manusia yang memiliki kepribadian yang mantap dan mandiri serta rasa tanggung jawab

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. sebaya ataupun orang dewasa lainnya (Yusuf,2001;122, Mubiar: 2008;13).

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

2015 PENGARUH PEMBELAJARAN DENGAN MENGGUNAKAN METODE BERMAIN PERAN MAKRO TERHADAP KETERAMPILAN SOSIAL ANAK USIA DINI

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Berdasarkan hasil analisis dan kajian teoritis efektivitas kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Anak prasekolah merupakan sosok individu yang sedang mengalami proses

BAB I PENDAHULUAN. individu. Maka tidak diragukan lagi bahwa pengalaman-pengalaman pada masa

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kehidupan manusia, bahasa merupakan alat menyatakan pikiran dan

BAB I PENDAHULUAN. yang disetujui bagi berbagai usia di sepanjang rentang kehidupan.

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan sangat penting dalam kehidupan dan diharapkan mampu. mewujudkan cita-cita bangsa. Pendidikan bertujuan untuk membantu

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Anak merupakan generasi penerus dan aset pembangunan. Anak menjadi

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa peralihan dari kanak-kanak menuju masa

BAB I PENDAHULUAN. Nurul Fahmi,2014 EFEKTIVITAS PERMAINAN KELOMPOK UNTUK MENGEMBANGKAN PENYESUAIAN SOSIAL SISWA

BAB I PENDAHULUAN. kesiapan dalam memasuki pendidikan yang lebih tinggi. yang di selenggarakan di lingkungan keluarga.

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang semakin cepat saat ini,

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Di Indonesia jumlah anak yang memiliki perilaku yang bermasalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. terutama karena berada dibawah tekanan sosial dan menghadapi kondisi baru.

BAB I PENDAHULUAN. perkembangannya, dan terjadi pematangan fungsi-fungsi fisik dan psikis yang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Masa remaja merupakan masa transisi dari masa anak-anak menuju masa

BAB III METODE PENELITIAN. dimana ada pemberian perlakuan (treatment) terhadap variabel dependent.

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan Taman Kanak-Kanak (TK) merupakan bentuk pendidikan

BAB III METODE PENELITIAN

PENGARUH SOCIAL SKILL TRAINING TERHADAP KEMAMPUAN EMPATI ANAK USIA DINI

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Anak pra sekolah yaitu anak dengan usia 4-6 tahun yang mengalami

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Devi Eryanti, 2013

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah suatu usaha atau kegiatan yang dijalankan dengan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan modal dasar untuk menyiapkan insan yang

BAB I PENDAHULUAN. Masa kanak-kanak merupakan masa paling awal dalam rentang. anak prasekolah dipusatkan untuk menjadi manusia sosial, belajar bergaul

BAB I PENDAHULUAN. Penerapan Metode Pembiasaan Dalam Menumbuhkan Karakter Kemandirian Anak Usia Dini 5-6 Tahun Di Lingkugan Keluarga

BAB 1 PENDAHULUAN. datang. Anak dilahirkan dengan potensi dan kecerdasannya masing-masing.

BAB I PENDAHULUAN. tua, lingkungan masyarakat sekitarnya, dan negara. Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasiona No 20 Tahun 2003 Bab I Pasal 1

BAB I PENDAHULUAN. mengungkapkan berbagai keinginan maupun kebutuhannya, serta memungkinkan

I. PENDAHULUAN. aktivitas hidupnya dan melanjutkan garis keturunannya. Dalam menjalin

I. PENDAHULUAN. berkembang melalui masa bayi, kanak-kanak, remaja, dewasa hingga. Hubungan sosial pada tingkat perkembangan remaja sangat tinggi

I. PENDAHULUAN. Peserta didik Sekolah Menengah Pertama (SMP ) berada dalam masa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. mengembangan berbagai potensi yang dimiliki anak. Usia 4-6 tahun adalah suatu tahap

PENGARUH BERMAIN PERAN TERHADAP KEMAMPUAN SOSIAL EMOSIONAL ANAK USIA 5-6 TAHUN DI TK AISYIYAH BUSTANUL ATHFAL 5 MATARAM

BAB I PENDAHULUAN. ke arah positif maupun negatif, maka intervensi edukatif dalam bentuk

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan sosial (IPS) di tingkat sekolah dasar (SD). Pembelajaran IPS

PENGARUH METODE BERMAIN PERAN TERHADAP KECERDASAN INTERPERSONAL ANAK TAMAN KANAK-KANAK

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah 2014

I. PENDAHULUAN. teratur, dan berencana yang berfungsi untuk mengubah atau mengembangkan

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan ( S.Pd ) Pada Program Studi PG PAUD FKIP UN PGRI Kediri

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan dalam Undang-undang Nomor 20 tahun 2003 Pasal 1 Ayat (1) tentang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pada masa usia dini anak mengalami masa keemasan (the golden age)

BAB I PENDAHULUAN. dan pertumbuhan anak karena merupakan masa peka dalam kehidupan anak. Masa

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

2014 MENINGKATKAN KEMAMPUAN BEKERJASAMA PADA KELOMPOK BERMAIN MELALUI KEGIATAN MEMASAK (COOKING CLASS)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sekolah adalah suatu lembaga tempat menuntut ilmu. Selain itu sekolah

BAB III METODE PENELITIAN. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan pendekatan

BAB I PENDAHULUAN. anak-anak terus bekerja, dan daya serap anak-anak tentang dunia makin meningkat.

MENINGKATKAN PERILAKU SOSIAL ANAK MELALUI METODE KARYAWISATA DI KELOMPOK B TK AL-KHAIRAAT TOAYA VUNTA KABUPATEN DONGGALA FATMAH 1 ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH. meluasnya lingkungan sosial. Anak-anak melepaskan diri dari keluarga dan

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu indikator keberhasilan siswa dalam belajar adalah memperoleh

BAB I PENDAHULUAN. usia kanak-kanak mulai dari 0-6 tahun adalah masa the golden age atau masa usia. sehingga potensi yang dimilikinya semakin terasah.

BAB I PENDAHULUAN. Departemen Kesehatan RI pada tahun 2010 jumlah anak usia dini (0-4 tahun) di

BAB I PENDAHULUAN. selalu tumbuh dan berkembang. Undang-Undang No. 20 tahun 2003 tentang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan dan kemajuan teknologi tidak

BAB I PENDAHULUAN. jangka waktunya berbeda bagi setiap orang tergantung faktor sosial dan budaya.

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil penelitian yang penulis laksanakan mengenai hubungan

BAB III METODE PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah Metode Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. cara belajar anak dibuat yang menyenangkan. Di usia 5 6 tahun anak

BAB I PENDAHULUAN. Individu pada usia remaja di sekolah adalah sebagai individu yang sedang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Melda, 2013

I. PENDAHULUAN. masa dewasa yang mencakup perubahan biologis, kognitif, dan sosial emosional.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Vera Nurfadillah, 2014 Optimalisasi Peran Orangtuapekerja Dalam Pembentukan Kemandirian Anak Usia Dini

BAB I PENDAHULUAN. dengan baik di lingkungan tempat mereka berada. Demikian halnya ketika

UPAYA MENGEMBANGKAN PERILAKU SOPAN MELALUI PEMBIASAAN PADA ANAK KELOMPOK B1 DI TK ALKHAIRAAT TONDO

BAB I PENDAHULUAN. Anak adalah individu yang unik dan memerlukan perhatian khusus untuk

Sekolah Taman Kanak-Kanak Dasar Model (TK dan SD Model) Kabupaten Sleman

BAB I PENDAHULUAN. dengan adanya fitrah yang suci. Sebagaimana pendapat Chotib (2000: 9.2) bahwa

III. METODE PENELITIAN. Metode ini menggunakan metode Pre-Experimental Designs, menurut

BAB I PENDAHULUAN. ditujukan kepada anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang

PENGARUH PEMBELAJARAN DENGAN KELOMPOK TERHADAP KETERAMPILAN SOSIAL ANAK PADA KELOMPOK B TK TUNAS MEKAR PALANGKA RAYA

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai mahluk sosial, manusia senantiasa hidup bersama dalam sebuah

BAB I PENDAHULUAN. suasana belajar dan proses pembelajaran atau pelatihan agar peserta didik

BAB I PENDAHULUAN. makhluk-makhluk ciptaan Tuhan yang lain. Manusia sebagai individu dibekali akal

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Anak adalah Tunas harapan bangsa. Mereka ibarat bunga yang tengah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Perubahan zaman yang semakin pesat ini membawa dampak ke berbagai

2015 PENGARUH INTENSITAS KOMUNIKASI DAN KINERJA TUTORTERHADAP MINAT ORANG TUA MENYEKOLAHKAN ANAK DI RA DRSETIABUDHI BANDUNG

Wawasan Bimbingan Konseling di Sekolah. Meliputi : pengertian, tujuan, landasan & urgensi BK, fungsi, sifat, ruang lingkup, prinsipprinsip,

BAB I PENDAHULUAN. Sekolah merupakan pendidikan kedua setelah lingkungan keluarga, manfaat

BAB I PENDAHULUAN. kasar), kecerdasan (daya pikir, daya cipta, kecerdasan emosi, kecerdasan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan anak usia dini merupakan pendidikan bagi anak yang dimulai

I. PENDAHULUAN. lain. Menurut Supratiknya (1995:9) berkomunikasi merupakan suatu

PENGARUH PEMBERIAN PENGUATAN TERHADAP PERKEMBANGAN MORAL ANAK Di KELOMPOK B3 TK NEGERI PEMBINA PALU. Zulfitri 1

I. PENDAHULUAN. siswa diharuskan aktif dalam kegiatan pembelajaran. dengan pandangan Sudjatmiko (2003: 4) yang menyatakan bahwa kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. berubah dari tradisional menjadi modern. Perkembangan teknologi juga

2015 UPAYA ORANG TUA DALAM MEMBANTU PERKEMBANGAN SOSIAL EMOSIONAL ANAK PRASEKOLAH

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

PENINGKATAN KEMAMPUAN SOSIAL EMOSIONAL ANAK MELALUI METODE BERMAIN PERAN PADA ANAK KELOMPOK B DI TK AISYIYAH 7 BARENG KLATEN TAHUN 2012/2013

BAB V KESIMPULAN DAN IMPLIKASI. Dalam merancang pendidikan untuk anak usia prasekolah memerlukan

BAB I PENDAHULUAN. Sekolah Dasar (SD) merupakan jenjang pendidikan formal pertama dan

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Anak dilahirkan belum bersifat sosial artinya dia belum memiliki kemampuan untuk bergaul dengan orang lain. Untuk mencapai kematangan sosial, anak harus belajar tentang tata cara menyesuaikan diri dengan orang lain di lingkungannya (Syamsu Yusuf, 2002:122). Sueam Ambron (1981) mengartikan sosialisasi itu sebagai proses belajar yang membimbing anak kearah perkembangan kepribadiaan sosial sehingga menjadi anggota masyarakat yang bertanggung jawab dan efektif. Bimbingan dari pendidik, orang tua dan guru ini sangatlah penting bagi anak, karena anak masih terlalu muda dan memiliki pengalaman untuk membimbing perkembangannya sendiri kearah kematangan (syamsu Yusuf, 2002:123). Manfaat dari keterampilan sosial itu sendiri dipertegas oleh pernyataan Kurniati ( Lismayanti, 2008:11) yang menyatakan bahwa anak yang mampu diterima oleh kelompok soaialnya dan memiliki keterampilan sosial yang baik akan dapat member rasa aman dan nyaman baik bagi dirinya sendiri maupun bagi orang lain. Sebagai syarat keberhasilan dalam bersosialisasi tebtunya anak harus memiliki keterampilan soaial yang baik. Syaodih (Lismayanti, 2008:11) mengemukakan bahwa anak yang menguasai keterampilan sosial cenderung mudah dalam bergaul dan memasuki dunia bermainnya. Menurut Dahlan dalam Nugraha (2005) yang melakukan penelitian terhhadap orang tua dan guru yang kurang membekali keterampilan soaial kepada anak-anaknya, hasil penelitianya menjelaskan bahwa anak-anak tersebut menunjukkan prilaku kesepian dan pemurung, bringas dan kurang memiliki sopan santun. Hal ini menunjukkan betapa pentingnya seseorang untuk memiliki keterampilan sosial sehingga ia dapat hidup baik dan tentram dalam lingkungan sosialnya. Keterampilan sosial merupakan dasar bagi manusia untuk dapat beradaptasi dan berhubungan dengan orang lain sangatlah penting dimiliki oleh setiap anak, hal tersebut tercermin dalam tujuan Pendidikan Nasioanal yang secara umum mengharuskan seseorang memiliki adalah untuk mencerdaskan dan 1 mengembangkan manusia Indonesia seutuhny, yaitu manusia yang memiliki kepribadian yang mantap dan mandiri serta rasa tanggung jawab

2 kemasyarakatan dan kebangsaan (Departemen Pendidikan Nasional, Pasal 4). Melihat dari tujuan Pendidikan Nasional tersebut, Samsul (2010) menjelaskan bahwa melalui pendidikan seorang anak harus dapat melakukan adaptasi dengan lingkungan soaialnya serta mampu menjadi menjadi masyarakat yang berguna,sehingga diharapkan bagi para pendidik harus mampu mengembangkan dan membekali seorang anak agar memiliki keterampilan sosial untuk dapat bermasyarakat dengan baik, dengan kata lain seorang anak memiliki keterampilan sosial yang baik. Memperkuat permasalahan tersebut, penelitian serupa yang dilakuakan oleh Matson & Ollendick (Nurfitriah,2006) menunjukkan sekitar 90%-98% dari 8-5 anak yang ditelitinya kurang memiliki keterampilan sosial, sehingga mereka mengalami kesulitan dalammelakukan interaksi sosialnya dan menunjukkan prilaku-prilaku seperti takut ketika berbicara dan menyampaikan pendapat, tidak mau memperhatikan temannya ketika berbicara, serta tidak mau bersama dalam kelompok, yang menyebabkan anak tidak mempunyai teman dan lebih senang untuk bermain sendiri. Sedangkan Dodge mengemukakan bahwa factor penyebab dari kurangnya penerimaan sosial terhadap anak dapat mengidentifikasikan adanya kecenderungan anak yang bersangkutan memiliki keterampilan sosial yang rendah (Nurfitriya, 2006). Keterampilan sosial merupakan dasar untuk bergaul dengan orang lain. Menurut Septiana (2009) kurangnya seseorang memiliki keterampilan sosial dapat menyebabkan kesulitan prilaku di sekolah, kenakalan, penolakan rekan, kesulitan emosional, bullying, kesulitan dalam berteman, agresivitas, masalah dalam interpersonal, miskin konsep diri, kegagalan akademik, kesulitan konsentrasi, isolasi dari teman sebaya, serta depresi. Usia pra sekolah memberikan kesempatan luas kepada anak untuk mengembangkan keterampilan sosialnya. Di usia inilah ia mulai melihat dunia luar selain lingkungan rumah bersama orang-orang di sekitarnya. Menurut Combs dan Salby dalam Cartede dan Milburn (Lismayanti, 2008:5). Arahan mengenai keterampilan sosial yang baik perlu dilakuan kepada anak sejak usia dini, hal tersebut diperkuat oleh Rahmat (2005) yang menyatakan bahwa masa usia dini (kanakkanak) merupakan fase yang paling subur paling dominan bagi seorang pendidik untuk memberikan arahan yang bersih kedalam jiwa dan sepak terjang anak. Pada masa ini menurut Rahman (2005) anak masih lugu dan polos sehingga apabila masa ini bisa dimanfaatkan oleh

3 pendidik secara maksimal tentu harapan besar untuk berhasil akan mudah diraih oleh anak. Sedangkan berdasarkan pengamatan terhadap anak kelompok A TK Tunas Bangsa ternyata masih ditemui anak yang belum memiliki kerjasama sosial, interaksi sosial dan kemandirian sosial yang baik ini ditunjukkan dengan prilaku pemalu, tidak, mau ditinggalkan orang tua, tidak suka bermain dengan teman, mengganggu, serta ragu untuk mengemukakan pendapat. Hal ini membuktikan bahwa dalam pendidikan Taman Kanak-Kanak masih terdapat anak yang memiliki keterampilan sosial yang belum sepenuhnya baik dan masih perlu mendapatkan bimbingan. Melihat betapa pentingnya keterampilan soaial dimiliki oleh anak terutama anak usia TK, dan melihat factor yang ditimbulkan jika anak tidak memiliki keterampilan sosial yang baik, maka perlu dilakukan penyelesaian masalahyang terkait dengan keterampilan sosial ini. Kondisi tersebut memperlihatkan mengenai pentingnya keterampilan sosial yang perlu dimiliki anak sejak dini maka diperlukan salah satu Perilaku atau cara yang perlu dilakukan untuk meningkatkan keterampilan sosial anak di sekolah adalah dengan membangun hubungan yang positif dengan anak. Perilaku membangun hubungan yang positif ini ditujukan secara khusus untuk meningkatkan keterampilan sosial dan mencegah masalah prilaku anak, (Miller, tt). Lebih lanjut Coleman (2011) menjelaskan bahwa Perilaku membangun hubungan yang positif merupakan cara yang paling populer dan paling efektif karena Perilaku ini telah terbukti secara efektif untuk mencegah dan mengurangi prilaku buruk anak-anak. Salah satu dari Perilaku membangun hubungan yang positif adalah dengan cara menanamkan rasa kasih sayang kepada anak disekolah, seperti yang dikemukan oleh teori Maslow dalam Saefudin (2008) yang diantaranya adalah: 1. Hubungan guru dengan siswa (a) guru dapat menampilkan ciri-ciri kepribadian: empatik, peduli dan interes terhadap siswa, sabar, adil, terbuka serta dapat menjadi pendengar yang baik. (b) guru dapat menerapkan pembelajaran individual dan memahami siswanya (kebutuhan, potensi, minat, karakteristik, kepibadian dan latar belakangnya). (c) guru lebih banyak memberikan komentar dan umpan balik yang positif daripada yang negatif. (d) guru dapat menghargai dan menghomati setiap pemikiran, pendapat dan keputusan setiap siswanya. (f) guru dapat menjadi penolong yang bisa diandalkan dan memberikan kepercayaan terhadap siswanya.

4 2. Hubungan siswa dengan siswa, (a) sekolah mengembangkan situasi yang memungkinkan terciptanya kerjasama mutualistik dan saling percaya diantara siswa. (b) sekolah dapat menyelenggarakan class meeting, melalui berbagai forum, seperti olahraga atau kesenian. (c) sekolah mengembangkan diskusi kelas yang tidak hanya untuk kepentingan pembelajaran. (d) Sekolah mengembangkan tutor sebaya. Perilaku membangun hubungan yang positif tersebut tentunya menjadi sangat penting untuk meningkatkan keterampilan sosial anak. Dikarenakan dengan membangun hubungan yang positif maka akan tercipta ikatan emosional yang baik yaitu dengan menciptakan kesenangan dalam belajar, menjalin hubungan positif antara guru, orang tua dan anak serta dapat menyingkirkan segala ancaman dari suasana belajar yang menyenangkan, Claridge (2010). Berdasarkan pandangan para ahli diatas terlihat bahwa Perilaku guru dalam membangun hubungan yang positif merupakan Perilaku yang direkomendasikan para ahli untuk meningkatkan keterampilan sosial anak, oleh karena itu peneliti meneliti lebih jauh tentang Perilaku guru dalam membangun hubungan yang positif dengan anak melalui penelitian Pre eksperimen dengan judul Meningkatkan Keterampilan Sosial Anak Taman Kanak-Kanak melalui Perilaku Guru dalam Membangun Hubungan Positif dengan Anak. B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas, maka dirumuskan pertanyaan penelitian sebagai berikut: 1. Bagaimana tingkat keterampilan sosial anak kelompok A Taman Kanak-Kanak Tunas Bangsa Bandung sebelum diterapkan Perilaku guru membangun hubungan yang positif dengan anak? 2. Bagaimana tingkat keterampilan sosial anak kelompok A Taman Kanak-Kanak Tunas Bangsa Bandung setelah diterapkan Perilaku guru membangun hubungan yang positif dengan anak? 3. Bagaimana efektifitas Perilaku guru dalam membangun hubungan yang positif dengan anak dalam meningkatkan keterampilan sosial anak? C. Tujuan Penelitian

5 1. Mengetahui profil tingkat keterampilan sosial anak TK Tunas Bangsa sebelum diberikan Perilaku guru dalam membangun hubungan yang positif dengan anak. 2. Mengetahui profil tingkat keterampilan sosial anak TK Tunas Bangsa setelah diberikan Perilaku guru dalam membangun hubungan yang positif dengan anak. 3. Mengetahui efektifitas Perilaku guru dalam membangun hubungan yang positif dengan anak dalam meningkatkan keterampilan sosial di TK Tunas Bangsa. D. Manfaat Penelitian Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini, dapat memberikan sumbangan pemikiran bagi berbagai pihak diantaranya : 1. Bagi peneliti, menambah pengetahuan yang lebih banyak dan lebih jelas mengenai Perilaku guru dalam membangun hubungan yang positif, bahwa Perilaku ini dapat meningkatkan keterampilan sosial anak. 2. Bagi guru, memberikan pengetahuan yang lebih banyak bahwa dengan membangun hubungan yang positif dengan anak dapat meningkatkan keterampilan sosial anak. 3. Bagi orang tua, memberikan pengetahuan dan informasi bahwa dengan membangun hubungan yang positif antara anak, guru, dan staff sekolah dapat meningkatkan keterampilan sosial anak. 4. Bagi mahasiswa, diharapkan hasil penelitian ini akan menambah wawasan mengenai keterampilan sosial yang dapat ditingkatkan melalui Perilaku guru dalam membangun hubungan yang positif dengan anak. Sehingga dapat menjadikan bahan acuan penelitian selanjutnya bagi mahasiswa yang ingin mengkaji lebih mendalam dan komprehensif. 5. Bagi Prodi PGPAUD, memberikan referensi baru bahwa keterampilan sosial anak dapat ditingkatkan memalui Perilaku guru dalam membangun hubungan yang positif dengan anak. E. Asumsi Penelitian Penelitian ini berdasarkan beberapa asumsi, yaitu :

6 1. Keterampilan sosial merupakan dasar untuk bergaul dengan orang lain, kurangnya eseorang memiliki keterampilan sosial dapat menyebabkan kesulitan perilaku di sekolah, kenakalan, tidak perhatian, penolakan rekan, kesulitan emosional, bullying, kesulitan dalam berteman, agresivitas masalah dalam hubungan interpersonal, miskin konsep diri, kegagalan akademik, kesulitan konsentrasi, isolasi dari teman sebaya serta depresi (septiana, 2009). 2. Keterampilan untuk berperilaku sosial perlu dimiliki sejak anak masih kecil sebagai pondasi bagi perkembangan kemampuan anak berinteraksi dengan lingkungannya secara lebih luas (Syaodih, 2005). 3. Membangun hubungan positif dengan anak-anak merupakan tugas penting dan komponen dasar dalam mengajar yang baik. Semua anak dapat tumbuh dan berkembang melalui interaksi yang memberikan rasa cinta dan rasa aman. Sebuah hubungan positif guru dan anak yang dibangun atas dasar kepercayaan, pemahaman, dan kepeduli akan menumbuhkan kerjasama, motivasi dan meningkatkan hasil positif mereka di sekolah (Webster-Stratton, 1999). F. (Definisi Operasional Variabel) Untuk memperjelas arah dalam penelitian maka yang dimaksud dengan keterampilan sosial dan Hubungan Positif dalam penelitian ini adalah : 1. Keterampilan Sosial Secara operasional keterampilan sosial merupakan kebutuhan primer yang perlu dimiliki anak sebagai bekal bagi kemandiriannya. Anak yang memiliki keterampilan sosial oleh kelompoknya, dalam penelitian ini yang dimaksud dengan keterampilan sosial adalah kemampuan yang berkaitan dengan kerjasama sosial, interaksi sosial dan kemandirian sosial (Sukma, 2009). 2. Membangun Hubungan Positif Membangun hubungan yang positif dengan anak menurut (Fox, at, al 2003) yaitu upaya mengembangkan konsep diri yang positif pada diri anak, membangun rasa percaya diri dan mengembangkan rasa aman yang dapat membantu anak mencegah perilaku nakal, yang dilakukan dengan cara memberikan respon positif pada setiap perilaku positif anak, seperti menyapa setiap anak dengan menyebut namanya, ikut terlibat dalam aktivitas belajar dan

7 bermain anak, menjalin interaksi positif dan komunikasi yang efektif dengan anak, melakukan Perilaku home visit dan Perilaku outing. G. Hipotesis Untuk mengetahui pengaruh dari Perilaku guru membangun hubungan positif dengan anak terhadap keterampilan sosial anak taman kanak kanak, maka dalam penelitian ini : 1. Hipotesis Nol (H0) H0 = Tidak terdapat perbedaan keterampilan sosial anak kelompok A TK Tunas Bangsa yang signifikan sebelum dan sesudah dilaksanakannya Perilaku guru dalam membangun hubungan positif dengan anak. H0 : µ1 = µ2= 0 Hipotesisi ini akan diuji pada = 0.05 2. Hipotesis altenatif (Ha) Ha = Terdapat perbedaan keterampilan sosial anak kelompok A TK tunas Bangsa yang signifikan sebelum dan sesudah diberikan Perilaku guru dalam membangun hubungan positif dengan anak Ho : µ1 µ2 0 Hipotesis ini akan diuji pada = 0,05 H. Metode Penelitian Berdasarkan rumusan masalah dan tujuan dalam penelitian ini maka metode penelitian yang digunakan adalah metode eksperimen dengan jenis pre eksperimen. Desain yang digunakan adalah desain penelitian nonequivalent atau one group pre-test and post-test desgn. Desain ini termasuk kedalam metode eksperimen yang digunakan untuk mengkaji hubungan antara variabel bebas dan variabel terikat. Penelitian dilakukan pada satu kelompok subjek dan dilaksanakan tanpa adanya kelompok pembanding. Sehingga data yang diperoleh diolah melalui perhitungan statistik. Menurut Arikunto (2006) pelaksanaan desain one group per-test and post-test dalam penelitian dapat dikemukakan dalam tiga langkah yaitu : 1. Pre-test yaitu hasil observasi yang dilakukan sebelum diberikan perlakuan

8 2. Melaksanakan treatmeant yaitu perlakuan yang diberikan kepada subjek penelitian dalam penelitian ini perlakuannya adalah Perilaku guru dalam membangung hubungan yang positif dengan anak. 3. Post-Test yaitu hasil observasi yang dilakukan sesudah diberikan perlaukuan. I. Lokasi dan Subjek Penelitian 1. Lokasi Penelitian Lokasi yang digunakan untuk melaksanakan penelitian ini adalah Taman Kanak-Kanak (TK) Plus Tunas Bangsa yangberalamatkan di Jl. Terusan Permai V No.33 A RT 02/ RW 08 Kelurahan Cipadung Kecamatan Cibiru Kota Bandung. 2. Subjek Penelitian Subjek penelitian ini adalah anak didikdi Taman Kanak-Kanak Plus Tunas Bangsa yang berjumlah 12 anak. Adapun jumlah anak perempuan 7 anak sedangkan jumlah anak laki-laki sebanyak 5 anak. J. Sistematika Penulisan Berikut dibawah ini adalah gambaran umum dari bab ke bab isi dari penulisan skripsi ini: Bab I. Pendahuluan, pada bab ini mengemukakan tentang : latar belakang, Rumusan masalah, Tujuan penelitian, Manfaat penelitian, Asumsi penelitian, Penjelasan istilah, Hipotesis, Metode penelitian. Bab II kajian teoritis menguraikan tentang teori-teoridan konsep tentang masalah yang sedang diteliti. Bab III Metode Penelitian, pada bab ini mengemukakan tentang : Lokasi dan Subjek Penelitian, Desain Penelitian, Metode Penelitian, Penjelasan Istilah, Instrumen Penelitian, Proses Pengembangan Instrumen, teknik pengumpilan Data dan Analisis data. Bab IV Hasil Penelitian dan Pembahasan, pada bab ini mengemukakantentang: Pengolahan dan Analisis Data, Pembahasan Data dan Analisis Temuan.

9 Bab V Kesimpulan dan Rekomendasi, pada bab ini mengemukakan tentang : Kesimpulan yang akan diambil dan Saran atau Rekomendasi yang diberikan.