BAB I PENDAHULUAN. pendengaran. Siswa tunarungu adalah anak yang mengalami gangguan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

2015 PEMBELAJARAN TARI MELALUI STIMULUS GERAK BURUNG UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN KINESTETIK PADA ANAK TUNAGRAHITA SEDANG DI SLB YPLAB LEMBANG

BAB I PENDAHULUAN. menikmati keindahan, mengapresiasi, dan mengungkapkan perasaan keindahan

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. segala potensinya. Oleh sebab itu pendidikan harus diterima olah setiap warga negara,

I. PENDAHULUAN. Tari adalah gerak-gerak dari seluruh bagian tubuh manusia yang disusun selaras dengan

BAB I PENDAHULUAN. fisik yang berbeda-beda, sifat yang berbeda-beda dan tingkah laku yang

2015 MODEL PEMBELAJARAN TARI UNTUK MENINGKATKAN PENGUASAAN RITME GERAK DAN RASA MUSIKAL BAGI GURU SENI BUDAYA DI PROVINSI JAWA BARAT

BAB I PENDAHULUAN. berbeda maka ada banyak sekali jenis-jenis belajar yang dilakukan setiap orang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penelitian Gilang Angga Gumelar, 2015

BAB I PENDAHULUAN. dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Tari adalah gerak-gerak dari seluruh bagian tubuh manusia yang disusun selaras

BAB I PENDAHULUAN. Kebutuhan akan kreativitas dalam penyelenggaraan pendidikan dewasa ini

BAB I PENDAHULUAN. mahluk individu maupun mahluk sosial. Salah satu keterampilan yang harus

2015 PENERAPAN PELATIHAN CETAK SABLON DIGITAL DALAM MENINGKATKAN PRODUKTIVITAS SISWA TUNARUNGU KELAS XII SMALBDI SLB BC YATIRA CIMAHI

BAB 1 PENDAHULUAN. menjadi bagian terpadu dan tak terpisahkan dari peningkatan. yang digunakan dalam proses pembelajaran, kemajuan teknologi dapat

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Komunikasi merupakan bagian dari kehidupan manusia sehari-hari, bahkan

BAB I PENDAHULUAN. berkembang secara optimal. Berikut pernyataan tentang pendidikan anak usia

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. emosi negatif. Pentingya individu mengelola emosi dalam kehidupan karena

BAB I PENDAHULUAN. yang beralamat di Jl. Rajekwesi 59-A Perak Bojonegoro. Di SLB-B Putra

BAB I PENDAHULUAN. Masa kanak-kanak merupakan gambaran awal manusia, dimana anak-anak

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan sepanjang hayat (Long Life Education), merupakan kalimat yang telah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan kutipan dari Kathleen K. Reardon dalam buku Interpersonal

BAB II KAJIAN TEORI. menyerupai hasil belajar kognitif. Keterampilan adalah kemampuan untuk

BAB I PENDAHULUAN. yang telah merubah peradaban manusia, menjadikan manusia menjadi. berguna bagi diri sendiri maupun orang lain. Ilmu pengetahuan dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. pendengaran, baik sebagian maupun seluruhnya yang berdampak kompleks

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Teknik dan Kriteria Evaluasi Pendidikan Seni Tari Dewi Karyati dan Maman Tocharman

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah deskriptif kualitatif. Deskriptif adalah prosedur

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dea Wulantika Utami, 2013

BAB I PENDAHULUAN. Manusia dalam melaksanakan fungsi-fungsi kehidupan tidak lepas dan

BAB I PENDAHULUAN. keterampilan yang bersifat vokasional, salah satunya adalah melalui

1. Mengamati tari Nasional yang ditampilkan oleh seorang penari

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Anak berkebutuhan khusus merupakan anak luar biasa yang mempunyai

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Proses realisasi karya seni bersumber pada perasaan yang

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa Inggris merupakan bahasa yang digunakan sehari-hari di negara

BAB I PENDAHULUAN. yang diharapkan memiliki kecakapan hidup dan mampu mengoptimalkan segenap

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang

Oleh : NI KOMANG ARI RANI PARWATI

BAB I PENDAHULUAN. merupakan suatu pundi pokok untuk mencapai cita-cita suatu bangsa. Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. Pentingnya penyelenggaran pendidikan diupayakan untuk membangun

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu upaya untuk mencerdaskan kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. Guru adalah salah satu penentu keberhasilan dalam pelaksanaan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

`BAB I PENDAHULUAN. yang berpindah-pindah kemungkinan memberikan mereka inspirasi untuk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Fitrianisa Setianing Widi, 2014

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan suatu kegiatan universal pada kehidupan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sri Lestari, 2013

GAMBARAN MENGENAI SELF REGULATION PADA PENARI TRADISIONAL STUDI PADA PENARI TRADISIONAL DARI KELOMPOK TARI CIOFF INDONESIA ALIFAH ZAHRA ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Fitri Chintia Dewi, 2013

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

Manfaat Belajar Seni Tari pada Anak Tunarungu

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian dalam penelitian ini adalah deskriptif kualitatif. Jenis deskriptif

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Niken Noviasti Rachman, 2013

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Suzanne K. Langer (1998:2) menyatakan bahwa Kesenian adalah

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Destalya Anggrainy M.P, 2013

BAB I PENDAHULUAN. strategis dalam rangka menghasilkan sumber daya manusia indonesia seutuhnya.

BAB I PENDAHULUAN. Pada tahun-tahun pertama kehidupan, mendengar adalah bagian. terpenting dari perkembangan sosial, emosional dan kognitif anak.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN. SLB B YRTRW Solo dalam mengakses informasi berita televisi Seputar

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan Anak Usia Dini merupakan pendidikan yang. diselenggarakan untuk mengembangkan kepribadian, pengetahuan dan

BAB I PENDAHULUAN. kecerdasan anak. Dalam usia 0-5 tahun, anak diajarkan berbagai macam

Prinska Damara Sastri, 2013

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil analisis penelitian penulis berkenaan dengan Kajian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Nuraeni Septiawati, 2013

BAB I PENDAHULUAN. generasi muda untuk mengembangkan generasi muda yang berkualitas sehingga

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan Anak Usia Dini mendasari jenjang pendidikan selanjutnya.

BAB I PENDAHULUAN. tersebut, pemerintah sangat serius dalam menangani bidang pendidikan.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Musik merupakan bahasa yang universal karena musik mampu dimengerti

JUDUL : Pembelajaran Dengan Multimedia

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Anak tuna rungu atau anak dengan gangguan pendengaran merupakan anak

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Pengembangan Aspek Motorik Melalui Aktivitas Ritmik

UPAYA MENINGKATKAN KETERAMPILAN MENARI TARI KLASIK GAYA SURAKARTA MELALUI PENDEKATAN APRESIASI

2015 PENGARUH LATIHAN ANGKLUNG TERHADAP PENGETAHUAN TANGGA NADA DIATONIS ANAK TUNAGRAHITA RINGAN DI SPLB-C YPLB CIPAGANTI KOTA BANDUNG

BAB I PENDAHULUAN. Anak tunagrahita kategori ringan membutuhkan pendidikan sebagaimana anak

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Silma Ratna Kemala, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB II SENI TARI DAN UNSUR VISUAL

BAB 1 PENDAHULUAN. Pendidikan di Indonesia tidak hanya diperuntukkan bagi anak- anak yang

BAB I PENDAHULUAN. Keterampilan bagi sebagian orang adalah suatu kelebihan yang harus

BAB I PENDAHULUAN. gembira dapat memotivasi anak untuk belajar. Lingkungan harus diciptakan

PENERAPAN PEMBELAJARAN SAINS DENGAN QUANTUM TEACHING M.Gade*

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Ketunarunguan merupakan gangguan yang terdapat pada indera pendengaran. Siswa tunarungu adalah anak yang mengalami gangguan pendengaran, sehingga memiliki keterbatasan dalam aktifitas sehari-harinya termasuk dalam pembelajaran. Berikut kutipan Somad dan Hernawati (1995: 27) menyatakan bahwa anak tunarungu adalah seseorang yang mengalami kekurangan atau kehilangan kemampuan mendengar baik sebagian atau seluruhnya yang diakibatkan karena tidak berfungsinya sebagian atau seluruh alat pendengaran, sehingga ia tidak dapat menggunakan alat pendengarannya dalam kehidupan sehari-hari yang membawa dampak terhadap kehidupannya secara kompleks. Gangguan pendengaran juga menyebabkan siswa tunarungu mengalami hambatan pada perkembangan motoriknya sepeti yang diungkapkan Ittyerah & Sharma (1997) dalam Alimin (2008), bahwa anak tunarungu memiliki kesulitan dalam hal kesimbangan dan koordinasi gerak umum, dalam menyelesaikan tugas-tugas yang memerlukan kecepatan serta gerakan-gerakan yang kompleks. Sangat diperlukan bimbingan dan pendidikan khusus untuk melayani kebutuhan belajar hingga terpenuhi kebutuhan hidupnya baik lahir maupun batin. Kehilangan/gangguan pendengaran akan mengakibatkan manusia kesulitan dalam berkomunikasi dengan lingkungan sekitarnya. Karena informasi yang bersifat auditif merupakan salah satu penunjang manusia dalam 1

berkomunikasi dan berinteraksi dengan sekitarnya. Dengan kehilangan/mengalami gangguan dalam pendengarannya, akan menyebabkan siswa tunarungu mengandalkan kemampuan penglihatannya untuk berkomunikasi dan berinteraksi dalam segala aktifitasnya. Indera penglihatan merupakan indera utama siswa tunarungu dalam menerima informasi data, hal ini menjadi suatu pembiasaan bagi siswa tunarungu dalam menyerap kegiatan pembelajaran yang sebagian besar melalui proses melihat/visual. Misalnya seni tari yang mempelajari tentang keindahan gerakan yang dihasilkan oleh koordinasi gerakan yang terpola secara sistematis. Seperti kutipan dari Atmadibrata (1979:8) yang mengungkapkan definisi tari adalah: ungkapan perasaan manusia yang digambarkan melalui gerakan yang teratur untuk dapat memberikan kepuasan dan penyampaian jenis informasi kepada penonton. Dapat dijabarkan bahwa Seni tari merupakan cabang kesenian yang penyajiannya adalah hasil dari koordinasi gerakan dari seluruh anggota tubuh yang terpola, memiliki ketepatan dan keselarasan, serta mencerminkan suatu maksud atau tujuan tertentu yang disampaikan penari kepada para penonton. Seni tari merupakan pembelajaran seni gerak yang biasa di berikan kepada siswa tunarungu di Sekolah Luar Biasa. Mereka mampu menerima pembelajaran seni tari, dan dalam prosesnya mereka termasuk yang cepat menyerap pembelajaran tari. Seperti contoh pengakuan dari Wayan Suatra seorang guru tari SLB-B N PTN Jimbaran Bali yang dikutip dari www.erabaru.net, untuk mengajar tari bagi tuna rungu harus mengandalkan hati dan perasaan untuk berkomunikasi dengan mereka. Tidak seperti anggapan kebanyakan orang yang 2

menganggap susah untuk mengajari anak-anak yang tuna rungu. Suatra malah berkata sebaliknya, ia merasa lebih mudah mengajari anak yang tunarungu dibandingkan dengan anak normal pada umumnya. Karena mereka bisa lebih berkonsentrasi dan lebih serius dalam menerima pelajaran, dan kebanyakan mereka pintar-pintar, tambah Suatra. Kutipan tersebut diperkuat lagi oleh pendapat Siregar-1985 dalam Sadjaah-2006, yang menjelaskan tentang psikolog yang bekerja menangani anak-anak tunarungu mengungkapkan, bahwa mereka (siswa tunarungu) menunjukkan kemampuan dalam bidang motorik mekanika serta integelensi konkrit walaupun memiliki keterbatasan dalam intelegensi verbal. Dapat disimpulkan, siswa tunarungu tidak bermasalah dalam melakukan kegiatan motorik apapun termasuk menari. Mereka memiliki keterbatasan berkomunikasi dengan gurunya, namun cepat memahami informasi dari gurunya jika diberikan langsung secara nyata (dapat dilihat). Lebih lanjut menurut Sadjaah-2006, bahwa seni tari tidak hanya diberikan kepada siswa tunarungu yang mempunyai bakat ataupun yang tidak berbakat. Yang diutamakan adalah dalam belajar tari, siswa memahami makna-makna unsur kebaikan dan keindahan dari tari tersebut. Karena tujuan luas dari pendidikan tari antara lain sebagai berikut: a. Pendidikan didalam mengajarkan seni tari, untuk guru harus pandai memilih gerakan yang sesuai dengan kemampuan anak dan mempunyai sifat mendidik, tanpa disadari wawasan anak tentang sesuatu yang mempunyai nilai positif bertambah, sebagai contoh konkrit, tarian menanam padi, disini anak diajarkan begaimana cara menanam padi. 3

b. Melatih perasaan; dengan menari diharapkan anak dapat menjiwai tarian tersebut misalnya gerakan-gerakan yang gembira, ekspresi wajah akan terlihat ceria dan gerakan-gerakan yang menyiratkan kesedihan ekspresi wajahnya akan terlihat sedih. Dengan cara membiasakan diri menjiwai gerakan dalam tarian, daya jiwa anak akan berkembang. c. Melatih Ingatan: untuk dapat membawakan suatu tarian, anak perlu hapal gerakan-gerakannya, dengan menghapal suatu tarian daya ingat anak akan terlatih. d. Mengembangkan potensi: bagi anak yang mempunyai bakat dalam seni tari, dengan mengikuti pelajaran-pelajaran menari secara kontinyu bakat yang dimiliki anak akan berkembang. Keempat poin di atas juga didukung oleh kurikulum seni tari untuk siswa tunarungu. Di sekolah luar biasa, kurikulum seni tari untuk siswa tunarungu ada di setiap jenjang pendidikan dari SDLB hingga SMALB. Materi yang diberikan sama dengan sekolah reguler yang meliputi seni tari tradisional dan modern. Para siswa tunarungu diberikan stimulus ritmis untuk mengatualisasikan dirinya melalui gerak. Tak dapat dipungkiri besar kendala yang dialami guru dalam memberikan materi pelajaran seni tari untuk siswa tunarungu. Kemampuan guru sangat diuji dalam melatih koordinasi gerak tari siswa tunarungu agar tepat dan luwes sesuai hitungan dan irama. Selama ini pembelajaran seni tari terhadap siswa tunarungu masih dilakukan secara konvensional. Materi karya tari pada umumnya diberikan melalui pengimitasian. Siswa tunarungu sangat mengandalkan isyarat 4

gerakan dan hitungan yang diberikan guru. Hal ini akan membutuhkan waktu yang lebih lama, karena guru menemui kesulitan dalam mengatur koordinasi gerak dan hitungan secara bersamaan. Seperti ketika salah satu pola koordinasi gerak tarinya melakukan gerakan menghadap arah belakang, guru harus cepat bergerak ke posisi depan para siswanya karena kontak visual harus selalu terjadi. Pada pembelajaran secara berpasangan atau berkelompok, guru akan kesulitan ketika pola koordinasi gerak tarinya berupa sebuah ornamen (variasi gerakan) berupa canon/pengulangan, guru harus mampu mengatur waktu yang tepat kapan kondisi siswa bergerak melakukannya. Hal ini akan membutuhkan kesabaran dan tenaga ekstra dari guru untuk bermobilisasi tinggi. Guru harus mampu setiap saat berada di hadapan siswa, untuk menjaga ritme/irama gerakan agar selalu harmonis/selaras. Besar kendala yang dialami siswa tunarungu dalam melakukan koordinasi gerak tari adalah menyesuaikan gerakan dengan irama dari karya tari. Karena keterbatasannya membuat individu tidak merasakan hitungan/ketukan dari irama, sehingga dalam menafsirkan gerakan tari akan tidak sama dan kurang berkualitas. Pada kasus tari berkelompok, siswa memiliki kecenderungan melihat dan mengikuti gerakan teman yang berada di sebelahnya, atau selalu menoleh ke arah gurunya untuk mengetahui isyarat hitungan atau gerakan dari gurunya. Tentu saja, semua hal tersebut akan mempengaruhi kualitas gerakan yang siswa sajikan. Hasilnya akan bertolak belakang dengan esensi dari seni tari sendiri, yaitu seni yang menyajikan keindahan gerakan dari si penari. 5

Dapat disimpulkan untuk penyelenggaraan yang baik selama proses serta pada saat pentas tari secara individu, berpasangan, maupun berkelompok, sangat membutuhkan banyak pemandu sign/isyarat. Bahkan di luar negeri pembelajaran tari untuk siswa tunarungu menggunakan layar lebar dan pemandu yang berjumlah hingga enam orang. Ada juga pemberian stimulus ketukan dengan alat musik yang cara kerjanya getaran suara yang dihasilkan dari alat tersebut merangsang kulit siswa, siswa tunarungu diharuskan memiliki kepekaan pada indera rabanya. Beberapa permasalahan di atas menjadi dasar peneliti untuk menggunakan perangkat/media yang membantu mengkoordinasikan gerak tari siswa tunarungu. Media bantu ini berupa metronom lampu yang dapat mengidikasikan cepat dan lambatnya tempo suatu irama, dengan menandai hitungan/ketukan dari irama musik melalui kedipan cahaya lampu. Metronom lampu ini di setting untuk birama 4/4 dalam bentuk boks yang berisi empat lampu sorot dengan warna-warna berbeda. Hitungan satu menggunakan lampu berwarna merah, hitungan kedua menggunakan lampu berwarna biru, hitungan ketiga menggunakan lampu berwarna kuning, dan hitungan keempat menggunakan lampu berwarna hijau. Pada bentuk yang lain, metronom lampu ini di desain menjadi rangkaian lampu bohlam yang disusun di empat sisi luar pada area/tempat menari. Lampu-lampu yang berada pada setiap sisi luar area sudah terdiri dari empat lampu yang berbeda warna. Pada penelitian ini, metronom lampu sebagai media/strategi pengganti musik yang diharapkan efektif serta efesien selama proses pemberian perlakuan 6

terhadap siswa tunarungu. Produk dari media ini berupa kedipan cahaya, sehingga diharapkan dapat menyesuaikan dengan kondisi siswa tunarungu yang menggunakan visualnya sebagai alat utama dalam pembelajaran. Dari segi keefesienan, penggunaan media ini diharapkan tidak memerlukan lagi bantuan pemandu sign/isyarat. Untuk setting panggung, diharapkan menambah keindahan panggung pentas, karena didesain berupa lampu-lampu yang menyala kerlapkerlip. Pada saat proses pelaksanaan pembelajaran tari, siswa tunarungu mengikuti/menyesuaikan gerakannya dengan hitungan kedipan cahaya yang dihasilkan oleh metronom lampu tersebut. Dengan pemberian perlakuan/intervensi menggunakan metronom lampu, pada akhir tujuan pembelajarannya, siswa tunarungu diharapkan mengalami peningkatan pada koordinasi gerak tarinya yang meliputi ketepatan koordinasi gerak tari dengan irama, beserta keselarasan koordinasi gerak tari dengan irama. B. RUMUSAN MASALAH DAN PERTANYAAN PENELITIAN 1. Rumusan Masalah Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: Apakah penggunaan metronom lampu dapat meningkatkan koordinasi gerak tari siswa tunarungu? 7

2. Pertanyaan Penelitian Agar penelitian ini terfokus pada masalah tertentu, maka penelitian ini dibatasi pada hal-hal berikut: a) Apakah penggunaan metronom lampu dapat meningkatkan ketepatan koordinasi gerak tari siswa tunarungu dengan irama? b) Apakah penggunaan metronom lampu dapat meningkatkan keselarasan koordinasi gerak tari siswa tunarungu dengan irama? C. TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN 1. Tujuan Adapun tujuan dari penelitian ini dapat menemukan informasi dalam halhal sebagai berikut: a) Untuk mengetahui penggunaan metronom lampu dalam meningkatkan ketepatan koordinasi gerak tari siswa tunarungu dengan irama b) Untuk mengetahui penggunaan metronom lampu dalam meningkatkan keselarasan koordinasi gerak tari siswa tunarungu dengan irama 2. Manfaat a) Secara teoritis Untuk menambah wawasan dan teori pembelajaran tari siswa tunarungu, tentang bagaimana melakukan koordinasi gerak tari baik secara individu, berpasangan maupun berkelompok. 8

b) Secara Praktis Penggunaan metronom lampu dapat menjadi suatu media strategi efektif yang membantu guru mengkoordinasikan gerak tari pada siswa tunarungu. 9