PEMANFAATAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS (SIG) DAN PENGINDERAAN JAUH DALAM PEMETAAN PENUTUPAN LAHAN DI KABUPATEN BANJARNEGARA

dokumen-dokumen yang mirip
BAB IV GAMBARAN UMUM

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

4. PERUBAHAN PENUTUP LAHAN

II. TINJAUAN PUSTAKA. permukaan lahan (Burley, 1961 dalam Lo, 1995). Konstruksi tersebut seluruhnya

ANALISIS PERUBAHAN PENGGUNAAN LAHAN KECAMATAN SEWON KABUPATEN BANTUL TAHUN 2006 DAN 2014 BERDASARKAN CITRA QUICKBIRD

METODOLOGI. Gambar 4. Peta Lokasi Penelitian

PERUBAHAN PENUTUPAN LAHAN DI TAMAN NASIONAL WAY KAMBAS (LAND COVER CHANGES IN WAY KAMBAS NATIONAL PARK)

I. PENDAHULUAN. masyarakat Kota Bandar Lampung dan Kabupaten Pesawaran. Selain itu taman

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Lahan, Penggunaan Lahan dan Perubahan Penggunaan Lahan

Session_01. - Definisi SIG - Latar Belakang - Keunggulan SIG dibanding sistem perpetaan konvensional - Contoh pemanfaatan SIG

KAJIAN CITRA RESOLUSI TINGGI WORLDVIEW-2

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Lahan dan Penggunaan Lahan Pengertian Lahan

EVALUASI PENGGUNAAN LAHAN (LAND USE) DI KECAMATAN SINGKOHOR KABUPATEN ACEH SINGKIL TAHUN 2015

Orientasi adalah usaha peninjauan untuk menentukan sikap (arah, tempat, dan sebagainya) yang tepat dan benar (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 1989).

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

3/30/2012 PENDAHULUAN PENDAHULUAN METODE PENELITIAN

ANALISIS PERUBAHAN TUTUPAN LAHAN KABUPATEN TOBA SAMOSIR SKRIPSI. Oleh : PUTRI SINAMBELA /MANAJEMEN HUTAN

III. METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

III. METODOLOGI 3.1 Waktu Penelitian 3.2 Lokasi Penelitian

BAB III METODE PENELITIAN

Peranan Aplikasi GIS Dalam Perencanaan Pengembangan Pertanian

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan di Taman Hutan Raya Wan Abdul Rachman (Tahura

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

Analisis Perubahan Lahan Tambak Di Kawasan Pesisir Kota Banda Aceh

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB II KONDISI UMUM DAN POTENSI WILAYAH KABUPATEN BANJARNEGARA

PEMETAAN PERUBAHAN PENUTUPAN LAHAN DI KECAMATAN PESISIR KABUPATEN SERDANG BEDAGAI SKRIPSI

ANALISA PERUBAHAN PENUTUPAN LAHAN PADA KAWASAN HUTAN LINDUNG GUNUNG NANING KABUPATEN SEKADAU PROVINSI KALIMANTAN BARAT

III. METODOLOGI. Gambar 1. Peta Administrasi Kota Palembang.

TPL 106 GEOLOGI PEMUKIMAN

ANALISIS TUTUPAN LAHAN MENGGUNAKAN CITRA LANDSAT DI HUTAN PENDIDIKAN GUNUNG WALAT HAYCKAL RIZKI H.

Perubahan Penggunaan Tanah Sebelum dan Sesudah Dibangun Jalan Tol Ulujami-Serpong Tahun di Kota Tangerang Selatan

Gambar 7. Lokasi Penelitian

REMOTE SENSING AND GIS DATA FOR URBAN PLANNING

Pemanfaatan Citra Landsat Untuk Klasifikasi Tutupan Lahan Lanskap Perkotaan Kota Palu

II. TINJAUAN PUSTAKA. Perubahan penutupan lahan merupakan keadaan suatu lahan yang mengalami

ANALISIS LAJU DEFORESTASI HUTAN BERBASIS SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS (STUDI KASUS PROVINSI PAPUA)

BAB II PEMBAHASAN 1. Pengertian Geogrhafic Information System (GIS) 2. Sejarah GIS

TINJAUAN PUSTAKA. Defenisi lahan kritis atau tanah kritis, adalah : fungsi hidrologis, sosial ekonomi, produksi pertanian ataupun bagi

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

III. METODOLOGI. 3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian

ANALISIS PERUBAHAN CADANGAN KARBON DI KAWASAN GUNUNG PADANG KOTA PADANG

BAB III METODE PENELITIAN

ANALISIS PERUBAHAN PENUTUPAN LAHAN (LAND COVER) DI TAMAN WISATA ALAM SUNGAI LIKU KABUPATEN SAMBAS TAHUN

PEMANFAATAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS (SIG) UNTUK PENATAGUNAAN LAHAN DI DAS ULAR SUMATERA UTARA

LAPORAN PROYEK PENGINDERAAN JAUH IDENTIFIKASI PENGGUNAAN LAHAN DENGAN MENGGUNAKAN HIRARKI DI KOTA BATU

MONITORING PERUBAHAN LANSEKAP DI SEGARA ANAKAN, CILACAP DENGAN MENGGUNAKAN CITRA OPTIK DAN RADAR a. Lilik Budi Prasetyo. Abstrak

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang memiliki kawasan pesisir sangat luas,

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Masyarakat Adat Kasepuhan

BAB III METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN. berlokasi di kawasan Taman Nasional Way Kambas. Taman Nasional Way

SKRIPSI. Oleh : MUARA SEH SURANTA TARIGAN / MANAJEMEN HUTAN. Universitas Sumatera Utara

ANALISIS PERUBAHAN LUAS EKOSISTEM MANGROVE DI KABUPATEN BARRU

ANALISIS KESELARASAN PEMANFAATAN RUANG KECAMATAN SEWON BANTUL TAHUN 2006, 2010, 2014 TERHADAP RENCANA DETAIL TATA RUANG KAWASAN (RDTRK )

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Jurnal Penelitian Sains Volume 18 Nomor 1 Januari 2016

PERENCANAAN PENGHIJAUAN DENGAN APLIKASI SISTEM INFORMASI GEOGRAFI (SIG)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Perencanaan pengembangan wilayah merupakan salah satu bentuk usaha

PERENCANAAN PENGHIJAUAN DENGAN MENGGUNAKAN CITRA SATELIT IKONOS (Studi Kasus di Desa WEK II, Kecamatan Padangsidempuan Utara, Kota Padangsidempuan)

TINJAUAN PUSTAKA. Dalam Pasal 12 Undang-undang Kehutanan disebutkan bahwa. penyusunan rencana kehutanan. Pembentukan wilayah pengelolaan hutan

IV. METODOLOGI 4.1. Waktu dan Lokasi

BAB III METODE PENELITIAN

ANALISISPERUBAHAN TUTUPAN LAHAN DI DAERAH ALIRAN SUNGAI WAMPU, KABUPATEN LANGKAT, SUMATERA UTARA

Pembangunan Basis Data Guna Lahan Kabupaten Bengkalis

APLIKASI DATA CITRA SATELIT LANDSAT UNTUK PEMANTAUAN DINAMIKA PESISIR MUARA DAS BARITO DAN SEKITARNYA

Pengertian Sistem Informasi Geografis

PEMETAAN TINGKAT KERUSAKAN MANGROVE DI KABUPATEN ASAHAN PROVINSI SUMATERA UTARA

IV. GAMBARAN UMUM. Kabupaten Banjarnegara terletak antara 7⁰12 7⁰31 Lintang Selatan dan

PEMANFAATAN CITRA SATELIT DALAM MENGIDENTIFIKASI PERUBAHAN PENUTUPAN LAHAN : STUDI KASUS HUTAN LINDUNG REGISTER 22 WAY WAYA LAMPUNG TENGAH

Seminar Nasional Penginderaan Jauh ke-4 Tahun Staf Pengajar Jurusan Teknik Geodesi FT-UNPAK.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PERUBAHAN LUAS EKOSISTEM MANGROVE DI KAWASAN PANTAI TIMUR SURABAYA

ANALISIS PERUBAHAN LUAS TUTUPAN LAHAN BERVEGETASI TERHADAP PENYERAPAN GAS CO 2 DI KOTA PONTIANAK


Gambar 3. Peta Orientasi Lokasi Studi

APLIKASI PENGINDERAAN JAUH DAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFI UNTUK KESESUAIAN LAHAN PERMUKIMAN KOTA BEKASI. Dyah Wuri Khairina

Bab I Pendahuluan. I.1. Latar Belakang

Pengembangan RTH Kota Berbasis Infrastruktur Hijau dan Tata Ruang

Rizqi Agung Wicaksono Zuharnen Fakultas Geografi, Universitas Gadjah Mada Yogyakarta ABSTRACT

BAB 11: GEOGRAFI SISTEM INFORMASI GEOGRAFI

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

KAWASAN TERPADU RIMBA DI 3 KABUPATEN PRIORITAS (Kab. Kuantan Sengingi, Kab. Dharmasraya dan Kab. Tebo)

BAB IV GAMBARAN UMUM OBYEK PENELITIAN. 1. Letak Geografis dan Administrasi Kabupeten Banjarnegara

KOREKSI RADIOMETRIK CITRA LANDSAT-8 KANAL MULTISPEKTRAL MENGGUNAKAN TOP OF ATMOSPHERE (TOA) UNTUK MENDUKUNG KLASIFIKASI PENUTUP LAHAN

q Tujuan dari kegiatan ini diperolehnya peta penggunaan lahan yang up-to date Alat dan Bahan :

Analisis Perubahan Penutup Lahan Hutan dan Perkebunan di Provinsi Jambi Periode

Abstract. Keywords : Agriculture, GIS, spatial data and non-spatial data, digital map. Abstrak

BAB I Latar Belakang PENDAHULUAN. Hutan merupakan salah satu kekayaan alam di Indonesia yang memiliki peran penting bagi kehidupan.

Jurusan Teknik Geomatika Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan Institut Teknologi Sepuluh Nopember

III. METODE PENELITIAN. Tampak pada bulan Januari September Resort Pugung Tampak memiliki luas

PERUBAHAN PENUTUPAN LAHAN DI TAMAN NASIONAL KERINCI SEBLAT KABUPATEN PESISIR SELATAN PROVINSI SUMBAR HANDY RUSYDI

PEMETAAN POHON PLUS DI HUTAN PENDIDIKAN GUNUNG WALAT DENGAN TEKNOLOGI SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS. Oleh MENDUT NURNINGSIH E

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

PEMETAAN ARAHAN FUNGSI PEMANFAATAN LAHAN UNTUK KAWASAN FUNGSI LINDUNG DI KECAMATAN GISTING KABUPATEN TANGGAMUS

PEMETAAN DAN PENYUSUNAN BASISDATA RUANG TERBUKA HIJAU (RTH) KOTA DENGAN MENGGUNAKAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS (STUDI KASUS DI KOTA SURABAYA)

PEMANFAATAN CITRA PENGINDERAAN JAUH DAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS UNTUK PEMETAAN LAHAN KRITIS DI DAERAH KOKAP DAN PENGASIH KABUPATEN KULONPROGO

Transkripsi:

Pemanfaatan Sistem Informasi Geografis (SIG) dan Penginderaan Jauh... (Inopianti dan Ramdan) PEMANFAATAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS (SIG) DAN PENGINDERAAN JAUH DALAM PEMETAAN PENUTUPAN LAHAN DI KABUPATEN BANJARNEGARA The Using of Geographic Information System and Remote Sensing to the Mapping of Land Cover in Banjarnegara Regency Nita Inopianti 1 dan Dede Ramdan 2 1 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta 2 Institut Pertanian Bogor Jl.ir.H Djuanda No. 95, Ciputat Timur, Tangerang Selatan, Banten, Indonesia E-mail: nita.inopati13@mhs.uinjkt.ac.id ABSTRAK Meningkatnya aktivitas industri sekaligus pertanian mengakibatkan berbagai perubahan tutupan lahan di berbagai wilayah. Hal ini dapat berakibat buruk terhadap lingkungan, khususnya terhadap proses hidup tumbuhan dan hewan. Selain itu, konversi lahan yang awalnya kawasan hijau menjadi pemukiman atau industri menimbulkan potensi bencana seperti banjir dan longsor yang dapat membahayakan keselamatan manusia. Penelitian ini bertujuan untuk melihat penutupan lahan yang ada di Kabupaten Banjarnegara. Adapun metode yang digunakan adalah metode kualitatif dengan bantuan aplikasi ERDAS 9.1 dan ArGIS 10.3, aplikasi ERDAS 9.1 digunakan untuk melakukan unsupervised classification untuk melihat jenis-jenis tutupan lahan yang ada sedangkan aplikasi ArcGIS 10.3 digunakan untuk melakukan pemetaan. Berdasarkan penelitian ini jenis-jenis tutupan lahan yang ada di Kabupaten Banjarnegara meliputi badan air, sawah, hutan, pemukiman, kebun dan ladang. Mayoritas tutupan lahan yang ada di Kabupaten Banjarnegara berupa perkebunan 27,36%, ladang 21,30%, disusul dengan hutan 19,50% dan paling kecil badan air seluas 7,53% dari total luas wilayah Kabupaten Banjarnegara. Hal ini mencerminkan bahwa secara lingkungan Kabupaten Banjarnegara masih tergolong hijau yang ditandai dengan masih tingginya tutupan lahan hutan 19,50% dan kebun sebesar 27,36% dibandingkan dengan pemukiman yang hanya 11,35% dari total luas wilayah Kabupaten Banjarnegara. Kata kunci: Sistem Informasi Geografis, penginderaan jauh, penutupan lahan. ABSTRACT The increased activity of the agricultural and industry result in a variety of land cover change in different regions. It can be bad impact for the environment, especially for life processes of plants and animals. In addition, the conversion of land that was originally green area into residential or industrial pose a potential disasters such as floods and landslides that could endanger human safety. This study aims to look at the land cover in Banjarnegara district. The method used is qualitative method with the ERDAS 9.1 applications and ArcGis 10.3, ERDAS 9.1 application is used to perform unsupervised classification to see the types of land cover existing applications while ArcGIS is used to do the mapping. Based on this research the types of land cover in Banjarnegara district includes water bodies, fields, forests, settlements, gardens and fields. The majority of land cover in Banjarnegara district in the form of plantations 27,36%, fields 21,30%, followed by forest 19,50& and the smallest is body of water in 7,53% from all of area. This reflects that the environment is still relatively green Banjarnegara district that is characterized by high forest cover 19,50% and gardens 27,36%. This is smaller if we compared with the settlement ony has 11,35% from all of area in Banjarnegara regency. Keywords: Geographic Information Systems, Remote Sensing, Land Cover PENDAHULUAN Meningkatnya konversi hutan menjadi pemukiman, industri dan perkebunan mengakibatkan berbagai keseimbangan ekosistem terganggu, khususnya flora dan fauna serta iklim pada suatu wilayah. Keberadaan hutan memiliki pengaruh besar ke berbagai sektor kehidupan manusia, satwa dan tumbuhan, apabila terjadi kerusakan maka komponen lainnya akan ikut terganggu mulai dari bencana tingkat lokal yang berdampak sosial ekonomi kecil sampai dengan bencana nasional dan 293

Seminar Nasional Peran Geospasial dalam Membingkai NKRI 2016: 293-300 global (Tamaludin et al., 2012). Pada Sabtu 18 Juni 2016 lalu, telah terjadi bencana longsor di Desa Gumelem Kulon, Kecamatan Susukan Kabupaten Banjarnegara yang menewaskan sedikitnya 6 warga, (Okezone.com: 2016) Hal ini disinyalir terjadi dikarenakan telah rusaknya lingkungan hidup yang disebabkan oleh pembalakan liar terhadap hutan yang ada disekitar. Akar-akar pohon yang harusnya menjadi penyangga tanah menjadi hilang sehingga tanah mudah longsor ketika terjadi hujan. Perubahan penutupan lahan yang semula hutan menjadi penutupan lahan lain seperti semak belukar, pertanian, pemukiman dan industri menjadi ancaman bagi keanekaragaman hayati sebagai akibat dari kehancuran vegetasi alami. (Tamaludin et al, 2012). Semakin berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi telah mempermudah manusia dalam mencari informasi maupun mengolah suatu informasi. Salah satunya untuk melihat perubahan penutupan lahan saat ini tidak perlu lagi langsung melakukan pengukuran ke lapangan, melainkan cukup menggunakan Penginderaan Jauh untuk mencari informasi spasial tanpa langsung menyentuh objek kajian dan Sistem Informasi Geografis untuk menggabungkan informasi atribut dan spasial sehingga terbentuklah suatu informasi baru baik berupa peta, grafis maupun informasi lainnya. Rumusan masalah yang diangkat pada penelitian ini adalah bagaimanakah pola penutupan lahan di Kabupaten Banjarnegara pada tahun 2015. Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk melihat bagaimana sebaran penutupan lahan di Kabupaten Banjarnegara pada tahun 2015. Pengertian Perubahan Penutupan Lahan Penutup atau penutupan lahan adalah tutupan biofisik pada permukaan bumi yang diamati yang merupakan hasil pengaturan, aktivitas, dan perlakuan manusia yang dilakukan pada jenis penutup lahan untuk melakukan kegiatan produksi, perubahan, ataupun perawatan pada penutup lahan tersebut. (Badan Standardisasi Nasional: 2010). Penutup lahan yang menggambarkan Konstrukasi vegetasi dan buatan yang menutup permukaan lahan. Konstruksi tersebut seluruhnya tampak secara langsung dari citra penginderaan jauh (Anonim 2013). Penutupan lahan menggambarkan bentukan vegetasi alam dan buatan yang menutup permukaan bumi. Informasi penutupan lahan dapat dikenali secara langsung dengan menggunakan penginderaan jauh, hal ini memiliki arti bahwa untuk melihat penutupan lahan maupun perubahan yang terjadi dapat langsung dilihat melalui penginderaan jauh. Perubahan penutupan lahan merupakan keadaan suatu lahan yang karena manusia mengalami kondisi yang berubah pada waktu yang berbeda (Lillesand & Kiefer: 1990). Perubahan ini dapat dipetakan melalui perbandingan citra pada dua periode yang berbeda. Sistem Informasi Geografis Istilah sistem informasi geografis diartikan sebagai suatu sistem berdasarkan komputer yang mempunyai kemampuan untuk menangani data yang bereferensi geografi (gereference) dalam hal pemasukan, manajemen data, memanipulasi dan mengalisis serta pengembangan produk dan percetakan (Aronof, 1989 dalam Puji Waluyo, 2015). Dalam pengertian lain sistem informasi geografis diartikan sebagai sekumpulan perangkat keras komputer (hardware), perangkat lunak (software), data-data geografis, dan sumberdaya manusia yang terorganisir yang secara efisien mengumpulkan, menyimpan, meng-update, memanipulasi, menganalisis dan menampilkan semua bentuk data yang bereferensi geografis. (Rind, 1992 dalam Prabowo et al., 2005). Sistem ini sering digunakan khususnya dalam pemetaan wilayah, tata ruang kota maupun berbagai peta tematik lainnya. Sistem informasi geografi memiliki berbagai kelebihan antara lain memudahkan data untuk dipanggil kembali dan mampu menggabungkan data atribut dan data spasial. Penginderaan Jauh Penginderaan jauh memiliki beberapa istilah yang berbeda satu negara dengan negara lainnya, di negara Inggris penginderaan jauh dikenal dengan remote sensing, di Perancis dikenal dengan teledection, di Spanyol dikenal dengan sensoria remote, di Jerman dikenal femerkundung 294

Pemanfaatan Sistem Informasi Geografis (SIG) dan Penginderaan Jauh... (Inopianti dan Ramdan) sedangkan di Rusia dikenal dengan distansionaya. (Sodikin, 2015), Menurut Campbell penginderaan jauh diartikan sebagai suatu ilmu untuk mendapatkan informasi mengenai permukaan bumi seperti lahan dan air dari citra yang diperoleh dari jarak jauh sedangkan menurut Curran, penginderaan jauh yaitu penggunaan sensor radiasi elektromagnetik untuk merekam gambar lingkungan bumi yang dapat diinterpretasikan sehingga menghasilkan informasi yang berguna. Penginderaan jauh memiliki berbagai kelebihan antara lain lebih hemat secara biaya selain itu penginderaan jauh memungkin manusia dapat melihat suatu fenomena dipermukaan bumi tanpa langsung pergi ke lapangan. Pada saat ini telah banyak aplikasi pembantu penginderaan jauh antara lain ER Mapper dan ERDAS. Pemotretan dari jarak jauh akan menghasilkan citra atau foto udara, citra lansat merupakan suatu data hasil perolehan pemotretan permukaan bumi oleh satelit. Citra ini dapat dibedakan menjadi cita foro atau foto udara dan citra non-foto. Beberapa jenis citra yang ada saat ini antara lain citra Landsat, TERRA, IKONOS, Quickbird, IRS dan SPOT 4 dan lainnya tergantung kepada nama dan jenis satelit yang digunakan. Data penginderaan jauh diperoleh dari suatu satelit, pesawat udara balon udara atau wahana lainnya. Data-data tersebut berasal rekaman sensor yang memiliki karakteristik berbeda-beda pada masing-masing tingkat ketinggian yang akhirnya menentukan perbedaan dari data penginderaan jauh yang di hasilkan (Richards dan jia 2006). METODE Kondisi Geografis Wilayah Kajian Kabupaten Banjarnegara merupakan salah satu kabupaten yang terletak di Provinsi Jawa Tengah, secara astronomis berada pada 7 0 12 7 0 31 LS dan 109 0 29 109 0 45 50 BT. Provinsi ini berada pada jalur pegunungan di bagian tengah provinsi Jawa Tengah sebelah barat yang membujur dari arah barat ke timur. Batas-batas wilayah Kabupaten Banjarnegara meliputi sebelah utara berbatasan dengan kabupaten Pekalangonan dan Kabupaten Batang, sebelah timur berbatasan dengan Kabupaten Wonosobo, sebelah selatan berbatasan dengan Kabupaten Kebumen sedangkan sebelah barat berbatasan dengan Kabupaten Purbalingga dan Kabupaten Banyumas. Wilayah ini memiliki luas 1.070 km 2 (BPS Kabupaten Banjarnegara: 2010). Bentukan alam dan topografi wilayah Kabupaten Banjarnegara tergolong dalam tiga wilayah yaitu pegunungan yang meliputi bagian utara, relief datar yang meliputi bagian tengah dan relief curam yang meliputi wilayah bagian selatan. Secara administratif, kabupaten Banjarnegara terdiri dari 20 kecamatan yang terdiri dari 266 desa dan 12 kelurahan. Sebagain besar penduduk memiliki mata pencaharian bertani yaitu lebih dari 50% dari jumlah penduduk total dengan komoditas utama ketela rambat, kacang tanah, ketela pohon dan jagung. Peta administasi Banjarnegara disajikan pada Gambar 1. Gambar 1. Peta Administrasi Kabupaten Banjarnegara. 295

Seminar Nasional Peran Geospasial dalam Membingkai NKRI 2016: 293-300 Secara geografis Kabupaten Banjarnegara berbatasan dengan bberapa wilayah, yaitu sebelah utara berbatasan dengan kabupaten Pekalangonan dan Kabupaten Batang, sebelah timur berbatasan dengan Kabupaten Wonosobo, sebelah selatan berbatasan dengan Kabupaten Kebumen sedangkan sebelah barat berbatasan dengan Kabupaten Purbalingga dan Kabupaten Banyumas. Terkait tata ruang wilayah, Kabupaten Banjarnegara memiliki tujuan penataan ruang wilayah yaitu mewujudkan ruang Kabupaten berbasis pertanian dan pariwisata yang unggul dalam sistem wilayah terpadu dan berkelanjutan yang diwujudkan dengan empat kunci, yaitu: pengembangan pertanian, pengembangan pariwisata, sistem wilayah terpadu dan berkelanjutan. (BPS Kabupaten Banjarnegara; 2010). Hutan dipercaya mampu menjaga keseimbangan lingkungan baik secara hidrologis maupun klimatologis. Adapun Luas Areal Hutan Kabupaten Banjarnegara disajikan pada Tabel 1. Tabel 1. Luas Areal Hutan menurut Kecamatan dan Fungsi Hutan Di Kab. Banjarnegara 2013. Fungsi Hutan Kecamatan Luas Areal Hutan Suaka Alam Hutan Wisata (Ha) Hutan Lindung (Ha) Hutan Produksi (Ha) 01. Susukan 533,40 - - 533,40 02. Purworejo 163,20 - - 163,20 Klampok 03. Mandiraja 266,10 - - 266,10 04. Purwonegoro - - - - 05. B a w a n g 442,40 - - 442,40 06. Banjarnegara 617,00 - - 617,00 07. Pagedongan 2.663,40 11,40-2.652,00 08. S i g a l u h 1.013,80 47,50-966,30 09. Madukara 518,16-179,36 388,80 10. Banjarmangu 535,16-431,16 104,00 11. Wanadadi - - - - 12. R a k i t - - - - 13. Punggelan 830,60-244,40 586,20 14. Karangkobar 732,80-329,70 403,10 15. Pagentan - - - 16. Pejawaran 51,30-51,30-17. B a t u r 1.067,30-421,44 645,86 18. Wanayasa 2.653,59-447,21 2.206,38 19. Kalibening 3.153,37-742,34 2.411,03 20. Pandanarum 2.061,00-709,20 1.351,80 Jumlah 17.302,58 58,90 3.556,11 13.737,57 Tahun 2012 17.754,48 58,90 1.991,83 15.703,75 Tahun 2011 5.670,70 58,90 3.101,80 11.956,90 Tahun 2010 5.699,30 58,90 3.101,80 11.955,50 Tahun 2009 5.700,70 82,70 4.634,40 12.546,50 Sumber: Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kab Banjarnegara Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data citra Landsat 8 Kabupaten Banjarnegara OLI/TIRS Path 120 Row 65 pertanggal 16 Mei 2015. Disamping itu untuk melihat batas administrasi dan jalan Kabupaten Banjarnegara penulis menggunakan peta Zona Kerentanan Tanah Kabupaten Banjarnegara dan untuk acuan jenis tutupan lahan secara visual, penulis menggunakan Data Acuan Tutupan Lahan. 296

Pemanfaatan Sistem Informasi Geografis (SIG) dan Penginderaan Jauh... (Inopianti dan Ramdan) Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan menggunakan Aplikasi ERDAS dan Arc. GIS 10.3. Adapun teknik penginderaan jauh yang digunakan ialah teknik Unsupervised Classification citra Landsat 8 Kabupaten Banjarnegara pada tahun 2014 dan tahun 2015 melalui aplikasi ERDAS 9.1. Selain itu, untuk melihat persebaran topografi kabupaten Banjarnegara penulis menggunakan aplikasi Arc. GIS 10.3. Sedangkan data pendukung seperti data statistik daerah penulis menggunakan data yang berasal dari BPS (Buku Putih Sanitasi) Kabupaten Banjarnegara. Diagram alur penelitian disajikan pada Gambar 2. Data Citra Landsat 8 Tahun 2015 Peta Zona Kerentanan Tanah Kabupaten Banjarnegara Koreksi geometrik dan radiometrik Subset dengan Peta Banjarnegara Peta Batas Wilayah Kabupaten Banjarnegara Unsupervised Classification Data Acuan Tutupan Lahan Peta Tutupan Lahan Gambar 2. Diagram Alur Penelitian. Alur penelitian ini diawali dengan pengolahan citra Landsat 8 Tahun 2015 dengan menggunakan koreksi geometrik dan radiometrik melalui aplikasi ERDAS, pada bagian lainnya peneliti melakukan digitasi peta dari peta Zona Kerentanan Tanah untuk menghasilkan peta Adminitrasi Kabupaten Banjarnegara yang kemudian di Subset dengan Peta Banjarnegara yang telah di koreksi geometrik dan radiometriknya. Proses penginderajaan jauh dilakukan melalui pengklasifikasian tidak terbimbing (unsupervised Classification) menjadi Maksimal 10 Kelas tutupan lahan, Klasifikasi ini dilakukan untuk mengklasifikan data citra tanpa harus melakukan pengecekan ke lapangan. Pengklasifikasian tidak terbimbing ini menggunakan Data Acuan Lahan yang digunakan untuk menentukan interpretasi warna terhadap data citra yang dimiliki. Setelah melakukan pengklasifikasin tidak terbimbing (unsupervised Classification) maka terbentuklah Peta Tutupan Lahan Kabupaten Banjarnegara. HASIL DAN PEMBAHASAN Unsupervised Classification Klasifikasi citra menurut Lillesand dan Kiefer (1990), dibagi ke dalam dua klasifikasi yaitu klasifikasi terbimbing (supervised classification) dan klasifikasi tidak terbimbing (unsupervised classification). Klasifikasi tidak terbimbing, pengklasifikasian dimulai dengan pemeriksaan seluruh pixel dan membagi kedalam kelas-kelas berdasarkan pada pengelompokkan nilai-nilai citra seperti apa adanya. Hasil dari pengklasifikasian ini disebut kelas-kelas spektral. Kelas-kelas spektral tersebut kemudian dibandingkan dengan kelas-kelas data referensi untuk menentukan identitas dan nilai informasi kelas spektral tersebut. Berikut hasil Unsupervised Classification pada citra landsat 8. Klasifikasi diatas menunjukkan luasan tutupan lahan yang ada di Kabupaten Banjarnegara, secara berturut-turut besaran tutupan lahan tersebut antara lain: kebun yaitu seluas 297

Seminar Nasional Peran Geospasial dalam Membingkai NKRI 2016: 293-300 342.397 m 2, ladang seluas 266.551 m 2, hutan seluas 243.935 m 2, sawah seluas 162.233 m 2, pemukiman seluas 142.093 m 2, dan badan air seluas 94.183 m 2. Pengklasifikasian diatas didasarkan pada data acuan yang digunakan dalam interpretasi, adapun data acuan yang digunakan disajikan pada Gambar 4. Gambar 3 merupakan hasil pengklasifikasian tidak terbimbing (unsupervised classification) dan Gambar 4 merupakan data acuan yang digunakan untuk melakukan pengklasifikasian tersebut. Gambar 3. Model pengklasifikasian dengan menggunakan Unsupervised Classification. Gambar 4. Data Acuan Pengklasifikasian Tutupan Lahan. Setelah dilakukan pengklasifikasin unsupervised classification langkah selanjutnya yaitu dengan me-recode dengan menggabungkan klasifikasi tutupan lahan yang sama ketika data tersebut terpisah. Setelah melakukan record dilakukan pewarnaan sesuai dengan warna yang diinginkan. Berikut hasil peta recode setelah menggabungkan data yang terbagi-bagi untuk satu klasifikasi disajikan pada Gambar 5. Gambar 5. Hasil Recode Tutupan Lahan Kabupaten Banjarnegara. 298

Pemanfaatan Sistem Informasi Geografis (SIG) dan Penginderaan Jauh... (Inopianti dan Ramdan) Tutupan Lahan kabupaten Banjarnegara Kabupaten Banjarnegara dalam penelitian dibagi menjadi 7 tutupan lahan berdasarkan acuan klasifikasi tidak terbimbing. Penutupan lahan di banjarnegara mayoritas digunakan sebagai ladang. Peta penutupan lahan disajikan pada Gambar 6. Gambar 6 menunjukan tutupan lahan di Kabupaten Banjarnegara terdiri dari 6 tutupan lahan, antara lain badan air, sawah, hutan, pemukiman, kebun dan ladang. Secara visual, dapat dilihat bahwa tutupan lahan di Kabupaten Banjarnegara didominasi oleh tutupan lahan kebun dan hutan. Menurut Sandy (1960) perubahan penggunaan lahan dapat saja terjadi apabila adanya perubahan/perbedaan nilai fungsi lahan sebelumnya dan sesudahnya yang bernilai ekonomi lebih tinggi dari sebelumnya. Salah satu pendorongnya adalah peningkatan jumlah penduduk dan kegiatan lainnya dapat menimbulkan perubahan dalam penggunaan lahan. Kondisi perubahan yang masih didominasi lahan hutan menunjukkan bahwa secara lingkungan, Kabupaten Banjarnegara masih terjaga. Pemukiman terbesar Kabupaten Banjarnegara mayoritas persebarannya berada di wilayah Kabupaten Banjarnegara bagian utara sedangkan tutupan lahan sawah dan ladang terhitung sedikit penyebarannya. KESIMPULAN Gambar 6. Peta Tutupan Lahan Kabupaten Banjarnegara. Mayoritas tutupan lahan yang ada di Kabupaten Banjarnegara berupa perkebunan 27,36%, ladang 21,30%, disusul dengan hutan 19,50% dan paling kecil badan air seluas 7,53% dari total luas wilayah Kabupaten Banjarnegara. Hal ini mencerminkan bahwa secara lingkungan Kabupaten Banjarnegara masih tergolong hijau yang ditandai dengan masih tingginya tutupan lahan hutan 19,50% dan kebun sebesar 27,36% dibandingkan dengan pemukiman yang hanya 11,35% dari total luas wilayah Kabupaten Banjarnegara. Berbagai perubahan tutupan lahan yang awalnya hutan atau perkebunan menjadi pemukiman menyebabkan berbagai dampak negatif terhadap lingkungan dan menimbulkan potensi bencana. Untuk menangani permasalahan tersebut, baiknya masyarakat bekerja sama dengan pemerintah dalam menjaga lingkungan. UCAPAN TERIMAKASIH Dalam pembuatan karya ilmiah ini penulis banyak mendapatkan bantuan dari berbagai pihak, maka dari itu penulis menyampaikan terimakasih kepada: Sodikin, M.Si selaku dosen pembimbing 299

Seminar Nasional Peran Geospasial dalam Membingkai NKRI 2016: 293-300 akademik penulis yang selalu memberikan dukungan secara moril serta selalu membimbing penulis dalam meningkatkan kemampuan penulis baik dalam bidang akademik maupun non-akademik. Selanjutnya kepada saudara Dede Ramdan selaku partner penulis dalam menyelesaikan karya ilmiah ini yang selalu membantu penulis baik dalam pencarian data maupun pengolahan data. Kemudian tak lupa penulis menyampaikan terimakasih kepada orangtua Penulis yang selalu memberikan motivasi serta dukungan baik secara moriil maupun materiil sehingga penulis tetap bersemangat dalam meningkatkan prestasi dan kompetensi. Penulis sangat menyadari bahwa dalam pembuatan makalah ini masih sangat kurang dan terdapat banyak kekurangan, maka dari itu penulis menyampaikan permohonan maaf dan kritik saran yang bersifat membangun demi perbaikan di masa yang akan datang. DAFTAR PUSTAKA Anonim 2013. Penggunaan lahan. [Internet]. [Diakses pada 2016 Nov 08]. Tersedia pada https://petatematikindo.wordpress.com/2013/01/06/penggunaan-lahan/ Aronoff, (1989). Geographic Information Systems: A Management Perspective Ottawa. dalam Puji Waluyo, (2015) Distibusi Spasial Permukaan dan Kecukupan Ruang Terbuka Hijau di Kota Semarang. Skripsi pada Program Sarjana Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata Institut Pertanian Bogor, Bogor, h. 16. tidak dipublikasikan Badan Standardisasi Nasional. (2010). Klasifikasi Penutup Lahan. Jakarta: SNI 7645:2010. Buku Putih Sanitasi Kabupaten Banjarnegara. (2010). dalam https://banjarnegarakab.bps.go.id. diakses pada 14 September 2016. Lillesan dan Kiefer. (1990). Penginderaan Jauh dan Interpretasi Citra. (Alih Bahasa oleh Dulbahri). Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. Novit, Elis. 2016. Kondisi Sudah Normal, Pengungsi Longsor Banjarnegara Justru Bertambah. Pada http://news.okezone.com/read/2016/06/21/512/1420918/kondisi-sudah-normal-pengungsi-longsorbanjarnegara-justru-bertambah. Diakses pada tanggal 14 September 2016.Prabowo., Marimin., Tanjung., Hendri., Haryo. (2005). Sistem Informasi Manajemen Sumber daya Manusia. Jakarta: Grasindo. Richards J.A dan Jia, X, 2006. Remoten Sencing Digital Image Analysis : An Introduction (Fourth Edition). Verlag : Berlin. Sandy IM. 1960. Esensi Tata Guna Tanah, Direktorat Tata Guna Tanah. Jakarta (ID): Dpdagri Sodikin,. (2015). Sistem Informasi Geografis & Penginderaan Jauh, Jakarta: tt.p. Syam, Tamaludin., Arif Darmawan., Irwan Sukri Banuwa., Kuswibowo Ningsih., (2012). Pemanfaatan Citra Satelit dalam Mengidentifikasi Perubahan Penutupan Lahan: Studi Kasus Hutan Lindung Register 22 WAY Waya Lampung Tengah. Globe Volume 14 No. 2 Desember 2012. 146-156Penetapan Kinerja Bupati Banjarnegara. (2012). dalam https://banjarnegarakab.go.id/. diakses pada 14 September 2016. 300