11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik. Untuk menganalisis bahan hukum yang telah terkumpul, dalam penelitian ini menggunakan metode analisis yuridis normatif, yakni dengan menggambarkan bentuk perlindungan hukum yang diberikan oleh pihak berwenang bagi korban pornografi melalui internet menurut Undang-Undang No.11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik, yang menghubungkan untuk memperbaiki kinerja sistem hukum di Indonesia dan selanjutnya dilakukan pengkajian apakah aplikasinya sesuai dengan ketentuan-ketentuan normatifnya.

13 F. Rencana Sistematika Penulisan Hukum Untuk mempermudah memahami penulisan ini, maka sistematika penulisan hukum ini dibagi menjadi empat bab yang masing masing terdiri dari sub sub bab. Adapun bab bab tersebut adalah sebagai berikut : BAB I PENDAHULUAN Bab ini terdiri dari pendahuluan yang terdiri dari latar belakang pengambilan isu hukum, rumusan masalah yang menjadi pokok pembahasan, tujuan penelitian, manfaat dan kegunaan penelitian, metode penulisan dan sistematika penelitian. BAB II TINJAUAN PUSTAKA Berisikan penjelasan mengenai teori dan konsep tentang perlindungan hukum, korban, pornografi, internet dan publikasi. BAB III HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Dalam bab ini penulis menyajikan analisa analisa yang berkaitan dengan bentuk perlindungan hukum yang diberikan oleh pihak berwenang bagi korban pornografi melalui internet menurut Undang-Undang No.11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik, dan upaya yang telah dilakukan oleh pemerintah dalam Undang-Undang No.11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik untuk mencegah kejahatan pornografi melalui internet.

14 BAB IV PENUTUP Bab ini berisi tentang kesimpulan dari penelitian dan sekaligus berisi tentang saran - saran yang menjadi sumbangan penulis sebagai upaya penemuan pemecahan masalah atas isu hukum yang diangkat.