Mengenal Jasa Transportasi Laut dan Udara

dokumen-dokumen yang mirip
Berbagai Dokumen Penting Ekspor. Pertemuan ke-6

LAMPIRAN INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 1985 TANGGAL 4 APRIL 1985

BAB II LANDASAN TEORI. miliki kepada bangsa lain atau negara asing dengan mengharapkan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. laporan Tugas Akhir ini. Adapun penelitian terdahulu yang penulis ulas

LAMPIRAN INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 1991 TENTANG KEBIJAKSANAAN KELANCARAN ARUS BARANG UNTUK MENUNJANG KEGIATAN EKONOMI

BAB III PELAKSANAAN KERJA PRAKTEK

BAB II LANDASAN TEORI

Depo Petikemas Pengawasan Pabean (DP3) (Oleh : Syaiful Anwar / Widyaiswara Utama)

DOKUMEN EKSPOR IMPOR. Hertiana Ikasari, SE, MSi

BAB II LANDASAN TEORI. termasuk diantara barang-barang, asuransi, dan jasa-jasa pada suatu tahun tertentu

Amelia Febriani Kelompok 3 Buku Kerja Dokumen Produk Ekspor

Kekhususan Jual Beli Perusahaan

-1- KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL BEA DAN CUKAI PERATURAN DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI NOMOR : PER-5 /BC/2011

INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 1991 TENTANG KEBIJAKSANAAN KELANCARAN ARUS BARANG UNTUK MENUNJANG KEGIATAN EKONOMI

pengangkut kepelabuhan, petugas DJBC tidak membongkar isi dari kontainer itu jika memang tidak ada perintah untuk pemeriksaan.) Setelah barang impor


PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 47/PMK.04/2012

-1- DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI,

BAB III PELAKSANAAN KERJA PRAKTEK. 3.1 Bidang Pelaksanaan Kerja Praktek. marketing. Adapun fungsi bidang ekspor ini adalah melakukan pengurusan

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 47/PMK.04/2009 TENTANG

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

STANDAR KOMPETENSI LULUSAN EKSPOR IMPOR

BAB II LANDASAN TEORI

PENGERTIAN KAPAL SEBAGAI BARANG DALAM PENEGAKAN HUKUM OLEH PEJABAT DIREKTORAT JENDERAL BEA DAN CUKAI

DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL BEA DAN CUKAI S A L I N A N KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI

Proses dan Prosedur Ekspor. Pertemuan ke-3

DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI,

BAB 3 ANALIS IS S IS TEM YANG BERJALAN

DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL BEA DAN CUKAI

INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 1991 TENTANG KEBIJAKSANAAN KELANCARAN ARUS BARANG UNTUK MENUNJANG KEGIATAN EKONOMI

PANDUAN TEKNIS PELANGGAN: EKSPOR MELALUI CIKARANG DRY PORT

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR /PMK.04/2016 TENTANG KETENTUAN IMPOR BARANG KIRIMAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB III SISTEM PEMBAYARAN PERDAGANGAN INTERNASIONAL

Menimbang : Mengingat :

MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 70/PMK.04/2007 TENTANG KAWASAN PABEAN DAN TEMPAT PENIMBUNAN SEMENTARA

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 145/PMK.04/2014 TENTANG

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2011 TENTANG ANGKUTAN MULTIMODA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB II LANDASAN TEORI

MENTERIKEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALIN AN PERATURAN MENTER! KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 182/PMK.04/2016

BAB II PROSES PERDAGANGAN LUAR NEGERI

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Pengertian pajak menurut (Mardiasmo; 2011) Pajak adalah iuran rakyat

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 82 TAHUN 1999 TENTANG ANGKUTAN DI PERAIRAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

2016, No turunannya; d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, huruf b, dan huruf c, perlu menetapkan Peraturan Me

PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 2000 TENTANG KAWASAN PERDAGANGAN BEBAS DAN PELABUHAN BEBAS PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI NOMOR P-40/BC/2008 TENTANG TATA LAKSANA KEPABEANAN DI BIDANG EKSPOR

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2012 TENTANG

2017, No Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 85/M-DAG/PER/12/2016 tentang Pelayanan Terpadu Perdagangan (Berita Negara Republik Indonesia

DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL BEA DAN CUKAI

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 142/PMK.04/2011 TENTANG IMPOR SEMENTARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEUANGAN,

142/PMK.04/2011 IMPOR SEMENTARA

PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 120/PMK.04/2017 TENTANG

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

SALINAN KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 453/KMK

BAB IV PEMBAHASAN. Perusahaan Ekspedisi Muatan Kapal Laut (EMKL) adalah perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. kemampuan yang rendah dalam melakukan muat-bongkar barang dan upah. terciptanya peti kemas (container) (Amir MS, 2004:111).

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 226/PMK.04/2014 TENTANG

2017, No Peraturan Pemerintah Nomor 61 Tahun 2009 tentang Kepelabuhanan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 151, Tambahan L

TUGAS MATA KULIAH HUKUM PENGANGKUTAN PERANAN PENTING PENGANKUTAN LAUT. Disusun oleh : YASIR ADI PRATAMA (E1A012096) KELAS B

P - 08/BC/2009 PERUBAHAN ATAS PERATURAN DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI NOMOR : P-42/BC/2008 TENTANG

BAB II LANDASAN TEORI

MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 226/PMK.04/2014 TENTANG

PERATURAN KESYAHBANDARAN DI PELABUHAN PERIKANAN

PROSEDUR EKSPOR DALAM MENDUKUNG KEGIATAN MIGAS. Kementerian Keuangan RI Direktorat Jenderal Bea dan Cukai

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI

-8- NOTA HASIL PENELITIAN MANIFEST (NHPM) Nomor:.(3). Tanggal:. (4)..

PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 120/PMK.04/2017 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN MENTERI KEUANGAN

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENDAG. Surat Keterangan Asal. Barang. Indonesia. Tata Cara Ketentuan. Pencabutan.

2017, No Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2007 tentang Perkeretaapian (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 65, Tambahan Lembaran

BERITA NEGARA. KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL. Izin Khusus. Pertambangan. Mineral Batu Bara. Tata Cara.

BAB 3 ANALISIS SISTEM YANG BERJALAN

FREQUENTLY ASKED QUESTIONS

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA,

Materi Minggu 7. Prosedur Dasar Pembayaran Internasional

Pertemuan ke-4. Incoterm 2010

MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG NOMOR 17 TAHUN 2006 TENTANG KEPABEANAN [LN 2006/93, TLN 4661]

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI NOMOR PER - 18/BC/2017 TENTANG DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI,

KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI NOMOR KEP - 152/BC/2003 TENTANG

PROSEDUR PELAKSANAAN KEGIATAN EKSPOR BARANG

BAB I. Pendahuluan. khususnya di bidang ekonomi internasional. Kelancaran serta kesuksesan

DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL BEA DAN CUKAI KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI NOMOR : KEP- 35/BC/2000 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. garis khatulistiwa, oleh karenanya angkutan laut sangat dibutuhkan untuk

KETUA DEWAN KAWASAN PERDAGANGAN BEBAS DAN PELABUHAN BEBAS BATAM/BINTAN/KARIMUN

Fasilitas Kawasan Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas (Free Trade Zone)

PANDUAN TEKNIS PELANGGAN IMPORT MELALUI CIKARANG DRY PORT

KEPPRES 55/1999, PENGESAHAN PERJANJIAN ANTARA PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA DAN PEMERINTAH REPUBLIK FEDERAL JERMAN DI BIDANG PELAYARAN

1 of 5 21/12/ :45

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 82 TAHUN 1999 TENTANG ANGKUTAN DI PERAIRAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BUPATI BULULUKUMBA PERATURAN DAERAH KABUPATEN BULUKUMBA NOMOR 9 TAHUN 2012 TENTANG RETRIBUSI PELAYANAN KEPELABUHANAN

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

Proses dan Prosedur Impor. Pertemuan ke-9

Nomor : /PLP/200.. Tanggal : Lampiran : Hal : Permohonan Pindah Lokasi Penimbunan Barang Impor FORMAT SURAT PERMOHONAN PLP

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 88/PMK.04/2007 TENTANG PEMBONGKARAN DAN PENIMBUNAN BARANG IMPOR MENTERI KEUANGAN,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA,

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

TATA CARA PENIMBUNAN BARANG YANG BELUM DISELESAIKAN KEWAJIBAN PABEANNYA DI TEMPAT LAIN YANG DIPERLAKUKAN SAMA DENGAN TEMPAT PENIMBUNAN SEMENTARA

II. PERMOHONAN UNTUK MEMPEROLEH SKB PPN ATAS IMPOR ATAU PENYERAHAN BARANG KENA PAJAK TERTENTU

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 70 TAHUN 1996 TENTANG KEPELABUHANAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Transkripsi:

Mengenal Jasa Transportasi Laut dan Udara Oleh: Syaiful Anwar Pendahuluan Kesuksesan perdagangan Internasional terjadi dengan dukungan beberapa faktor kunci, yaitu komitmen pelaku perdagangan, instrumen perdagangan dan infrastruktur perdagangan. Komitmen pelaku perdagangan terkait dengan posisi buyer dan seller dalam kontrak perdagangan. Instrumen perdagangan terkait dengan aturan main (rules), seperti: INCOTERMS, UCPDC, ISP98, dan sebagainya. Sedangkan infrastruktur perdagangan terkait dengan jasa transportasi, jasa perbankan, dan sebagainya. Kesemua faktor kunci tersebut membentuk suatu sistem perdagangan internasional. Terganggunya salah satu komponen sistem akan merusak output dari sistem tersebut. Sebagai contoh sederhana: adanya pemogokan buruh bongkar muat atau kelangkaan suply kontainer, akan berakibat pada terganggunya sistem perdagangan internasional. Salah satu elemen pendukung infrastruktur perdagangan internasional adalah jasa transportasi. Peran jasa transportasi terhadap infrastruktur perdagangan internasional sangat vital. Ibarat sebuah kendaraan yang akan berjalan maka jasa transportasi adalah bahan bakarnya. Perdagangan internasional tidak akan berjalan efetif tanpa dukungan jasa transportasi yang memadai. Tulisan ini merupakan bunga rampai dari seri tulisan mengenai perdagangan internasional yang penulis susun. Tujuan utamanya adalah memberikan pengetahuan praktis perdagangan internasional. Untuk kali ini, penulis akan mendeskripsikan poin-poin penting mengenai jasa transpotasi. A. Rangkaian SistemTransportasi Rangkaian rantai sistem transportasi perdagangan internasional melibatkan berbagai sub sistem pengangkutan meliputi : Pengirim / Eksportir Inland Transport Pelabuhan Muat Angkutan Laut dan Udara Pelabuhan Bongkar Penerima / Importir 1

Dalam sistem jasa transportasi setidaknya mencakup lima rantai kegiatan pergerakan barang yaitu - Inland Transport yaitu proses pengangkutan barang dari gudang pemilik barang (eksportir / shipper) ke pelabuhan pemuatan. - Proses terminal kepelabuhanan yaitu proses pemuatan barang di pelabuhan pemuatan untuk tujuan ekspor. - Sistem pengangkutan laut dan atau udara dari pelabuhan muat sampai ke pelabuhan tujuan / pelabuhan bongkar, barang barang yang diangkut diharapkan dalam keadaan baik / tidak rusak - Proses terminal kepelabuhanan pembongkaran barang dari perut / palka kapal kesisi sebelah darat kapal untuk kemudian ditimbun di gudang pelabuhan - Pengeluaran barang dari pelabuhan dengan pengangkutan darat untuk diterima oleh importer / consignee Efisiensi dan efektifitas rantai sistem pengangkutan barang dalam perdagangan internasional dipengaruhi oleh - Teknologi systems angkutan dan bongkar muat barang di pelabuhan yang digunakan. - Kondisi infrastruktur yang tersedia di negara itu seperti ketersediaan alat angkut darat (inland transport) dan kualitas jalan ekonomi yang tersedia di negara itu. - Berbagai kebijakan ekonomi dan transportasi yang dianut atau yang dilaksanakan suatu negara (apakah terbuka atau terbatas atas kunjungan kapal niaga dari berbagai negara). B. Konsep Pengangkutan Laut Kapal / Perahu atau alat apapun yang mengapung diatas air adalah alat angkut yang wajib tunduk kepada aturan pengangkutan di laut dan untuk selanjutnya akan disebut sebagai kapal. Kapal dapat dibedakan berdasarkan Kapal Niaga (Komersial) dan Kapal Bukan Niaga (non Komersial). Kapal Niaga adalah alat angkut laut yang digunakan untuk memuat barang barang niaga, sedangkan Kapal Bukan Niaga adalah kapal yang digunakan untuk tujuan untuk komersial seperti Kapal Perang, Kapal Pandu Laut, Kapal Patroli Bea Cukai, Kapal Patroli Polisi dll. Kapal niaga harus memenuhi persyaratan teknis baik bersifat operasional maupun syarat teknis nautika dengan demikian maka kapal niaga harus memenuhi: - Kapal Niaga harus dioperasikan oleh Perusahaan Pelayaran Nasional atau melalui systems Ke Agenan. - Kapal Niaga memenuhi syarat layak laut (sea worthness) dan memenuhi syarat nautika seperti kapal kapal tersebut memiliki kelengkapan teknis pelayaran yang layak dan memenuhi syarat serta dioperasikan oleh awak kapal (crew) yang mempunyai keahlian untuk itu dibuktikan dengan ijazah yang sah untuk keahlian yang relevan dibidang pelayaran. - Kapal Niaga tersebut wajib mentaati ketentuan ketentua yang berlaku seperti ketentuan Pabean, Karantina, Imigrasi, Kesyahbandaran dll 2

Pengusahaan angkutan laut dibedakan menjadi 3 (tiga) berdasarkan jenis usahanya, yaitu usaha pelayaran, usaha bongkar-muat dan pergudangan di pelabuhan, usaha keagenan baik pelayaran internasional maupun pelayaran dalam negeri. Usaha Pelayaran Usaha pelayaran adalah kegiatan yang menawarkan jasa pengangkutan melalui laut dalam bentuk pengangkutan barang dari pelabuhan pemuatan sampai ke pelabuhan bongkar / tujuan dalam keadaan baik atau sesuai dengan perjanjian antara pengangkut dan penjual atau penerima barang sesuai syarat penyerahan barang yang disepakati apakah sampai di gudang importer atau hanya sampai di gudang pelabuhan dan kemungkinan sayarat penyerahan lainnya yang telah mereka sepakati. Ada beberapa jenis usaha pelayaran yaitu pelayaran dalam negeri, pelayaran luar negeri dan pelayaran khusus. Jasa Pelayaran Dalam Negeri Perusahaan Pelayaran yang menawarkan jasa pengiriman barang melalui pengangkutan laut untuk pengiriman barang dari dan ke kawasan pulau pulau serta kota kota yang berada dalam territorial Negara Kesatuan Republik Indonesia. Jasa pelayaran dalam negeri biasanya menggunakan alat angkut yang kapasitasnya kecil dan terkadang menggunakan kapal kapal tradisional (armada kapal tradisional) Jasa Pelayaran Luar Negeri Perusahaan Pelayaran yang menawarkan jasa pengiriman barang melalui pengangkutan laut untuk tujuan luar negeri / internasional, oleh sebab itu perusahaan pelayaran yang demikian mempunyai jaringan dengan berbagai perusahaan pelayaran dan meraka mengembangkan jejaring (networking) dalam mengembangkan usaha pengangkutan laut secara internasional. Jasa pelayaran internasional sangat dibutuhkan dalam systems perdagangan internasional Jasa Pelayaran Khusus Perusahaan Pelayaran Khusus adalah perusahaan pelayaran yang menawarkan jasa pengangkutan barang barang yang mempunyai karakteristik khusus sehingga memerlukan kapal dengan spesifikasi khusus seperti Kapal Pengangkut Gas Alam, Kapal Tanker dll Usaha Jasa Pelayaran memperoleh imbalan dalam bentuk uang tambang atau biaya pengangkutan atau freight. Biaya pengangkutan atau freight adalah penting karena menjadi komponen biaya dalam system menghitung bea masuk dan pajak pajak lainnya di Indonesia Beberapa dokumen penting dalam proses pemuatan barang melalui jasa pengangkutan melalui laut adalah - Resi Gudang - Mate s Receipt - Bill of Lading - Manifest 3

Usaha Jasa Keagenan Usaha jasa keagenan adalah usaha jasa dalam bentuk pengurusan berbagai hal berkaitan dengan kepentingan perusahaan pelayaran asing yang melakukan bongkar dan memuat barang barang di Indonesia dalam berhubungan dengan otoritas pemerintahan seperti pabean, imigrasi, karantina dan kepelabuhanan dll. Usaha jasa keagenan akan membantu perusahaan pelayaran asing dalam kaitan hak dan kewajibannya dengan otoritas pemerintah dan para pemakai jasa mereka (seperti importer, eksportir) agar perusahaan pelayaran asing terhindar dari pelanggaran atau dapat mentaati peraturan yang berlaku di negara itu dan proses bongkar / muat berjalan dengan baik dan efisien. Imbalan jasa keagenan adalah dalam bentuk prosentasi tertentu missal 5% dari pendapatan (freight) atas barang barang yang dimuat kapal itu (inward cargo). C. Jasa Angkutan Udara Jasa angkutan udara adalah jasa angkutan yang ditawarkan oleh perusahaan penerbangan berupa jasa transportasi orang dan barang dengan media pesawat terbang. Mengingat media transportasi yang digunakan adalah pesawat terbang maka infrastruktur pelabuhan udara atau Bandar Udara (Bandara) berbeda dengan pelabuhan laut. Infrastruktur Bandara meliputi Landasan Pendaratan dan berbagai infrastruktur pendukungnya, air traffic control yang memandu pesawat pesawat terbang yang akan berangkat (take off) maupun yang akan mendarat (landing) agar tidak terjadi kecelakaan, fasilitas darat seperti alat alat tempat parkir pesawat, alat alat bongkar - muat barang, pergudangan dll. Suprastruktur yang terlibat di Bandara hampir sama seperti di Pelabuhan Laut ada kawasan kerja pelabuhan disebut sebagai Gudang Lini II dan Kawasan Pabean atau Gudang Lini I. Kawasan kerja pelabuhan udara tempat berkantor aparatur pemerintah seperti Perhubungan Udara dan systems pendukungnya, Bea Cukai, Imigrasi, Karantina dan berbagai Kantor Penerbangan, Perbankan sedangkan Kawasan Pabean adalah pergudangan tempat menimbun, memmuat dan atau membongkar barang barang yang dibingkar dari perut pesawat terbang Imbalan jasa transportasi udara adalah freight udara yang nilainya lebih mahal daripada biaya tambang (freight) melalui laut. Karakteristik angkutan barang melalui udara (cargo) adalah barang barang tersebut dalam kemasan kecil kecil dan dikirim melalui proses konsolidasi dengan kontainer udara dan memerlukan pengamanan yang lebih tinggi. Beberapa dokumen penting dalam proses pemuatan barang dan atau pembongkaran barang melalui jasa pengangkutan udara seperti - Resi Gudang - Air Way Bill of Lading ada yang berfungsi sebagai Host Bill of Lading dan ada yang sebagai Air Way Bill of Lading. - Manifest, dll/ 4

D. Pengolahan Dokumen Pengangkutan Dalam Perdagangan Internasional Indonesia menganut ekonomi terbuka (open economy) dan oleh sebab itu tidak menganut sisstem pengawasan devisa yang ketat dalam bentuk eksportir tidak wajib menjual devisa ekspor kepada negara melalui bank devisa. Sehubungan dengan pengolahan atau kegiatan mempersiapkan pengiriman dan pemuatan barang ekspor maka ada beberapa kewajiban berkaitan dengan berbagai dokumen yang harus dipersiapkan oleh mereka yang terlibat dalam pengiriman barang ekspor yaitu eksportir, pengangkut dan bank devisa. Kewajiban Eksportir Eksportir setelah menyerahkan barang ekspor untuk dimuat ke pengangkut (laut atau udara) segera menukarkan tanda terima Mualim I sebagai bukti muat kapal (Mate s Receipt) dengan Asli Bills of Lading (B/L) pada perusahaan pengangkutan (pelayaran atau penerbangan). Eksporter menyerahkan semua asli B / L (ditambah Invoice, Packing List dan berbagai dokumen yang disyaratkan) secara lengkap atau full set of negotiable bills of lading langsung kepada Bank Devisa yang telah ditetapkan ditambah dengan membuat Surat Kuasa atas namanya yang menyatakan bahwa fullset of negotiable bills of lading dapat diperdagangkan yang didalamnya mencantumkan juga nomer dan tanggal Pemberitahuan Ekspor Barang (PEB). Asli B/L dalam kondisi fullset of negotiabel of bills of lading dapat diajukan sendiri ke Bank Devisa atau melalui Perusahaan Pelayaran / Penerbangan. Dalam hal fullset of negotiabel of bill of lading disampaikan melalui Perusahaan Pelayaran / Penerbangan maka Eksportir harus membuat surat kuasa untuk itu dan Pengangkut dalam waktu 3 (tiga) hari kerja setelah pemuatan wajib menyerahkan dokumen lengkap eksportir ke Bank Devisa yang telah ditetapkan. Kewajiban Pengangkut (Perusahaan Pelayaran / Penerbangan) Dalam hal pengangkut dipercaya menyerahkan fullset of negotiable of bills of lading ke Bank Devisa, maka Perusahaan Pelayaran / Penerbangan wajib memberitahukan kepada eksportir perihal realisasi penyerahan fullset of negotiabel of bills of lading untuk pencairan dana sebagai realisasi pembayaran ekspor. Perusahaan pelayaran dilarang menerima muatan barang ekspor tujuan luar negeri bila tanpa disertai surat kuasa dari eksportir. Perusahaan Pelayaran / Penerbangan sebelum menerbitkan negotiabel of bill of lading melakukan langkah langkah berikut sebagai konfirmasi untuk penulisan data pada B/L yaitu: - data penerima dan alamat penerima di pelabuhan tujuan - menghitung uang tambang atau freight, apakah langsung dibayar (freight paid or prepaid) atau harus dibayar di pelabuhan tujuan (payable at distination). - Pembayaran payble at distination harus dilunasi terlebih dahulu sebelum barang diserahkan pada penerima barang.. 5

Disamping pembayaran model freight prepaid atau freight payabel at distination dimungkinkan pembayaran dengan cara lain berkaitan dengan kepercayaan antar mereka dan atau berkaitan dengan berbagai kebijakan pemerintah dibidang pengangkutan dengan kemungkinan pembayaran bertahap (diangsur), contoh - pembayaran 40 % waktu pemuatan - pembayaran 25 % waktu proses pengangkutan melalui laut atau udara (on sailing or on the air) - pembayaran 35 % waktu penyerahan barang di pelabuhan tujuan Kewajiban Bank Devisa Bank Devisa setelah menerima asli B/L dan Pemberitahuan Ekspor Barang (PEB) dari Pabean (Bea Cukai), segera memberitahukan kepada eksportir dan meminta eksportir melengkapi dengan dokumen dokumen lainnya yaitu, - Invoice (Faktur) - Packing List - Dokumen dokumen lain yang disyaratkan seperti Surat Keterangan Asal (Certicate of Origin), Sertifikat Timbangan (Certificate of Weight), Sertifikat Analysis Laboratorium (Certificate of Analysis) dll Eksportir dan Bank Devisa harus di mengendorse fullset of negotiable of bills of lading untuk kemudian dikirim ke Bank Koresponden di luar negeri (sebagai penerbit atau issuing bank of letter of credit). Nilai atau harga yang tercantum dalam Invoice / Faktur tidak boleh lebih randah dibandingkan denganharga barang ekspor (nilai pabean) yang ada dalam Pemberitahuan Ekspor Barang (PEB) dan perhitungan harga ekspor berdasarkan penyerahan barang Free on Board (FOB). E. Teknik Pengiriman dan Pemuatan Barang Pengiriman barang untuk pemuatan barang khususnya yang melalui angkutan laut ada 2 (dua) kemungkinan yaitu dengan cara pemuatan langsung (direct transport) atau pemuatan tanpa melewati gudang dan pemuatan tidak langsung (indirect transport) atau pengiriman lewat gudang Pemuatan Tidak Langsung atau Pemuatan Lewat Gudang (Indirect Transport) Pemuatan barang keatas kapal terlebih dahulu harus ditimbun di gudang atau container freight station (CFS) atau lapangan penimbunan / lapangan kontainer maka harus memperhatikan berbagai dokumen yang diperlukan. Dokumen dokumen yang perlu diperhatikan oleh eksportir / shipper adalah: - tanda terima gudang (resu gudang) - asli / copy bills of lading - dokumen pabean Pemberitahuan Ekspor Barang (PEB) atau Pemberitahuan Muat Barang (PMB) bila ada. 6

- dokumen pabean lainnya seperti dokumen pelindung pengangkutan barang melalui darat seperti BC 2.3, Konsen Ekspor Hasil Tembakau (Cukai Tembakau), Konsen Ekspor Alkohol / Minuman Beralkoho (Cukai Alkohol). - dokumen pelindung pengangkutan barang melalui laut dan atau udara seperti BC 1.2 Dokumen dokumen pabean harus memuat berbagai informasi yang dibutuhkan oleh negara sebagai data ekonomi tentang lalu lintas barang melalui laut dan atau udara sekaligus untuk mengamankan hak hak negara berupa pungutan negara seperti bea masuk, cukai dan pajak pajak lainnya, data atau informasi yang dibutuhkan adalah - Nama dan alamat pengirim barang (eksportir / shipper) - Nama dan alamat penerima barang (receiver / consignee) - Isi Koli atau Kontainer (uraian jenis barang yang diangkut) - Jumlah, jenis, merk, nomer koli atau jenis, ukuran, nomer, jumlah kontainer. - Harga barang atau nilai barang - Pelabuhan tujuan - Perkiraan waktu akan berangkat (estimate time of departure) Kepala Gudang dari pelabuhan (cargo doring) melakukan pemeriksaan sesuai dengan tanda terima gudang (resu gudang) untuk pengawasan penimbunan dan pemuatan. Kepala Hanggar Pabean atau Koordinator Lapangan Pabean memeriksa keterangan keterangan atau informasi yang ada pada dokumen pabean serta mengadministrasikan dengan memberi registrasi atas dokumen dan kemudian melakukan pemeriksaan. Bila setelah diperiksa maka Pemeriksaan Pabean menyetujui pemuatan dengan memberi catatan Fiat Muat, Tanggal, Jam dan Tanda Tangan Pemeriksa Pabean maka barang dapat segera dimuat keatas kapal. Pengiriman Langsung Tanpa Melewati Gudang (Direct Transport) Pengiriman barang secara langsung adalah proses pengiriman barang langsung dimuat keatas kapal tanpa melewati gudang, pengiriman barang secara lansung memerlukan berbagai persyaratan dokumen dari kepelabuhanan dan pabean. Kewajiban eksportir dan atau pengangkut (carrier) pada otoritas kepelabuahan wajib menyerahkan dokumen dokumen pemuatan barang yang ada seperti : - Surat Jalan pengankgkutan oleh alat angkut seperti Truck dari luar kawasan pabean / pelabuhan untuk memasuki kawasan pabean / pelabuhan untuk pengawasan pemuatan. - Menunjukkan Pemberitahuan Ekspor Barang (PEB) - Otoritas pelabuhan menahan Surat Jalan atas pemuatan barang tersebut guna perhitungan tentang biaya tambang (freight) dan biaya biaya lainnya seperti ongkos bongkar / muat dan biaya biaya lainnya - Melakukan konfirmasi dan check ulang pada setiap Surat Jalan dan Tanda Fiat Muat yang ada didalamnya. - Konfirmasi pemuatan barang yang berdasarkan dokumen pabean, dokumen pabean dikembalikan kepada eksportir untuk penyelesaian formalitas pabean 7

Kewajiban Eksportir dan Perusahaan Pengangkut / Pelayaran kepada otoritas pabean, tidak semua barang barang yang akan diekspor atau dimuat diizinkan untuk dimuat secara langsung ke atas kapal, hanya barang barang tertentu yang diizinkan dimuat langsung keatas kapal pada umumnya barang barang in bulk seperti semen, besi beton, beras, pupuk, besi tua (scrap iron), minyak curah dll, hanya dalam hal hal tertentu mungkin dapat dikecualikan seperti karena alasan urgensi dan kepentingan ekonomi atau keamanan. Dokumen yang perlu disampaikan ke otoritas pabean adalah: - Pemberitahuan Ekspor Barang (PEB) + Surat Permohonan Izin Memuat Barang Secara Langsung oleh Eksportir atau Perusahaan Pelayaran kepada Kepala Kantor Pabean (Bea Cukai) atau Pejabat lainnya setingkat Kepala Seksi. - Bila disetujui (pada umumnya disetujui) karena sifat barang menghendaki pemuatan secara langsung maka Surat Permohonan diberi disposisi persetujuan dan sekaligus perintah pengawasan kepada pertugas pabean dilapangan - Pengawasan pemuatan barang (disisi pengawasan dermaga sebelah laut) mengawasi pemuatan berdasrkan PEB dan masing masing Surat Jalan dari setiap truck pengankutan barang. - Pemeriksa Pabean melakukan rekapitulasi masing masing Surat Jalan dengan jenis barang, jumlah barang yang diberitahukan berdasrkan PEB - Bila sesuai PEB ditanda tangani oleh otoritas pabean di lapangan (di kawasan pabean / pelabuhan) F. Kerugian di Laut Ada beberapa kemungkinan kerugian yang timbul di laut akibat proses pengangkutan barang dari pelabuhan pemuatan sampai ke pelabuhan pembongkaran, ada 2 (dua) macam kerugian (average) di laut yaitu: - General Average (G.A) - Particular Average (P.A) General Average General Average adalah suatu kerugian yang timbul di laut ketika proses pengiriman barang dari pelabuhan muat menuju pelabuhan bongkar, kemudian terjadi berbagai kejadian luar biasa diluar kemampuan manusia dan adanya tindakan dalam rangka keselamatan kapal dan awak kapal yang dapat / menyebabkan kerusakan atau kehilangan barang yang dimuat oleh kapal itu. Bentuk kejadian luar biasa yang mungkin terjadi pada kapal adalah: - Terjadi keadaan berbahaya di kapal sehingga memerlukan tindakan dengan kemungkinan kerusakan sebagaian dari muatan kapal. - Tindakan Nakhoda dalam keadaan bahaya yang harus dilakukan demi kepentingan bersama bagi pengangkut / kapal, pemilik barang dan awak kapal seperti membuang sebagaian barang ke laut (jettion of cargo), mengangkat kapal karena kandas dengan mengurangi sebagaian muatan, kerusakan mesin kapal akibat menolong kapal lain yang sedang kandas dll 8

Berdasarkan Pasal 699 Kitab Undang-undang Hukum Dagang (KUHD) dan York Antwerp Rules menyatakan bahwa sifat risiko dari kondisi General Average menjadi tanggung jawab bersama antara pengangkut (carriers), pengirim barang (shippers) dan penerima barang (consignee). Dengan demikian karakter atau sifat dari general average adalah: - Harus merupakan perintah nakhoda karena keadaan luar biasa (kemudian harus dibuktikan melalui laporan pada log entry atau log book) seperti membuang berbagai muatan ke laut. - Suatu pengorbanan yang menuntut sikap sukarela - Alasan yang masuk akal (reasonable condition) Particular Average Particular Average adalah kerugian pengangkutan di laut yang bersifat khusus yang disebabkan oleh kelalaian dalam rangkaian rantai pengangkutan yang melahirkan hak claim dalam bentuk penggantian kerugian secara proporsional. Kesimpulan - Peran jasa transpotasi terhadap perdagangan internasional sangat vital - Rangkaian sistem jasa transportasi mencakup 5 elemen utama, yaitu: inland transport, proses terminal kepelabuhanan, sistem pengangkutan laut dan udara, proses terminal kepelabuhanan, dan proses pengeluaran barang dari pelabuhan - Pengusahaan angkutan laut dibedakan menjadi 3 (tiga) berdasarkan jenis usahanya, yaitu usaha pelayaran, usaha bongkar-muat dan pergudangan di pelabuhan, usaha keagenan baik pelayaran internasional maupun pelayaran dalam negeri. - Pengolahan dokumen pengangkutan dalam perdagangan inmternasional merupakan kewajiban eksportir, kewajiban pengangkut dan kewajiban bank devisa. - Teknik pengiriman barang melalui laut ada 2 kemungkinan yaitu dengan cara pemuatan langsung (direct transport) atau pemuatan tanpa melewati gudang dan pemuatan tidak langsung (indirect transport) atau pengiriman lewat gudang. - Kerugian di laut yang disebabkan alasan tertentu dapat dibedakan menjadi 2, yaitu: general average dan particular average. 9