Sari Pediatri, Vol. 8, No. 4, Maret 2007 Sari Pediatri, Vol. 8, No. 4, Maret 2007:

dokumen-dokumen yang mirip
Refluks gastroesofagus adalah pasase isi lambung

Makan merupakan kegiatan rutin seharihari. Kesulitan Makan pada Pasien: Survei di Unit Pediatri Rawat Jalan

EFEKTIVITY BURPING BABY AFTER FEEDING TO PREVENT GASTROESOPHAGEAL REFLUX IN INFANT AT PERINATOLOGI ROOM RSUD RUBINI MEMPAWAH

BAB I PENDAHULUAN. maka regurgitasi semakin jarang dialami oleh anak (Nursalam dkk, 2005).

BAB IV METODE PENELITIAN. Ruang lingkup penelitian adalah ilmu kesehatan anak khususnya sub bagian

ABSTRAK PATOGENESIS DAN PROGRESIVITAS GASTROESOPHAGEAL REFLUX DISEASE (GERD) OLEH KAFEIN DALAM KOPI

BAB 3 METODE PENELITIAN. Ruang lingkup penelitian adalah Bagian Ilmu Kesehatan Anak, khususnya

BAB. I PENDAHULUAN UKDW. Global Initiative for Asthma (GINA) memperkirakan bahwa hampir 300

BAB III METODE PENELITIAN

Pendidikan kedokteran pada dasarnya bertujuan

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODA PENELITIAN A. JENIS DAN RANCANGAN PENELITIAN. Rancangan penelitian ini adalah discriptive correlation, yaitu

BAB IV METODE PENELITIAN. Ruang lingkup penelitian adalah Ilmu Kesehatan Anak khususnya bidang

BAB III METODE PENELITIAN

Esofagitis refluks merupakan proses inflamasi. Esofagitis Refluks Pada Anak. Badriul Hegar, R. Lia Mulyani

PENGARUH PENGGUNAAN GURITA TERHADAP FREKUENSI GUMOH PADA BAYI DI KABUPATEN KARANGANYAR

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian ini mencakup bidang Ilmu Kesehatan Anak. Semarang dan sekitarnya yang bersedia bekerja sama.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Konstipasi berasal dari bahasa Latin constipare yang berarti ramai bersama. 18

BAB III METODE PENELITIAN. Ruang lingkup penelitian ini adalah Ilmu Kesehatan Anak, khususnya

Anak memiliki ciri khas yaitu selalu tumbuh

METODOLOGI. n = 2 (σ 2 ) (Zα + Zβ) δ 2

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN Desain Penelitian Desain yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah metode potong lintang (cross-sectional).

BAB IV METODE PENILITIAN. Ilmu Penyakit Dalam, Ilmu Penyakit Saraf, dan Ilmu Penyakit Jiwa.

BAB IV METODE PENELITIAN. khususnya subbagian Perinatologi. Penelitian ini dilakukan di Bagian Ilmu Kesehatan Anak FK UNDIP/ RS

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian ini mencakup disiplin Ilmu Penyakit Gigi dan Mulut.

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN. Bedah Kepala dan Leher subbagian Neuro-otologi. Perawatan Bayi Resiko Tinggi (PBRT) dan Neonatal Intensive Care Unit (NICU)

BAB III METODE PENELITIAN. minum obat dan gejala klinis skizofrenia. Penelitian cross sectional mencakup

Refluks Gastroesofageal pada Anak

Journal of Diabetes & Metabolic Disorders Review Article

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Poliklinik Penyakit Dalam RSUP Dr. Kariadi,

PENGARUH PEMBERIAN UPRIGHT POSITION TERHADAP PENGURANGAN FREKUENSI GUMOH PADA BAYI USIA 0-3 BULAN

BAB IV METODE PENELITIAN. Ruang lingkup penelitian ini adalah Ilmu Penyakit Gigi dan Mulut.

Hubungan antara bayi berat lahir rendah dengan kejadian refluks gastroesofagus di puskesmas Kecamatan Malalayang

HUBUNGAN MENYENDAWAKAN SETELAH MENYUSUI DENGAN KEJADIAN REGURGITASI PADA BAYI USIA 0 6 BULAN DI KELURAHAN NOBOREJO KOTA SALATIGA

BAB IV METODE PENELITIAN. khususnya sub bidang geriatri dan ilmu manajemen rumah sakit. Kariadi Semarang, Jawa Tengah. sampai jumlah sampel terpenuhi.

BAB III METODE PENELITIAN. Pada penelitian ini mengambil lokasi/ tempat di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD)

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. dengan pendekatan pre and post test control design. Pengambilan data

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB 4 METODE PENELITIAN. Ruang lingkup penelitian ini adalah Bagian Ilmu Kesehatan Anak, khususnya

BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian dilakukan di TPA/PAUD dan TK di wilayah kota Semarang pada

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang. komplikasi utama dehidrasi, menyebabkan 5 10 juta kematian setiap tahun. Di

Faktor-faktor yang Berkorelasi dengan Status Nutrisi pada Pasien Continuous Ambulatory Peritoneal Dialysis (CAPD)

Perbedaan Kecepatan Kesembuhan Anak Gizi Buruk yang Diberi Modisco Susu Formula dan Modisco Susu Formula Elemental Di RSU dr.

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan metode penelitian observasional analitik

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN

Faktor Risiko Diare Persisten pada Pasien yang Dirawat di Departemen Ilmu Kesehatan Anak RS Dr. Cipto Mangunkusumo Jakarta

BAB IV METODE PENELITIAN. Bidang Ilmu Kedokteran khususnya Ilmu Kesehatan Anak. Penelitian akan dilakukan di Bangsal Anak RSUP Dr. Kariadi Semarang.

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN. Universitas Diponegoro Tembalang dan Lapangan Basket Pleburan, Semarang.

Complication of Foley Catheter Is Infection the Greatest Risk. Oleh : dr. M. Gunthar A. Rangkuti

BAB III METODE PENELITIAN

Konsensus Gastro Esophageal Reflux Disease (GERD) Perkumpulan Gastroenterologi Indonesia (PGI)

III. METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Ruang lingkup penelitian ini mencakup bagian Ilmu Kesehatan Anak

FORMULIR PERMOHONAN PENELITIAN HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA DENGAN KEJADIAN HIPERTENSI PADA LANSIA DI BLUD PUSKESMAS KECAMATAN KEBON JERUK JAKARTA BARAT

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian ini mencakup bidang ilmu kesehatan jiwa. Kedokteran Universitas Diponegoro Semarang, Jawa Tengah.

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini merupakan penelitian observasional analitik dengan

BAB I PENDAHULUAN. Terutama pada masa pertumbuhan anak-anak. Upaya utama dalam pemeliharaan

BAB I PENDAHULUAN. untuk membantu seorang pakar/ahli dalam mendiagnosa berbagai macam

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini termasuk dalam lingkup Ilmu Kesehatan Anak, khususnya

BAB III METODE PENELITIAN. Ruang lingkup keilmuan penelitian ini mencakup bidang Ilmu Obstetri

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian telah dilakukan di Puskesmas Ngesrep, Puskesmas Srondol,

METODE PENELITIAN. observasi data variabel independen dan variabel dependen hanya satu kali

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. cross sectional. Dalam penelitian cross sectional peneliti melakukan

BAB III METODE PENELITIAN. Ruang lingkup penelitian ini meliputi bidang ilmu kesehatan jiwa.

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN GEJALA REFLUKS GASTROESOFAGUS PADA ANAK USIA SEKOLAH DASAR SUPRIATMO

ReKOMENDASI. Gangguan Saluran Cerna Fungsional IKATAN DOKTER ANAK INDONESIA 2016

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan di Poliklin ik Saraf RSUD Dr. Moewardi pada

BAB III METODE PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

Departemen Ilmu Kesehatan Anak FK USU/RS H.Adam Malik Medan

BAB 4 METODE PENELITIAN. Jenis penelitian adalah eksperimental dengan rancangan pre and post

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN. Ruang lingkup keilmuan dari penelitian adalah mencakup bidang Ilmu

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian dengan pendekatan case control

BAB III METODE PENELITIAN. Desain penelitian ini menggunakan rancangan eksperimen semu(quasi

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN

METODE Desain, Tempat, dan Waktu Jumlah dan Cara Penarikan Contoh

Siti Zulaekah dan Dyah Widowati Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Surakarta

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian dilakukan di SMF Ilmu Kesehatan Anak Sub Bagian Perinatologi dan. Nefrologi RSUP dr.kariadi/fk Undip Semarang.

BAB I PENDAHULUAN. kejadian anak yang mengalami keterlambatan bicara (speech delay) cukup tinggi.

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian ini mencakup bidang Ilmu Kedokteran khususnya Ilmu. Kesehatan Anak dan Ilmu Kesehatan Masyarakat.

Obesity as Risk Factor of Gastroesophageal Reflux Disease

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. sendawa, rasa panas di dada (heartburn), kadang disertai gejala regurgitasi

BAB IV METODE PENELITIAN. Dilaksanakan pada bulan Maret Juni 2015 di klinik VCT RSUP Dr.

BAB IV METODE PENELITIAN. Ruang lingkup keilmuan penelitian ini meliputi Ilmu Penyakit Gigi dan

BAB III METODA PENELITIAN. 1. Ditinjau dari tujuan yang akan dihadapi yaitu mengetahui hubungan. hubungan antara variabel (Nursalam, 2003)

BAB IV METODE PENELITIAN. Penyakit Gigi dan Mulut dan Ilmu Penyakit Dalam.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Transkripsi:

Sari Pediatri, Vol. 8, No. 4, Maret 2007: 305-309 Pemantauan ph Esofagus pada Bayi Tidak Mempengaruhi Aktivitas dan Pola Makan, Namun Mengkhawatirkan Persepsi Orangtua Badriul Hegar, Setia Budi, Muzal Kadim, Agus Firmansyah Latar belakang. Pemantauan ph esofagus (ph-metri) merupakan pemeriksaan baku untuk mendiagnosis refluks gastroesofagus (RGE) pada bayi. Hasil ph-metri dipengaruhi oleh pola makan dan aktivitas bayi, sedangkan pengaruh prosedur ph-metri itu sendiri terhadap pola makan dan aktivitas bayi belum banyak dilaporkan. Tujuan. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui apakah prosedur ph-metri mempengaruhi pola makan dan aktivitas sehari-hari serta bagaimana persepsi orangtua terhadap prosedur ph-metri. Metoda. Tiga puluh bayi berumur 6-12 bulan dilakukan ph-metri. Orangtua diberi kuesioner berisi pertanyaan yang berhubungan dengan pola makan dan aktivitas anak selama pemantauan berlangsung serta persepsi orangtua terhadap prosedur ph-metri. Untuk analisis statistik, setiap variabel dikelompokkan menjadi tidak berubah dan berubah untuk pola makan dan aktivitas anak, serta positif dan negatif untuk persepsi orangtua. Setiap variabel dianalisis berdasarkan hasil ph-metri ( normal atau abnormal ). Hasil. Perubahan pola makan terdapat pada 17% bayi sedangkan perubahan aktivitas pada 20% bayi. Kedua hasil tersebut tidak berbeda baik pada hasil ph-metri normal maupun hasil ph-metri abnormal. Dua puluh tujuh persen orangtua mempunyai persepsi positif terhadap prosedur ph-metri. Kesimpulan. Prosedur ph-metri tidak menyebabkan perubahan pola makan dan aktivitas bayi, walaupun demikian hanya sekitar 27% orangtua yang menganggap prosedur ph-metri sebagai prosedur yang tidak mengkhawatirkan. Kata kunci: ph-metri, refluks gastroesofagus, pola makan, aktivitas bayi, persepsi orangtua Refluks gastroesofagus (RGE) adalah kembalinya isi lambung ke dalam esofagus yang terjadi secara involunter. Berbagai gejala klinis dapat diperlihatkan oleh bayi yang mengalami RGE, dan regurgitasi merupakan manifestasi klinis Alamat korespondensi: Dr. Badriul Hegar, Sp.A.(K) Divisi Gastroenterologi. Departemen Ilmu Kesehatan Anak FKUI- RSCM. Jl. Salemba no. 6, Jakarta 10430. Telepon: 021-3915665. Fax.021-390 7743. yang paling sering ditemukan. Regurgitasi didefinisikan sebagai keluarnya isi refluks tersebut melalui mulut. Refluks gastroesofagus fisiologis terjadi apabila bayi tumbuh normal tanpa adanya gejala klinis komplikasi (esofagitis). 1,2 Pemantauan ph esofagus (ph-metri) sampai saat ini merupakan pemeriksaan standar untuk mendiagnosis RGE, karena dapat mendeteksi episode refluks dan lamanya perubahan ph di dalam lumen esofagus. Teknik tersebut telah lama digunakan di negara maju dan beberapa negara di Asia. Selama ini diketahui bahwa aktivitas dan pola makan bayi mempengaruhi hasil ph-metri, 3,4 305

sedangkan pengaruh prosedur ph metri terhadap aktivitas dan pola makan bayi serta hubungan antara perubahan aktivitas dan pola makan dengan hasil phmetri belum banyak dilaporkan. Di Indonesia, ph-metri relatif baru diperkenalkan sejak tahun 1998. Oleh karena itu cukup beralasan dilakukan penelitian pendahuluan yang bertujuan selain untuk mengetahui pengaruh prosedur ph-metri terhadap pola makan dan aktivitas anak, juga untuk mengetahui persepsi orangtua terhadap prosedur phmetri. Metoda Dalam penelitian ini tiga puluh bayi yang dilakukan ph-metri. Kriteria inklusi penelitian mencakup bayi berumur 6-12 bulan, regurgitasi berlebihan (lebih dari 4 kali per hari), rasio berat badan (BB) terhadap panjang badan (PB) >90%, tidak ada gejala klinis esofagitis (rewel, menolak minum/makan, hematemesis/melena, back arching), dan secara klinis tidak ditemukan kelainan yang mengganggu pola makan dan aktivitas bayi. Sebelum dilakukan ph-metri, orangtua diberi penjelasan tentang tahapan prosedur yang akan dilakukan dan diyakinkan bahwa pemeriksaan yang akan dilakukan merupakan prosedur rutin pada RGE. Setelah orangtua paham tentang penjelasan yang diberikan dan menyetujui anaknya diikutsertakan dalam penelitian, maka orangtua diminta untuk menandatangani informed consent. Pasien dirawat sehari dan orangtua diberi formulir yang berisi aktivitas dan kejadian selama pemeriksaan ph-metri berlangsung. Pemantauan ph esofagus dilakukan sesuai dengan protokol standar kelompok kerja European Society of Pediatric Gastroenterology Hepatology and Nutrition (ESPGHAN). Prosedur ph-metri dimulai dengan memasukkan kateter yang mempunyai elektroda pada ujungnya (ph antimony monocrystant semidisposabel, Medtronic Synectics, Swedia) ke dalam esofagus sampai setinggi 2 vertebra di atas diafragma (lokasi elektrode tersebut dibuktikan dengan pemeriksaan fluoroskopi). Pangkal kateter dihubungkan dengan alat digitraper MK III (Synectics Medical AB, Swedia). Pemantauan ph esofagus dilakukan selama 24 jam. 5 Data dianalisis dengan menggunakan esofagogram gastrosoft dan polygram windows. Hasil ph-metri dikatakan normal bila nilai indeks refluks (IR) < 5% dan abnormal bila IR > 5% (indeks refuks adalah persentase keseluruhan waktu pemantauan dengan ph esofagus < 4). 6 Setelah pemeriksaan ph-metri selesai, peneliti yang tidak mengetahui hasil ph-metri meminta kepada orang tua untuk menjawab kuesioner. Kuesioner yang digunakan merupakan modifikasi dari kuesioner yang digunakan oleh Arana dkk. 7 Kuesioner berisi beberapa pertanyaan untuk melihat pengaruh prosedur ph-metri terhadap aktivitas dan pola makan anak serta persepsi orangtua terhadap prosedur ph-metri (Tabel 1). Tabel 1. Kuesioner Pola makan - Apakah jadwal makan anak anda seperti biasanya? - Apakah jenis makanan dan minuman anak anda seperti biasanya? - Apakah jumlah makanan dan minuman yang dikonsumsi anak anda seperti biasanya? Aktivitas sehari-hari - Apakah aktivitas anak anda seperti biasanya? - Apakah pola tidur anak anda seperti biasanya? - Apakah anak anda tidur lelap (tidak suka terbangun) seperti biasanya? Persepsi orangtua terhadap pemeriksaan ph-metri - Apakah ibu/bapak merasa nyaman dengan prosedur ph-metri yang dilakukan? - Apakah anak ibu/bapak dapat mentoleransi pemeriksaan ini lebih dari yang ibu/bapak bayangkan sebelumnya? - Apakah pemeriksaan ini memang diperlukan untuk menentukan diagnosis dan pengobatan anak ibu/bapak? 306

Setiap jawaban ya diberi nilai 1 dan jawaban tidak diberi nilai 0. Setelah semua pertanyaan untuk kelompok pola makan dan aktivitas sehari-hari dijawab oleh orangtua, peneliti memperlihatkan dan menjelaskan hasil ph-metri kepada orangtua. Selanjutnya, orangtua diminta untuk menjawab kuesioner dari kelompok persepsi orangtua terhadap prosedur ph-metri. Setiap kelompok pertanyaan diberi skor 0 sampai 3. Untuk kelompok pola makan dan aktivitas seharihari, skor di atas 1 (skor 2 atau 3) berarti ph-metri tidak mengubah pola makan dan aktivitas anak, sedangkan skor 1 atau skor 0 berarti ph-metri mengubah pola makan dan aktivitas anak. Untuk persepsi orangtua, skor di atas 1 (skor 2 atau 3) berarti prosedur ph-metri tidak menimbulkan kekhawatiran orangtua (persepsi positif), sedangkan skor 1 dan 0 berarti prosedur ph-metri menimbulkan kehawatiran orangtua (persepsi negatif). Hasil kuesioner juga dianalisis berdasarkan hasil ph-metri (normal atau abnormal). Selain itu, orangtua ditanyakan pula tentang pengalaman sebelumnya dengan prosedur phmetri. Uji statistik menggunakaan chi-squre dengan tingkat signifikansi 5%. Hasil Dari 30 bayi (umur rerata 8,8 bulan) yang ikut dalam penelitian didapatkan 17% (5/30) anak dengan pola makan berubah dan 20% (6/30) anak dengan aktivitas berubah selama prosedur ph-metri berlangsung. Pada hasil ph-metri didapatkan 53% bayi mempunyai ph-metri normal dan sisanya (47%) mempunyai hasil ph-metri abnormal (Tabel 2). Perubahan pola makan dan aktivitas sehari-hari tidak berbeda baik pada kelompok bayi dengan hasil ph-metri normal maupun pada kelompok bayi dengan hasil ph-metri abnormal. Dari 16 bayi dengan phmetri normal, 81% diantaranya tidak memperlihatkan perubahan pola makan. Begitu pula dari 14 bayi dengan ph-metri abnormal, 86% diantaranya tidak memperlihatkan perubahan pola makan. Kedua hasil tersebut tidak berbeda bermakna secara statistik (p>0,05) (Tabel 3). Dari 16 bayi dengan hasil ph-metri normal, 88% diantaranya tidak memperlihatkan perubahan aktivitas, sedangkan pada bayi dengan ph-metri abnormal didapatkan 71% bayi dengan aktivitas sehari-hari tidak berubah. Kedua hasil tersebutpun tidak berbeda bermakna secara statistik (p>0,05) (Tabel 4). Terlepas dari hasil ph-metri, 73% orangtua berpendapat bahwa prosedur ph-metri merupakan Tabel 2. Hasil ph-metri ph-metri Jumlah (n) Persentase ( % ) Normal 16 53 Abnormal 14 47 Jumlah 30 100 Tabel 3. Hubungan hasil ph-metri dengan pola makan ph-metri Pola makan Jumlah Tidak berubah % Berubah % N Normal 13 81 3 19 16 Abnormal 12 86 2 14 14 Jumlah 25 83 5 17 30 X 2 : 0,107 df :1 p 0,743 Tabel 4. Hubungan hasil ph-metri dengan aktivitas sehari-hari ph-metri Aktivitas sehari-hari Jumlah Tidak berubah % Berubah % N Normal 14 88 2 12 16 Abnormal 10 71 4 29 14 Jumlah 24 80 6 20 30 X 2 : 1,205 df :1 p 0,272 307

prosedur pemeriksaan yang mengkhawatirkan (persepsi negatif). Hasil tersebut tidak berbeda bermakna baik pada kelompok bayi dengan hasil phmetri normal maupun pada kelompok bayi dengan hasil ph-metri abnormal (75 vs 71%, p > 0,05) (Tabel 5). Pemeriksaan ph-metri kali ini merupakan pengalaman pertama bagi semua orangtua. Diskusi Data yang diperoleh melalui wawancara dengan orangtua tidak dipungkiri dapat menyebabkan bias penelitian. Oleh karena itu, pertanyaan yang diajukan untuk setiap kelompok lebih dari satu, sehingga diharapkan dapat mengurangi kemungkinan terjadinya bias. Pada penelitian yang dilakukan pada anak, Colleti dkk. melaporkan sekitar 17% (5/30) anak memperlihatkan perubahan pola makan selama prosedur ph-metri berlangsung. 8 Penelitian yang kami lakukan pada bayi juga memperlihatkan hasil yang sama, yaitu 17%. Jumlah bayi yang memperlihatkan perubahan pola makan baik pada kelompok bayi dengan ph-metri normal maupun pada kelompok bayi dengan ph-metri abnormal tidak berbeda bermakna (19% dan 14%). Hasil ini tidak bertentangan dengan laporan yang disampaikan oleh beberapa peneliti bahwa jenis makanan, frekuensi pemberian makan, dan jumlah makanan tidak mempengaruhi hasil pemeriksaan phmetri. 3,9-11 Sebaliknya, Hegar dkk. 12 dalam penelitiannya memperlihatkan bahwa hasil pemeriksaan phmetri dipengaruhi dari periode buffer lambung. Pengamatan yang sama juga dilakukan terhadap aktivitas bayi. Pengamatan pada orang dewasa memperlihatkan bahwa prosedur ph-metri mengurangi aktivitas fisik. 4,13 Aktivitas lari menyebabkan episode refluks lebih sering dibanding latihan aerobik. 14 Makin tinggi intensitas latihan fisik, makin bertambah episode refluks. 15 Prosedur ph-metri secara bermakna mengurangi aktivitas yang dapat memprovokasi RGE. 15 Pengamatan yang dilakukan pada anak juga memperlihatkan bahwa aktivitas anak mempengaruhi jumlah dan lamanya episode refluks. 4,14 Pada penelitian ini, hanya 6 bayi (20%) yang memperlihatkan perubahan aktivitas selama prosedur ph-metri, dan 30% (2/6) diantaranya dengan hasil ph-metri normal. Begitu pula pada 24 bayi (80%) lainnya yang tidak memperlihatkan perubahan aktivitas, 58% (14/24) diantarannya mempunyai phmetri normal. Kedua data tersebut tidak berbeda bermakna. Dengan demikian prosedur ph-metri tidak mengubah aktivitas bayi. Prosedur ph-metri, baik pada bayi dengan phmetri normal maupun bayi dengan ph-metri abnormal tidak mempengaruhi persepsi orangtua terhadap prosedur pemeriksaan tersebut. 6 Pada penelitian kami, hanya 25% orangtua dari bayi dengan ph-metri normal mempunyai persepsi positif terhadap prosedur phmetri. Begitu pula pada bayi dengan hasil ph-metri abnormal, hanya 29% orangtuanya mempunyai persepsi positif terhadap prosedur ph-metri (p>0,05). Dengan demikian, ph-metri sebagai prosedur pemeriksaan pada bayi hanya ditoleransi oleh kurang dari sepertiga orangtua. Berdasarkan jawaban kuesioner, kecemasan orangtua karena adanya kateter di dalam esofagus selama 24 jam yang akan menyakitkan anaknya. Kecemasan tersebut dapat disebabkan karena prosedur ini merupakan pengalaman pertama bagi orangtua. Adanya pengalaman sebelumnya dengan prosedur ph-metri tentunya dapat mempengaruhi persepsi orangtua terhadap prosedur pemeriksaan tersebut. Data ini dapat menjadi masukkan bagi tenaga medis yang akan melakukan ph-metri sebagai prosedur diagnostik RGE. Oleh karena prosedur ph-metri sangat mencemaskan orangtua, maka selain informasi lengkap dan jelas setiap sebelum melakukan prosedur pemeriksaan, maka komunikasi antara tenaga medis dan orangtua harus selalu terjalin selama pemeriksaan berlangsung. Hal Tabel 5. Hubungan hasil ph-metri dengan persepsi orangtua ph-metri Persepsi orangtua Jumlah Positif % Negatif % N Normal 4 25 12 75 16 Abnormal 4 29 10 71 14 Jumlah 8 27 22 73 30 X 2 : 0,49 df :1 p 0,825 308

tersebut penting agar orangtua dapat segera mendapat penjelasan tentang kecemasan yang dirasakan. Kesimpulan Kesimpulan dari penelitian ini, prosedur ph-metri tidak mengubah pola makan dan akivitas pada lebih dari 80% bayi, walaupun demikian prosedur ph-metri hanya ditoleransi oleh sekitar 27% orangtua. Daftar Pustaka 1. Hegar B, Vandenplas Y. Gastroesophageal reflux in infancy. J Gastroenterol Hepatol 1999; 14:13-9. 2. Branicki FJ, Evans DF, Ogilvie AL, Atkinson M, Hardcastle JD. Ambulatory monitoring of oesophageal ph in reflux oesophagitis using a portable radiotelemetry system. Gut 1982; 23:992-8. 3. Vandenplas Y, DeWolf D, Deneyer M, Sacre L. Incidence of gastro-esophageal reflux in sleep, awake, fasted and postcibal periods in asymptomatic and symptomatic infants. J Pediatr Gastroenterol Nutr 1988; 7:177-81. 4. Mearin FJ, Balboa A, Dot J, Maldonado O, Malagelada JR. How standard is a standard day during a standard ambulatory 24-hour esophageal ph monitoring?. Scand J Gastroenterology 1998; 33:583-5. 5. Vandenplas Y, Belli D, Boige N, Bouquet J, Cadranel S, Cezard JP, et al. A Standardized protocol for the methodology of esophageal ph monitoring and interpretation of the data for the diagnosis of gastroesophageal reflux. (ESPGHAN-society statement). J Pediatr Gastroenterol Nutr 1992; 14:467-71. 6. Vandenplas Y, Goyvaerts H, Helven R. Gastro-esophageal reflux, as measured by 24-hour ph monitoring, in 509 healthy infants screened for SIDS-risk. Pediatrics 1991; 88:834-40. 7. Arana A, Hauser B, Hegar B, Kaufman L, Vandenplas Y. Oesophageal ph monitoring in children: How is it perceived by the parents and does the technique change feeding and daily activity?. Acta Paediatr 2003; 92:1021-25 8. Coletti RB, Christie DL, Orenstein SR. Statement of the North American Society for Pediatric Gastroenterology and Nutrition (NASPGAN). Indications for pediatric esophageal ph monitoring. J Pediatr Gastroenterol Nutr 1995; 21:253-62. 9. Nebel OT, Castell DO. Lower oesophageal sphincter pressure changes after food ingestion. Gastroenterology 1972; 63:778-83. 10. Becker DJ, Sinclair J, Castell DO, Wu WC. A comparison of high and low fat meals on postprandial oesophageal acid exposure. Am J Gastroenterology 1989; 84:782-6. 11. Vandenplas Y, Sacre L, Loeb H. Effects of formula feeding on gastric acidity time and oesophageal ph monitoring data. Eur J Pediatr 1988; 148:152-4. 12. Hegar B, Vandemaele K, Arana Alvaro, Vandenplas Y. Oesophageal ph monitoring in infants: Elimination of gastric buffering does not modify reflux index. J Gastroenterol Hepatol 2000; 15:902-5 13. Fass R, Hell R, Sampliner RE, Pulliam G, Graver E, Hartz V, et al. Effect of ambulatory 24-hour esophageal ph monitoring on reflux-provoking activities. Dig Dis Sci 1999; 44:2263-9. 14. Clark S, Kraus BB, Sinclair J, Castell DO. Gastroesophageal reflux induced by exercise in healthy volunteers. JAMA Med Assoc 1989; 261:3599-601. 15. Soffer EE, Merchant RK, Duethman G, Launspach J, Gisolfi C, Adrian T. Effect of graded exercise on esophageal motility and gastroesophageal reflukx in trained athletes. Dig Dis Sci 1993; 38:220-4. 309