BAB I PENDAHULUAN. yang diperoleh peserta didik. Menurut pendapat Nurkencana (1986:92) bahwa

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. sekolah sehari-harinya. Perlu diketahui bahwa pendidikan adalah proses interaksi

BAB I PENDAHULUAN. Rendahnya mutu lulusan dapat dilihat dari rendahnya daya saing sumber

BAB I PENDAHULUAN. dapat dilihat dari faktor intern dan faktor eksternnya. Faktor-faktor tersebut harus

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu masalah yang menarik untuk dikaji berhubungan dengan dunia

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan suatu hal yang sangat penting dan tidak dapat

BAB I PENDAHULUAN. belajar mengajar merupakan kegiatan utama dalam proses pendidikan di sekolah.

BAB I PENDAHULUAN. Tinggi rendahnya prestasi yang diperoleh siswa dapat dipengaruhi oleh banyak

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan saat ini adalah kualitas hasil pembelajaran di sekolah, dimana sekolah

BAB I PENDAHULUAN. ini, banyak usaha atau bahkan industri yang menolak para pelamar kerja karena

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan di Indonesia saat ini, dihadapkan pada berbagai sumber masalah.

BAB 1 PENDAHULUAN. dengan Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional (UU SPN) Pasal 3 mengenai

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan dalam kehidupan suatu negara memegang peranan yang. sangat penting untuk menjamin kelangsungan hidup negara dan bangsa.

BAB I PENDAHULUAN. kualitas pendidikan. Sekolah sebagai salah satu lembaga pendidikan formal

2015 PENGARUH KOMPETENSI SISWA TERHADAP DAYA SAING LULUSAN PADA PROGRAM ADMINISTRASI PERKANTORAN DI SMKN 11 BANDUNG

BAB I PENDAHULUAN. suatu bangsa, karena dengan pendidikan suatu bangsa dapat mempersiapkan masa

BAB I PENDAHULUAN. dengan tantangan dan ancaman global yang semakin ketat. Pendidikan juga

BAB I PENDAHULUAN. Muhamad Kamaludin, Hubungan Persepsi Siswa Terhdap Kompetensi Pendagogik Guru Mata Pelajaran Alat Ukur Dengan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Neng Sri Nuraeni, 2013

BAB I PENDAHULUAN. optimalnya nilai ulangan siswa di sekolah. Guru memberikan ulangan kepada. Permendiknas nomor 20 tahun 2007, menyatakan bahwa:

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya manusia, dan salah satu upaya peningkatannya yaitu melalui

I. PENDAHULUAN. penelitian. Adapun pembahasan secara lebih rinci ditunjukkan pada bagian-bagian

I. PENDAHULUAN. sumber daya suatu Negara dapat ditingkatkan. Dewasa ini sudah menjadi. kebutuhan di setiap Negara untuk terus berusaha meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. jenjang pendidikan adalah SMK (Sekolah Menengah Kejuruan) menuntut. meningkatkan minat belajar siswa yaitu SMK Bina Wisata Lembang.

BAB I PENDAHULUAN. Segala sesuatu yang telah diprogramkan akan dilaksanakan dalam proses belajar

1. PENDAHULUAN. Sekolah sebagai lembaga pendidikan formal yang merupakan salah satu jalan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dengan baik mengenai isi pembelajaran yang disampaikan disekolah.

BAB I PENDAHULUAN. penunjang keberhasilan siswa dalam belajar, baik itu kemampuan dalam. konsep yang telah diberikan oleh guru dalam kelas.

I. PENDAHULUAN. Secara keseluruhan pada bagian ini akan dibahas beberapa hal yang berkaitan

BAB 1 PENDAHULUAN. Sebagai negara yang masih berkembang, pendidikan di Indonesia masih. sangat rendah dari segi Sumber Daya Manusia (SDM)

BAB I PENDAHULUAN. bidang teknologi, dan bidang-bidang lainnya. Salah satu aspek yang akan

BAB I PENDAHULUAN. (dalam Norep, 2012) Prestasi adalah hasil dari suatu kegiatan yang telah

BAB I PENDAHULUAN. langsung terhadap perkembangan manusia, terutama perkembangan seluruh aspek

BAB I PENDAHULUAN. dengan dunia pendidikan adalah mengenai efektivitas pembelajaran peserta didik.

BAB I PENDAHULUAN. bersaing di era global saat ini. Seiring perkembangan itu salah satu yang dihadapi

I. PENDAHULUAN. untuk mencapai tujuan yang diinginkan dalam kehidupannya. Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN PENGARUH KOMITMEN DAN MOTIVASI BERPRESTASI TERHADAP KINERJA GURU DI SMK KENCANA BANDUNG

BAB I PENDAHULUAN. (Sumber Daya Manusia), terutama peningkatan dalam bidang pendidikan. Hal ini

BAB I PENDAHULUAN. penyelenggaraan proses pembelajaran yang baik adalah mengenai hasil belajar

A. LATAR BELAKANG MASALAH

I. PENDAHULUAN. yang memiliki kualitas sumber daya manusia yang rendah, terutama dalam bidang

BAB I PENDAHULUAN. mampu bertahan hidup dan ikut berperan pada era globalisasi. dilakukan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional.

BAB I PENDAHULUAN. manusia yang berkualitas tinggi. Peningkatan kualitas sumber daya manusia

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan, dan fisik dalam kehidupan sosial; 3. Standar minimal pengetahuan dan keterampilan khusus dasar;

BAB I PENDAHULUAN. di masa depan, karena dengan pendidikan manusia dididik, dibina dan dikembangkan

BAB 1 : PENDAHULUAN. nasional, karena masalah kesehatan menyentuh hampir seluruh aspek kehidupan manusia. (1)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi saat ini mempercepat modernisasi segala bidang, sehingga

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan peserta didik secara optimal. Minat, bakat, kemampuan, dan

BAB I PENDAHULUAN. globalisasi saat ini adalah berkaitan dengan kinerja karyawan. Dalam era globalisasi,

BAB I PENDAHULUAN. SMP (Sekolah Menengah Pertama) atau MTS (Madrasah Tsanawiyah). SMK

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu masalah yang menarik untuk dikaji berkaitan dengan pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. yaitu memperhatikan masalah pendidikan.isi pendidikan diharapkan mencakup

BAB I PENDAHULUAN. memfokuskan pada pembentukan warga negara yang memahami dan mampu melaksanakan

2015 PENGARUH KOMUNIKASI INTERPERSONAL KEPALA SEKOLAH TERHADAP MOTIVASI KERJA GURU DI SMK PGRI 2 CIMAHI

PENGARUH PENGELOLAAN KELAS TERHADAP PRESTASI BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN EKONOMI KELAS XI SMA NEGERI I TERAS BOYOLALI TAHUN 2009/2010 SKRIPSI

UPAYA MENINGKATKAN KEAKTIFAN DAN HASIL BELAJAR DASAR OTOMOTIF MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM POSING

BAB I PENDAHULUAN. seamkin baik pula kualitas sumber daya manusianya.

BAB I PENDAHULUAN. Kemajuan suatu bangsa sangat ditentukan oleh kualitas sumber daya manusia

2015 PENGARUH FASILITAS DAN MOTIVASI BELAJAR TERHADAP KEBIASAAN BELAJAR SISWA

BAB I PENDAHULUAN. Minat dalam belajar siswa mempunyai fungsi sebagai motivating force

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dewasa ini peran dan fungsi pendidikan sekolah semakin penting dan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana

I. PENDAHULUAN. Perkembangan dan kemajuan dunia usaha belakangan ini menuntut perusahaan

I. PENDAHULUAN. yang sangat besar terhadap perkembangan dunia pendidikan di Indonesia.

BAB 1. Pendahuluan. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah bidang yang sangat penting terutama di Negara. berkembang seperti Indonesia, karena pendidikan yang berintegritas

I. PENDAHULUAN. Bagian ini akan membahas beberapa hal yang berkaitan dengan latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. yang berkaitan dengan perilaku siswa meliputi tiga ranah yaitu kognitif,

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pada dasarnya pendidikan merupakan suatu usaha yang bertujuan untuk

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. instansi tak dapat melaksanakan aktivitasnya. Dengan pegawai yang terampil dan

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan memiliki peranan penting dalam meningkatan sumber daya

Orientasi pada kinerja Individu dalam dunia kerja, 2) justifikasi khusus pada

BAB I PENDAHULUAN. tingkat menengah yang bertujuan untuk mewujudkan Sumber Daya Manusia

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Mulyaningsih, 2013

2015 PENGARUH BUDAYA ORGANISASI TERHADAP LOYALITAS PEGAWAI DI KANTOR DINAS PENDIDIKAN KOTA BEKASI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Upaya peningkatan mutu pendidikan menjadi agenda penting pemerintah

BAB I PENDAHULUAN. Oleh karena itu, berbagai lembaga pendidikan baik formal maupun. menghasilkan siswa dengan prestasi yang baik.

BAB 1 PENDAHULUAN. Upaya dalam meningkatkan kualitas sumber daya manusia, pada. prinsipnya yang memiliki tanggung jawab besar adalah penyelenggara

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan dan teknologi tersebut diperlukan sumber daya manusia yang

BAB I PENDAHULUAN. SISDIKNAS, merupakan pendidikan menengah yang mempersiapkan peserta

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan salah satu usaha untuk mencerdaskan kehidupan

I. PENDAHULUAN. Pendidikan mempunyai peranan yang sangat penting dalam mencerdaskan

BAB I PENDAHULUAN. daya manusia yang berkualitas. Melalui pendidikan akan dapat dihasilkan sumber

BAB I PENDAHULUAN. memahami apa saja yang menjadi dasar-dasar dalam menciptakan sebuah desain.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. berkembang akan menghadapi tantangan yang berat. Hal ini terjadi karena dalam

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Sumber daya manusia yang berkualitas merupakan hal yang penting bagi

2016 PENGARUH KEPUASAN KERJA TERHADAP KINERJA GURU-GURU YANG TELAH TERSERTIFIKASI DI SMK NEGERI 11 BANDUNG

BAB I PENDAHULUAN. keluarga, sekolah dan masyarakat (Depertemen Pendidikan Nasional, 2011).

I. PENDAHULUAN. Pembahasan beberapa hal tersebut secara rinci disajikan sebagai berikut.

BAB I PENDAHULUAN. SMK Negeri 8 Bandung merupakan salah satu lembaga pendidikan formal

BAB I PENDAHULUAN. demi kelangsungan hidup dan kemajuan bangsa tersebut khususnya bagi negara

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu modal pembangunan karena sasarannya

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Salah satu masalah yang menarik untuk dikaji berkaitan dengan pembangunan nasional adalah mengenai kualitas sumber daya manusia (SDM). Salah satu sarana paling strategis dalam upaya meningkatkan kualitas sumber daya manusia adalah pendidikan. Tercapai atau tidaknya tujuan pendidikan dapat dilihat dari prestasi belajar yang diperoleh peserta didik. Menurut pendapat Nurkencana (1986:92) bahwa prestasi belajar adalah hasil yang telah dicapai atau diperoleh anak berupa nilai mata pelajaran. Sedangkan menurut Tirtonegoro (2001:43) prestasi belajar adalah hasil dari pengukuran serta penilaian usaha belajar yang dinyatakan dalam bentuk angka, huruf maupun kalimat yang dapat mencerminkan hasil yang sudah dicapai oleh setiap anak dalam periode tertentu. Berdasarkan pengertian ini dapat diketahui bahwa prestasi belajar merupakan tingkat kemanusiaan yang dimiliki siswa dalam menerima, menolak, dan menilai informasi-informasi yang diperoleh dalam proses belajar mengajar. Prestasi belajar erat kaitannya dengan mutu pendidikan, apabila prestasi belajar rendah maka mutu pendidikan pun akan rendah. Berdasarkan data dalam Education For All (EFA) Global Monitoring Report 2011: The Hidden Crisis, Armed Conflict and Education yang dikeluarkan Organisasi Pendidikan, Ilmu Pengetahuan, dan Kebudayaan Perserikatan Bangsa-bangsa (UNESCO),

2 menempatkan Indonesia di posisi ke-69 dari 127 negara di dunia. Sedangkan untuk ditingkat Asia, saat ini Indonesia masih tertinggal dari Brunai Darussalam yang berada diperingkat ke-34. Prestasi belajar peserta didik dapat diketahui setelah dilakukannya evaluasi pembelajaran, dimana evaluasi ini dinyatakan dalam bentuk nilai. Berdasarkan nilai itulah dapat kita lihat tinggi atau rendahnya prestasi belajar peserta didik pada setiap mata pelajaran. Berdasarkan pengertian di atas maka dapat disimpulkan bahwa prestasi belajar bisa dilihat dari kumpulan nilai-nilai selama periode waktu yang telah ditetapkan. Apabila tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan dapat terlaksana dengan baik, maka dapat dikatakan bahwa proses pembelajaran telah berhasil dilaksanakan. Pada nilai kompetensi mata diklat produktif SMK bahwa standar Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) berkisar antara 70 hingga 80, sehingga disini siswa dapat dikatakan kompeten apabila memperoleh nilai minimal sama dengan atau di atas 70. Namun, pada kenyataannya masih terdapat beberapa siswa SMK di Kota Bandung yang mendapatkan nilai kompetensi diklat produktif di bawah standar nilai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM), sehingga harus mengikuti remedial pada mata diklat tersebut. Remedial tersebut dapat dilaksanakan satu kali (1x) bahkan dapat dilaksanakan beberapa kali hingga siswa tersebut mendapatkan nilai di atas standar nilai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM). Hal ini dapat terlihat dalam tabel berikut ini, berdasarkan nilai rata-rata mata pelajaran produktif membuat dokumen pada bidang keahlian administrasi perkantoran kelas X semester 1 (ganjil) di SMK Pasundan 1 Kota Bandung.

3 Tabel 1. 1 Nilai Rata-rata UAS Kelas X AP Semester Ganjil Mata Pelajaran Produktif Membuat Dokumen di SMK Pasundan 1 Kota Bandung Tahun ajaran 2012/2013 Kelas Jumlah Siswa Nilai Rata-rata Jumlah Siswa yang Sudah Memenuhi KKM Jumlah Siswa yang Belum Memenuhi KKM 10 AP 1 43 67,72 26 Siswa 17 Siswa KKM 10 AP 2 41 65,00 17 Siswa 24 Siswa 10 AP 3 41 67,82 20 Siswa 21 Siswa 70 10 AP 4 42 66,31 18 Siswa 24Siswa Jumlah 167 66,71 81 siswa 86 Siswa Sumber: Guru Mata Pelajaran Produktif Membuat Dokumen SMK Pasundan 1 Kota Bandung Berdasarkan data yang terdapat pada tabel di atas, dapat dilihat bahwa nilai rata-rata mata pelajaran produktif membuat dokumen yang diperoleh seluruh siswa kelas X yaitu 66,71. Hal tersebut menunjukan bahwa nilai rata-rata UAS untuk mata pelajaran produktif membuat dokumen belum memenuhi standar Kriteria Ketuntasan Minimal, ini menggambarkan bahwa prestasi belajar yang diinginkan belum dapat tercapai sesuai dengan yang diharapkan. Tinggi rendahnya prestasi belajar yang diperoleh peserta didik dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya faktor intern (faktor yang berasal dari dalam diri siswa) dan faktor ekstern (Faktor yang berasal dari luar diri siswa). Salah satu faktor yang mempengaruhi prestasi belajar siswa yaitu motivasi belajar. Motivasi

4 memiliki peranan yang sangat besar dalam keberhasilan seseorang dalam belajar yang berpengaruh terhadap hasil belajar atau prestasi belajar. Hasil penelitian tentang motivasi belajar siswa dapat dilihat dari data persentase ketidakhadiran siswa kelas X pada mata pelajaran membuat dokumen di SMK Pasundan 1 Kota Bandung program keahlian administrasi perkantoran pada semester 1 tahun ajaran 2012/2013, sebagai berikut: Tabel 1. 2 Rekapitulasi Ketidakhadiran Siswa Kelas X Administrasi Perkantoran pada Mata Pelajaran Membuat Dokumen di SMK Pasundan 1 Kota Bandung Semester Ganjil Tahun Ajaran 2012/2013 Kelas Bulan (%) Agustus September Oktober November Rata-rata (%) 10 AP-1 4.30 3.01 2.15 3.01 3.11 10 AP-2 3.28 4.92 5.74 5.74 4.92 10 AP-3 4.92 2.87 3.28 3.28 3.58 10 AP-4 8.40 4.62 12.6 5.88 7.87 Rata-rata (%) 5.22 3.85 5.94 4.48 4.87 4.87 Sumber: Guru Mata Pelajaran Produktif Membuat Dokumen SMK Pasundan 1 Kota Bandung Berdasarkan tabel di atas, dapat dilihat bahwa motivasi belajar siswa dapat kita ukur berdasarkan tingkat ketidakhadiran siswa pada mata pelajaran yang diikutinya. Persentase tingkat ketidakhadiran siswa kelas X pada mata pelajaran membuat dokumen setiap bulannya tidak pernah mencapai 100%, bahkan ada sebagian kelas yang mengalami penurunan tingkat kehadiran setiap bulannya. Pada Kelas X AP-2 saja dari 3.28% tingkat ketidakhadiran siswa pada bulan

5 Agustus menjadi 5.74% pada bulan November hal tersebut menunjukan terjadinya penurunan atau selisih tingkat kehadiran siswa dalam selang waktu 3 bulan. Disamping motivasi belajar siswa yang rendah hal lain yang menjadi penyebab rendahnya prestasi adalah kurangnya kemampuan guru dalam memanajemen kelas. Rendahnya tingkat motivasi siswa juga dipengaruhi oleh berbagai faktor seperti yang dikemukakan oleh Hamzah B. Uno (2010: 23), bahwa: Motivasi belajar dapat timbul karena faktor intrinsik, berupa hasrat dan keinginan berhasil dan dorongan kebutuhan belajar, harapan akan cita-cita. Sedangkan faktor ekstrinsiknya adalah adanya penghargaan, lingkungan belajar yang kondusif, dan kegiatan belajar yang menarik. Salah satu upaya dalam menciptakan lingkungan belajar yang kondusif agar menumbuhkan motivasi belajar siswa yang kemudian berdampak pada meningkatnya prestasi belajar siswa yaitu dengan menerapkan suatu sistem yang tepat dalam pembelajaran salah satunya ialah sistem manajemen kelas. Hal tersebut sesuai dengan yang diungkapakan Dirjen PUOD (Pemerintah Umum dan Otonomi Daerah) dan Dirjen Dikdasmen pada tahun 1996 menyatakan: Manajemen kelas adalah segala usaha yang diarahkan untuk mewujudkan suasana belajar mengajar yang efektif dan menyenangkan serta dapat memotivasi siswa untuk belajar dengan baik sesuai dengan kemampuan. Sedangkan menurut Oemar Hamalik dalam bukunya yang berjudul sistem pengelolaan kelas (2010:16) mengungkapkan bahwa: Manajemen Kelas adalah suatu sistem yakni suatu totalitas yang mengandung berbagai komponen yang saling mempengaruhi dan saling berinteraksi satu sama lain.

6 Tujuan dari Manajemen kelas adalah menyediakan berbagai macam fasilitas belajar bagi siswa guna menunjang kegiatan pembelajaran baik di dalam lingkungan sosial, emosional, dan intelektual yang bersifat komplek di dalam kelas. Tercapai atau tidaknya kualitas dan kuantitas belajar dapat di lihat berdasarkan kondisi lingkungan kelas tersebut, dengan tercapainya kualitas dan kuantitas belajar yang baik maka secara tidak langsung akan menarik motivasi belajar siswa dan berdampak terhadap meningkatkan prestasi belajar siswa. Memanajemen atau mengelola kelas diperlukan adanya keseriusan, kehatihatian, ketelitian, serta kemampuan seorang guru dalam menciptakan suasana kelas yang baik untuk tercapainya pelaksanaan belajar yang efektif. Selain itu, dalam melaksanakan pembelajaran guru dituntut untuk terampil dan professional dalam mengelola kelas, mulai dari merencanakan, mengorganisasikan, dan menata fisik kelas. Menyimak pentingnya manajemen kelas dalam proses pembelajaran, dimana proses belajar itu sendiri bergantung pada lingkungan tempat belajar. Jika lingkungan belajar dapat memberikan sugesti positif, maka akan mendatangkan dampak yang baik bagi proses dan hasil belajar, sebaliknya jika lingkungan belajar memberikan dampak yang negatif, maka akan buruk dampaknya bagi proses dan hasil belajar. Mengacu kepada keseluruhan paparan di atas, untuk mengetahui sejauh mana pengaruh sistem manajemen kelas terhadap motivasi belajar siswa serta dampaknya terhadap peningkatan prestasi belajar siswa, penulis tertarik untuk mengadakan penelitian dengan judul sebagai berikut:

7 Pengaruh Sistem Manajemen Kelas terhadap Motivasi Belajar Siswa dan Implikasinya terhadap Prestasi Belajar Siswa di SMK Pasundan 1 Kota Bandung (Studi deskriptif pada siswa kelas X Administrasi Perkantoran pada Mata Pelajaran Produktif Membuat Dokumen). 1.2 Identifikasi, Pembatasan, dan Perumusan Masalah Inti kajian dalam penelitian ini adalah masalah motivasi dan prestasi belajar siswa di SMK Pasundan 1 Kota Bandung, khususnya motivasi dan prestasi belajar dalam mata pelajaran produktif membuat dokumen. Banyak faktor yang mempengaruhi prestasi belajar peserta didik, diantaranya faktor yang berasal dari dalam diri peserta didik (faktor intern) berupa kecerdasan/intelegensi, bakat, minat, kemandirian dan motivasi, maupun faktor yang berasal dari luar peserta didik (faktor ekstern) yang berupa lingkungan keluarga (orang tua), sekolah, dan masyarakat. Faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar peserta didik khusunya pada SMK Pasundan 1 Kota Bandung, diduga faktor determinan yang paling berpengaruh terhadap prestasi belajar siswa berasal dari dalam diri siswa yaitu motivasi belajar siswa dimana motivasi ini dipengaruhi oleh faktor yang berasal dari luar diri peserta didik yaitu sekolah, dimana sekolah memiliki tanggung jawab untuk mengelola kelas guna menunjang berjalannya proses belajar mengajar yang efektif. Masalah yang akan dipecahkan dalam penelitian ini, dirumuskan dalam pernyataan masalah (problem statement) sebagai berikut: Sistem manajemen kelas yang dilakukan di SMK Pasundan 1 Kota Bandung masih dalam kondisi yang kurang optimal, sehingga ada kemungkinan dalam mencapai tujuan pun

8 kurang maksimal yang menyebabkan rendahnya motivasi belajar siswa yang berdampak terhadap rendahnya prestasi belajar yang diperoleh siswa. Kondisi semacam ini harus segera ditanggulangi mengingat bila tidak, akan terjadi penurunan prestasi belajar siswa secara terus menerus. Berdasarkan pernyataan masalah (problem statement) di atas, masalah dalam penelitian ini secara spesifik dirumuskan dalam pernyataan penelitian (research question) sebagai berikut: 1. Bagaimana tingkat efektifitas sistem manajemen kelas di Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Pasundan 1 Kota Bandung? 2. Bagaimana gambaran tingkat motivasi belajar siswa di Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Pasundan 1 Kota Bandung? 3. Bagaimana gambaran tingkat prestasi belajar siswa di Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Pasundan 1 Kota Bandung? 4. Seberapa besar pengaruh tingkat efektifitas manajemen kelas terhadap tingkat motivasi belajar siswa di Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Pasundan 1 Kota Bandung? 5. Seberapa besar pengaruh tingkat motivasi belajar terhadap tingkat prestasi belajar siswa di Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Pasundan 1 Kota Bandung? 1.3 Tujuan Penelitian Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk memperoleh pengetahuan dan melakukan kajian secara ilmiah tentang sistem manajemen kelas terhadap motivasi belajar siswa dan implikasinya terhadap prestasi belajar siswa di Sekolah

9 Menengah Kejuruan (SMK) Pasundan 1 Kota Bandung. Analisis tersebut diperlukan untuk mengetahui sejauh mana manajemen kelas berpengaruh terhadap peningkatan motivasi belajar siswa dan dampaknya terhadap tinggi rendahnya prestasi belajar yang diperoleh siswa. Tujuan khusus yang ingin dicapai melalui penelitian ini diantaranya adalah: 1. Mengetahui bagaimana tingkat efektifitas sistem manajemen kelas di Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Pasundan 1 Kota Bandung. 2. Mengetahui bagaimana gambaran tingkat motivasi belajar siswa di Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Pasundan 1 Kota Bandung. 3. Mengetahui bagaimana gambaran tingkat prestasi belajar siswa di Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Pasundan 1 Kota Bandung. 4. Mengetahui seberapa besar pengaruh tingkat efektifitas manajemen kelas terhadap tingkat motivasi belajar siswa di Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Pasundan 1 Kota Bandung. 5. Mengetahui seberapa besar pengaruh tingkat motivasi belajar siswa terhadap tingkat prestasi belajar siswa di Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Pasundan 1 Kota Bandung. 1.4 Kegunaan Penelitian Apabila tujuan-tujuan dari penelitian dapat tercapai maka penelitian ini akan memberikan dua macam kegunaan, yaitu kegunaan teoritis dan kegunaan praktis. 1. Kegunaan Teoritis Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai salah satu alternatif untuk meningkatkan prestasi belajar peserta didik dengan mengoptimalkan

10 manajemen kelas secara maksimal dan sebagai pijakan bagi penelitianpenelitian selanjutnya untuk meningkatkan prestasi belajar peserta didik serta dapat memberikan informasi tentang seberapa besar tingkat motivasi dan prestasi peserta didiknya, khususnya pada program keahlian Administrasi Perkantoran setelah mengikuti proses pembelajaran dalam periode tertentu. 2. Kegunaan Praktis Secara praktis, penelitian ini diharapkan dapat memiliki kegunaan sebagai berikut: a. Sebagai masukan dan bahan evaluasi bagi Dinas Pendidikan Kota Bandung dan lembaga/instansi terkait lainnya untuk meningkatkan motivasi dan prestasi belajar peserta didik melalui keterampilan memanajemen kelas yang dilakukan oleh guru. b. Bagi peserta didik, diharapkan dapat memperoleh pengalaman langsung mengenai bagaimana sistem manajemen kelas yang optimal agar peserta didik dapat belajar secara aktif, kreatif dan menyenangkan sehingga tidak mengganggu prestasi belajar mereka. Bagi penulis, hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai temuan awal untuk melakukan penelitian tentang sistem manajemen kelas dan motivasi belajar siswa serta prestasi belajar siswa pada lembaga pendidikan.