ANALISIS DIAGRAM INTERAKSI KOLOM PADA PERENCANAAN KOLOM PIPIH BETON BERTULANG (042S)

dokumen-dokumen yang mirip
STUDI PERBANDINGAN ANALISIS KOLOM PERSEGI DENGAN KOLOM PIPIH

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pembebanan yang berlaku untuk mendapatkan suatu struktur bangunan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. gedung dalam menahan beban-beban yang bekerja pada struktur tersebut. Dalam. harus diperhitungkan adalah sebagai berikut :

PENGGAMBARAN DIAGRAM INTERAKSI KOLOM BAJA BERDASARKAN TATA CARA PERENCANAAN STRUKTUR BAJA UNTUK BANGUNAN GEDUNG (SNI ) MENGGUNAKAN MATLAB

STUDI KAPASITAS PENAMPANG EKIVALEN KOLOM PERSEGI TERHADAP PENAMPANG KOLOM L, T DAN + PADA BANGUNAN RUMAH TINGGAL DENGAN BEBAN GEMPA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Dalam bidang konstruksi, beton dan baja saling bekerja sama dan saling

STUDI PENGARUH EKSENTRISITAS TERHADAP FAKTOR REDUKSI PADA KOLOM BETON BERTULANG BUJURSANGKAR DENGAN MENGGUNAKAN PROGRAM VISUAL BASIC 6.

STRUKTUR BETON BERTULANG II

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. harus dilakukan berdasarkan ketentuan yang tercantum dalam Tata Cara

PERKUATAN KOLOM BETON BERTULANG DENGAN GLASS FIBER JACKET UNTUK MENINGKATKAN KAPASITAS BEBAN AKSIAL (034S)

PERHITUNGAN DAN PENGGAMBARAN DIAGRAM INTERAKSI KOLOM BETON BERTULANG DENGAN PENAMPANG PERSEGI. Oleh : Ratna Eviantika. : Winarni Hadipratomo, Ir.

UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK SIPIL BANDUNG

d b = Diameter nominal batang tulangan, kawat atau strand prategang D = Beban mati atau momen dan gaya dalam yang berhubungan dengan beban mati e = Ek

1.2) Kolom Tampang L a) Kondisi Regangan Berimbang b) Kondisi Tekan Menentukan c) Kondisi Tarik Menentukan BAB III.

Jurnal Sipil Statik Vol.1 No.9, Agustus 2013 ( ) ISSN:

ABSTRAKSI. Basuki Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Muhammdiyah Surakarta Jalan A.Yani Tromol Pos I Pabelan Kartasura Surakarta 57102

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang aman. Pengertian beban di sini adalah beban-beban baik secara langsung

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. dengan banyaknya dilakukan penelitian untuk menemukan bahan-bahan baru atau

DESAIN TAHAN GEMPA BETON BERTULANG PENAHAN MOMEN MENENGAH BERDASARKAN SNI BETON DAN SNI GEMPA

Bab V Studi Kasus Studi Kasus Ketahanan Kolom Terhadap Eksentrisitas berdasarkan Kekuatan Beton Gambar 5.3 Gambar 5.4 Gambar 5.1 Gambar 5.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

ANALISIS STRUKTUR BETON BERTULANG KOLOM PIPIH PADA GEDUNG BERTINGKAT

1 HALAMAN JUDUL TUGAS AKHIR PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG SEKOLAH MENENGAH PERTAMA TRI TUNGGAL SEMARANG

PENGARUH VARIASI DIMENSI BENDA UJI TERHADAP KUAT LENTUR BALOK BETON BERTULANG

L p. L r. L x L y L n. M c. M p. M g. M pr. M n M nc. M nx M ny M lx M ly M tx. xxi

ABSTRAK. Kata Kunci: gempa, kolom dan balok, lentur, geser, rekomendasi perbaikan.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Pengenalan Kolom. Struktur Beton II

Oleh : MUHAMMAD AMITABH PATTISIA ( )

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PERENCANAAN GEDUNG BETON BERTULANG BERATURAN BERDASARKAN SNI DAN FEMA 450

STUDI PERENCANAAN STRUKTUR BETON BERTULANG PADA GEDUNG SUPERMARKET PRASADA DENGAN MENGGUNAKAN METODE SK SNI T DI KABUPATEN BLITAR.

LENTUR PADA BALOK PERSEGI ANALISIS

BAB III PEMODELAN DAN ANALISIS STRUKTUR

PERANCANGAN STRUKTUR ATAS GEDUNG CONDOTEL MATARAM CITY YOGYAKARTA. Oleh : KEVIN IMMANUEL KUSUMA NPM. :

PERBAIKAN KOLOM BETON BERTULANG MENGGUNAKAN GLASS FIBER JACKET DENGAN VARIASI TINGKAT PEMBEBANAN

MODUL KULIAH STRUKTUR BETON BERTULANG I LENTUR PADA PENAMPANG 4 PERSEGI. Oleh Dr. Ir. Resmi Bestari Muin, MS

PENGUJIAN GESER BALOK BETON BERTULANG DENGAN MENGGUNAKAN SENGKANG KONVENSIONAL

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang berlaku untuk mendapatkan suatu struktur bangunan yang aman

PERANCANGAN STRUKTUR GEDUNG DENGAN MENGGUNAKAN DINDING GESER DI BANDUNG

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pergesekan lempeng tektonik (plate tectonic) bumi yang terjadi di daerah patahan

2. Kolom bulat dengan tulangan memanjang dan tulangan lateral berupa sengkang

PERANCANGAN STRUKTUR GEDUNG FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI UNIVERSITAS GADJAH MADA YOGYAKARTA

PENGARUH VARIASI MODEL TERHADAP RESPONS BEBAN DAN LENDUTAN PADA RANGKA KUDA-KUDA BETON KOMPOSIT TULANGAN BAMBU

Perencanaan Kolom Beton Bertulang terhadap Kombinasi Lentur dan Beban Aksial. Struktur Beton 1

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut PBI 1983, pengertian dari beban-beban tersebut adalah seperti yang. yang tak terpisahkan dari gedung,

BAB III LANDASAN TEORI

TUGAS AKHIR PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG KANTOR PERPAJAKAN PUSAT KOTA SEMARANG

TINJAUAN KUAT LENTUR BALOK BETON BERTULANG DENGAN PENAMBAHAN KAWAT YANG DIPASANG LONGITUDINAL DI BAGIAN TULANGAN TARIK.

ANALISA RASIO TULANGAN KOLOM BETON 6.0

BAB III METODE PENELITIAN

TUGAS AKHIR PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG SEKOLAH SMP SMU MARINA SEMARANG

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

Kata kunci: Balok, bentang panjang, beton bertulang, baja berlubang, komposit, kombinasi, alternatif, efektif

BAB III LANDASAN TEORI

PERKUATAN KOLOM BETON BERTULANG DENGAN FIBER GLASS JACKET PADA KONDISI KERUNTUHAN TARIK

BAB IV ANALISA STRUKTUR

PERANCANGAN STRUKTUR GEDUNG LIPPO CENTER BANDUNG

DAFTAR NOTASI BAB I β adalah faktor yang didefinisikan dalam SNI ps f c adalah kuat tekan beton yang diisyaratkan f y

Denley Martin Sudewo NRP : Pembimbing : Djoni Simanta., Ir.,MT FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK SIPIL UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA BANDUNG

BAB II LANDASAN TEORI

TUGAS AKHIR PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG PERPUSTAKAAN PUSAT YSKI SEMARANG

Jenis-jenis Kolom : Kolom Ikat ( tied column Kolom Spiral ( spiral column Kolom Komposit

ANALISIS KOLOM BAJA WF MENURUT TATA CARA PERENCANAAN STRUKTUR BAJA UNTUK BANGUNAN GEDUNG ( SNI ) MENGGUNAKAN MICROSOFT EXCEL 2002

PERANCANGAN STRUKTUR BANGUNAN RUMAH SUSUN DI SURAKARTA

Pertemuan XI : SAMBUNGAN BAUT

PERANCANGAN STRUKTUR ATAS GEDUNG TRANS NATIONAL CRIME CENTER MABES POLRI JAKARTA. Oleh : LEONARDO TRI PUTRA SIRAIT NPM.

Desain Penampang Struktur Beton dengan SAPCON. Contoh Aplikasi SAPCON untuk Struktrur Frame 2D.

BAB III METODELOGI PENELITIAN

BAB III LANDASAN TEORI. silinde beton dapat digunakan rumus berikut: f c = (3.1)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang berlaku untuk mendapatkan suatu struktur bangunan yang aman

BAB III LANDASAN TEORI. dibebani gaya tekan tertentu oleh mesin tekan.

KAJIAN PEMODELAN BALOK T DALAM PENDESAINAN BALOK PADA BANGUNAN BERTINGKAT TUGAS AKHIR R O S A L I N

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

ANALISIS OPTIMASI BIAYA KONSTRUKSI KOLOM DENGAN VARIASI NILAI ρ DAN fc'

BAB III LANDASAN TEORI

EVALUASI CEPAT DESAIN ELEMEN BALOK BETON BERTULANGAN TUNGGAL BERDASARKAN RASIO TULANGAN BALANCED

Jl. Banyumas Wonosobo

STRUKTUR BETON BERTULANG II

DAFTAR NOTASI. = Luas efektif bidang geser dalam hubungan balok-kolom (mm²) = Luas penampang tiang pancang (mm²)

PENGARUH JARAK SENGKANG TERHADAP KAPASITAS BEBAN AKSIAL MAKSIMUM KOLOM BETON BERPENAMPANG LINGKARAN DAN SEGI EMPAT

PERENCANAAN GEDUNG PASAR TIGA LANTAI DENGAN SATU BASEMENT DI WILAYAH BOYOLALI (DENGAN SISTEM DAKTAIL PARSIAL)

TINJAUAN KUAT LENTUR BALOK BETON BERTULANGAN BAMBU LAMINASI DAN BALOK BETON BERTULANGAN BAJA PADA SIMPLE BEAM. Naskah Publikasi

ANALISIS DAN DESAIN KOLOM BIAXIAL BERDASARKAN SNI DENGAN MENGGUNAKAN SOFTWARE BORLAND DELPHI

= keliling dari pelat dan pondasi DAFTAR NOTASI. = tinggi balok tegangan beton persegi ekivalen. = luas penampang bruto dari beton

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PERANCANGAN ULANG STRUKTUR GEDUNG BANK MODERN SOLO

D = Beban mati atau momen dan gaya dalam yang berhubungan dengan beban mati e = Eksentrisitas dari pembebanan tekan pada kolom atau telapak pondasi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Perkembangan pada setiap bidang kehidupan pada era globalisasi saat ini

DAFTAR ISTILAH. Al = Luas total tulangan longitudinal yang memikul puntir

DESAIN BALOK ELEMEN LENTUR SESUAI SNI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang lebih bawah hingga akhirnya sampai ke tanah melalui fondasi. Karena

BAB III LANDASAN TEORI. beban hidup dan beban mati pada lantai yang selanjutnya akan disalurkan ke

Transkripsi:

ANALISIS DIAGRAM INTERAKSI KOLOM PADA PERENCANAAN KOLOM PIPIH BETON BERTULANG (042S) Richard Frans 1, Frits Thioriks 2, Jonie Tanijaya 3 dan Hendry Tanoto Kalangi 4 1 Jurusan Teknik Sipil, Universitas Atma Jaya, Jl. Tanjung Alang 23 Makassar Email: richardfrans.rf@gmail.com 2 Jurusan Teknik Sipil,Universitas Atma Jaya, Jl. Tanjung Alang 23 Makassar Email: fritsthioriks@yahoo.com 3 Jurusan Teknik Sipil, Universitas Kristen Indonesia Paulus, Jl. Perintis Kemerdekaan Km.13,Makassar Email: depeka@indosat,net,id 4 Jurusan Teknik Sipil, Universitas Atma Jaya, Jl. Tanjung Alang 23 Makassar Email: h_kalangi@yahoo.com ABSTRAK Tulisan ini membahas hasil analisis diagram interaksi kolom pipih beton bertulang dengan bentuk penampang seperti huruf L dan T. Bentuk penampang kolom persegi yang umumnya digunakan (bujursangkar atau empat persegi panjang) diubah menjadi kolom pipih dengan bentuk penampang L dan T dengan ukuran lebar mengikuti tebal dinding sehingga tidak terlihat adanya penonjolan pada dinding.luas penampang kolom yang digunakan untuk kolom persegi dan kolom pipih memiliki nilai yang sama yaitu 900 cm 2 dan 1600 cm 2. Perhitungan momen lentur nominal (M n ) menggunakan pendekatan metode uniaksial ekivalen dengan prinsip mengubah momen dua arah (biaxial bending) menjadi momen satu arah (uniaxial bending) untuk kolom bentuk L. Sedangkan untuk kolom dengan bentuk T perhitungan momen lentur nominal (M n ) ditininjauterhadap masing-masing sumbu.perhitungan gaya aksial nominal (P n ) memakai metode beban terbalik. Hasil analisis menunjukan bahwa dengan metode uniaksial ekivalen terjadi peningkatan rasio tulangan untuk kolom L dari 1% menjadi 2%sedangkan untuk kolom T, peningkatan rasio tulangan dari 1% menjadi 3%,jika dibandingkan terhadap hasil perhitungan dengan penampang kolom persegi.sehingga dapat disimpulkan bahwa kondisi pembebanan terhadap kolom menjadi salah satu faktor utama dalam penentuan luas tulangan. Sedangkan besar dari momen nominal dan gaya aksial nominal sangat bergantung pada penempatan tulangan dan diameter tulangan yang digunakan. Kata kunci: diagram interaksi, momen uniaksial ekivalen, momen biaksial,metode beban terbalik, kolom pipih 1. PENDAHULUAN Dewasa ini kegunaan kolom beton bertulang pipih dalam konstruksi bangunan merupakan suatu trend (gaya) yang umum. Dengan adanya kolom pipih, ruangan dalam rumah menjadi lebih indah (penambahan nilai estetika).hal ini disebabkan karena struktur kolom dari bangunan tersebut tidak kelihatan (structural hidden).selain itu tidak ada pengurangan luas ruangan yang disebabkan kolom yang menonjol keluar.oleh karena itu sebagai alternatif dibuat kolom pipih dengan tebal mengikuti lebar ukuran dinding agar masalah pengurangan luas ruangan yang telah direncanakan teratasi. Dalam mendesain suatu kolom pipih dibutuhkan suatu perhitungan/analisis untuk mendapatkan jumlah tulangan yang sesuai. Dengan adanya diagram interaksi kolom, dapat dengan mudah menentukan jumlah tulangan yang digunakan serta mengetahui dengan mudah tipe keruntuhan kolom dengan memasukan hubungan variabel P u M u ke dalam diagram interaksi kolom pipih. Tulisan ini bertujuan untuk membuat suatu diagram interaksi yang dapat menentukan jumlah tulangan yang digunakan serta menentukan tipe daerah keruntuhan kolom dengan memasukan variabel P u M u, khususnya pada kolom pipih dengan ukuran penampang dan jenis penampang tertentu. Universitas Sebelas Maret (UNS) - Surakarta, 24-26 Oktober 2013 S - 53

2. TINJAUAN PUSTAKA Menurut Edward G. Nawy, diagram interaksi kolom merupakan diagram yang menghubungkan antara beban aksial dengan momen lentur pada anggota-anggota tekan. Setiap titik pada kurva mewakili sebuah kombinasi kekuatan beban nominal P n dan momen nominal M n yang berhubungan dengan suatu lokasi sumbu netral yang tertentu. Diagram interaksi tersebut dipisah menjadi daerah kontrol tarik dan tekan oleh kondisi seimbang. Koordinatkoordinat pengontrol untuk titik-titik penting pada diagram interaksi ditentukan oleh tingkat regangan dalam tulangan tarik. Tingkat regangan ditetapkan oleh posisi kedalaman sumbu netral c.penggunaan diagram interaksi pada kolom pipih terdapat sedikit kerumitan dalam menentukan nilai P n dan M n, hal ini dikarenakan pada kolom pipih terdapat gaya, serta momen yang bersifat biaksial. Untuk itu, penyelesaian diagram interaksi kolom pada kolom pipih, nilai momen biaksial tersebut akan dikonversi menjadi satu nilai momen uniaksial dengan nilai momen biaksial yang telah diekivalenkan untuk penampang dengan bentuk L sedangkan penampang dengan bentuk T menggunakan analisis momen biaksial denganmeninjau masing-masing sumbu. 3. METODE ANALISIS Diagram Interaksi Kolom Pipih Keadaan beban aksial yang bekerja pada penampang kolom dibedakan atas beban sentris dan beban eksentris.penampang kolom beban eksentris dibedakan menjadi : 1. Penampang kolom pada kondisi beton tekan menentukan. 2. Penampang kolom pada kondisi seimbang (balance). 3. Penampang kolom pada kondisi tulangan tarik menentukan. 4. Penampang kolom dengan eksentrisitas sangat besar, sehingga beban P n dianggap nol (diabaikan). 5. Penampang kolom pada kondisi beban terletak di titik berat. Masing-masing keadaan tersebut menggunakan prinsip kompatibilitas tegangan-regangan. Asumsi Kondisi Pembebanan Kolom Pipih Berbentuk L Pembebanan kolom pipih berbentuk L dibedakan atas: 1. Kondisi Pembebanan dengan Metode Momen Uniaksial Ekivalen Perhitungan dengan metode uniaksial ekivalen bertujuan untuk mengubah nilai momen arah-x dan arah-y menjadi satu nilai momen ekivalen.perhitungan momen uniaksial ekivalen dapat dilihat pada persamaan (1). Nilai dari M y dan M x diubah menjadi momen resultan tunggal dan dikalikan dengan faktor penambahan nilai momen sebesar 15%. Perhitungan ini dapat diterapkan langsung pada kolom pendek namun apabila kolom langsing maka momen yang terjadi perlu diperhitungkan terlebih dahulu karena adanya pengaruh kelangsingan kolom. (1) dengan Mu = momen resultan tunggal, Mx = momen sumbu-x dan My = momen sumbu-y Untuk lebih jelas mengenai kondisi pembebanan dengan menggunakan metode momen uniaksial ekivalen, dapat dilihat pada Gambar 1 dan Gambar 2.Kondisi I diasumsikan serat bawah dan serat kanan sedangkan kondisi II diasumsikan serat kiri dan serat atas. Masing-masing kondisi mempunyai nilai momen sumbu-x dan sumbu-y yang berbeda yang akan dikonversi menjadi satu nilai momen resultan tunggal. Serat kanan Serat atas Serat bawah Gambar 1.Kondisi I Serat kiri Gambar 2.Kondisi II S - 54 Universitas Sebelas Maret (UNS) - Surakarta, 24-26 Oktober 2013

2. Kondisi Pembebanan dengan Metode Momen Biaksial Peninjauan kolom pipih dengan metode momen biaksial dilakukan dengan meninjau masing-masing sumbu sesuai dengan kondisi yang dialami oleh serat (/tertarik).asumsi ini diambil dikarenakan nilaimomen antar sumbu x dan sumbu y mempunyai selisih yang cukup besar, dengan panjang bentang x dan bentang y cukup besar. Dari kedua kondisi diatas, hasil yang didapatkan masing-masing keadaan dibandingkan.nilai rasio tulangan terbesar dari kedua kondisi tersebut yang diambil menjadi acuan rasio tulangan yang digunakan. Asumsi Kondisi Pembebanan Kolom Pipih Berbentuk T Kondisi pembebanan kolom pipih berbentuk T dibagi berdasarkan serat yang atau tertarik dan ditinjau berdasarkan sumbu masing-masing (momen biaksial). Kondisi tersebut antara lain: 1. Kondisi I (sumbu x), Gambar 3 menunjukkan kondisi serat kiri/kanan akan mengalami tekan/tarik karena penampang yang simetris dan penempatan tulangan yang simetris mengakibatkan kekuatan nominal penampang untuk menahan momen yang sama untuk serat kiri dan kanan. 2. Kondisi II (sumbu y), Gambar 4 menunjukkan kondisi serat terbawah penampang kolom adalah kondisi tarik sedangkan kondisi serat teratas penampang kolom adalah kondisi tekan. 3. Kondisi III (sumbu y), Gambar 5 menunjukkan kondisi serat terbawah penampang kolom adalah kondisi tekan sedangkan kondisi serat teratas penampang kolom adalah kondisi tarik. Serat atas Serat kanan Serat bawah Gambar 3. Kondisi I Gambar 4. Kondisi II Gambar 5. Kondisi III Analisis diagram interaksi kolom pipih dihitung dengan membandingkan nilai M u dan M n masing-masing sumbu dengan kondisi serat atas dan bawah serta serat kiri dan kanan yang disesuaikan dengan kondisi yang ada.kondisi yang ada menghasilkan rasio tulangan yang berbeda, rasio tulangan terbesar yang digunakan. Metode Beban Terbalik Metode ini dikembangkan oleh Bresler yang menghubungkan harga gaya aksial P u yang diinginkan dengan tiga harga yang lain pada suatu kebalikan dari permukaan kegagalan. Jika beban aksial yang diinginkan P n di bawah pembebanan secara biaksial terhadap sumbu-sumbu x dan y berhubungan dengan harga-harga P n yang ditunjukkan oleh P nx, P ny, dan P o pada persamaan (2) dan (3). atau (2) (3) denganp nx =beban aksial nominal pada eksentrisitas e y sepanjang sumbu-x; e x = 0, P ny = beban aksial nominal pada eksentrisitas e x sepanjang sumbu-y; e y = 0 P o = beban aksial nominal, yaitu e y = e x = 0 M nx = momen terhadap sumbu-x = P n e y M ny = momen terhadap sumbu-y = P n e x e x = eksentrisitas yang diukur sejajar terhadap sumbu-x (e x = M ny /P ny ) e y = eksentrisitas yang diukur sejajar terhadap sumbu-y (e y = M nx /P nx ) x = dimensi irisan-penampang kolom yang sejajar terhadap sumbu-x y = dimensi irisan-penampang kolom yang sejajar terhadap sumbu-y Universitas Sebelas Maret (UNS) - Surakarta, 24-26 Oktober 2013 S - 55

4. METODE ANALISIS Suatu portal bertingkat tiga dengan modul seperti pada Gambar6 dengan ketentuan sebagai berikut: a. Lokasi gempa berada di wilayah IV dengan kondisi tanah di bawah bangunan adalah jenis tanah keras. b. Diasumsikan dinding setengah bata terdapat di atas seluruh jalur balok. c. Tinggi konstruksi yang digunakan masing-masing 4 m, 3,5 m dan 3,5 m. d. Jenis portal daktail beton bertulang. e. Struktur gedung direncanakan sebagai gedung perkantoran. f. Kuat tekan beton (f c ) = 25 MPa. g. Modulus elastisitas (E c ) = 4700 f c ' = 23500 MPa. h. Kuat leleh baja (f y ) = 400 MPa. i. Berat volume beton bertulang = 2400 kg/m 3. j. Panjang bentangan ke arah-x dan arah-y masing-masing 5 m, 6 m, 5 m. Gambar 6a.Portal modul 3x3 Gambar 6b.Portal arah-x A4 C4 Gambar 6c.Portal arah-y Gambar 6d.Layout kolom pipih 5. HASIL DAN PEMBAHASAN Kolom Tepi (A4) Analisis kolom tepi (A4) menggunakan metode momen uniaksial ekivalen dan metode momen biaksial. Metode dengan rasio tulangan terbesar yang digunakan dalam mendesain kolom pipih bentuk L. Metode Momen Uniaksial Ekivalen Hasil perhitungan gaya aksial dan momen maksimum untuk kondisi I yaitu: (65,7250;726,79) sedangkan untuk kondisi II yaitu: (65,581;726,79). S - 56 Universitas Sebelas Maret (UNS) - Surakarta, 24-26 Oktober 2013

Gambar 7 memperlihatkan hasil rasio tulangan dalam diagram interaksi kolom pipih berbentuk L dengan dimensi penampang yang ekivalen dengan penampang persegi yaitu 375x375x150 mm untuk kondisi I yaitu sebesar 2% sedangkangambar 8 untuk kondisi II, rasio tulangan yang digunakan adalah sebesar 1%. Metode Momen Biaksial Gambar 7.Diagram interaksi kolom L kondisi I Gambar 8.Diagram interaksi kolom L kondisi II Hasil perhitungan gaya aksial dan momen maksimum untuk metode momen biaksial untuk kondisi serat bawah/kanan yang mengalami tekan yaitu: (40,4127;726,79) sedangkan untuk kondisi serat atas/kiri yang mengalami tekan yaitu: (40,234;726,79). Gambar 9 memperlihatkan diagram interaksi kolom pipih untuk kondisi momen biaksial serat bawah/ kanan yang mengalami tekan, rasio tulangan yang digunakan adalah sebesar 2% sedangkan untuk kondisi momen biaksialserat atas/kiri yang mengalami tekan seperti yang terlihat Gambar 10, didapatkan rasio tulangan sebesar 1%.Sehingga dapat disimpulkan bahwa rasio tulangan yang digunakan adalah sebesar 2% untuk metode momen biaksial. Gambar 9.Diagram interaksi kolom L untuk kondisimomen biaksial untuk serat bawah/kanan yangmengalami tekan Gambar 10.Diagram interaksi kolom L untuk kondisimomen biaksial untuk serat atas/kiri yangmengalami tekan. Tabel 1. Rasio tulangan untuk penampang kolom L dengan ukuran penampang 375x375x150 Metode yang digunakan Momen Uniaksial Ekivalen Momen Biaksial Kondisi I Kondisi II Kondisi I Kondisi II Rasio tulangan yang didapatkan 2% 1% 2% 1% Rasio tulangan yang digunakan 2% Universitas Sebelas Maret (UNS) - Surakarta, 24-26 Oktober 2013 S - 57

Kolom Tepi Tengah (C4) Untuk kolom tepi tengah (C4), analisis perhitungan dibuat dengan menggunakan metode momen biaksial.untuk kolom C4, penentuan rasio tulangan menggunakan metode biaksial kolom dimana peninjauan kekuatan nominal (M n ) dan ultimate (M u ) kolom dilakukan pada masing-masing sumbu-x dan y.nilai momen M u diambil nilai yang maksimal berdasarkan hasil kombinasi pembebanan yang terjadi. Berikut ini adalah hasil M u maksimal yang terjadi pada arah-x dan arah-y untuk kolom tepi tengah C4. M ux = 24,6922 kn-m + M uy P u = 1826,79 kn - M uy = 125,4056 kn-m = 125,4056 kn-m Untuk nilai M ux, hasil diagram interaksi kolom pipih berbentuk T dengan dimensi penampang yang ekivalen dengan penampang persegi yaitu 600 x 600 x 150 mm seperti yang terlihat pada Gambar 11 untuk kondisi I yaitu kondisi serat kiri/kanan mengalami tekan (M ux ), maka didapatkan rasio tulangan yang digunakan adalah sebesar 1%. Untuk nilai M uy +, hasil diagram interaksi kolom pipih berbentuk T dengan dimensi penampang yang ekivalen dengan penampang persegi yaitu 600 x 600 x 150 mm seperti yang terlihat pada Gambar 12 untuk kondisi II yaitu kondisi serat atas mengalami tekan sedangkan serat bawah mengalami tarik, maka didapatkan rasio tulangan yang digunakan adalah sebesar 3%. Untuk nilai M uy -, hasil diagram interaksi kolom pipih berbentuk T dengan dimensi penampang yang ekivalen dengan penampang persegi yaitu 600 x 600 x 150 mm seperti yang terlihat pada Gambar 13 untuk kondisi III yaitu kondisi serat atas mengalami tarik sedangkan serat bawah mengalami tekan, maka didapatkan rasio tulangan yang digunakan adalah sebesar 2%. Berdasarkan hasil dari ketiga diagram interaksi kolom T tersebut maka digunakan rasio tulangan terbesar yaitu rasio tulangan 3%. Gambar 11. Diagram interaksi kolom T untuk kondisi I momen biaksial Gambar 12.Diagram interaksi kolom T untuk kondisi IImomen biaksial Gambar 13.Diagram interaksi kolom T untuk kondisi III momen biaksial S - 58 Universitas Sebelas Maret (UNS) - Surakarta, 24-26 Oktober 2013

Tabel 2.Gambar hasil perhitungan penampang kolom pipih yang ekivalen dengan kolom persegi Jenis Kolom Kolom Persegi Kolom Pipih Letak Kolom Kolom Tepi (A4) Kolom Tepi Tengah (C4) 6. KESIMPULAN Berdasarkan hasil perhitungan yang diperoleh untuk diagram interaksi tiap-tiap jenis kolom maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut: 1. Diagram interaksi kolom dapat digunakan untuk mendesain langsung kolom pipih dengan ketentuan mengikuti jenis penampang yang sesuai dengan yang penampang yang tersedia. 2. Diagram interaksi kolom tidak hanya dapat menentukan daerah keruntuhan dari kolom, tetapi juga dapat mendesain kolom secara praktis. 3. Kondisi pembebanan sangat mempengaruhi terhadap penentuan luas tulangan dan hubungan antara nilai momen nominal dan gaya aksial nominal dalam diagram interaksi kolom. 4. Terjadi peningkatan nilai luas penulangan kolom tepi dari kolom persegi hasil perhitungan SAP2000v14 bila dibandingkan dengan kolom pipih hasil diagram interaksi kolom dengan metode uniaksial ekivalen sebesar 2%. Sedangkan pada kolom tepi tengah terjadi peningkatan rasio penulangan 3% dari kolom persegi dengan kolom pipih hasil diagram interaksi kolom dengan metode uniaksial ekivalen. 5. Penggunaan diagram interaksi kolom dengan penempatan tulangan serta penggunaan diameter tulangan yang berbeda akan mempengaruhi nilai dari momen nominal dan gaya aksial nominal (M n dan P n ). DAFTAR PUSTAKA Asroni,Ali. 2010. Kolom Pondasi dan Balok T Beton Bertulang, Cetakan Pertama. Yogyakarta: Graha Ilmu. Departemen Pekerjaan Umum. 1987. Pedoman Perencanaan Ketahanan Gempa untuk Rumah dan Gedung. Jakarta: Yayasan Badan Penerbit PU. Departemen Pekerjaan Umum. 2002. Tata Cara Perhitungan Struktur Beton untuk Bangunan Gedung (SNI 03-2847-2002 ). Bandung: Yayasan Badan Penerbit PU. Dipohusodo, I. 1994. Struktur Beton Bertulang. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama. Halim, Irawan R. & Kwandou, Robby S. &. 2011. Analisis Perbandingan Kolom Persegi Dengan Kolom Pipih. Skripsi diterbitkan. Makassar: Fakultas Teknik Universitas Atmajaya Makassar. Junaid47 s Weblog (http://junaid47.files.wordpress.com/2011/07/interaction-diagram-column-rectangular-all-sidesequal.jpg, diakses 25 Februari 2013).Interaction Diagram Column Rectangular All Sides Equal. Kusuma, G. & Andriono, T. 1993. Desain Struktur Rangka Beton Bertulang di Daerah Rawan Gempa. Jakarta: Erlangga. Menon, D. & Pillai, U. 2008. Reinforced Concrete Design, Second Edition. New Delhi: Tata McGraw Hill. Mosley, W. H. & Bungey, J. H. 1987.Reinforced Concrete Design, Third Edition. London: Macmillan Education Ltd. Universitas Sebelas Maret (UNS) - Surakarta, 24-26 Oktober 2013 S - 59

Muin, Resmi B. 2008. Struktur Beton Bertulang II. (Online), (http://pskm.mercubuana.ac.id, diakses 12 Maret 2013). Nawy, Edward G. 2008. Beton Bertulang: Suatu Pendekatan Dasar, Cetakan Ketiga. Terjemahan oleh Bambang Suryoatmono. Bandung: PT Refika Aditama. S - 60 Universitas Sebelas Maret (UNS) - Surakarta, 24-26 Oktober 2013