DIAKUI RAWAN DISELEWENGKAN, DANA BANSOS NAIK RP4 TRILIUN. radiotrendyfm.com

dokumen-dokumen yang mirip
Isliko Tersangka Dana Bansos Rp 4 Miliar Lebih

BAB I PENDAHULUAN. Program Penanggulangan Kemiskinan dilaksanakan sejak tahun 1999 sebagai suatu

BUPATI BLITAR PERATURAN BUPATI BLITAR NOMOR 27 TAHUN 2011

TINJAUAN TENTANG ANGGARAN BANTUAN SOSIAL Biro Analisa Anggaran dan Pelaksanaan APBN Setjen DPR RI

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Nomor 39 Tahun 2012 (Permendagri 39/2012) Perubahan atas Peraturan. Menteri Dalam Negeri Nomor 32 Tahun 2011 (Permendagri 32/2012)

BAB I PENDAHULUAN Sekilas Tentang UPK Sauyunan Kecamatan Bojongsoang

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PEMERINTAH ALOKASIKAN ANGGARAN DANA DESA TAHUN 2015 SEBESAR RP9,1 TRILIUN

Dana Bantuan Sekolah Rp 23 Triliun Rawan Dikorupsi. infojambi.com

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 201/PMK.07/2013 TENTANG

2011, No Peraturan Menteri Keuangan Nomor 126/PMK.07/2010 tentang Pelaksanaan dan Pertanggungjawaban Anggaran Transfer ke Daerah; MEMUTUSKAN:

Isliko Tersangka Dana Bansos Rp 4 Miliar Lebih

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12/PMK.05/2012 TENTANG

GAMBARAN UMUM BOS KETERKAITAN DENGAN RNCANA KERJA & ANGGARAN SEKOLAH (RKAS)

TINJAUAN HUKUM TERHADAP PENYELENGGARAAN BELANJA HIBAH DAN BANTUAN SOSIAL YANG BERSUMBER DARI ANGGARAN PENDAPATAN BELANJA DAERAH

BAB I PENDAHULUAN. dengan pendekatan pembangunan yang berbasis pemberdayaan masyarakat. PNPM

STRATEGI PERCEPATAN PENANGGULANGAN KEMISKINAN MELALUI PNPM

PERMENDAGRI NOMOR 32 TAHUN 2011 PERMENDAGRI NOMOR 39 TAHUN 2012 PERMENDAGRI NOMOR 14 TAHUN 2016

TINJAUAN HUKUM PENGELOLAAN DANA BANTUAN SOSIAL YANG BERSUMBER DARI APBD

PEMERINTAH KABUPATEN PEMALANG

BUPATI MADIUN PERATURAN BUPATI MADIUN NOMOR 25 TAHUN 2009 TENTANG

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

Analisis tingkat kesehatan lembaga unit pengelola kegiatan( studi kasus. pada UPK PNPM Kecamatan Kalijambe Kabupaten Sragen ) Oleh : Wawan Apriyanto

SALINAN PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL NOMOR 36 TAHUN 2011 TANGGAL 23 AGUSTUS 2011

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Model Pengembangan Ekonomi Kerakyatan

PERATURAN BUPATI TANGERANG NOMOR 45 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN UMUM PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR DASAR BERBASIS MASYARAKAT KABUPATEN TANGERANG TAHUN 2014

BUPATI BINTAN PROVINSI KEPULAUAN RIAU

BERITA NEGARA. No.735, 2012 KEMENTERIAN PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL. Bantuan Sosial. Pedoman. PERATURAN MENTERI PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL

UPAYA-UPAYA UNTUK MENJAGA EFEKTIVITAS DANA BANTUAN SOSIAL

BUPATI NGANJUK PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI NGANJUK NOMOR 12 TAHUN 2016 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. Pembukaaan Undang-Undang Dasar 1945 adalah memajukan kesejahteraan

54 PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PROGRAM PEMBERDAYAAN MASYARAKAT PNPM MANDIRI

SALINAN PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL NOMOR 32 TAHUN 2011 TANGGAL 9 AGUSTUS 2011

MASYARAKAT DIMINTA LAPORKAN PUNGLI PENDIDIKAN

BAB I PENDAHULUAN. Program Percepatan Pembangunan Daerah Tertinggal dan Khusus (P2DTK)

PEMERINTAH KABUPATEN KAYONG UTARA

BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIAMIS NOMOR 11 TAHUN 2016 TENTANG PENANGGULANGAN KEMISKINAN

SALINAN. 3. Undang-Undang...

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TRENGGALEK,

WALIKOTA SURABAYA PROVINSI JAWA TIMUR

PERATURAN BUPATI KARAWANG NOMOR : 14 TAHUN 2013

MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT NOMOR : 05/PERMEN/M/2009

I. PENDAHULUAN. Pada dasarnya setiap pembangunan di suatu daerah seyogyanya perlu dan

WALIKOTA SURABAYA PROVINSI JAWA TIMUR

SALINAN PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 45 TAHUN 2013

- 1 - PEMERINTAH DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 13 TAHUN 2013 TENTANG

MATRIKS 2.2.B ALOKASI PENDANAAN PEMBANGUNAN TAHUN 2011 Bidang: Lintas Bidang Penanggulangan Kemiskinan II.1.M.B-1. (dalam miliar rupiah)

SALINAN LAMPIRAN I PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL NOMOR 37 TAHUN 2011 TANGGAL 23 AGUSTUS 2011

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN TENTANG PENANGANAN FAKIR MISKIN

PERATURAN BUPATI KARAWANG NOMOR : 90 TAHUN 2012

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI DALAM NEGERI,

BUPATI TRENGGALEK PROVINSI JAWA TIMUR

SALINAN PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 81 TAHUN 2012

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang Penelitian

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 247/PMK.07/2010 TENTANG

BUPATI KAPUAS HULU PROVINSI KALIMANTAN BARAT

I. PENDAHULUAN. Didalam kehidupan ekonomi pada umumnya, manusia senantiasa berusaha untuk

BUPATI BINTAN HASIL PERBAIKAN PAK JAROT

BAB V PEMBIAYAAN PENDIDIKAN TAMAN KANAK-KANAK DAN SEKOLAH DASAR

BUPATI HULU SUNGAI TENGAH

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL (Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul) Nomor : 2 Tahun : 2015

KEMENTERIAN KOORDINATOR BIDANG KESEJAHTERAAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA

KEPALA DESA BANJAR KECAMATAN LICIN KABUPATEN BANYUWANGI SALINAN PERATURAN DESA BANJAR NOMOR 4 TAHUN 2015 TENTANG KERJASAMA DESA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

WALIKOTA BANJAR PERATURAN WALIKOTA BANJAR NOMOR 36 TAHUN 2013 TENTANG PEDOMAN PROGRAM BANJAR CERDAS JENJANG PENDIDIKAN MENENGAH

MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 148 TAHUN 2011 TENTANG

PERATURAN BUPATI BANDUNG BARAT NOMOR 39 TAHUN 2011 TENTANG TATA CARA PENGANGGARAN, PELAKSANAAN DAN PENATAUSAHAAN, PERTANGGUNGJAWABAN DAN PELAPORAN

BUPATI PATI PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI PATI NOMOR 28 TAHUN 2017 TENTANG

KASUS BANTUAN SOSIAL FIKTIF DI KLUNGKUNG TERANCAM. nusabali.com

SALINAN LAMPIRAN I PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL NOMOR 33 TAHUN 2011 TANGGAL 9 AGUSTUS 2011

BUPATI PATI PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN PATI NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG PEMBANGUNAN KAWASAN PERDESAAN

2017, No Negara Republik Indonesia Nomor 5539) sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 47 Tahun 2015 tentang Perubahan ata

BAB I PENDAHULUAN. Dengan disahkannya Undang-Undang Nomor 06 Tahun 2014 Tentang Desa

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA,

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan merupakan usaha untuk menciptakan kemakmuran dan

MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 176 TAHUN 2011 TENTANG

PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI KARAWANG NOMOR 17 TAHUN 2016

2 2. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 5, Tambahan Lembaran Negara R

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA Menteri Negara Perumahan Rakyat. Perumahan. Pemukiman. Pedoman.

SALINAN WALIKOTA BATU

2 2015, No.1443 Pemerintah Pusat Kepada Pemerintah Daerah Dalam Rangka Bantuan Pendanaan Rehabilitasi Dan Rekonstruksi Pascabencana; Mengingat : 1. Un

WALIKOTA BENGKULU PERATURAN DAERAH KOTA BENGKULU NOMOR 12 TAHUN 2013 TENTANG PENGELOLAAN DANA BERGULIR SAMISAKE

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

Gubernur Jawa Barat. PERATURAN GUBERNUR JAWA BARAT NOMOR : 58 Tahun 2010 TENTANG PROGRAM DESA MANDIRI DALAM PERWUJUDAN DESA PERADABAN DI JAWA BARAT

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN BUPATI SRAGEN NOMOR 92 TAHUN 2011 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi merupakan sesuatu hal

PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI SRAGEN NOMOR 18 TAHUN 2015 TENTANG

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. lagi, ternyata dalam prakteknya partai politik ini kurang mampu menjawab

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. Kemiskinan merupakan salah satu masalah sosial yang amat serius. Kemiskinan

MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu upaya konkrit yang dilakukan pemerintah sebagai wujud dari

BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO

PERATURAN BUPATI KARANGANYAR NOMOR 10 TAHUN 2014

Transkripsi:

DIAKUI RAWAN DISELEWENGKAN, DANA BANSOS NAIK RP4 TRILIUN radiotrendyfm.com Kendati dianggap sering diselewengkan, anggaran Bantuan Sosial i (Bansos) tetap naik tahun depan. Dalam RAPBN 2013, pemerintah menaikkan anggaran Bansos menjadi Rp59 triliun, naik Rp4 triliun dari tahun ini. Menteri Keuangan Agus Martowardjojo mengakui anggaran Bansos ini rawan diselewengkan, namun anggaran Bansos diperlukan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat, misalnya untuk Bantuan Operasional Sekolah ii (BOS). Karena itulah, yang harus dikoreksi bukanlah besaran anggarannya, melainkan mekanisme penyaluran. Saat ini sudah disiapkan satu sistem yang didukung financial inclusion iii, yakni menyalurkan langsung anggaran ke penerima. Kita tidak mau dana untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat itu disalahgunakan. Kelihatannya selama itu masih dibayarkan secara tunai bisa terjadi kelemahan, karena itu harus by name by address, satu sistem yang didukung oleh financial inclusion mungkin bisa jadi jawaban. Selain itu, Kementerian Keuangan juga sudah meminta masukan dari pelaksana di lapangan terkait pendistribusian dana bantuan tersebut agar penyaluran dana berjalan lancar, misalnya BOS didapatkan feedback pelaksanaannya di lapangan terdapat kekurangan-kekurangan, kita sudah minta bendahara maupun di kementerian terkait untuk memperbaikinya. Dalam Rencana Anggaran Belanja yang diajukan pemerintah, diketahui anggaran Bansos di antaranya disalurkan melalui program BOS di bawah koordinasi Kementerian Agama Rp12,5 triliun, BOS Pendidikan Menengah di bawah koordinasi Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Rp3,8 triliun, dan bantuan siswa miskin sebesar Rp10,2 triliun. Jamkesmas iv dan Jampersal v dengan alokasi anggaran yang direncanakan sebesar Rp7,3 triliun, terdiri atas program pelayanan kesehatan rujukan di kelas III rumah sakit pemerintah dan rumah sakit swasta yang ditunjuk pemerintah dengan alokasi anggaran

sebesar Rp5,7 triliun dan untuk pelayanan Jampersal dengan alokasi anggaran sebesar Rp1,6 triliun. Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri vi dengan alokasi anggaran yang direncanakan sebesar Rp2,2 triliun, yang terdiri atas PNPM Perkotaan vii, Program Pembangunan Daerah Tertinggal dan Khusus viii (P2DTK), dan Pengembangan Infrastruktur Sosial Ekonomi Wilayah ix (PISEW). Program Keluarga Harapan x (PKH) atau bantuan tunai bersyarat, dengan alokasi anggaran yang direncanakan sebesar Rp2,9 triliun. Sebagai informasi, BPK menilai anggaran Bansos rawan korupsi xi, BPK mencatat jumlah dana Bansos dari 2007 s.d. 2011 mencapai Rp300 triliun. Nilai dana bantuan melonjak hingga 200 persen menjelang pelaksanaan pemilihan kepala daerah. Angka itu kembali meningkat sampai 200 persen pada tahun berikutnya. Ironisnya, dana ratusan triliun rupiah hingga kini belum bisa diperiksa, dikarenakan tidak ada laporan keuangan xii yang standar atas dana tersebut agar bisa diperiksa. Sejauh ini, BPK hanya memeriksa proposal dari pihak yang mengajukan. Ironisnya, dalam proposal itu tak disebutkan jenis penggunaan dan bentuk penggunaannya. Selain jumlahnya besar, daftar penerimanya beragam dan banyak. Dana tersebut tak semuanya sampai ke penerima. Selain proposal yang diduga fiktif, alamat penerima dana diduga tak jelas. Sementara itu, untuk mencegah kebocoran dana Bansos yang disalukan pemerintah daerah, Kementerian Dalam Negeri telah mengeluarkan Permendagri Nomor 32 Tahun 2011 tentang Pedoman Pemberian Hibah dan Bantuan Sosial, Permendagri sudah diberlakukan sejak Januari 2012. Hal penting dalam aturan ini adalah penerima Hibah xiii bertanggungjawab secara formal dan material atas penggunaan Hibah yang diterimanya. Penerima harus mempertanggungjawabkan, meliputi laporan penggunaan Hibah, bukti-bukti pengeluaran yang lengkap dan sah sesuai peraturan perundang-undangan. Seandainya hasil pemeriksaan xiv ditemukan penyelewengan administrasi oleh penerima Hibah atau Bansos, maka penerima bisa diproses secara hukum pidana. Permendagri tersebut untuk menjamin transparansi dan akuntabilitas penggunaan dana Hibah dan Bansos. Dalam aturan baru itu, diatur mekanisme perencanaan, pelaksanaan, penatausahaan, akuntansi serta pertanggungjawaban dan pelaporan. Salah satu yang menonjol, pemberian Hibah dan Bansos adalah adanya tanggung jawab yang melekat pada yang menerima. Seberapa transparan, akuntabel, efektif, itu yang diperbaiki. Dalam aturan lama, hanya pemerintah sebagai pemberi yang mempertanggungjawabkan Hibah dan Bansos, sedangkan penerima seringkali tidak memberikan laporan pertanggungjawaban penggunaannya. Kewajiban pertanggungjawaban

penggunaan Hibah dan Bansos oleh ormas menjadi pintu masuk bagi BPK untuk melakukan pemeriksaan xv. Penerima Hibah dan Bansos harus membuat pelaporan. Mulai bukti tanda terima, pemindahbukuan, penggunaan anggaran. Misalnya, mau mengadakan barang yang nilainya Rp1 miliar maka harus mengikuti Keppres. Sumber Berita: rmol.co, 05 September 2012 tempo.co, 22 Agustus 2012 i Bantuan sosial adalah pemberian bantuan berupa uang/barang dari pemerintah daerah kepada individu, keluarga, kelompok dan/atau masyarakat yang sifatnya tidak secara terus menerus dan selektif yang bertujuan untuk melindungi dari kemungkinan terjadinya resiko sosial (Pasal 1 angka 15 Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 32 Tahun 2011 tentang Pedoman Pemberian Hibah dan Bantuan Sosial Yang Bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah). ii Bantuan Operasional Sekolah yang selanjutnya disingkat BOS adalah dana yang digunakan terutama untuk biaya non personalia bagi satuan pendidikan dasar sebagai pelaksana program wajib belajar, dan dapat dimungkinkan untuk mendanai beberapa kegiatan lain sesuai Petunjuk Teknis Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Pasal 1 angka 1 Peraturan Menteri Keuangan Nomor 201/PMK.07/2011 tentang Pedoman Umum dan Alokasi Bantuan Operasional Sekolah Tahun Anggaran 2012). Menurut Peraturan Mendiknas Nomor 69 Tahun 2009, standar biaya operasi nonpersonalia adalah standar biaya yang diperlukan untuk membiayai kegiatan operasi nonpersonalia selama 1 (satu) tahun sebagai bagian dari keseluruhan dana pendidikan agar satuan pendidikan dapat melakukan kegiatan pendidikan secara teratur dan berkelanjutan sesuai Standar Nasional Pendidikan. BOS adalah program pemerintah yang pada dasarnya adalah untuk penyediaan pendanaan biaya operasi nonpersonalia bagi satuan pendidikan dasar sebagai pelaksana program wajib belajar. Namun demikian, ada beberapa jenis pembiayaan investasi dan personalia yang diperbolehkan dibiayai dengan dana BOS. Pada tahun 2012 Dana BOS mengalami perubahan mekanisme penyaluran. Pada tahun anggaran 2011 penyaluran dana BOS dilakukan melalui mekanisme transfer ke daerah kabupaten/kota dalam bentuk Dana Penyesuaian untuk Bantuan Operasional Sekolah, mulai tahun anggaran 2012 dana BOS disalurkan dengan mekanisme yang sama tetapi melalui pemerintah provinsi. Secara umum program BOS bertujuan untuk meringankan beban masyarakat terhadap pembiayaan pendidikan dalam rangka wajib belajar 9 tahun yang bermutu. Secara khusus program BOS bertujuan untuk: 1. Membebaskan pungutan bagi seluruh siswa SD/SDLB Negeri dan SMP/SMPLB/SMPT (Terbuka) Negeri terhadap biaya operasi sekolah, kecuali pada Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional (RSBI) dan Sekolah Bertaraf Internasional (SBI). Sumbangan/pungutan bagi sekolah RSBI dan SBI harus tetap mempertimbangkan fungsi pendidikan sebagai kegiatan nirlaba, sehingga sumbangan/pungutan tidak boleh berlebih; 2. Membebaskan pungutan seluruh siswa miskin dari seluruh pungutan dalam bentuk apapun, baik di sekolah negeri maupun swasta; 3. Meringankan beban biaya operasi sekolah bagi siswa di sekolah swasta. Sasaran program BOS adalah semua sekolah SD dan SMP, termasuk SMP (SMPT) dan Tempat Kegiatan Belajar Mandiri (TKBM) yang diselenggarakan oleh masyarakat, baik negeri maupun swasta di seluruh provinsi di Indonesia. Program Kejar Paket A dan Paket B tidak termasuk sasaran dari program BOS ini. iii Financial inclusion adalah usaha untuk mengikutsertakan masyarakat miskin yang tidak tersentuh layanan jasa keuangan, supaya memperoleh akses ke dalam layanan jasa keuangan demi memperbaiki standar kehidupannya (http://www.vibiznews.com/column/economy/2012/07/12/isu-financial-inclusion-digiatkan-demi-pengentasankemiskinan/).

iv Jaminan Kesehatan Masyarakat atau Jamkesmas merupakan program bantuan sosial berupa pelayanan kesehatan bagi masyarakat miskin dan tidak mampu yang dapat diperoleh secara gratis. Tujuan JAMKESMAS adalah terciptanya masyarakat yang sehat sehingga tetap produktif. Tujuan ini merupakan bantuan sosial kesehatan bagi masyarakat miskin melalui Departemen Kesehatan (http://dinkes.malangkota.go.id/index.php/ jaminan-kesehatan). v Program Jaminan Persalinan (Jampersal) adalah jaminan pembiayaan persalinan yang meliputi pemeriksaan kehamilan, pertolongan persalinan, pelayanan nifas termasuk pelayanan KB pasca persalinan dan pelayanan bayi baru lahir. Jampersal diperuntukkan bagi seluruh ibu hamil yang belum memiliki jaminan persalinan. Sasaran yang dijamin Jampersal antara lain: 1. Ibu hamil 2. Ibu bersalin 3. Ibu nifas (sampai 42 hari setelah melahirkan) 4. Bayi baru lahir (sampai dengan usia 28 hari) Peserta program Jampersal adalah seluruh ibu hamil yang belum memiliki jaminan persalinan (tidak tertanggung di dalam kepesertaan ASKES, Jamkesmas, Jamkesda, Jamsostek dan asuransi lainnya). vi PNPM Mandiri adalah program nasional penanggulangan kemiskinan terutama yang berbasis pemberdayaan masyarakat. Pengertian yang terkandung mengenai PNPM Mandiri adalah : 1. PNPM Mandiri adalah program nasional dalam wujud kerangka kebijakan sebagai dasar dan acuan pelaksanaan program-program penanggulangan kemiskinan berbasis pemberdayaan masyarakat. PNPM Mandiri dilaksanakan melalui harmonisasi dan pengembangan sistem serta mekanisme dan prosedur program, penyediaan pendampingan dan pendanaan stimulan untuk mendorong prakarsa dan inovasi masyarakat dalam upaya penanggulangan kemiskinan yang berkelanjutan. 2. Pemberdayaan masyarakat adalah upaya untuk menciptakan/meningkatkan kapasitas masyarakat, baik secara individu maupun berkelompok, dalam memecahkan berbagai persoalan terkait upaya peningkatan kualitas hidup, kemandirian dan kesejahteraannya. Pemberdayaan masyarakat memerlukan keterlibatan yang besar dari perangkat pemerintah daerah serta berbagai pihak untuk memberikan kesempatan dan menjamin keberlanjutan berbagai hasil yang dicapai. Sedangkan Tujuan yang ingin dicapai dalam pelaksanaan Program PNPM Mandiri ini adalah : 1. Tujuan Umum Meningkatnya kesejahteraan dan kesempatan kerja masyarakat miskin secara mandiri. 2. Tujuan Khusus a. Meningkatnya partisipasi seluruh masyarakat, termasuk masyarakat miskin, kelompok perempuan, komunitas adat terpencil dan kelompok masyarakat lainnya yang rentan dan sering terpinggirkan ke dalam proses pengambilan keputusan dan pengelolaan pembangunan. b. Meningkatnya kapasitas kelembagaan masyarakat yang mengakar, representatif dan akuntabel. c. Meningkatnya kapasitas pemerintah dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat terutama masyarakat miskin melalui kebijakan, program dan penganggaran yang berpihak pada masyarakat miskin (pro-poor) d. Meningkatnya sinergi masyarakat, pemerintah daerah, swasta, asosiasi, perguruan tinggi, lembaga swadaya masyarakat, organisasi masyarakat dan kelompok peduli lainnya untuk mengefektifkan upaya-upaya penanggulangan kemiskinan. e. Meningkatnya keberadaan dan kemandirian masyarakat serta kapasitas pemerintah daerah dan kelompok perduli setempat dalam menanggulangi kemiskinan di wilayahnya. f. Meningkatnya modal sosial masyarakat yang berkembang sesuai dengan potensi sosial dan budaya serta untuk melestarikan kearifan lokal. g. Meningkatnya inovasi dan pemanfaatan teknologi tepat guna, informasi dan komunikasi dalam pemberdayaan masyarakat. (http://www.pnpm-mandiri.org/index.php?option=com_content&view=article&id=54&itemid=267) vii Program Penanggulangan Kemiskinan di Perkotaan (P2KP) merupakan program pemerintah yang secara substansi berupaya dalam penanggulangan kemiskinan melalui konsep memberdayakan masyarakat dan pelaku pembangunan lokal lainnya, termasuk Pemerintah Daerah dan kelompok peduli setempat, sehingga dapat

terbangun "gerakan kemandirian penanggulangan kemiskinan dan pembangunan berkelanjutan", yang bertumpu pada nilai-nilai luhur dan prinsip-prinsip universal. [Dikutip dari : Buku Pedoman Umum P2KP-3, Edisi Oktober 2005] (http://www.pnpm-mandiri.org/index.php?option=com_content&view=article&id=58&itemid=324). viii Program pembangunan daerah tertinggal dan khusus merupakan upaya terencana untuk mengubah suatu wilayah yang dihuni oleh komunitas dengan berbagai permasalahan sosial, ekonomi dan keterbatasan fisik, menjadi daerah yang maju dengan komunitas yang kualitas hidupnya sama dengan masyarakat Indonesia di daerah lainnya. Pembangunan daerah tertinggal dan khusus tidak hanya meliputi pembangunan aspek ekonomi, tetapi juga aspek sosial, budaya, dan keamanan. Namun kesejahteraan kelompok masyarakat yang hidup di daerah tertinggal dan khusus juga memerlukan perhatian dan keberpihakan yang besar dari pemerintah. Berdasarkan hal tersebut diatas, diperlukan program pembangunan yang lebih difokuskan pada upaya percepatan pembangunan di daerah yang kondisi sosial, ekonomi, keuangan daerah, aksesibilitas, serta ketersediaan infrastrukturnya masih tertinggal. Kondisi tersebut pada umumnya terdapat pada daerah yang secara geografis terisolir dan terpencil seperti daerah perbatasan antar negara, pulau-pulau kecil, pedalaman, serta rawan bencana alam dan bencana sosial (http://pnpmdtklampung.wordpress.com/p2dtk/). ix Program-program Pengembangan Infrastruktur Sosial Ekonomi Wilayah (PISEW) merupakan kelanjutan dan penyempurnaan dari program sebelumnya, yaitu Pengembangan Prasarana Pedesaan (P2D). Secara nasional, beberapa program sejenis lainnya yang juga ditujukan sebagai upaya pengentasan kemiskinan dan pengurangan tingkat pengangguran, telah diintegrasikan dalam satu kerangka kebijakan nasional yang dikenal dengan Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri. Program PISEW dengan intervensi berupa bantuan teknis dan investasi infrastruktur dasar pedesaan, dibangun dengan berorientasi pada konsep "Community Driven Development (CDD" dan "Labor Intensive Activities (LIA)", sehingga kemudian dikategorikan sebagai salah satu program inti PNPM-Mandiri (http://www.pnpm-mandiri.org/index.php?option=com_content&view=article&id =65&Itemid=328). x Program keluarga Harapan (PKH) merupakan suatu program penanggulangan kemiskinan. Kedudukan PKH merupakan bagian dari program-program penanggulangan kemiskinan lainnya. PKH berada di bawah koordinasi Tim Koordinasi Penanggulangan Kemiskinan (TKPK), baik di Pusat maupun di daerah. Oleh sebab itu akan segera dibentuk Tim Pengendali PKH dalam TKPK agar terjadi koordinasi dan sinergi yang baik. PKH merupakan program lintas Kementerian dan Lembaga, karena aktor utamanya adalah dari Badan Perencanaan Pembangunan Nasional, Departemen Sosial, Departemen Kesehatan, Departemen Pendidikan Nasional, Departemen Agama, Departemen Komunikasi dan lnformatika, dan Badan Pusat Statistik. Untuk mensukseskan program tersebut, maka dibantu oleh Tim Tenaga ahli PKH dan konsultan World Bank (Depsos: Mari Kita Mengenal Program PKH). xi Korupsi adalah setiap orang yang secara melawan hukum, menyalahgunakan kewenangan, kesempatan atau sarana yang ada padanya melakukan perbuatan memperkaya diri sendiri atau orang lain atau suatu korporasi yang dapat merugikan keuangan negara atau perekonomian negara (Pasal 2 dan 3 Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi). xii Laporan Keuangan adalah bentuk pertanggungjawaban sebagaimana ditetapkan dalam Pasal 30, Pasal 31, dan Pasal 32 Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara, Pasal 55 ayat (2) dan ayat (3), serta Pasal 56 ayat (3) Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara. xiii Hibah adalah pemberian uang/barang atau jasa dari pemerintah daerah kepada pemerintah atau pemerintah daerah lainnya, perusahaan daerah, masyarakat dan organisasi kemasyarakatan, yang secara spesifik telah ditetapkan peruntukannya, bersifat tidak wajib dan tidak mengikat, serta tidak secara terus menerus yang bertujuan untuk menunjang penyelenggaraan urusan pemerintah daerah (Pasal 1 angka 14 Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 32 Tahun 2011 tentang Pedoman Pemberian Hibah dan Bantuan Sosial Yang Bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah). xiv Hasil Pemeriksaan adalah hasil akhir dari proses penilaian kebenaran, kepatuhan, kecermatan, kredibilitas, dan keandalan data/informasi mengenai pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara yang dilakukan secara independen, objektif, dan profesional berdasarkan Standar Pemeriksaan,yang dituangkan dalam laporan hasil pemeriksaan sebagai keputusan BPK (Pasal 1 angka 14 Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2006 tentang Badan Pemeriksa Keuangan).

xv Pemeriksaan adalah proses identifikasi masalah, analisis, dan evaluasi yang dilakukan secara independen, obyektif, dan profesional berdasarkan standar pemeriksaan, untuk menilai kebenaran, kecermatan, kredibilitas, dan keandalan informasi mengenai pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara (Pasal 1 angka 1 Undang- Undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan Negara).