BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pasar modal sebagai pasar dari berbagai instrumen keuangan (sekuritas) jangka panjang yang dapat diperjualbelikan, menjalankan fungsi ekonomi dan keuangan yang dapat menunjang perkembangan ekonomi dan keuangan dalam suatu negara. Oleh karena itu, pasar modal juga merupakan indikator kemajuan perekonomian negara tersebut. Dalam melaksanakan fungsinya, pasar modal menjadi penghubung bagi pihak yang mempunyai kelebihan dana (investor) dan pihak yang membutuhkan dana (emiten) dalam transaksi pemindahan dana. Bagi investor, pasar modal dapat memberikan alternatif investasi yang lebih variatif sehingga memberikan peluang untuk meraih keuntungan yang lebih besar. Bagi emiten, pasar modal dapat memberikan sumber pendanaan lain untuk melakukan kegiatan operasional termasuk ekspansi usaha selain kredit perbankan. Pada saat ini semakin tinggi kegiatan bisnis yang dilakukan oleh para investor maka semakin banyak informasi yang dibutuhkan oleh para investor untuk pengambilan keputusan investasi. Begitu pula dengan para kreditor, informasi yang lebih kompleks diperlukan juga dengan tujuan untuk pengambilan keputusan dalam pemberian kredit dan estimasi atas return yang akan diterimanya kembali.
Bursa Efek Indonesia (BEI) menawarkan banyak alternatif sekuritas yang dapat diperdagangkan. Dari beberapa jenis sekuritas yang diperdagangkan di BEI, tercatat tiga sekuritas dengan total value terbesar dalam kurun waktu 2009-2011, yakni saham, obligasi pemerintah, dan obligasi korporasi. Dalam kurun waktu 2009-2010, terdapat kenaikan sebesar 20,62% untuk nilai saham, 79,68% untuk nilai obligasi pemerintah, dan 131,67% untuk obligasi korporasi. Sedangkan dalam kurun waktu 2010-2011, terdapat kenaikan sebesar 4,01% untuk nilai saham, 36,62% untuk nilai obligasi pemerintah, dan 40,42% untuk nilai obligasi korporasi (tidak termasuk obligasi korporasi dalam kurs USD). Jika dirata-ratakan dengan geometric mean, maka terdapat kenaikan rata-rata sebesar 12,01% untuk nilai saham, 56,68% untuk nilai obligasi pemerintah, dan 80,36% untuk obligasi korporasi (tidak termasuk obligasi korporasi dalam kurs USD). Dapat disimpulkan bahwa sekuritas dengan pertumbuhan nilai yang paling pesat setiap tahunnya ialah obligasi korporasi, disusul dengan obligasi pemerintah dan saham (Andrey, 2012). BEI mendefinisikan obligasi sebagai surat hutang jangka menengahpanjang yang dapat dipindahtangankan yang berisi janji dari pihak yang menerbitkan untuk membayar imbalan berupa bunga pada periode tertentu dan melunasi pokok utang pada waktu yang telah ditentukan kepada pihak pembeli obligasi tersebut. Obligasi dapat diterbitkan oleh korporasi maupun pemerintah, namun obligasi yang diterbitkan perusahaan dan pemerintah tentunya berbeda, terutama dari tingkat resikonya. Obligasi yang diterbitkan oleh pemerintah sudah tentu masuk ke dalam obligasi dengan investment grade (rating yang menunjukkan bahwa obligasi tersebut layak investasi) dan bebas resiko (risk-
free). Hal ini disebabkan oleh adanya kepastian akan kemampuan pemerintah dalam melunasi kupon dan pokok utang ketika obligasi jatuh tempo. Berbeda dengan pemerintah, perusahaan tidak memiliki kemampuan membayar kupon dan pokok obligasi yang diterbitkannya sebaik pemerintah. Menurut Faeber (2001) dalam Susana (2011), obligasi menarik bagi investor karena obligasi memiliki beberapa kelebihan yang berkaitan dengan keamanan dibandingkan saham, yaitu volatilitas saham lebih tinggi dibandingkan dengan obligasi sehingga daya tarik saham berkurang, dan obligasi menawarkan tingkat return yang positif dan memberikan income yang tetap. Pada investasi saham, tidak ada jaminan adanya pembagian dividen bagi para shareholder. Obligasi akan mendapatkan pemeringkatan secara berkala yang dikeluarkan oleh lembaga pemeringkat obligasi. Peringkat obligasi diberikan oleh agen pemeringkat yang independen, obyektif dan dapat dipercaya. Lembaga pemeringkatan obligasi di Indonesia yang digunakan dalam penelitian ini yaitu PEFINDO (Pemeringkat Efek Indonesia). PEFINDO merupakan lembaga pemeringkat pertama di Indonesia yang sudah berpengalaman sejak tahun berdirinya yaitu 1993. PEFINDO juga merupakan market leader untuk lembaga pemeringkatan surat hutang yang ada di Indonesia dengan persentase melebihi 80%. Sampai saat ini PEFINDO tetap menjaga independensi dengan ditunjang tenaga ahli yang merupakan sumber daya manusia yang unggul pada bidangnya masing-masing. Rating obligasi memiliki banyak manfaat, terutama bagi para investor. Investor dapat menilai tingkat keamanan suatu obligasi dan kredibilitas obligasi
berdasarkan informasi yang diperoleh dari agen pemeringkat, karena dalam rating obligasi terdapat sinyal dan refleksi akan kemampuan emiten dalam melunasi kewajiban finansialnya. Rating merupakan salah satu variabel yang diperhatikan oleh investor ketika memutuskan untuk melakukan investasi pada suatu perusahaan. Informasi yang terkandung dalam rating akan menunjukkan sejauh mana kemampuan suatu perusahaan untuk membayar kewajibannya atas dana yang diinvestasikan oleh investor. Banyak faktor yang mempengaruhi PEFINDO dalam menganalisis resiko keuangan perusahaan, antara lain kebijakan keuangan perusahaan, struktur modal, proteksi arus kas, profitabilitas dan fleksibilitas keuangan. Akan tetapi, agen pemeringkatan tidak menyebutkan lebih lanjut bagaimana laporan keuangan dapat digunakan dalam menentukan peringkat obligasi. Hal ini menjadi motivasi untuk melakukan penelitan mengenai pemeringkatan obligasi dengan menggunakan rasio-rasio keuangan yang didasarkan pada laporan keuangan perusahaan. Menurut Christina (2010) dalam Fathony dan Endang (2012), semakin berkembangnya pasar obligasi di Indonesia mengakibatkan semakin pentingnya ketersediaan informasi bagi investor/kreditor untuk mengukur resiko investasi obligasi. Adanya resiko emiten obligasi/debitor tidak mampu membayar pinjaman pokok beserta bunganya (resiko default) menyebabkan keberadaan lembaga pemeringkat obligasi seperti PEFINDO semakin dibutuhkan untuk membantu investor dalam melakukan estimasi atas resiko tidak terbayarnya pokok pinjaman dan bunga obligasi.
Menurut Herawaty (2008) dalam Bramasta dan Etna (2012), peringkat obligasi salah satunya ditentukan dari hasil laporan keuangan perusahaan, jadi jika kinerja suatu perusahaan baik maka obligasi juga akan mempunyai peringkat yang baik, sehingga akan banyak investor yang berminat pada obligasi tersebut. Salah satu cara agar laporan keuangan terlihat baik adalah dengan melakukan manajemen laba. Manajemen laba merupakan suatu penyimpangan dalam penyusunan laporan keuangan, yaitu mempengaruhi tingkat laba yang ditampilkan dalam laporan keuangan. Indikasi lain adanya manajemen laba pada suatu perusahaan terlihat dari perbedaan antara laba/rugi menurut akuntansi dan laba/rugi menurut undangundang pajak. Masalah dalam kondisi tersebut antara lain perusahaan yang terutama perusahaan yang telah Go Public, pada manajemennya akan melakukan manajemen laba sebagai suatu kecurangan (fraud) kaitannya dalam pembayaran pajak atau pelaporan pajak terutang pada perusahaan tersebut. Menurut Fathony dan Endang (2012), perusahaan yang memiliki laba akuntansi (Book Income) yang lebih besar dari laba fiskal (Taxable Income) kecenderungan mengelola laba pada perusahaan, akan menjadi tinggi. Hal ini dilakukan agar terhindar dari pembayaran pajak yang besar. Berdasarkan uraian di atas, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul: Pengaruh Debt to Equity Ratio, Return on Asset, Current Ratio, Deferred Tax Asset dan Deferred Tax Liability Terhadap Peringkat Obligasi. Beberapa perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya yang berjudul
Pengaruh Faktor Keuangan dan Non Keuangan pada Peringkat Obligasi di Bursa Efek Indonesia (Ni Made dan Gerianta, 2011) adalah: 1. Pada penelitian Ni Made dan Gerianta (2011) menggunakan variabel Laba Operasi, Laba Ditahan, Aliran Kas Operasi, Likuiditas, Total Asset, Leverage, Umur Obligasi/Maturity dan Jaminan/Secure sebagai variabel independen, sedangkan penelitian ini menggunakan Debt to Equity Ratio, Return on Asset, Current Ratio, Deferred Tax Asset dan Deferred Tax Liability sebagai variabel independen. Dimana variabel Deferred Tax Asset dan Deferred Tax Liability diambil dari penelitian Fathony dan Endang (2012) yang berjudul Pengaruh Pajak Tangguhan dan Rasio Pajak Terhadap Peringkat Obligasi di Indonesia. 2. Pengambilan sampel dalam penelitian Ni Made dan Gerianta (2011) dilakukan pada periode 2008-2011, sedangkan pengambilan sampel dalam penelitian ini dilakukan pada periode 2009-2012. 3. Variabel dependen dalam penelitian Ni Made dan Gerianta (2011) menggunakan skala pengukuran dengan memberikan nilai 0 (nol) untuk default grade, nilai 1 (satu) untuk speculative grade dan nilai 2 (dua) untuk investment grade, sedangkan dalam penelitian ini menggunakan skala pengukuran dengan memberikan nilai 1 (satu) untuk obligasi dengan peringkat (BBB-), (BBB), & (BBB+); nilai 2 (dua) untuk obligasi dengan peringkat (A-), (A) & (A+); nilai 3 (tiga) untuk obligasi dengan peringkat (AA-), (AA), & (AA+); dan nilai 4 (empat) untuk obligasi dengan peringkat (AAA).
1.2 Batasan Masalah Penelitian dilakukan pada perusahaan Go Public yang terdaftar pada Bursa Efek Indonesia dan menjual obligasi mereka untuk memperoleh rating atau peringkat yang dikeluarkan oleh PEFINDO di DKI Jakarta karena perusahaan yang telah mendaftarkan dirinya pada Bursa Efek dan menjadi perusahaan Go Public akan memiliki laporan keuangan yang lebih terbuka dibandingkan perusahaan yang belum menjadi perusahaan Go Public. Penelitian yang dilakukan dilihat dari satu variabel dependen dan lima variabel independen. Variabel dependen penelitian ini adalah peringkat obligasi, sedangkan untuk variabel independen adalah Debt to Equity Ratio, Return on Asset, Current Ratio, Deferred Tax Asset dan Deferred Tax Liability. 1.3 Rumusan Masalah Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: 1. Apakah Debt to Equity Ratio berpengaruh terhadap peringkat obligasi? 2. Apakah Return on Asset berpengaruh terhadap peringkat obligasi? 3. Apakah Current Ratio berpengaruh terhadap peringkat obligasi? 4. Apakah Deferred Tax Asset berpengaruh terhadap peringkat obligasi? 5. Apakah Deferred Tax Liability berpengaruh terhadap peringkat obligasi?
1.4 Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini untuk memperoleh bukti empiris tentang: 1. Pengaruh Debt to Equity Ratio (DER) terhadap peringkat obligasi; 2. Pengaruh Return on Asset (ROA) terhadap peringkat obligasi; 3. Pengaruh Current Ratio (CR) terhadap peringkat obligasi; 4. Pengaruh Deferred Tax Asset (DTA) terhadap peringkat obligasi; 5. Pengaruh Deferred Tax Liability (DTL) terhadap peringkat obligasi. 1.5 Manfaat Penelitian Adapun kegunaan atau manfaat yang ada dalam penelitian ini adalah pemberian informasi-informasi pada pihak-pihak yang membutuhkan antara lain: 1. Bagi Direktorat Jenderal Pajak (DJP), hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi mengenai pengaruh kepemilikan pajak tangguhan terhadap besar kecilnya pembayaran pajak. 2. Bagi Wajib Pajak Badan, hasil penelitian ini dapat memberikan informasi mengenai pengaruh kepemilikan pajak tangguhan dan rasio keuangan kaitannya dengan penentuan peringkat obligasi pada Lembaga Pemeringkat Efek Indonesia. 3. Bagi perusahaan, diharapkan penelitian ini dapat memberikan masukan mengenai faktor-faktor keuangan (khususnya rasio keuangan) yang berpotensi mempengaruhi peringkat obligasi yang dijualnya di pasar modal.
4. Bagi investor dan calon investor, hasil analisis ini dapat menjadi masukan untuk pengambilan keputusan dalam melakukan investasi pada obligasi sehubungan dengan peringkat dari obligasi itu sendiri dalam rangka menghindari default risk. 5. Bagi peneliti berikutnya, penelitian ini dapat dijadikan literatur bagi penelitian selanjutnya mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi penentuan peringkat obligasi dari segi perpajakan dan keuangan. 1.6 Sistematika Penulisan Laporan Penelitian Bab I PENDAHULUAN Bab ini menjelaskan mengenai latar belakang, batasan masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian dan sistematika penulisan penelitian. Bab II TELAAH LITERATUR Bab ini menguraikan teori dan penelitian yang relevan dengan penelitian tentang obligasi, rasio keuangan, pajak tangguhan dan rumusan hipotesis serta model penelitian. Bab III METODE PENELITIAN Bab ini membahas tentang gambaran umum objek penelitian, metode penelitian, deskripsi operasional variabel penelitian, teknik pengumpulan data, teknik pengambilan sampel dan teknik analisis yang digunakan untuk pengujian hipotesis dalam penelitian ini.
Bab IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN Bab ini menjelaskan hasil penelitian yang dilakukan melalui datadata yang telah dikumpulkan, pengujian statistik dan analisis hipotesis, serta pembahasan hasil penelitian. Bab V SIMPULAN DAN SARAN Bab ini berisi kesimpulan, keterbatasan dan saran yang didasarkan pada hasil penelitian yang telah dilakukan.