BAB 1 : PENDAHULUAN. memperoleh derajat kesehatan masyarakat yang optimal. Upaya kesehatan dalam

dokumen-dokumen yang mirip
LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI RSUP DR. SARDJITO YOGYAKARTA BAB I PENDAHULUAN

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT DAN INSTALASI FARMASI RUMAH SAKIT 2.1 Rumah Sakit

GUBERNUR NUSA TENGGARA BARAT

GAMBARAN UMUM RSUD INDRASARI RENGAT

Perbedaan jenis pelayanan pada:

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN LOMBOK UTARA NOMOR 9 TAHUN 2013 SERI D NOMOR 9 TAHUN 2013 PERATURAN DAERAH KABUPATEN LOMBOK UTARA NOMOR 9 TAHUN 2013 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Bentuk Usaha, Bidang Usaha, dan Perkembangan Usaha. Klinik Bhakti Mulya Tangerang merupakan salah satu perusahaan bidang

BUPATI BOYOLALI PERATURAN DAERAH KABUPATEN BOYOLALI NOMOR 14 TAHUN 2011 TENTANG

BAB 1 : PENDAHULUAN. masyarakat yang setinggi-tingginya, sebagai investasi bagi pembangunan sumber

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

Perbedaan puskesmas dan klinik PUSKESMAS

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI RUMAH SAKIT BETHESDA YOGYAKARTA BAB I PENDAHULUAN

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI RUMAH SAKIT BETHESDA YOGYAKARTA BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. Kepuasan kerja (job satisfaction) merupakan sasaran penting dalam

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI RUMAH SAKIT BETHESDA YOGYAKARTA BAB I PENDAHULUAN

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BINTAN TAHUN 2012 NOMOR 7 SERI D NOMOR 3 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BINTAN NOMOR : 7 TAHUN 2012 TENTANG

BAB 1 PENDAHULUAN. Rumah sakit adalah salah satu sarana kesehatan tempat menyelenggarakan upaya

BAB I. PENDAHULUAN. Masalah kesehatan telah menjadi kebutuhan pokok bagi masyarakat saat ini.

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PERATURAN WALIKOTA TANGERANG SELATAN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANTUL NOMOR TAHUN 2012 TENTANG

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MALANG,

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT NOMOR 6 TAHUN 2002 TENTANG SUSUNAN ORGANISASI RUMAH SAKIT DAERAH

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan perorangan meliputi pelayanan, promotif, preventif, kuratif, dan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Bidan diakui sebagai tenaga professional yang bertanggung-jawab dan akuntabel, yang

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA R.I

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

WALIKOTA PONTIANAK PROVINSI KALIMANTAN BARAT PERATURAN WALIKOTA PONTIANAK NOMOR 39 TAHUN 2015 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. Sakit. Rumah Sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang. menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan, dan gawat darurat.

BAB 3 ANALISA KECENDERUNGAN INTERNAL

BAB I PENDAHULUAN. tradisional, Peningkatan kesehatan dan Pencegahan penyakit, Penyembuhan penyakit dan Pemulihan kesehatan, Kesehatan reproduksi,

BUPATI BATANG PEMERINTAH KABUPATEN BATANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BATANG NOMOR : 13 TAHUN 2010 TENTANG PELAYANAN KESEHATAN

GUBERNUR SUMATERA BARAT

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kesehatan merupakan hak asasi manusia dan salah satu unsur

2015, No Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 144, Tambahan Lembaran Neg

WORKSHOP ANALISA JABATAN DAN ANALISA BEBAN KERJA TINGKAT KABUPATEN

DINAS KESEHATAN KABUPATEN KUPANG. Bagian Pertama. Dinas. Pasal 57

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia nomor 36 tahun 2014, tentang Kesehatan, adalah. setiap orang yang mengabdikan diri dalam bidang kesehatan 1

BAB I PENDAHULUAN. Rumah sakit yang merupakan salah satu dari sarana kesehatan, merupakan

BAB I PENDAHULUAN. asing yang bekerja paling singkat 6 (enam) bulan di Indonesia, yang telah

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 41 TAHUN 2016 TENTANG SISTEM RUJUKAN KESEHATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. Keberadaan rumah sakit sekarang ini menjadi semakin penting dengan

LEMBARAN DAERAH KOTA SEMARANG TAHUN 2006 NOMOR 3 SERI D

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 37 TAHUN 2017 TENTANG PELAYANAN KESEHATAN TRADISIONAL INTEGRASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. melalui upaya peningkatan (promotif), pencegahan penyakit (preventif),

PERATURAN DAERAH KOTA SEMARANG

PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN SELATAN NOMOR 012 TAHUN 2014 TENTANG

BUPATI LINGGA PROVINSI KEPULAUAN RIAU PERATURAN DAERAH KABUPATEN LINGGA NOMOR 5 TAHUN 2016 TENTANG

PEMERINTAH KOTA PONTIANAK PERATURAN DAERAH KOTA PONTIANAK NOMOR 4 TAHUN 2008 TENTANG

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pelanggan terbagi menjadi dua jenis, yaitu: fungsi atau pemakaian suatu produk. atribut yang bersifat tidak berwujud.

Perpaduan antara keperawatan dan kesehatan masyarakat dengan dukungan peran serta aktif masyarakat mengutamakan pelayanan promotif dan preventif

1. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan. 2. Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 1996 tentang Tenaga Kesehatan

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LAMPIRAN. Daftar Pertayaan No. Indikator Pertanyaan

2018, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2008 tentang Kementerian Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 166,

BAB I PENDAHULUAN. derajat kesehatan yang setinggi-tingginya pada mulanya berupa upaya

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KEBUMEN NOMOR : 66 TAHUN : 2004 SERI : D NOMOR : 25

PEMERINTAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT NOMOR 6 TAHUN 2002 TENTANG

Administrasi dan Kebijakan Upaya Kesehatan Perorangan. Amal Sjaaf Dep. Administrasi dan Kebijakan Kesehatan, FKM UI

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH

PERTEMUAN KOORDINASI PERAWAT KOORDINATOR PERKESMAS DINAS KESEHATAN KABUPATEN SUKOHARJO

WALIKOTA BLITAR PROVINSI JAWA TIMUR

BUPATI PURWOREJO TENTANG PENJABARAN TUGAS POKOK, FUNGSI DAN TATA KERJA RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KABUPATEN PURWOREJO DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2014 TENTANG KLINIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BERITA DAERAH KOTA SEMARANG PERATURAN WALIKOTA SEMARANG

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 47 TAHUN 2016 TENTANG FASILITAS PELAYANAN KESEHATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB 1 : PENDAHULUAN. intelejensi bagi setiap orang guna menjalani kegiatan serta aktifitas sehari-hari secara

TINGKAT KEPUASAN PASIEN RAWAT JALAN TERHADAP KUALITAS PELAYANAN DI APOTEK INSTALASI FARMASI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH SRAGEN SKRIPSI

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.25, 2008 DEPARTEMEN PERTAHANAN. RUMAH SAKIT dr Suyoto. Organisasi. Tata Kerja.

BERITA DAERAH KOTA SEMARANG PERATURAN WALIKOTA SEMARANG TAHUN 2008 NOMOR 52 NOMOR 52 TAHUN 2008

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

BUPATI BOYOLALI PROVINSI JAWA TENGAH

pendidikan dan penelitian yang erat hubungannya dengan kehidupan menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI

BUPATI PURWOREJO PERATURAN BUPATI PURWOREJO

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Pembangunan kesehatan adalah bagian integral dari pembangunan nasional

PELAYANAN KESEHATAN DI PUSKESMAS

Indonesia Menuju Pelayanan Kesehatan Yang Kuat Atau Sebaliknya?

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Undang-undang Republik Indonesia Nomor 36 tahun 2009 tentang kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. Rumah Sakit merupakan instansi penyedia layanan kesehatan untuk

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 : PENDAHULUAN. juga untuk keluarga pasien dan masyarakat umum. (1) Era globalisasi yang menjadi

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan kesehatan, bertujuan untuk mewujudkan derajat kesehatan

WALIKOTA BENGKULU PROVINSI BENGKULU

BUPATI TAPIN PERATURAN BUPATI TAPIN NOMOR 24 TAHUN 2012 TENTANG BESARNYA BIAYA JASA SARANA DAN BIAYA JASA PELAYANAN PADA PUSAT KESEHATAN MASYARAKAT

Hospital Public Training Schedule

Transkripsi:

BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesehatan merupakan salah satu upaya pembangunan nasional untuk memperoleh derajat kesehatan masyarakat yang optimal. Upaya kesehatan dalam Undang-Undang No. 36 tahun 2009 diselenggarakan dalam bentuk kegiatan dengan pendekatan promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif yang dilaksanakan secara terpadu, menyeluruh, dan berkesinambungan. Upaya kesehatan dilaksanakan melalui kegiatan pelayanan kesehatan, pelayanan kesehatan tradisional, peningkatan kesehatan dan pencegahan penyakit, penyembuhan penyakit dan pemulihan kesehatan, kesehatan reproduksi, keluarga berencana, kesehatan sekolah, kesehatan olahraga, pelayanan kesehatan pada bencana, pelayanan darah, kesehatan gigi dan mulut, penanggulangan gangguan penglihatan dan pendengaran, kesehatan matra, pengamanan dan penggunaan sediaan farmasi dan alat kesehatan, pengamanan makanan dan minuman, pengamanan zat adiktif, dan bedah mayat. Dalam pelaksanaannya, pemerintah sudah menyediakan sarana pelayanan kesehatan seperti Posyandu, Puskesmas, dan Rumah Sakit. (1) Rumah sakit merupakan institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan dan gawat darurat. Penyelenggaraan pelayanan ini bertujuan untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat sehingga rumah sakit harus memberikan pelayanan yang bermutu sesuai dengan standar yang sudah ditentukan. Pelayanan yang diberikan rumah sakit melibatkan berbagai macam 1

2 profesi kesehatan yang menuntut para tenaga kesehatan untuk saling bekerja sama dan berkomunikasi yang baik agar terselenggaranya pelayanan yang optimal. (2) Tenaga kesehatan menurut Undang-Undang No.36 Tahun 2009 adalah setiap orang yang mengabdikan diri dalam bidang kesehatan serta memiliki pengetahuan dan/atau keterampilan melalui pendidikan di bidang kesehatan yang untuk jenis tertentu memerlukan kewenangan untuk melakukan upaya kesehatan. tenaga kesehatan dikelompokkan menjadi 13 kelompok yaitu tenaga medis, psikologi klinis, keperawatan, kebidanan, kefarmasian, kesehatan masyarakat, kesehatan lingkungan, gizi, keterapian fisik, keteknisan medis, teknik biomedika, kesehatan tardisional, dan tenaga kesehatan lainnya. Setiap tenaga kesehatan yang terlibat dalam pelayanan pasien harus saling berkomunikasi, berkoordinasi, berkolaborasi, dan berkerja sama (1, 3) saling memberikan informasi untuk kesembuhan pasien. Menurut Keith dalam Arif (2013) kunci dari pelayanan kesehatan yang bermutu dengan biaya yang efisien adalah dengan meningkatkan kolaborasi yang efektif para tenaga kesehatan. Kolaborasi merupakan proses dimana para profesional saling menyusun tindakan kolektif terhadap kebutuhan perawatan pasien yang dibangun dengan sukarela dan adanya perundingan atau diskusi para profesional. Praktik kolaborasi harus dianggap sebagai persekutuan yang memiliki kontrak formal dan informal dengan tujuan utama memberikan pelayanan yang optimal kepada pasien. Selain itu kolaborasi lebih menekankan pada tanggung jawab bersama dalam manajemen perawatan pasien dengan proses pembuatan keputusan bilateral yang didasarkan pada masing-masing pendidikan dan kemampuan praktisi. Kolaborasi terjadi dengan adanya komunikasi dan kerjasama para profesi kesehatan dalam memberikan pelayanan kepada pasien (3-5)

3 Komunikasi merupakan penyampaian informasi dalam suatu interaksi tatap muka yang berisi ide, perasaan, perhatian, makna, serta pikiran yang diberikan pada penerima pesan dengan harapan si penerima pesan menggunakan informasi tersebut untuk mengubah sikap dan perilaku. Prinsipnya bagaimana pesan yang disampaikan diterima dengan baik oleh si penerima pesan sehingga terjadi kesepakatan dan kesepahaman antara pemberi dan penerima pesan. (6) Komunikasi interpersonal merupakan salah satu tipe komunikasi yang sering digunakan dalam berkomunikasi. Komunikasi interpersonal yaitu proses pengiriman pesan antara dua orang atau lebih dengan efek dan feedback langsung sehingga terjadi pemahaman komunikasi dan hubungan interpersonal dari sudut individu. Dalam komunikasi ini terjadi komunikasi konvergen, maksudnya proses mencipta dan saling berbagi informasi mengenai realita diantara dua partisipan komunikasi atau lebih agar dapat dicapai saling pengertian dan kesepakatan makna antara satu dengan yang lain. (6) Kerjasama juga merupakan bentuk dari praktik kolaborasi. Kerjasama adalah usaha dua atau lebih individu untuk mencapai tujuan bersama sehingga mendapatkan hasil yang lebih cepat dan lebih baik. Kerjasama sangat bermanfaat dalam membuat keputusan kolektif dan meningkatkan efektifitas dan efisiensi dalam pemberian pelayanan kepada pasien. Setiap tenaga kesehatan yang terlibat harus memiliki rasa kepercayaan, totalitas, toleransi, keadilan, dan kebersamaan dalam bekerja agar pelayanan yang diberikan lebih maksimal. (7) Praktik kolaborasi tidak hanya dapat dilihat dari segi komunikasi dan kerjasama dalam penanganan pasien saja, namun juga bisa dilihat pada lembaran catatan perkembangan pasien terintegrasi (CPPT). Lembaran terintegrasi ini digunakan untuk mendokumentasikan asuhan dari beberapa profesi pemberi

4 pelayanan pasien yang diisi oleh dokter, perawat, ahli gizi, apoteker, fisioterapis dan pemberi pelayanan lainnya. Dibutuhkan kolaborasi yang baik agar lembaran terintegrasi lengkap sesuai dengan ketentuan yang ada sehingga dapat mencegah terjadinya kesalahan informasi, koordinasi multidisipliner, dan mencegah informasi berulang. (8) Salah satu pelayanan rumah sakit yang membutuhkan kolaborasi yang baik adalah pelayanan High Care Unit (HCU). HCU merupakan unit pelayanan rumah sakit bagi pasien dengan kondisi stabil dari fungsi respirasi, hemodinamik, dan kesadaran namun masih memerlukan pengobatan, perawatan, dan pemantauan secara ketat. Hal ini bertujuan agar perubahan-perubahan yang terjadi pada kondisi pasien bisa diketahui secara dini dan bisa segera dipindahkan ke ICU untuk dikelola lebih baik lagi. Perbedaan mendasar antara ICU dan HCU yaitu ICU memberikan perawatan intensif dengan peralatan dan staf khusus, selain itu ICU juga melibatkan dokter spesialis anestesi. Sedangkan HCU juga memberikan perawatan yang ketat namun tidak seintensif ICU. (8) Rumah Sakit Umum Pusat Dr. M. Djamil Padang adalah rumah sakit pemerintah yang terletak di kota Padang, Sumatera Barat. Rumah sakit ini merupakan rumah sakit pendidikan tipe B dan rumah sakit rujukan untuk wilayah Sumatera Bagian Tengah. Sehingga dalam pelaksanaan pelayanan pasien dibutuhkan kolaborasi yang baik diantara para tenaga kesehatan. Berdasarkan data profil RSUP Dr. M. Djamil Padang Tahun 2015, jumlah kunjungan pasien rawat inap mengalami peningkatan dari tahun 2014 ke tahun 2015 yaitu sebanyak 21.261 pasien pada tahun 2014 menjadi 22.428 pasien pada tahun 2015. Berdasarkan sensus harian pada instalasi rawat inap penyakit dalam, total pasien pada tahun 2015 sebanyak 6.085

5 pasien, 1.362 pasien diantaranya adalah pasien yang dirawat di HCU. Berikut data jumlah kunjungan pasien tahun 2015 : Tabel 1.1 Jumlah Kunjungan Pasien HCU Penyakit Dalam RSUP Dr. M. Djamil Padang Tahun 2015 Bulan Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agus Sep Okt Nov Des Jlh Jlh Kunjungan 129 101 123 101 111 144 103 129 108 59 115 139 1362 Sumber : Sensus Harian Instalasi Rawat Inap Penyakit Dalam RSUP Dr. M. Djamil Padang Tahun 2015 Dari tabel di atas dapat dilihat jumlah kunjungan pasien yang dirawat di HCU Penyakit Dalam cukup fluktuatif karena mengalami kenaikan dan penurunan kunjungan setiap bulannya. Berdasarkan hasil wawancara dengan tenaga kesehatan yang bertugas di bagian HCU, selain bertugas di HCU Penyakit Dalam, mereka juga bertugas di HCU bagian lain karena ada pasien yang masalah utamanya di bagian lain namun juga mengalami masalah lainnya di bagian penyakit dalam yang disebut dengan rawat bersama. Hal ini mempengaruhi pelayanan yang diberikan kepada pasien karena selain harus menangani pasien yang ada di HCU Penyakit Dalam yang membutuhkan pengawasan khusus, para tenaga kesehatan khususnya dokter juga harus berpindah ke bagian lainnya sehingga membutuhkan komunikasi yang baik dengan tenaga kesehatan lainnya. Berdasarkan hasil wawancara dengan salah satu tenaga kesehatan yang bertugas di HCU Penyakit Dalam, salah satu media yang dapat digunakan dalam berkolaborasi adalah catatan perkembangan pasien terintegrasi. Karena apa yang direncanakan dan apa tindakan yang sudah dilakukan dicatat. Namun dalam pengisiannya terkadang tidak lengkap karena faktor waktu sehingga dibutuhkan pengawas pengisian catatan agar catatan yang belum lengkap dapat dilengkapi oleh tenaga kesehatan yang terlibat dalam penanganan pasien.

6 Berdasarkan latar belakang tersebut penulis tertarik melakukan penelitian dengan judul Analisis Kolaborasi Interprofesi Tenaga Kesehatan Dalam Penanganan Pasien Rawat Inap High Care Unit (HCU) Penyakit Dalam RSUP Dr. M. Djamil Tahun 2016. 1.2 Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan, maka rumusan masalah pada penelitian ini adalah Analisis Kolaborasi Interprofesi Tenaga Kesehatan Dalam Penanganan Pasien Rawat Inap High Care Unit (HCU) Penyakit Dalam RSUP Dr. M. Djamil Tahun 2016 1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum Untuk mengetahui proses kolaborasi interprofesi tenaga kesehatan dalam penanganan pasien rawat inap High Care Unit (HCU) Penyakit Dalam RSUP Dr. M. Djamil. 1.3.2 Tujuan Khusus 1. Diketahuinya ketersediaan input (tenaga, metode, sarana dan prasarana) penyelenggaraan kolaborasi tenaga kesehatan dalam penanganan pasien rawat inap High Care Unit (HCU) penyakit dalam RSUP Dr. M. Djamil. 2. Diketahuinya proses penyelenggaraan kolaborasi tenaga kesehatan dalam penanganan pasien rawat inap High Care Unit (HCU) penyakit dalam RSUP Dr. M. Djamil. 3. Diketahuinya hasil / output penyelenggaraan kolaborasi tenaga kesehatan dalam penanganan pasien rawat inap High Care Unit (HCU) penyakit dalam RSUP Dr. M. Djamil. 1.4 Manfaat Penelitian 1. Sebagai bahan masukan bagi RSUP Dr. M. Djamil dalam mengambil kebijakan dan pengembangan pelayanan kesehatan.

7 2. Sebagai bahan masukan bagi Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Andalas Padang. 3. Sebagai tambahan ilmu dan wawasan serta pengalaman bagi peneliti untuk mengembangkan diri dalam meningkatkan kemampuan ilmiah penulis di masa akan datang. 1.5 Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini dilakukan untuk menganalisis kolaborasi interprofesi tenaga kesehatan dalam penanganan pasien rawat inap High Care Unit (HCU) penyakit dalam RSUP Dr. M. Djamil.