BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

dokumen-dokumen yang mirip
I. PENDAHULUAN. satu usaha pembangunan watak bangsa. Pendidikan ialah suatu usaha dari setiap diri

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. negara. Pendidikan nasional bertujuan untuk mencerdaskan kehidupan bangsa dan

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan hal yang sangat vital bagi sebuah Negara. Pendidikan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Intensi Merokok

31. Mata Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan untuk Sekolah Menengah Atas Luar Biasa Tunalaras (SMALB E) A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. komprehensif, yakni pendidikan kemampuan mental, pikir, kepribadian. manusia seutuhnya. Tujuan pendidikan adalah menciptakan seseorang

PENGARUH MANAJEMEN PEMBELAJARAN REMIDIAL DENGAN TUGAS BERSTRUKTUR TERHADAP HASIL BELAJAR PKN DITINJAU DARI MOTIVASI BELAJAR SISWA

C. Pembelajaran PKn 1. Pengertian Pendidikan Kewarganegaraan Jika dirumuskan, adanya pendidikan kewarganegaraan memiliki tujuan antara lain:

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan di Indonesia diharapkan dapat mempersiapkan peserta didik

Karakteristik Mata Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan

B. Tujuan C. Ruang Lingkup

BAB I PENDAHULUAN. commit to user

26. Mata Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan untuk Sekolah Menengah Pertama (SMP)/Madrasah Tsanawiyah (MTs)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan merupakan investasi sumber daya manusia jangka

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

: Pendidikan Kewarganegaraan (PKN)

III KERANGKA PEMIKIRAN

BAB I PENDAHULUAN. dan patriotisme bela negara, penghargaan terhadap hak-hak asasi manusia,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Lalu lintas dan angkutan jalan mempunyai peranan yang sangat

Kewarganegaraan. Pendidikan Kewarganegaraan sebagai Mata Kuliah Pengembangan Kepribadian. Finy F. Basarah, M.Si. Modul ke: Fakultas Ilmu Komputer

STANDAR KOMPETENSI DAN KOMPETENSI DASAR TINGKAT SMP, MTs, DAN SMPLB

26. Mata Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan untuk Sekolah Dasar (SD)/Madrasah Ibtidaiyah (MI)

BAB I PENDAHULUAN. (aspek keterampilan motorik). Hal ini sejalan dengan UU No.20 tahun 2003

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Era pasar bebas berdampak pada adanya persaingan yang sangat

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan Kewarganegaraan adalah salah satu mata pelajaran yang

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan mempunyai peran yang sangat strategis dalam meningkatkan

Hasil pengujian secara simultan masing-masing variabel independen terhadap variabel dependen dapat dijabarkan sebagai berikut.

BAB I PENDAHULUAN. Karakter merupakan hal sangat esensial dalam berbangsa dan

26. Mata Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan untuk Sekolah Menengah Pertama (SMP)/Madrasah Tsanawiyah (MTs)

BAB I PENDAHULUAN. kebiasaan dan sikap-sikap yang diharapkan dapat membuat seseorang menjadi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan bagi kehidupan umat mausia merupakan kebutuhan. pendidikan, sampai kapan dan dimanapun berada.

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan kewarganegaraan (PKn) adalah program pendidikan berdasarkan nilainilai

BAB I PENDAHULUAN. kearah suatu tujuan yang dicita-citakan dan diharapkan perubahan tersebut

Kesimpulannya, intensi seseorang terhadap perilaku tertentu dipengaruhi oleh tiga variabel yaitu sikap, norma subjektif, dan kontrol perilaku (Ajzen

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. sehari-hari para siswa baik sebagai individu, anggota masyarakat, dan

Bab 2. Landasan Teori

I. PENDAHULUAN. Pendidikan karakter merupakan suatu upaya penanaman nilai-nilai karakter

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. laku manusia agar dapat terkontrol, selain itu hukum juga merupakan aspek

BAB I PENDAHULUAN. berkarakter dalam mengisi kemerdekaan. Namun, memunculkan jiwa yang

BAB I PENDAHULUAN. tentang Sistem Pendidikan Nasional Bab I Pasal 1 pengertian pendidikan,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Juanda, 2013

BAB I PENDAHULUAN. manusia yang berperan penting bagi pembangunan suatu bangsa, untuk itu diperlukan suatu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan suatu sendi kehidupan. Melalui pendidikan,

BAB I PENDAHULUAN. berbagai cara yang sekiranya bisa menarik masyarakat untuk memilih. calonnya, calon pasangan kepala daerah untuk Wilayah Kabupaten

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Peran Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan. 1. Pengertian Pendidikan Kewarganegaraan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Proses pendidikan dapat berlangsung dalam dua tahapan, yakni proses

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Nurul Febrianti, 2015

KAPASITAS LENTUR BALOK BETON TULANGAN BAMBU

IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN

BAB II PERSPEKTIF PENDIDIKAN POLITIK

26. Mata Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan untuk Sekolah Dasar (SD)/Madrasah Ibtidaiyah (MI)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan hal yang terpenting dalam kehidupan, karena

BAB I PENDAHULUAN. Perubahan iklim terjadi akibat dari pemanasan global dan kerusakan di sektor

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan sebuah proses yang ditempuh oleh peserta didik

BAB I PENDAHULUAN. materi mengenai kehidupan politik suatu negara. Juga bertujuan untuk membentuk

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar belakang masalah

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan manusia yang berjiwa kreatif, inovatif, sportif, dan wirausaha.

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A.

II. TINJAUAN PUSTAKA. 1. Tinjauan Tentang Pendidikan Lalu Lintas. a. Pengertian Pendidikan Lalu Lintas. Tahun. 2003) dijelaskan bahwa :

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Bastian (2007:11), pendidikan adalah kunci kemajuan semua bidang.

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan dan teknologi yang kemudian diikuti oleh perkembangan bidang-bidang

BAB I PENDAHULUAN. sudah beberapa kali mengalami perubahan. Pada tanggal 1 Maret 2005, BBM jenis Premium dan Solar kembali dinaikkan.

BAB I PENDAHULUAN. terpelajar dengan sendirinya berbudaya atau beradab. Namun kenyataan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan faktor yang sangat penting dan menentukan bagi

II KERANGKA TEORITIS DAN HIPOTESIS

BAB VIII KESIMPULAN DAN SARAN. A. Kesimpulan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. waktu. Seperti tercantum dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pendidikan tidak dapat dipisahkan dengan proses pembelajaran. Di dalam proses

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. kemampuan teknis (skill) sampai pada pembentukan kepribadian yang kokoh

BAB I PENDAHULUAN. memberi dorongan untuk mengatasi kesulitan yang dihadapi.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan Kewarganegaraan merupakan salah satu fondasi yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sekolah merupakan salah satu lembaga pendidikan formal yang menjadi salah satu tempat dalam pelaksanaan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan satu dari sekian banyak hal yang tidak dapat

I. PENDAHULUAN. Sekolah menyelenggarakan proses pembelajaran untuk membimbing, mendidik,

BAB I PENDAHULUAN. mempelajari pengetahuan dan ketrampilan baru sehingga dapat diperoleh

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan menjadi hal yang sangat penting bagi suatu bangsa, dikatakan

BAB II LANDASAN TEORI. Llabel adalah bagian dari sebuah barang yang berupa keterangan (kata-kata) tentang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. menghadapi perkembangan ini dan harus berfikiran lebih maju. Ciri-ciri

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. siswa untuk memahami nilai-nilai warga negara yang baik. Sehingga siswa

I. PENDAHULUAN. bahwa lingkungan hidup yang baik dan sehat merupakan hak asasi dan hak

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

STUDI TENTANG PERENCANAAN PEMBELAJARAN PKn DENGAN MATERI HAK ASASI MANUSIA (HAM) DI KELAS VII DI MTs ALKHAIRAT TONDO

ontoh hak warga negara :

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB V PEMBAHASAN DAN TEORI HASIL PENELITIAN. 1. Indikator dan tujuan rencana pelaksanaan pembelajaran berbasis

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pembangunan nasional. Menurut Samani dan Harianto (2011:1) paling tidak ada

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kehidupan sehari-hari manusia tidak akan lepas dari kebutuhan energi. Kebutuhan manusia akan energi merupakan kebutuhan utama dalam setiap aktivitas yang dilakukan manusia, salah satunya adalah Bahan Bakar Minyak. Bahan Bakar Minyak merupakan kebutuhan dasar dalam industri di seluruh dunia, tak terkecuali Indonesia. Kebutuhan Bahan Bakar Minyak baik dalam bidang industri maupun transportasi semakin hari semakin meningkat karena pertumbuhan jumlah penduduk pun semakin meningkat. Peningkatan pertumbuhan pengguna Bahan Bakar Minyak ini berbanding terbalik dengan ketersediaan bahan bakar yang terbatas dan tidak dapat diperbaharui. Mengingat bahwa Bahan Bakar Minyak merupakan energi yang tak terbarukan maka sangat perlu pengelolaan serta penggunaan Bahan Bakar Minyak yang berkelanjutan (sustainable). Penggunaan Bahan Bakar Minyak yang berkelanjutan dapat diimplementasikan dalam pembangunan untuk memenuhi kebutuhan generasi sekarang tanpa mengurangi kemampuan generasi yang akan datang dalam memenuhi kebutuhannya, dalam lingkup penelitian ini adalah penggunaan sekaligus penghematan Bahan Bakar Minyak sebagai energi yang tak terbarukan yang mampu memenuhi kebutuhan masyarakat sekarang dan generasi yang akan datang dengan prinsip pengelolaan yang mumpuni semata-mata untuk menjadikan manusia dan sebuah negara tetap eksis dalam mempertahankan keberlanjutan pembangunan termasuk dalam pengelolaan dan pemanfaatan sumber daya energi tak terbarukan untuk keberlangsungan hidup manusia dan sebagai pemenuhan hak warga negara atas Bahan Bakar Minyak. Pasal 65 ayat (1) UU No 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup menyebutkan Setiap orang berhak atas lingkungan hidup yang baik dan sehat sebagai bagian dari hak asasi manusia. Hal tersebut merupakan hak asasi manusia commit yang to user subyektif dan harus dipenuhi dan 1

dilindungi sesuai dengan pendapat Heinhard Steiger c.s bahwa Apa yang dinamakan hak-hak subyektif (subjective rights) adalah bentuk yang paling luas dari perlindungan seseorang (Kusnadi Hardjasoemantri, 2002: 93). Melihat kenyataan demikian, para pengguna Bahan Bakar Miyak seharusnya memiliki sikap peduli akan keterbatasan dari minyak bumi yang tidak dapat diperbaharui tersebut. Hal itu ditandai dengan mampu menunjukkan sikap dan perilaku hemat terhadap penggunaan Bahan Bakar Minyak. Berdasar sudut pandang kajian Kewarganegaraan, sikap hemat merupakan sikap, watak atau karakter yang harus dimiliki setiap warga Negara. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No. 22 Tahun 2006 Pasal 1 Tentang Standar Isi Untuk Satuan Pendidikan Dasar Dan Menengah, menyebutkan bahwa terdapat sejumlah nilai atau karakter warga negara yang diinginkan, yakni antara lain ; 1. Memiliki semangat kebangsaan 2. Memiliki karakter demokratis 3. Memiliki kesadaran bela negara 4. Menghargai hak asasi manusia 5. Sikap menghargai kemajemukan bangsa 6. Kesadaran akan kelestarian lingkungan hidup 7. Memiliki tanggung jawab sosial 8. Ketaatan pada hukum 9. Ketaatan membayar 10. Sikap anti korupsi, kolusi, dan nepotisme (Winarno,2006:28). Melihat nilai-nilai tersebut di atas, sikap hemat Bahan Bakar Minyak termasuk dalam nilai atau karakter warga Negara yang sadar akan kelestarian lingkungan hidup. Hal ini dikarenakan Bahan Bakar Minyak merupakan energi yang terbatas sehingga perlu dijaga kelestariannya. Pendidikan Lingkungan Hidup juga memiliki kaitan yang erat dengan Pendidikan Kewarganegaraan. Hal ini ditunjukan pada misi Pendidikan Kewarganegaraan. Winarno (2006:29) meyebutkan bahwa salah satu misi dari Pendidikan Kewarganegaraan yaitu: Pendidikan yang menyiapkan peserta didik agar menjadi warga negara yang memiliki kesadaran bela negara, penghargaan terhadap hak azasi manusia, kemajemukan bangsa, pelestarian lingkungan hidup, tanggung jawab sosial, ketaatan pada hukum, ketaatan membayar pajak, serta sikap dan perilaku anti korupsi, kolusi commit dan to user nepotisme. 2

3 Selain itu juga ada pendapat lain yaitu menurut Winarno dan Wijianto (2010:11) bahwa Isi Pendidikan Kewargangaraan menurut CCE AS berisikan 3 dimensi yaitu pengetahuan Kewaranegaraan (Civic Knowledge), Ketrampilan Kewarganegaraan (Civic Skill) dan Sikap kewarganegaraan (Civis Dispotition). Lebih lanjut Winarno dan Wijianto (2010:51) menyebutkan bahwa komponen dalam civic skill meliputi Intellectual Skill (keterampilan/kecakapan intelektual), dan Participation Skill (keterampilan/kecakapan partisipasi). Layaknya sebuah sikap, sikap hemat tidak langsung muncul atau dimiliki oleh setiap individu, namun ada berbagai faktor yang menjadi pendukung atau yang mempengaruhi munculnya sikap hemat dalam diri seseorang. Mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi pembentukan sikap, Saifudin Azwar (1995:30-38) berpendapat bahwa ada beberapa faktor yang mempengaruhi pembentukan sikap yaitu antara lain Pengalaman pribadi, kebudayaan, orang lain yang dianggap penting, media massa, institusi atau lembaga pendidikan dan lembaga agama, serta faktor emosi dalam diri individu. Menurut pendapat Lange bahwa Kecenderungan sikap yang ditunjukkan oleh individu salah satunya bergantung pada sejauh mana pengetahuan yang dimilikinya (Saifudin Azwar, 1995:4). Berdasarkan penjelasan di atas maka dengan demikian terbentuknya sikap hemat dalam diri individu tergantung pada sejauh mana berbagai faktor tersebut mampu memberikan peran untuk menanamkan sikap hemat dalam diri individu. Salah satu faktor yang berperan dalam pembentukan sikap siswa adalah peran lembaga institusi yaitu sekolah. Sekolah melalui peran guru meletakkan konsep pemahaman pengetahuan (knowledge) pada siswa tentang apa yang harus diketahui oleh siswa melalui pemberian materi ajar tentang Sumber Daya Alam yang di dalamnya diajarkan pula konsep-konsep untuk hemat energi. Guru selain menanamkan pemahaman hemat energi kepada siswa guru juga menanamkan nilai-nilai apa yang harus dimiliki siswa terkait hemat energi melalui keteladanan dari guru itu sendiri dalam mekakukan upaya hemat energi sehingga setelah siswa commit to user

mampu memahami maka siswa dapat menentukan sikap apa yang harus diambilnya. Menurut Teori Tindakan Beralasan (theory of reasoned action) yang dikemukakan oleh Icek Ajzen dan Martin Fishbein, bahwa: Sikap mempengaruhi perilaku lewat suatu proses pengambilan keputusan yang teliti dan beralasan, dan dampaknya terbatas hanya pada tiga hal yaitu perilaku tidak banyak ditentukan oleh sikap umum tetapi sikap yang spesifik terhadap sesuatu, perilaku dipengaruhi tidak hanya oleh sikap tapi juga oleh norma-norma subjektif (subjective norms) yaitu keyakinan kita mengenai apa yang orang lain inginkan agar kita perbuat atau dengan kata lain oleh lingkungan, dan sikap terhadap suatu perilaku bersama normanorma subjektif membentuk suatu intense atau niat berperilaku tertentu (Saifudin Azwar, 1995: 11). Mengacu penjelasan di atas bahwa pemahaman tentang hemat energi dapat membentuk sikap siswa sedangkan sikap hemat merupakan salah satu faktor penentu terbentuknya perilaku siswa. Salah satu perilaku yang dapat ditunjukkan siswa yaitu perilaku untuk berhemat dalam memanfaatkan Bahan Bakar Minyak mengingat ketersediaannya semakin terbatas sehingga perlu dilakukan upaya penghematan demi terciptanya lingkungan yang sustainable. Jadi dapat disimpulkan bahwa pada intinya ada hubungan antara pemahaman hemat energi dengan perilaku untuk memanfaatkan Bahan Bakar Minyak. Berdasarkan data yang didapat di SMA Negeri 1 Mojolaban, dari 140 siswa kelas XI IPS didapat bahwa siswa belum memiliki sikap dan belum menunjukkan perilaku yang menunjukkan penghematan terhadap sumber daya energi tak terbarukan itu khusunya dalam penelitian ini tentang pemakaian Bahan Bakar Minyak. Hal ini ditunjukkan dengan masih banyaknya siswa yang memakai sepeda motor untuk berangkat ke sekolah setiap hari. Padahal rata-rata jarak rumah ke sekolah hanya 3-5 km. Berdasar data yang diperoleh hampir seluruh siswa memakai sepeda motor untuk ke sekolah dan rata-rata tiap siswa pemakaian Bahan Bakar Minyaknya sehari sampai dua liter. Selain itu siswa masih bersikap apatis dan tidak peduli pada isu-isu tentang semakin habisnya ketersediaan sumber daya minyak bumi salah satunya Bahan Bakar Minyak. Berdasarkan data yang didapat alasan siswa memakai commit sepeda to user motor untuk ke sekolah karena ikut- 4

5 ikutan siswa yang lainnya sehingga memakai sepeda motor bukan karena faktor kebutuhan tetapi lebih karena faktor lingkungan yaitu lingkungan teman sebayanya di sekolah. Apabila kita mengacu pada teori terbentuknya sikap hemat maka dapat diidentifikasi alasan atau sebab-sebab mengapa siswa di SMA Negeri 1 Mojolaban kurang memiliki sikap hemat antara lain karena masih apatisnya siswa terhadap penanaman atau keteladanan mengenai pentingnya sikap hemat dari orang lain terutama dari guru, orang tua dan teman sebaya, faktor lingkungan yang kurang mendukung terbentuknya pola sikap dan perilaku sikap hemat, kurang terserapnya pendidikan atau pemahaman akan pentingnya perilaku hemat Bahan Bakar Minyak dari lembaga pendidikan yaitu sekolah. Berdasarkan data di atas dapat disimpulkan bahwa siswa kelas XI IPS cenderung kurang memiliki kesadaran untuk berhemat dalam penggunaan energi Bahan Bakar Minyak. Hal itu dikarenakan kebanyakan siswa lebih memilih untuk menggunakan sepeda motor meskipun sebenarnya jarak tempuh antara rumah dengan sekolah yang rata-rata hanya 3-5 km bisa dilalui dengan menggunakan sepeda. Hal ini dikarenakan mereka belum memiliki pemahaman yang baik tentang hemat energi sikap hemat terhadap penggunaan Bahan Bakar Minyak atau karena faktor lain yang menyebabkan tidak adanya kesadaran untuk berperilaku hemat Bahan Bakar Minyak. Maka berdasarkan latar belakang dengan permasalahan di atas, penulis tertarik untuk meneliti tentang hal tersebut dengan mengambil judul Hubungan Pemahaman Hemat Energi dengan Perilaku Pemanfaatan Bahan Bakar Minyak Sebagai Perwujudan Participation Skill Siswa Kelas XI IPS SMA Negeri I Mojolaban Tahun Ajaran 2012/2013. B. Identifikasi Masalah Pemahaman siswa penting untuk menumbuhkan sikap siswa, sedangkan sikap siswa untuk hemat energi sangat penting untuk menumbuhkan perilaku siswa hemat energi sehingga mereka dengan sendirinya akan memiliki kesadaran untuk berperilaku hemat energi. Berdasarkan latar belakang masalah di atas masalah dapat diidentifikasikan sebagai commit berikut: to user

6 1. Ada beberapa faktor yang menjadi penyebab kurang dimilikinya sikap hemat energi dalam diri siswa. 2. Sikap apatis siswa terhadap penghematan energi Bahan Bakar Minyak menyebabkan tidak adanya perubahan perilaku siswa untuk menghemat energi 3. Tidak mampunya siswa berperilaku hemat terhadap penggunaan Bahan Bakar Minyak bisa dikarenakan siswa kurang memiliki sikap hemat energi atau bisa dikarenakan adanya faktor lingkungan. C. Pembatasan Masalah Sehubungan dengan luasnya permasalahan yang timbul dari topik kajian, maka pembatasan masalah perlu dilakukan guna memperoleh kedalaman kajian untuk menghindari perluasan masalah. Adapun pembatasan masalah dalam hal ini adalah hubungan pemahaman hemat energi dengan perilaku pemanfaatan bahan bakar minyak siswa. Agar mengarah pada permasalahan yang diteliti, dibawah ini dikemukakan pembatasan masalah sebagai beikut : 1. Subyek Penelitian Adapun yang menjadi subyek penelitian ini adalah siswa kelas XI IPS SMA Negeri 1 Mojolaban, Kecamatan Mojolaban, Kabupaten Sukoharjo 2. Obyek Penelitian Adapun yang menjadi obyek penelitian ini adalah : a. Pemahaman hemat energi (sebagai variabel X) b. Perilaku pemanfaatan Bahan Bakar Minyak (sebagai variabel Y) D. Rumusan Masalah Berdasarkan pembatasan masalah diatas maka perumusan masalah sebagai berikut: Adakah hubungan yang positif dan signifikan antara pemahaman hemat energi dengan perilaku pemanfaatan Bahan Bakar Minyak sebagai perwujudan participation skill siswa kelas XI IPS SMA Negeri 1 Mojolaban Tahun Ajaran 2012/2013? commit to user

7 E. Tujuan Penelitian Sejalan dengan permasalahan yang dikemukakan di atas, tujuan pokok yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui ada tidaknya hubungan yang signifikan antara pemahaman hemat energi dengan perilaku pemanfaatan Bahan Bakar Minyak sebagai perwujudan participation skill siswa kelas XI IPS SMA Negeri 1 Mojolaban tahun ajaran 2012/2013. F. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Praktis a. Meningkatkan pemahaman siswa tentang hemat energi b. Meningkatkan sikap kepedulian siswa terhadap sumber daya energi tak terbarukan c. Merubah perilaku siswa untuk dapat menghemat Bahan Bakar Minyak 2. Manfaat Teoritis Untuk menguji kebenaran dari teori tindakan beralasan (theory of reasoned action) yang mengatakan bahwa terbentuknya perilaku manusia itu karena dipengaruhi oleh tiga hal. Pertama, perilaku tidak banyak ditentukan oleh sikap umum tetapi sikap yang spesifik terhadap sesuatu. Ke dua, perilaku dipengaruhi tidak hanya oleh sikap tapi juga oleh norma-norma subjektif (subjective norms) yaitu keyakinan kita mengenai apa yang orang lain inginkan agar kita perbuat atau dengan kata lain oleh lingkungan. Ke tiga, sikap terhadap suatu perilaku bersama norma-norma subjektif membentuk suatu intense atau niat berperilaku tertentu commit to user