Aktivitas Perlindungan Saksi Dan Korban Dalam Lingkup Kerja Lpsk. Disusun Oleh: Kombes Pol (Purn). basuki Haryono, S.H., M.H.

dokumen-dokumen yang mirip
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2006 TENTANG PERLINDUNGAN SAKSI DAN KORBAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2006 TENTANG PERLINDUNGAN SAKSI DAN KORBAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PERLINDUNGAN SAKSI DAN KORBAN

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2006 TENTANG PERLINDUNGAN SAKSI DAN KORBAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2006 TENTANG PERLINDUNGAN SAKSI DAN KORBAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERLINDUNGAN SAKSI DAN KORBAN

Penanganan dan Perlindungan Justice Collaborator Dalam Sistem Hukum Pidana di Indonesia. Disampaikan oleh : A.H.Semendawai, SH, LL.

Dengan Persetujuan Bersama. DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA dan PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA MEMUTUSKAN:

BAB II PENGATURAN PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP SAKSI DALAM TINDAK PIDANA PEMBUNUHAN BERENCANA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 31 TAHUN 2014 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 13 TAHUN 2006 TENTANG PERLINDUNGAN SAKSI DAN KORBAN

PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 31 TAHUN 2014 TENTANG

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 31 TAHUN 2014 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 13 TAHUN 2006 TENTANG PERLINDUNGAN SAKSI DAN KORBAN

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 31 TAHUN 2014 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 13 TAHUN 2006 TENTANG PERLINDUNGAN SAKSI DAN KORBAN

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA PERLINDUNGAN SAKSI DAN KORBAN INISIATIF DPR RI

IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. mengadakan wawancara terhadap responden yang telah ditentukan oleh penulis,

MASUKAN KOALISI PERLINDUNGAN SAKSI DAN KORBAN ATAS PERUBAHAN UU NO. 13 TAHUN 2006 TENTANG PERLINDUNGAN SAKSI DAN KORBAN.

Kekuatan Keterangan Saksi Anak Dibawah Umur dalam Pembuktian Perkara Pidana

PERATURAN KETUA LEMBAGA PERLINDUNGAN SAKSI DAN KORBAN NOMOR 6 TAHUN 2010 TENTANG TATA CARA PEMBERIAN PERLINDUNGAN SAKSI DAN KORBAN

BAB IV ANALISIS PERLINDUNGAN SAKSI DAN KORBAN MENURUT UU RI NOMOR 13 TAHUN 2006 DAN FIQH SIYASAH

PERATURAN LEMBAGA PERLINDUNGAN SAKSI DAN KORBAN NOMOR 6 TAHUN 2010 TENTANG TATA CARA PEMBERIAN PERLINDUNGAN SAKSI DAN KORBAN

PERATURAN LEMBAGA PERLINDUNGAN SAKSI DAN KORBAN NOMOR 2 TAHUN 2012 TENTANG TATA CARA PENDAMPINGAN SAKSI LEMBAGA PERLINDUNGAN SAKSI DAN KORBAN

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. perbuatan menyimpang yang ada dalam kehidupan masyarakat. maraknya peredaran narkotika di Indonesia.

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 44 TAHUN 2008 TENTANG PEMBERIAN KOMPENSASI, RESTITUSI, DAN BANTUAN KEPADA SAKSI DAN KORBAN

BAB II PENGATURAN HAK RESTITUSI TERHADAP KORBAN TINDAK PIDANA PERDAGANGAN ORANG DI INDONESIA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 44 TAHUN 2008 TENTANG PEMBERIAN KOMPENSASI, RESTITUSI, DAN BANTUAN KEPADA SAKSI DAN KORBAN

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG PERLINDUNGAN SAKSI DAN KORBAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

RINGKASAN PUTUSAN. LP/272/Iv/2010/Bareskrim tanggal 21 April 2010 atas

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 44 TAHUN 2008 TENTANG PEMBERIAN KOMPENSASI, RESTITUSI, DAN BANTUAN KEPADA SAKSI DAN KORBAN

NOMOR : M.HH-11.HM th.2011 NOMOR : PER-045/A/JA/12/2011 NOMOR : 1 Tahun 2011 NOMOR : KEPB-02/01-55/12/2011 NOMOR : 4 Tahun 2011 TENTANG

STRATEGI MENGIKUTI PERSIDANGAN : Kiat Bersaksi Di Pengadilan. Oleh : Abdul Fickar Hadjar

BAB I PENDAHULUAN. Ketentuan Pasal 184 ayat (1) Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NO. 31 TAHUN 1999 TENTANG PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA KORUPSI BAB I

RUU Perlindungan Korban dan Saksi Draft Sentra HAM UI dan ICW, Juni 2001 RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG

PADA RAPAT PARIPURNA DPR-RI TANGGAL 18 JULI 2006

BAB III PENUTUP. sebagai jawaban dari permasalahan dalam penulisan hukum ini yakni bahwa:

V. KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan pembahasan diatas dan dari hasil penelitian yang dilakukan, maka

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2018 TENTANG PEMBERIAN KOMPENSASI, RESTITUSI, DAN BANTUAN KEPADA SAKSI DAN KORBAN

2018, No terhadap korban tindak pidana pelanggaran hak asasi manusia yang berat, terorisme, perdagangan orang, penyiksaan, kekerasan seksual, da

BAB III PERAN LEMBAGA PERLINDUNGAN SAKSI DAN KORBAN (LPSK) A. Kedudukan Lembaga Perlindungan Saksi dan Korban (LPSK)

FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2013

II. TINJAUAN PUSTAKA. Peradilan Pidana di Indonesia di selenggarakan oleh lembaga - lembaga peradilan

BAB I PENDAHULUAN. pemerintahan dan wajib menjunjung hukum dan pemerintahan itu dengan tidak

2018, No terhadap korban tindak pidana pelanggaran hak asasi manusia yang berat, terorisme, perdagangan orang, penyiksaan, kekerasan seksual, da

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN TENTANG HUKUM ACARA PIDANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

JUSTICE COLLABORATORS DALAM SEMA RI NOMOR 4 TAHUN 2011

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PIMPINAN LEMBAGA PERLINDUNGAN SAKSI DAN KORBAN,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PIMPINAN LEMBAGA PERLINDUNGAN SAKSI DAN KORBAN REPUBLLIK INDONESIA,

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP SAKSI DAN PELAPOR TINDAK PIDANA GRATIFIKASI 1 Oleh : Meiggie P. Barapa/

BAB I PENDAHULUAN. Pembicaraan hukum, tak lepas dari dua kategori. Kalau kita berbicara hukum materiil,

-2- Di dalam Pasal 7 ayat (4) dinyatakan bahwa pemberian Kompensasi bagi Korban tindak pidana terorisme dilaksanakan sesuai dengan ketentuan Undang-Un

ANALISIS ATAS RUU PERLINDUNGAN SAKSI DAN KORBAN Oleh:Ahsanul Minan, Staff Ahli FKB DPR RI

Perbedaan RUU Penghapusan Kekerasan Seksual dengan UU Penghapusan Kekerasan Dalam Rumah Tangga

CACATAN TERHADAP RUU PERLINDUNGAN SAKSI BERDASARKAN UU DAN PP TENTANG TINDAK PIDANA KORUPSI DAN PENCUCIAN UANG

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2002 TENTANG

IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. ini bertujuan akan memberikan gambaran mengenai objek yang dijadikan

Rabu, 24 September 2014

RAKYAT REPUBLIK INDONESI

BAB II PRAPERADILAN DALAM SISTEM PERADILAN PIDANA INDONESIA. A. Sejarah Praperadilan dalam Sistem Peradilan Pidana di Indonesia

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG PERLINDUNGAN KORBAN DAN SAKSI. Sentra HAM UI & ICW

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Pengertian Saksi Sebagai Alat Bukti dan perlindungan Hukumnya

MAKALAH. Pengadilan HAM dan Hak Korban Pelanggaran Berat HAM. Oleh: Eko Riyadi, S.H., M.H.

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

Menetapkan : PERATURAN PEMERINTAH TENTANG TATA CARA PERLINDUNGAN TERHADAP SAKSI, PENYIDIK, PENUNTUT UMUM, DAN HAKIM DALAM PERKARA TINDAK PIDANA TERORI

BAB I PENDAHULUAN. orang berhak atas pengakuan, jaminan perlindungan dan kepastian hukum yang

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PP 2/2002, TATA CARA PERLINDUNGAN TERHADAP KORBAN DAN SAKSI DALAM PELANGGARAN HAK ASASI MANUSIA YANG BERAT

2017, No BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Pemerintah ini yang dimaksud dengan: 1. Restitusi adalah pembayaran ganti kerugian yang d

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 29/PUU-XV/2017 Perintah Penahanan yang Termuat dalam Amar Putusan

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN TENTANG HUKUM ACARA PIDANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP SAKSI PENGUNGKAP FAKTA (WHISTLE BLOWER)

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 74/PUU-XV/2017

TOLAK PEMBATASAN SAKSI, PERLUAS BANTUAN BAGI KORBAN & LINDUNGI SAKSI AHLI Dalam RUU PERLINDUNGAN SAKSI

Prinsip-Prinsip Hukum Acara Pidana. 2. Prinsip penggabungan pidana dg tuntutan ganti rugi.

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PERAMPASAN ASET TINDAK PIDANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 2017 TENTANG PELAKSANAAN RESTITUSI BAGI ANAK YANG MENJADI KORBAN TINDAK PIDANA

Rancangan Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana (RUU-KUHAP) Bagian Keempat Pembuktian dan Putusan

PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2002 TENTANG PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA TERORISME

KOALISI PERLINDUNGAN SAKSI

BAB II PENGATURAN HUKUM TENTANG PERLINDUNGAN TERHADAP KORBAN TINDAK PIDANA KORUPSI

UNDANG-UNDANG NOMOR 31 TAHUN 1999 TENTANG PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA KORUPSI [LN 1999/140, TLN 3874]

Institute for Criminal Justice Reform

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PENEGAKAN HUKUM. Bagian Keempat, Penyidikan Oleh Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) 3.4 Penyidikan Oleh Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK)

Perbedaan RUU Penghapusan Kekerasan Seksual dengan Undang Undang Nomor 21 Tahun 2007 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Perdagangan Orang

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 57 TAHUN 2003 TENTANG TATA CARA PERLINDUNGAN KHUSUS BAGI PELAPOR DAN SAKSI TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG

PERATURAN JAKSA AGUNG REPUBLIK INDONESIA NOMOR : PER-026/A/JA/10/2013 TENTANG

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2006 TENTANG BANTUAN TIMBAL BALIK DALAM MASALAH PIDANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 2006 TENTANG BANTUAN TIMBAL BALIK DALAM MASALAH PIDANA

INDONESIA CORRUPTION WATCH 1 Oktober 2013

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 41/PUU-XIII/2015 Pembatasan Pengertian dan Objek Praperadilan

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA KORUPSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 48 TAHUN 2009 TENTANG KEKUASAAN KEHAKIMAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. mendukung pelaksanaan dan penerapan ketentuan hukum pidana materiil,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

HUKUM ACARA PIDANA. DOSEN PENGASUH MATA KULIAH: DRS. ZAINUL AKHYAR M. ELMY, S.Pd

~ 1 ~ BUPATI KAYONG UTARA PROVINSI KALIMANTAN BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN KAYONG UTARA NOMOR 5 TAHUN 2015 TENTANG

Transkripsi:

Aktivitas Perlindungan Saksi Dan Korban Dalam Lingkup Kerja Lpsk Disusun Oleh: Kombes Pol (Purn). basuki Haryono, S.H., M.H.

VISI DAN MISI Visi Terwujudnya perlindungan saksi dan korban dalam sistem peradilan pidana. Misi 1. Mewujudkan perlindungan dan pemenuhan hak-hak bagi saksi dan korban dalam peradilan pidana. 2. Mewujudkan kelembagaan yang profesional dalam memberikan perlindungan dan pemenuhan hakhak bagi saksi dan korban. 3. Memperkuat landasan hukum dan kemampuan dalam pemenuhan hak-hak saksi dan korban. 4. Mewujudkan dan mengembangkan jejaring dengan para pemangku kepentingan dalam rangka pemenuhan hak asasi dan korban. 5. Mewujudkan kondisi yang kondusif serta partisipasi masyarakat dalam perlindungan saksi dan korban. 1

KEWENANGAN Menerima permohonan perlindungan saksi dan korban. Memeriksa permohonan perlindungan yang diajukan. Memutuskan menerima atau menolak permohonan dalam waktu 7 hari sejak berkas permohonan lengkap. Memberikan perlindungan sejak ditandatanganinya pernyataan kesediaan (Perjanjian Perlindungan). Menghentikan perlindungan dalam hal saksi dan korban tidak lagi memerlukan perlindungan dan/atau berdasarkan alasan yang diatur dalam undang-undang. Menentukan kelayakan diberikannya bantuan kepada saksi dan/atau korban. Bekerjasama dengan instansi terkait sesuai kewenangannya. 2

Perkara Alat-alat Bukti Ket. Saksi Saksi Saksi Saksi Saksi Saksi Saksi Pentingnya Jaminan Kepentingan Mencabut Menghilang Menghindar Keamanan Keselamatan Tanpa Tekanan (117 KUHAP) Tidak Menjerat (166 KUHAP) P E R L I N D U N G A N L P S K HAK (Pasal 5 PSK) KEWAJIBAN (Pasal 28 & 29 PSK) -Fisik -Hukum -Hak Prosedural Pernyataan Kesediaan mengikuti syarat (Pasal 30 ayat (2) PSK) KEWAJIBAN beri Perlindungan (Pasal 31 PSK) TUPOK FUNGSI Dalam memberikan perlindungan (justice collaboration apgakum) Pasal 36 PSK 2 A

Memperoleh perlindungan atas keamanan pribadi, keluarga, dan harta bendanya, serta bebas dari ancaman yang berkenaan dengan kesaksian yang akan, sedang atau telah diberikannya -Merupakan perlindungan utama untuk Saksi dan Korban. -Penempatan di Rumah Aman Mewujudkan Hak Saksi dan Korban (Pasal 5 ayat (1) UU No. 13 Tahun 2006) Ikut serta dalam proses memilih dan menentukan bentuk perlindungan dan dukungan keamanan Memberikan keterangan tanpa tekanan Mendapat penterjemah (bagi Saksi dan Korban yg tidak lancar berbahasa Indonesia dan dilakukan untuk memperlancar persidangan) Bebas dari pertanyaan yang menjerat Mendapatkan informasi mengenai perkembangan kasus Selama ini Saksi atau Korban hanya berperan dan berkewajiban utk memberi kesaksian, tetapi tdk pernah mendapatkan hak utk mengetahui info proses kasusnya (hak) 3

Mendapatkan informasi mengenai putusan pengadilan Mrpkn tanda penghargaan negara atas kesediaan Saksi dan Korban memberikan keterangannya dalam proses peradilan Mewujudkan Hak Saksi dan Korban (Pasal 5 ayat (1) No. 13 Tahun 2006) Mengetahui dalam hal terpidana dibebaskan Mendapat identitas baru Utk meredam ketakutan Saksi krn dimungkinkan adanya balas dendam dari pihak Terdakwa Dalam kasus yg menyangkut kejahatan yg terorganisasi, keberadaan Saksi dan Korban dpt terancam walaupun pelakunya sdh dihukum Mendapat tempat kediaman baru -Utk menjamin keamanan Saksi dan Korban agar dpt melanjutkan kehidupannya tanpa rasa takut -Tempat itu adalah tempat tertentu yang sifatnya sementara dan dianggap aman 4

Mewujudkan Hak Saksi dan Korban (Pasal 5 ayat (1) UU ttg Perlindungan Saksi dan Korban Memperoleh penggantian biaya transportasi sesuai dgn kebutuhan Mendapat nasihat hukum Memperoleh bantuan biaya hidup sementara sampai batas waktu perlindungan berakhir Terhadap Saksi dan Korban yg tidak mampu membiayai dirinya utk datang ke lokasi, pemeriksaan ini perlu mendapat bantuan biaya dari negara Nasihat hukum yg diberikan kepada Saksi dan Korban apabila ybs diperlukan Biaya hidup yg diberikan sesuai dgn situasi yg dihadapi pd waktu itu, termasuk biaya utk makan sehari-hari Hal yg dimasud dalam Pasal 5 ayat (1) diberikan kpd Saksi dan Korban dlm tindak pidana kasus-kasus tertentu yg ditetapkan sesuai dgn keputusan LPSK Tindak pidana korupsi, narkotika/psikotropika, terorisme, dan tindak pidana lain yg mengakibatkan posisi Saksi dan Korban dihadapkan pada suatu situasi yg sangat membahayakan dirinya 5

Ayat (1) Saksi, Korban, dan Pelapor tidak dapat dituntut scr hukum, baik pidana maupun perdata atas laporan, kesaksian yang akan, sedang atau telah diberikannya Pelapor adalah org yg memberikan informasi kpd penegak hukum mengenai terjadinya suatu tindak pidana Pasal 10 UU ttg Perlindungan Saksi dan Korban Ayat (2) Saksi yg juga Tersangka dalam kasus yg sama tdk dpt dibebaskan dari tuntutan pidana. Apabila ia terbukti secara sah dan meyakinkan bersalah, tetapi kesaksiannya dpt dijadikan pertimbangan hakim dalam meringankan pidana yg akan dijatuhkan Whistle Blower as a Justice Collabolator Untuk meringankan pidananya, dapat diberikan bantuan prosedural pemenuhan hak-hak dalam peradilan hukumnya berupa restitusi umum dan khusus, pembebasan bersyarat, dan penempatan di tempat yang aman, sehingga bebas dari tindakan pembalasan oleh pihak tersangka utamanya. Ayat (3) Ketentuan pada ayat (1) tidak berlaku pada Saksi, Korban dan Pelapor yg memberikan keterangan tdk dgn itikad baik memberikan keterangan tdk dgn itikad baik, antara lain spt: memberikan keterangan palsu, sumpah palsu, dan dilakukan dlm permufakatan jahat 6

Sifat pentingnya keterangan Saksi dan/atau Korban Keterangan yang dilihat, dialami dan didengar sendiri dengan dilengkapi bukti-bukti yang meyakinkan Syarat Pemberian Perlindungan dan Bantuan (Pasal 28 UU No. 13 Tahun 2006) Tingkat ancaman yang membahayakan Saksi dan/atau Korban Hasil analisis tim medis dan psikolog terhadap Saksi dan/atau Korban Ancaman yg membahayakan berupa ancaman fisik secara langsung maupun ancaman psikologis yang keadaanya dinilai membahayakan dirinya Untuk menentukan tindakan dan penanganan lebih lanjut dlm aktivitas perlindungan terhadap saksi dan/atau korban beserta keluarganya Rekam jejak kejahatan yang pernah dilakukan oleh Saksi dan/atau Korban Sebagai pertimbangan guna pembuatan klausula perjanjian perlindungan antara LPSK dengan pihak pemohon yang bersangkutan 7

Ayat (1) Dalam melaksanakan pemberian perlindungan dan bantuan, LPSK dapat bekerjasama dengan instansi terkait yang berwenang Instansi terkait yg berwenang adalah lembaga pemerintah/nonpemerintah/lembaga swadaya masyarakat yg memiliki kapasitas dan berfungsi/berperan sebagai pemangku kepentingan, baik secara langsung maupun tidak langsung dalam perlindungan saksi dan korban Kerjasama dalam Aktivitas Perlindungan Saksi dan Korban (Pasal 36 No. 13 tahun 2006) Ayat (2) Dalam melaksanakan perlindungan dan bantuan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), instansi terkait sesuai dengan kewenangannya wajib melaksanakan keputusan LPSK sesuai dengan ketentuan yang diatur dalam undang-undang Keputusan LPSK dalam proses kerjasama dengan instansi terkait diwujudkan dalam bentuk pembuatan naskah kerjasama dan/atau dalam bentuk aturan turunan dari peraturan perundang-undangan yang diberlakukan berkaitan dengan perlindungan saksi dan 8

KETENTUAN PIDANA Pasal 37 : Ketentuan pidana bagi orang yang mengakibatkan Saksi dan/atau Korban tidak dapat memperoleh perlindungan sesuai Pasal 5 ayat (1) huruf a atau huruf d. Pasal 38 : Ketentuan pidana bagi orang yang menghalang-halangi sehingga Saksi dan/atau Korban tidak bisa memperoleh perlindungan dan bantuan LPSK. Pasal 39 : Ketentuan pidana bagi orang yang menghilangkan pekerjaan Saksi dan/atau Korban yang sedang menjalani pemberian keterangan dalam proses peradilan. Pasal 40 : Ketentuan pidana bagi orang yang menyebabkan kerugian Saksi dan/atau Korban. Pasal 41 : Ketentuan pidana bagi orang yang memberitahukan keberadaan Saksi dan/atau Korban. Pasal 42 : Dalam hal perbuatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 37, Pasal 38, Pasal 39, Pasal 40, dan Pasal 41 dilakukan oleh pejabat publik (Pejabat Negara dan/atau Penyelenggara Negara dlm aktivitas sbg pelaksana tugad di bidang Eksekutif, Yudikatif, Legislatif dan atau pejabat lainnya). Pasal 43 : Ketentuan pidana bagi Terpidana yang tidak mampu membayar pidana denda. Catatan: Sampai saat ini, LPSK belum dimandatkan untuk melakukan aktivitas penyelidikan, penyidikan dan penuntutan dalam kasus yang melanggar ketentuan pidana tersebut di atas. 9

KENDALA YANG DIHADAPI LPSK 1. Sesuai amanat dan mandat Undang-Undang Perlindungan Saksi dan Korban, aktivitas LPSK bersifat pasif, karena permohonan perlindungan dimintakan oleh para pemohon yg dikategorikan sebagai aktivitas voluntari, sedangkan aktivitas perlindungan yang bersifat mandatori permohonan perlindungannya yg diajukan oleh instansi penegak hukum dalam kasus masalahnya. 2. Aktivitas perlindungan merupakancost negara yang bersifat unlimited budgeting, sehingga perlindungan terhadap saksi dan korban hrs ditentukan secara selektif dan prioritas, serta membutuhkan tindakan dan aktivitas perlindungan yang sangat terencana. 3. Keterbatasan kemampuan SDM dan fasilitas serta kemampuan LPSK dalam melakukan aktivitas perlindungan saksi dan korban sangat memerlukan perhatian dari berbagai pihak pemangku kepentingannya. 10

MANFAAT PELIBATAN LPSK DALAM PENANGANAN KASUS NAZARUDIN Meningkatkan kredibilitas para pihak dalam proses penegakan hukum maupun pengambilan keputusan. Terbentuknya suasana fairnesly, kenetralan, penegakan HAM, dan equality before the law. Memberikan Added Value dalam upaya menegakkan kebenaran dan keadilan. Dapat dijadikan media penyaluran aspirasi masyarakat maupun kontrol sosial. Oleh karena itu, kehendak upaya melindungi Nazarudin oleh LPSK tidak bisa dilakukan hanya berdasarkan norma atau ketentuan yg berlaku maupun opini publik yg disampaikan oleh para pihak saja, tetapi perlindungan yg dilakukan LPSK tersebut dilakukan dgn dukungan politik hukum yg dinyatakan oleh para Pemimpin Negara dan ditunjang dgn komitmen dari Pemerintah maupun Lembaga-lembaga Masyarakat.