BAB I PENDAHULUAN. (daya pikir, daya cipta, kecerdasan emosi dan kecerdasan. spiritual) dan sosial emosional (sikap dan perilaku serta agama).

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. sebelum pendidikan dasar yang merupakan upaya pembinaan yang ditujukan

BAB 1 PENDAHULUAN. tahun atau sejak lahir hingga berusia kurang lebih delapan (0-8) tahun.

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Dirjen Pendidikan Anak Usia Dini dalam Kerangka Besar. Pembangunan PAUD menyatakan :

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. mengatakan bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk

BAB 1 PENDAHULUAN A. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. yang kreatif, mandiri dan professional dibidangnya masing-masing, hal ini

BAB I PENDAHULUAN. cepat di berbagai aspek perkembangannya dalam rentang perkembangan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. semua aspek perkembangan anak, meliputi perkembangan kognitif, bahasa,

I. PENDAHULUAN. Anak usia dini berada pada rentang usia 0-8 tahun (NAEYC, 1992). Anak usia

BAB I PENDAHULUAN. suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif

BAB 1 PENDAHULUAN. pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan

I. PENDAHULUAN. Usia dini merupakan masa keemasan (golden age), oleh karena itu pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. kecerdasan anak. Dalam usia 0-5 tahun, anak diajarkan berbagai macam

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Neuneu Nur Alam, 2014

BAB I PENDAHULUAN. Anak Usia Dini menurut NAEYC (National Association Educational

BAB 1 PENDAHULUAN. dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk. pada jalur formal, nonformal, dan informal.

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan yang dapat mempengaruhi proses serta hasil pendidikan pada

BAB I PENDAHULUAN. memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak

BAB I PENDAHULUAN. jenjang pendidikan dasar yang merupakan suatu upaya pembinaan yang

BAB I PENDAHULUAN. fisik dan psikis yang siap merespon stimulasi yang diberikan oleh. anak perlu diberi stimulasi yang optimal melalui pendidikan.

BAB I PENDAHULUAN. tumbuh kembang anak pada usia dini akan berpengaruh secara nyata pada

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya manusia tersebut adalah pendidikan. 31 ayat (1) menyebutkan bahwa Setiap warga Negara berhak mendapat

BAB I PENDAHULUAN. suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. Pendidkan anak usia dini mengalami perkembangan yang sangat pesat, hal

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Setiap pasangan suami istri yang telah menikah pasti mengharapkan

BAB I PENDAHULUAN. yang berkualitas dan diharapkan akan menjadi pelaku dalam pembangunan suatu

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. memasuki pendidikan lebih lanjut yang diselenggarakan baik formal, informal

BAB I PENDAHULUAN. berkualitas sebagaimana diatur dalam Undang-Undang No.20 tahun 2003

BAB I PENDAHULUAN. dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan harkat martabat manusia. Pendidikan akan menciptakan

BAB I PENDAHULUAN. Anak adalah manusia kecil yang memiliki potensi yang harus. dikembangkan sejak dini agar dapat berkembang secara optimal.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. masa depan. Perkembangan masyarakat dalam pendidikan sekarang banyak

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan dalam UU RI NO.20 TH 2003 adalah:

BAB I PENDAHULUAN. gembira dapat memotivasi anak untuk belajar. Lingkungan harus diciptakan

BAB I PENDAHULUAN. Penerapan Metode Pembiasaan Dalam Menumbuhkan Karakter Kemandirian Anak Usia Dini 5-6 Tahun Di Lingkugan Keluarga

BAB I PENDAHULUAN. apabila ingin memenuhi kebutuhan anak dan memenuhi perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. bangsa. Oleh karena itu setiap warga Negara harus dan wajib mengikuti

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. mendefiniskan pendidikan anak usia dini sebagai. boleh terpisah karena ketiganya saling berkaitan. Aspek kognitif berkaitan dengan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. atau usia dini dimana pada masa ini adalah masa penentuan. karakter usia dini yang salah satunya adalah masa berkelompok anakanak

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan modal dasar untuk menyiapkan insan yang

BAB I PENDAHULUAN. sebagai usaha mengoptimalkan potensi-potensi luar biasa anak yang bisa

BAB 1 PENDAHULUAN. selanjutnya. Perkembangan secara optimal selama masa usia dini memiliki

BAB I PENDAHULUAN. hendaknya dibangun dengan empat pilar, yaitu learning to know, learning

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan dasar, pendidikan menengah maupun pendidikan tinggi.

BAB I PENDAHULUAN. Nomor 20 tahun 2003 pasal 1 ayat 14.

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan anak usia dini tumbuh subur di masyarakat, baik dalam bentuk formal dan

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Pendidikan anak usia dini (PAUD) menurut Hasan (2011: 15), adalah jenjang pendidikan sebelum jenjang pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. sebelum pendidikan dasar yang merupakan suatu upaya pembinaan yang

BAB I PENDAHULUAN. kecerdasan anak sebanyak-banyaknya. Di masa peka ini, kecepatan. pertumbuhan otak anak sangat tinggi hingga mencapai 50 persen dari

BAB I PENDAHULUAN. kesiapan dalam memasuki pendidikan yang lebih tinggi. yang di selenggarakan di lingkungan keluarga.

BAB I PENDAHULUAN. dengan adanya fitrah yang suci. Sebagaimana pendapat Chotib (2000: 9.2) bahwa

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. komponen dalam rangka mencapai tujuan yang diharapkan. Indonesia telah mencanangkan pendidikan wajib belajar yang semula 6 tahun

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Anak usia dini merupakan manusia yang memiliki karakteristik yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan anak usia dini (PAUD) adalah jenjang pendidikan sebelum

BAB I PENDAHULUAN. membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani, agaranak memiliki kesiapan

BAB I PENDAHULUAN. usia dini yang merupakan periode awal yang paling penting dan mendasar

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan Taman Kanak- Kanak termasuk jenjang Pendidikan Anak Usia

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Helga Annisa, 2013

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual

I. PENDAHULUAN. anak belajar menguasai tingkat yang lebih tinggi dari aspek-aspek gerakan,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan anak usia dini (PAUD) adalah jenjang pendidikan sebelum

BAB I PENDAHULUAN. Undang-undang tentang Sistem Pendidikan Nasional menyatakan bahwa

BAB I PENDAHULUAN. halus). Oleh karena itu untuk menciptakan generasi yang berkualitas, dini disebut juga dengan The Golden Age ( Usia Emas ).

BAB I PENDAHULUAN. oleh pemerintah. Utamanya untuk Pendidikan anak Usia Dini. Menurut UU

BAB I PENDAHULUAN. Anak usia dini berada pada rentang usia 0-8 tahun. Pada masa ini proses

BAB I PENDAHULUAN. Didalam UU Sisdiknas No.20 tahun 2003 menjelaskan bahwa Pendidikan adalah usaha

BAB I PENDAHULUAN. dasar bagi perkembangan anak selanjutnya. dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu

BAB I PENDAHULUAN. anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan melalui

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. (Pasal 1 UU Sisdiknas No.20 Tahun 2003). Dari bagian-bagian itu tidak

BAB I PENDAHULUAN. Hakikat pembangunan nasional adalah pembangunan manusia Indonesia.

USULAN PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA PROGRAM PENGEMBANGAN PAUD TERBUKA DI DESA PRAWIRODIREJAN BIDANG KEGIATAN: PKM PENGABDIAN PADA MASYARAKAT

BAB I PENDAHULUAN. ditangani, dan tidak akan pernah selesai untuk dikerjakan dari waktu ke

BAB 1 PENDAHULUAN. berusia kurang lebih anam tahun (0-6) tahun, dimana biasanya anak tetap tinggal

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan yang dilalui oleh anak usia dini. formal, non-formal dan informal. Pendidikan anak usia dini jalur pendidikan

Pendidikan merupakan aset pen ng bagi kemajuan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tia Setiawati, 2013

BAB I PENDAHULUAN. suasana belajar dan proses pembelajaran atau pelatihan agar peserta didik secara

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan Taman Kanak-kanak merupakan pendidikan untuk anak

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan Anak Usia Dini adalah suatu jenjang pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang di perlukan

BAB I PENDAHULUAN. kesiapan dalam memasuki pendidikan yang lebih tinggi. Salah satu bentuk. pendidikan Taman Kanak-kanak (PP No.27 Tahun 1990).

BAB I PENDAHULUAN. membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani serta rohani agar anak. diselenggarakan pada jalur formal, nonformal maupun informal.

I. PENDAHULUAN. perkembangan yang sangat pesat. Masa ini biasa disebut dengan masa the golden

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan sebagai salah satu syarat tujuan pembangunan. Pendidikan merupakan

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang PAUD (Pendidikan anak usia dini) merupakan jenjang pendidikan sebelum dilaksanakannya pendidikan dasar. Pendidikan anak usia dini merupakan suatu upaya pembinaan yang ditujukan bagi anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun, yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani secara optimal agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut, yang diselenggarakan pada jalur formal, nonformal, dan informal. Pendidikan anak usia dini merupakan salah satu bentuk penyelenggaraan pendidikan yang bertujuan mengoptimalkan pertumbuhan dan perkembangan fisik (koordinasi motorik halus dan kasar), kecerdasan (daya pikir, daya cipta, kecerdasan emosi dan kecerdasan spiritual) dan sosial emosional (sikap dan perilaku serta agama). Pendidikan anak usia dini memiliki peran yang sangat penting seperti yang tertuang dalam UU PA (Undang Undang Pendidikan Anak), yaitu anak mempunyai hak untuk tumbuh, berkembang, bermain, beristirahat, berekreasi dan belajar dalam suatu pendidikan. Jadi belajar adalah hak, bukan suatu kewajiban. Karena belajar adalah hak, maka belajar harus menyenangkan, kondusif, dan menjadikan anak termotivasi, antusias serta selalu bersemangat, agar anak tumbuh dan berkembang dengan optimal. 1

2 Belajar pada anak adalah melalui bermain. Dengan bermain anak mengalami proses pembelajaran tentang sesuatu hal. Karena bermain melatih mengembangkan aspek-aspek perkembangan anak yang meliputi: aspek bahasa, kognitif, fisik motorik, sosial emosi, serta moral dan nilai-nilai agama. Namun dalam proses pengembangan aspek-aspek tersebut haruslah diperhatikan prinsip perkembangan anak. Prinsip-prinsip perkembangan anak antara lain: anak berkembang secara holistik yaitu terdapat hubungan yang sangat erat antara aspek perkembangan estetis, afektif, kognitif, bahasa, fisik dan sosial emosi anak, perkembangan anak terjadi dalam urutan yang teratur yaitu dalam arah yang relatif dapat diprediksi, perkembangan anak berlangsung pada tingkat yang beragam di dalam dan diantara anak yaitu setiap anak berkembang sesuai dengan dirinya sendiri tidak ada anak yang sama persis sekalipun kembar identik, perkembangan baru didasarkan pada perkembangan yang sebelumnya yaitu perkembangan didasarkan pada masa lalu, sekarang dan masa yang akan datang, perkembangan mempunyai pengaruh yang bersifat kumulatif yaitu pengalaman yang dilalui seseorang akan mempunyai pengaruh positif maupun negative terhadap perkembangan selanjutnya. Montessori menemukan masa peka yang muncul dalam rentang perkembangan anak usia dini (dalam Hasan, 2005:45), terutama pada usia 2 tahun sampai 6 tahun. Masa peka ini merupakan masa munculnya berbagai potensi tersembunyi atau kondisi dimana suatu fungsi jiwa membutuhkan rangsangan tertentu untuk berkembang. Salah satu aspek perkembangan anak

3 usia dini yaitu aspek perkembangan sosial emosi. Perkembangan sosial emosi meliputi kemampuan anak dalam beradaptasi dengan lingkungan baik lingkungan dalam keluarga atau di luar keluarga, kemampuan dalam menyikapi suatu masalah serta sikap toleransi (menghargai) sesama. Perkembangan sosial emosi anak merupakan hal yang sangat penting dalam kehidupan manusia, karena manusia adalah makhluk sosial yang artinya manusia tidak mampu untuk hidup sendiri, manusia akan selalu saling membutuhkan orang lain. Maka dari itu perkembangan aspek sosial emosi haruslah distimulus sejak dini karena nantinya akan berpengaruh dalam kehidupan selanjutnya. Apabila perkembangan sosial emosi anak distimulus sejak dini dengan baik, maka rasa sosial emosi anak akan berkembang dengan positif dan optimal, sehingga nantinya anak mampu terjun ke masyarakat dengan baik. Anak mampu bersikap toleransi terhadap orang lain, mampu mengendalikan emosi negatif dan tidak temperamental, mau menghargai pendapat orang lain, serta bersikap bijak dalam menyelesaikan suatu masalah, sehingga anak tumbuh menjadi generasi yang baik dan warga masyarakat yang berkualitas, karena cerminan bangsa yang baik adalah bangsa yang mempunyai warga yang bersikap baik, sopan, toleran serta perduli dengan sesama. Kondisi generasi dewasa ini sangatlah memprihatinkan, yaitu anakanak tumbuh dalam lingkungan yang kurang kondusif dalam membentuk jiwa yang sosialis karena pengaruh kehidupan lingkungan yang cenderung untuk hidup masing-masing tanpa memperdulikan orang lain atau lingkungan

4 sekitarnya. Pada akhirnya kondisi tersebut berdampak pada anak-anak, yaitu anak tumbuh dan berkembang dengan kurang memiliki jiwa sosial terutama sikap toleransi terhadap sesama serta anak menjadi kurang peka terhadap situasi dan masalah yang terjadi pada lingkungan disekitarnya mereka lebih cenderung perduli dengan kebutuhan dirinya sendiri dan kurang menghargai orang lain. Seperti halnya permasalahan yang dihadapi anak didik kelompok B di TK Batik Magersari yaitu: kemampuan anak didik dalam bersikap toleransi sangat rendah. Bersikap toleransi adalah bersikap menghargai dan memperdulikan orang lain, anak-anak kelompok B TK Batik kurang memiliki sikap toleransi dan rasa empati terhadap orang lain mereka cenderung egois dan mau menang sendiri kurang memiliki rasa hormat dan menghargai orang lain. Dari pengamatan peneliti peserta didik kelompok B yang berjumlah 16 anak, ada 10 anak yang mempunyai kemampuan bersikap toleransi yang rendah dan hanya ada 6 anak yang mempunyai kemampuan bersikap toleransi cukup baik jadi hanya sekitar 40% dari anak didik dalam satu kelas yang mempunyai kemampuan bersikap toleransi cukup baik. Bila masalah ini tidak segera mandapat solusi maka sangatlah sulit bagi anak untuk dapat menghargai orang lain dan nantinya anak kurang mampu beradaptasi dengan lingkungan serta kurang memiliki rasa sosial dan empati terhadap orang lain. Hal ini akan mengakibatkan anak menjadi bersikap egois serta mau menang sendiri tanpa menghargai dan menghormati orang lain, anak juga mempunyai sifat yang tidak mau perduli dengan lingkungan.

5 Solusi untuk meningkatkan kemampuan toleransi anak didik kelompok B di TK Batik Magersari, Mojo, Andong, Boyolali salah satunya adalah dengan mengubah metode pengajaran di dalam kelas. Metode bermain peran adalah salah satu solusi untuk mengatasi permasalahan anak, karena dengan bermain dalam berbagai macam peran anak akan mampu mengembangkan diri untuk bersikap toleransi/menghargai terhadap orang lain, dengan bermain peran anak juga akan belajar untuk dapat mendalami berbagai macam karakter dan memahami kebaikan dan keburukan suatu karakter dari sebuah peran. Dengan memberikan pengarahan dan bimbingan serta membangkitkan perasaan positif pada anak akan menstimulus anak untuk mampu menarik kesimpulan dari arti suatu peran didalam bermain peran, anak bisa meniru sikap/perilaku yang baik dari tokoh serta bisa merasakan akibat dari perilaku tokoh peran yang tidak baik dan anakpun bisa memahami perasaan orang lain, sehingga akan tumbuh sikap bertoleransi pada diri anak. Hal ini sependapat dengan Roestiyah (2001: 90) bahwa: Dengan metode bermain peran memiliki tujuan agar siswa dapat memahami perasaan orang lain; tepo seliro dan toleransi, karena dalam bermain peran siswa dapat menghayati peranan apa yang dimainkan, mampu menempatkan diri dalam situasi orang lain yang dikehendaki dalam bermain peran. Dalam bermain peran siswa dapat mempelajari watak orang lain, cara bergaul dengan orang lain, caa mendekati dan berhubungan dengan orang lain, dalam situasi itu mereka harus mampu memecahkan masalahnya. Pencapaian keberhasilan metode bermain peran mengacu pada bidang pengembangan sosial emosi yang memusatkan pada indikator bersikap toleransi.

6 Berdasarkan uraian diatas peneliti terdorong untuk melakukan penelitian tentang Upaya Meningkatkan Sikap Toleransi Melalui Metode Bermain Peran Pada Anak Didik Kelompok B di TK Batik Magersari, Mojo, Andong, Boyolali. B. Pembatasaan Masalah Agar penelitian ini mempunyai arah yang jelas dan mudah dilaksanakan, maka permasalahan perlu dibatasi sebagai berikut: peneliti hanya menerapkan upaya meningkatkan sikap toleransi anak usia dini melalui metode bermain peran pada anak didik kelompok B di TK Batik Magersari, Mojo, Andong, Boyolali semester II tahun pelajaran 2011/2012. C. Perumusan Masalah Berdasarkan pembatasan masalah yang telah dikemukakan di atas, maka perumusan masalah dapat dirumuskan sebagai berikut:apakah metode bermain peran pada anak didik kelompok B di TK Batik Magersari, Mojo, Andong, Boyolali semester I tahun pelajaran 2012/2013 dapat meningkatkan kemampuan toleransi anak? D. Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka penelitian ini mempunyai tujuan sebagai berikut: 1) Tujuan umum:

7 Untuk meningkatkan kemampuan sikap toleransi anak di kelompok B TK Batik Andong 2) Tujuan khusus: Untuk mengetahui peningkatan kemampuan sikap toleransi melalui metode bermain peran pada anak didik kelompok B di TK Batik Magersari, Mojo, Andong, Boyolali semester I tahun pelajaran 2012/2013. E. Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan daat mempunyai beberapa manfaat, yaitu : 1. Secara Teoritis Secara teoritis hasil penelitian ini dapat dimanfaatkan untuk menambah ilmu pengetahuan dan wawasan guru sehingga menjadi profesional dalam bidang pembelajaran, khususnya dalam mengembangkan kemampuan sikap toleransi anak melalui metode bermain peran. 2. Secara Praktis. a. Manfaat bagi anak 1) Dapat mengembangkan kemampuan sikap toleransi anak. 2) Memberikan kesempatan pada anak untuk ikut serta dalam proses belajar mengajar. b. Manfaat bagi Guru 1) Membantu mempermudah guru dalam mengembangkan kemampuan sikap toleransi anak. 2) Sebagai dasar bagi guru untuk memilih metode dalam mengembangkan kemampuan sikap toleransi anak.

8 3) Sebagai rujukan guru dalam memberikan saran kepada orang tua untuk mengembangkan kemampuan sikap toleransi anak.