BAB III PENENTUAN ARAH KIBLAT DENGAN THEODOLIT DALAM BUKU EPHEMERIS HISAB RUKYAH 2013

dokumen-dokumen yang mirip
METODE PENENTUAN ARAH KIBLAT DENGAN TEODOLIT

BAB IV ANALISIS FORMULA PENENTUAN ARAH KIBLAT DENGAN THEODOLIT DALAM BUKU EPHEMERIS HISAB RUKYAT 2013

BAB IV ANALISIS PERBANDINGAN HISAB IRTIFA HILAL MENURUT ALMANAK NAUTIKA DAN NEWCOMB

BAB. XVI. THEODOLIT 16.1 Pengertian 16.2 Bagian Theodolit

BAB IV ANALISIS METODE HISAB AWAL WAKTU SALAT AHMAD GHOZALI DALAM KITAB ṠAMARĀT AL-FIKAR

BAB IV ANALISIS SISTEM HISAB AWAL BULAN QAMARIAH DR. ING. KHAFID DALAM PROGRAM MAWAAQIT. A. Analisis terhadap Metode Hisab Awal Bulan Qamariah dalam

PRINSIP KERJA DAN PROSEDUR PENGGUNAAN THEODOLITE. Prinsip kerja optis theodolite

: Jarak titik pusat benda langit, sampai dengan Equator langit, di ukur sepanjang lingkaran waktu, dinamakan Deklinasi. Jika benda langit itu

BAB IV ANALISIS PEDOMAN WAKTU SHALAT SEPANJANG MASA KARYA SAĀDOE DDIN DJAMBEK. A. Analisis Metode Hisab Awal Waktu Salat Saādoe ddin Djambek dalam

Hisab Awal Bulan Syawwal 1434 H

BAB IV ANALISIS SISTEM HISAB AWAL WAKTU SALAT PROGRAM MAWAAQIT VERSI A. Analisis Sistem Hisab Awal Waktu Salat Program Mawaaqit Versi 2001

BAB IV ANALISIS METODE HISAB AWAL WAKTU SALAT AHMAD GHOZALI DALAM KITAB IRSYÂD AL-MURÎD. A. Analisis Metode Hisab Awal Waktu Salat Ahmad Ghozali dalam

BAB IV ANALISIS METODE HISAB AWAL WAKTU SALAT DALAM KITAB ANFA AL-WASÎLAH, IRSYÂD AL-MURÎD, DAN ṠAMARÂT AL-FIKAR KARYA AHMAD GHOZALI

MODUL KULIAH ILMU UKUR TANAH JURUSAN TEKNIK SIPIL POLIBAN

APLIKASI SEGITIGA BOLA DALAM RUMUS-RUMUS HISAB RUKYAT

METODE PENGUKURAN ARAH KIBLAT DENGAN SEGITIGA SIKU-SIKU DARI BAYANGAN MATAHARI SETIAP SAAT

BAB IV ANALISIS METODE PENGUKURAN ARAH KIBLAT SLAMET HAMBALI. A. Analisis Konsep Pemikiran Slamet Hambali tentang Metode

BAB IV ANALISIS METODE HISAB AWAL WAKTU SALAT DALAM KITAB ILMU FALAK METHODA AL-QOTRU KARYA QOTRUN NADA

TATA KOORDINAT BENDA LANGIT. Kelompok 6 : 1. Siti Nur Khotimah ( ) 2. Winda Yulia Sari ( ) 3. Yoga Pratama ( )

BAB IV UJI COBA DAN EVALUASI APLIKASI ZEPHEMERIS. uji verifikasi hasil perhitungan aplikasi Zephemeris. kesalahan maupun kekurangan pada aplikasi.

BAB IV ANALISIS METODE HISAB AWAL BULAN KAMARIAH QOTRUN NADA DALAM KITAB METHODA AL-QOTRU

BAB IV ANALISIS PENGGUNAAN DAN AKURASI BENCET DI PONDOK PESANTREN AL-MAHFUDZ SEBLAK DIWEK JOMBANG SEBAGAI PENUNJUK WAKTU SALAT

BAB IV ANALISIS METODE AZIMUTH BULAN SEBAGAI ACUAN PENENTUAN ARAH KIBLAT. A. Analisis Penentuan Arah Kiblat dengan Metode Azimuth Bulan

BAB III SISTEM PERHITUNGAN AL-MANAK NAUTIKA DAN EPHEMERIS. 1. Sekilas Tentang Sistem Almanak Nautika

BAB IV ANALISIS SISTEM HISAB AWAL BULAN KAMARIAH ALMANAK NAUTIKA DAN ASTRONOMICAL ALGORITHMS JEAN MEEUS

BAB IV ANALISIS PERBANDINGAN PENENTUAN KETINGGIAN HILAL PERSPEKTIF ALMANAK NAUTIKA DAN EPHEMERIS

BAB IV UJI COBA DAN EVALUASI PROGRAM EPHEMERISAYA. A. Uji Coba Fungsionalitas Aplikasi EphemeriSaya

BAB IV ANALISIS PERHITUNGAN TIM HISAB DAN RUKYAT HILAL SERTA PERHITUNGAN FALAKIYAH PROVINSI JAWA TENGAH

BAB IV ANALISIS KOMPARASI ISTIWAAINI KARYA SLAMET HAMBALI SEBAGAI PENENTU ARAH KIBLAT DENGAN THEODOLIT

BAB IV ANALISIS METODE RASHDUL KIBLAT BULAN AHMAD GHOZALI DALAM KITAB JAMI U AL-ADILLAH

BAB IV ANALISIS PENENTUAN ARAH KIBLAT DENGAN LINGKARAN JAM TANGAN ANALOG. A. Prinsip Penentuan Arah Kiblat dengan Menggunakan Lingkaran Jam

BAB VII PRAKTIK RUKYAT HILAL

PROGRAM APLIKASI FALAKIYAH DENGAN fx-7400g PLUS

BAB III METODE PENGUKURAN ARAH KIBLAT SLAMET HAMBALI. A. Sejarah Intelektual Slamet Hambali

BAB IV ANALISIS TENTANG METODE PENENTUAN AWAL WAKTU SALAT DENGAN JAM BENCET KARYA KIAI MISHBACHUL MUNIR MAGELANG

PROGRAM APLIKASI FALAKIYAH Bagian IV : APLIKASI PERHITUNGAN UNTUK PENGGUNAAN SUNDIAL MIZWALA dengan Casio Power Graphic Fx-7400g Plus

5. BOLA LANGIT 5.1. KONSEP DASAR SEGITIGA BOLA

Pengukuran dan Pemetaan Hutan : PrinsipAlat Ukur Tanah

BAB IV ANALISIS PERHITUNGAN ARAH KIBLAT DENGAN MENGGUNAKAN AZIMUT PLANET. A. Algoritma Penentuan Arah Kiblat dengan Metode Azimut Planet

MENGENAL GERAK LANGIT DAN TATA KOORDINAT BENDA LANGIT BY AMBOINA ASTRONOMY CLUB

alat ukur waterpass dan theodolit

BAB IV ANALISIS HISAB WAKTU SALAT DALAM KITAB ILMU FALAK DAN HISAB KARYA K.R. MUHAMMAD WARDAN

PROGRAM APLIKASI FALAKIYAH DENGAN fx-7400g PLUS

BAB III METODE PENENTUAN ARAH KIBLAT DENGAN MENGGUNAKAN AZIMUTH BULAN

BAB IV UJI AKURASI AWAL WAKTU SHALAT SHUBUH DENGAN SKY QUALITY METER. 4.1 Hisab Awal Waktu Shalat Shubuh dengan Sky Quality Meter : Analisis

BAB IV ANALISIS KELAYAKAN PANTAI KARTINI JEPARA SEBAGAI TEMPAT RUKYAT AL-HILAL A. Faktor yang Melatarbelakangi Penggunaan Pantai Kartini Jepara

INFORMASI HILAL SAAT MATAHARI TERBENAM TANGGAL 2 JUNI 2011 M PENENTU AWAL BULAN RAJAB 1432 H

BAB IV APLIKASI DAN UJI AKURASI DATA GLOBAL POSITIONING SYSTEM (GPS) DAN AZIMUTH MATAHARI PADA SMARTPHONE BERBASIS ANDROID UNTUK HISAB ARAH KIBLAT

BAB III METODE HISAB AWAL WAKTU SALAT DALAM KITAB ILMU FALAK METHODA AL-QOTRU. Pengarang kitab Ilmu Falak Methoda Al-Qotru ini memliliki nama lengkap

BAB IV ANALISIS KOMPARATIF METODE HISAB AWAL WAKTU SALAT AHMAD GHAZALI DALAM KITAB ANFA AL-WASÎLAH DAN NOOR AHMAD DALAM KITAB SYAWÂRIQ AL-ANWÂR

BAB IV ANALISIS PEMIKIRAN SAADOE DDIN DJAMBEK TENTANG PENENTUAN AWAL BULAN KAMARIAH

BAB III METODE PENENTUAN ARAH KIBLAT ISTIWAAINI DAN THEODOLITE. 5 Agustus 1954 di sebuah desa kecil bernama Bajangan, kecamatan

INFORMASI HILAL SAAT MATAHARI TERBENAM TANGGAL 23 JANUARI 2012 M PENENTU AWAL BULAN RABI UL AWAL 1433 H

DAFTAR ISI DAFTAR GAMBAR DAFTAR TABEL DAFTAR LAMPIRAN DAFTAR LAMBANG DAN SINGKATAN

JADWAL WAKTU SALAT PERHITUNGAN TIM HISAB DAN RUKYAT HILAL SERTA PERHITUNGAN FALAKIYAH PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN 2013

BAB III METODE HISAB AWAL BULAN KAMARIAH DALAM KITAB METHODA AL-QOTRU KARYA QOTRUN NADA

Lampiran I Draf wawancara dengan Qotrun Nada di kediamannya di Desa Mandesan, Selopuro, Blitar pada 15 Mei 2016.

Ṡamarᾱt al-fikar Karya Ahmad Ghozali Muhammad Fathullah

BAB III SISTEM HISAB AWAL BULAN QAMARIAH DR. ING. KHAFID DALAM PROGRAM MAWAAQIT. Demak pada tahun 1987 setelah menerima beasiswa OFP (Offersis Felope

BAB III RANCANGAN PEMBUATAN QIBLA LASER. A. Deskripsi Umum Tentang Qibla Laser Sebagai Penentu Arah Kiblat

TRANSFORMASI KOORDINAT BOLA LANGIT KE DALAM SEGITIGA BOLA (EQUATORIAL DAN EKLIPTIKA) DALAM PENENTUAN AWAL WAKTU SALAT

IMKAN RUKYAT: PARAMETER PENAMPAKAN SABIT HILAL DAN RAGAM KRITERIANYA (MENUJU PENYATUAN KALENDER ISLAM DI INDONESIA)

INFORMASI ASTRONOMIS HILAL DAN MATAHARI SAAT MATAHARI TERBENAM TANGGAL 8 DAN 9 SEPTEMBER 2010 PENENTU AWAL BULAN SYAWWAL 1431 H

BAB II HAL-HAL YANG BERHUBUNGAN DENGAN ARAH KIBLAT

SURVEYING (CIV -104)

PANDUAN PENYETELAN THEODOLIT DAN PEMBACAAN SUDUT (Latihan per-individu dengan pengawasan Teknisi Laboratorium)

BAB VI PERALATAN UKUR SUDUT/ ARAH

BAB IV ANALISIS TERHADAP HISAB RUKYAT WAKTU SALAT ASAR. A. Analisis Kedudukan Bayang-Bayang Matahari Awal Waktu Salat

BAB I SISTEM KOORDINAT

BAB IV ANALISIS. A. Landasan Penyusunan Konversi Kalender Waktu Shalat Antar Wilayah. Dalam Kalender Nahdlatul Ulama Tahun 2016

TUGAS ILMU UKUR TANAH 2 TENTANG THEODOLIT. Disusun Oleh : URLY SAFRU Dosen : Ir. Jonizar, M.T / Natawira Hadi Kusuma, S.

BAB III SISTEM HISAB ALMANAK NAUTIKA DAN ASTRONOMICAL ALGORITHMS JEAN MEEUS. Astronomical Algortihms karya Jean Meeus. Pembahasan lebih memfokuskan

SURVEYING (CIV-104) PERTEMUAN 4-5 : METODE PENGUKURAN SIPAT DATAR

BAB IV PERBEDAAN DAN PERSAMAAN DALAM PENENTUAN AWAL BULAN SYAWAL 1992, 1993, 1994 M DAN AWAL ZULHIJAH 2000 M ANTARA NAHDLATUL ULAMA DAN PEMERINTAH

BAB III PENENTUAN AWAL WAKTU SALAT DENGAN JAM ISTIWA DALAM. pada hari Kamis Kliwon, tanggal 14 Desember 1932 M/ 19 Rajab 1351 H.

BAB I PENDAHULUAN. diselesaikan secara matematis untuk meratakan kesalahan (koreksi), kemudian

BAB III SISTEM HISAB ALMANAK NAUTIKA DAN NEWCOMB. Pada bab ini kajian yang akan penulis kemukakan adalah penjelasan

Meridian Greenwich. Bujur

MODUL III WATERPASS MEMANJANG DAN MELINTANG

Pengukuran Poligon Tertutup Terikat Koordinat

BAB I PENDAHULUAN. dan hari raya Islam (Idul fitri dan Idul adha) memang selalu diperbincangkan oleh

BAB I PENDAHULUAN. menimbulkan masalah karena Rasulullah saw. ada bersama-sama sahabat dan

CONTOH LAPORAN PRAKTIKUM SURVEY PENGUKURAN MENGGUNAKAN ALAT WATERPAS

BAB VII PENGUKURAN JARAK OPTIS

KUMPULAN SOAL & PEMBAHASAN OSK OSP OSN DLL KOORDINAT BENDA LANGIT (By. Mariano N.)

MEMBUAT PROGRAM APLIKASI FALAK DENGAN CASIO POWER GRAPHIC fx-7400g PLUS Bagian II : Aplikasi Perhitungan untuk Penggunaan Teodolit

Oleh PENGAJIAN RAMADAN 9 RAMADAN 1433 H/28 JULI 2012 M PIMPINAN PUSAT MUHAMMADIYAH. Oman Fathurohman SW

BAB 1 PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Peta merupakan gambaran dari permukaan bumi yang diproyeksikan

BAB IV ANALISIS METODE HISAB WAKTU SALAT DALAM PROGRAM SHOLLU VERSI 3.10

LAPORAN PRAKTIKUM PENGUKURAN BEDA TINGGI MENGGUNAKAN ALAT THEODOLIT Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Dasar Teknik

METODA-METODA PENGUKURAN

A. Analisis Fungsi dan Kedudukan Deklinasi Bulan dan Lintang Tempat dalam menghitung Ketinggian Hilal menurut Kitab Sullam an-nayyirain

Alat ukur sudut. Alat ukur sudut langsung

BAB IV UJI KOMPARASI DAN EVALUASI QIBLA LASER SEBAGAI ALAT PENENTU ARAH KIBLAT. A. Konsep Penentuan Arah Kiblat Dengan Qibla Laser Setiap Saat Dengan

BAB IV ANALISIS TERHADAP PEDOMAN PRAKTIS PENENTUAN ARAH KIBLAT KARYA M. MUSLIH HUSEIN

BAB IV ANALISIS PEMIKIRAN SAADOEDDIN DJAMBEK TENTANG ARAH KIBLAT. A. Penentuan Arah Kiblat Pemikiran Saadoeddin Djambek

BAB IV ANALISIS TERHADAP ARAH KIBLAT MASJID AGUNG BANTEN. A. Analisis terhadap Akurasi Arah Kiblat Masjid Agung Banten

Gambar 1. Skema sederhana pesawat Theodolit.

MENGENAL SISTEM WAKTU UNTUK KEPENTINGAN IBADAH

AS Astronomi Bola. Suhardja D. Wiramihardja Endang Soegiartini Yayan Sugianto Program Studi Astronomi FMIPA Institut Teknologi Bandung

Transkripsi:

BAB III PENENTUAN ARAH KIBLAT DENGAN THEODOLIT DALAM BUKU EPHEMERIS HISAB RUKYAH 2013 A. Ephemeris Hisab Rukyat Ephemeris Hisab Rukyat adalah sebuah buku yang berisi tabel Astronomi yaitu data Matahari dan Bulan selama satu tahun. Selain itu juga dimuat data ijtimak, tinggi Hilal, gerhana, dan contoh perhitungan( arah kiblat, awal waktu salat, dan awal bulan kamariah). 1 Buku ini terbit setiap tahun yang disusun oleh Direktorat Urusan Agama Islam dan Pembinaan Syariah bersama pakar hisab rukyat yaitu Drs. H. Taufiq, SH, MH, Drs. H. Nabhan Maspoetra, MM. Ir. Cecep Nurwendaya, dan Drs. Asadurrahman, MH. 2 Adapun Perancang program Ephemeris Hisab Rukyat ini adalah Drs. H. Taufik S.H, M.H, seorang ahli astronomi Islam. Ia dilahirkan di Babat Lamongan pada tanggal 2 Januari 1938 M. Jabatan terakhir yang diembannya adalah wakil ketua Mahkamah Agung RI. Gelar sarjana Syari ah diperoleh dari IAIN Sunan Kalijaga Yogyakarta pada tahun 1967 M, sedang gelar sarjana hukum diperoleh dari Universitas Airlangga Surabaya. Aktif mengikuti seminar, studi perbandingan, dan konferensi tentang hisab dan 1 Kementrian Agama RI, Ephemeris Hisab Rukyat 2013, Hal 1 2 http://www.badilag.net/component/content/article/86-berita/6597-penyusunan-naskahephemeris-hisab-rukyat-1911.html, diambil pada tanggal 10 Juni 2013 M jam 05:42 WIB. 45

46 rukyat, baik tingkat regional maupun internasional, antara lain Malaysia, Brunai Darussalam, dan Saudi Arabia. 3 Hasil karyanya yaitu program Ephemeris Hisab Rukyat ini sangat membantu para ahli Falak dalam melakukan perhitungan arah kiblat, awal waktu salat, dan awal bulan kamariah. Selain itu juga mendekatkan perbedaan hasil perhitungan antara kalangan Muhammadiyah dan Nahdlatul Ulama. Adapun karya tulisnya di bidang hisab rukyat adalah : Peranan Hisab dan Rukyat dalam Penentuan Awal Bulan Qamariyah, Menentukan Hari Raya Idul Adha 1405 H, Bagaimana Cara Menetapkan Awal Ramadan dan Syawal, Perkembangan Ilmu Hisab di Indonesia, Mengkaji Ulang Metode Hisab Sullamun Nayyirain, Problematika Imkan al-rukyat, dan Problematika Penyatuan Takwim Islam Internasional. 4 Ephemeris Hisab Rukyat ini memuat beberapa data mengenai posisi Matahari dan Bulan yang dapat digunakan oleh para ahli falak untuk kegiatan hisab maupun rukyat, menentukan arah kiblat, awal waktu-waktu salat, awal bulan kamariah dan gerhana. 5 Buku ini juga memuat lampiran-lampiran yang terdiri dari keputusan presiden RI no 41, tahun 1987 tentang pembagian wilayah RI menjadi 3 bagian wilayah waktu (WIB, WITA, dan WIT), kebijakan pemerintah dalam menetapkan awal bulan kamariah, fatwa mui no.2 tahun 2004, fatwa mui no,5 tahun 2010 daftar refraksi, daftar kerendahan 214 3 Susiknan Azhari, Ensiklopedi Hisab Rukyat, Yogyakarta,: Pustaka Pelajar, 2008, hal 4 http://museumastronomi.com/perancang-software-ephemeris-hisab-rukyat diambil pada tanggal 10 Juni 2013 jam 05:42 WIB 5 Opcit.

47 ufuk, magnetic variation epoch tahun 2010, contoh pengukuran arah kiblat, contoh perhitungan waktu salat, dan contoh perhitungan awal Bulan. Data Matahari yang disediakan adalah bujur astronomi, lintang astronomi, asensio rekta, deklinasi Matahari, jarak Bumi Matahari, semi diameter Matahari kemiringan ekliptika dan perata waktu. sedangkan data Bulan meliputi bujur astronomi, lintang astronomi, asensio rekta, deklinasi, horizontal parallaks, semi diameter, sudut kemiringan Bulan, dan luas cahaya Bulan. 6 Adapun Data Matahari yang disediakan adalah: 7 1. Bujur Astronomi Matahari Bujur astronomi Matahari adalah jarak Matahari dari titik aries (Vernal Ekuinox) diukur sepanjang lingkaran ekliptika dalam bahasa inggris dikenal dengan ecliptic longitude yang disebut pula dengan Istilah Takwim atau Ţul al-syams. 2. Lintang Astronomi Matahari Lintang astronomi Matahari adalah jarak titik pusat Matahari dari lingkaran ekliptika. Dalam bahasa inggris dikenal denga Ecliptic Latitude atau disebut juga dengan Ard al-syams. 3. Asensio Rekta Matahari Asensio Rekta adalah jarak dari titik aries melalui lingkaran ekuator kearah timur sampai proyeksi Matahari pada lingkaran tersebut. 6 Ibid 7 Ibid

48 Dalam bahasa inggris dikenal dengan Apparent Right Ascension atau disebut pula dengan panjatan tegak (al-shu ud al-mustaqim). 4. Deklinasi Matahari Deklinasi Matahari adalah jarak dari ekuator langit sampai titik pusat Matahari melalui lingkaran waktu. Jika nilai deklinasi Matahari positif berarti Matahari berada diatas ekuator sebaliknya jika negatif maka Matahari berada dibawah ekuator. Dalam bahasa arab dikenal dengan istilah Mail al-syams. 5. Jarak Bumi Matahari Jarak Bumi Matahari dikenal dalam bahasa inggris denga True Geosentrik Distance. Data ini menggambarkan jarak antara Matahari dan Bumi dalam satuan AU (Astronomical Unit) 6. Semi Diameter Matahari Semi Diameter Matahari adalah jarak dari titik pusat Matahari sampai piringan luarnya atau setengah diameter Matahari yang terlihat. Dalam bahasa Arab dikenal dengan Nisf al-qutr al-syams. 7. Kemiringan Ekliptika Kemiringan Ekliptika dikenal dalam bahasa inggris dengan True Obliquity yaitu kemiringan ekliptika terhadap ekuator. Data ini disebut juga dengan Mail Kulli atau Mail A dam. 8. Perata Waktu Perata Waktu adalah selisih antara waktu kulminasi Matahari Hakiki dengan waktu Matahari rata-rata. Dalam bahasa Inggris perata

49 waktu dikenali dengan Equation Of Time atau Ta di Al-Wakti (Ta dil zaman). Perata biasa diberi simbol dengan huruf e (kecil). Adapun data Bulan yang disediakan adalah sebagai berikut: 8 1. Bujur Astronomi Bulan Bujur Astronomi Bulan adalah jarak bulan dari titik aries (Vernal Ekuinox) diukur sepanjang lingkaran Ekliptika Dalam bahasa Inggris dikenal dengan Apparent Longitude yang disebut pula dengan Istilah Ţul Qamar. 2. Lintang Astronomi Bulan Lintang astronomi Bulan adalah jarak titik pusat Bulan dari lingkaran ekliptika. Dalam bahasa Inggris dikenal dengan apparent latitude atau disebut juga dengan ard al-qamar. 3. Asensio Rekta Bulan Asensio Rekta Bulan adalah jarak dari titik aries melalui lingkaran ekuator kearah timur sampai proyeksi Bulan pada lingkaran tersebut. Dalam bahasa inggris dikenal dengan Apparent Right Ascension atau disebut pula dengan panjatan tegak (al-shu ud al-mustaqim). 4. Deklinasi Bulan Semi diameter Bulan adalah jarak dari titik pusat Bulan sampai piringan luarnya atau setengah diameter Bulan yang terlihat. Dalam bahasa Arab dikenal dengan nisf al-qutr al-qamar. 8 Ibid

50 Deklinasi Bulan dikenal dalam bahasa inggris dengan apparent declination yaitu jarak Bulan dari ekuator. Nilai deklinasi positif jika Bulan disebelah utara ekuator dan negatif jika di sebelah Selatan ekuator. 5. Horizontal Parallaks Parallaks dikenal dalam bahasa Indonesia dengan istilah beda lihat atau dalam bahasa arab dengan Ikhtilaf Al-Manžar. Sedangkan horizontal parallaks adalah besaran sudut yang ditarik dari titik pusat Bulan ketika di ufuk ke titik pusat Bumi dan garis yang ditarik dari pusat Bulan ke permukaan Bumi. 6. Semi Diameter Bulan Semi diameter Bulan adalah jarak dari titik pusat Bulan sampai piringan luarnya atau setengah diameter Bulan yang terlihat. Dalam bahasa Arab dikenal dengan nisf al-qutr al-qamar. 7. Sudut Kemiringan Hilal Sudut kemiringan Bulan adalah sudut kemiringan Hilal yang memancarkan sinar sebagai akibat arah posisi Hilal dari Matahari. Sudut ini diukur dari garis yang menghubungkan titik pusat hilal dengan titik zenith ke garis yang menghubungkan titik pusat hilal dengan titik pusat Matahari dengan arah sesuai perputaran jarum jam. 8. Luas cahaya Bulan. Luas cahaya Bulan atau disebut juga dengan Fraction Ilumination adalah besar atau luas piringan Bulan yang menerima sinar Matahari yang tampak dari Bumi. Jika seluruh piringan Bulan yang menerima sinar

51 Matahari tampak dari Bumi maka Bulan yang terlihat akan berbentuk bulatan penuh. Pada saat itu Nilai fraction illumination Bulan adalah 1 yaitu tepat saat bulan Purnama. B. Theodolit dan Aplikasinya Theodolit merupakan antara alat termodern yang dapat digunakan oleh kebanyakaan pihak yang melakukan pekerjaan menentukan arah kiblat. Theodolit dapat digunakan untuk mengukur sudut secara mendatar dan tegak, memiliki akurasi atau ketelitian yang cukup tinggi dan tepat. Untuk mengendalikan alat ini diperlukan operator yang terlatih dan menguasai teknik penggunaan theodolit secara benar. 9 Theodolit merupakan alat ukur tanah yang universal. Selain digunakan untuk mengukur sudut horisontal dan sudut vertikal, theodolit juga dapat digunakan untuk mengukur jarak secara optis, membuat garis lurus dan sipat datar orde rendah. 10 Adapun dalam buku Ensiklopedi Hisab Rukyah, Theodolit adalah alat yang digunakan untuk menentukan tinggi dan azimut suatu benda langit. Alat yang mempunyai dua buah sumbu vertikal untuk melihat skala ketinggian benda langit, dan sumbu horizontal untuk melihat skala azimutnya. 9 Rukyatul Hilal Indonesia, Kajian Cara Menentukan arah Kiblat,Pdf 10 Mansur Muhamadi, Pendidikan Dan Pelatihan (DIKLAT) Teknis Pengukuran dan Pemetaan Kota, Makalah disampaikan di Surabaya 9-24 Agustus 2004

52 Gambar 3.1. Theodolit 11 1. Bagian Theodolit Bagian-bagian yang penting terdapat pada Theodolit: a) Teropong yang dilengkapi dengan garis bidik b) Lingkaran skala vertikal c) Sumbu mendatar d) Indeks pembaca lingkaran skala tegak e) Penyangga sumbu mendatar f) Indeks pembaca lingkaran skala mendatar g) Sumbu tegak h) Lingkaran skala mendatar i) Nivo kotak j) Nivo tabung k) Tribrach l) Skrup kaki tribrach 11 http://www.surveyequipment.com/theodolites/prexiso-t.o.2-digital-electronictheodolite#.uz9d59kw2so diakses pada hari jum at tanggal 24 Mei 2013 M. pada jam 19:28 WIB

53 Gambar 3.2. Benang Silang pada Theodolit 12 2. Macam-macam Theodolit Berdasarkan konstruksi dan cara pengukuran, Theodolit dapat dibagi menjadi dua jenis yaitu: 13 a) Theodolit repetisi Pada Theodolit repetisi, Lingkaran skala mendatar dapat diatur sedemikian rupa mengelilingi sumbu tegak. Skrup tidak dapat dilakukan pengukuran sudut jika pengunci lingkaran skala mendatar dibuka. Besarnya sudut yang dibentuk oleh garis bidik yang diarahkan ke dua buah target hanya dapat diukur kalau skrup pengunci lingkaran skala mendatarnya terkunci. Sebab bila skrup pengunci skala lingkaran mendatar tidak dikunci, maka pada saat diputar, piringan skala mendatar ikut berputar bersama-sama dengan indek pembaca lingkaran mendatar. 14 12 http://www.surveyequipment.com/theodolites/prexiso-t.o.2-digital-electronictheodolite#.uz9d59kw2so diakses pada hari jum at tanggal 24 Mei 2013 M. pada jam 19:28 WIB 13 Ibid 14 Ibid

54 b) Theodolit Reiterasi Pada theodolit reiterasi, lingkaran skala mendatar theodolit menjadi satu dengan tribrach, sehingga lingkaran mendatar bersifat tetap tidak dapat diputar. Akibatnya bacaan lingkaran mendatarnya untuk suatu target merupakan suatu bacaan arah. Pada jenis ini terdapat sekrup pengunci plat nonius. 3. Fungsi Alat Ukur Theodolit Sebagai salah satu jenis alat ukur, Theodolit memiliki beberapa fungsi kegunaan. Pada dasarnya theodolit memiliki fungsi yang sangat beragam di bidang pekerjaan sipil, diantaranya: a) Theodolit dapat digunakan untuk mengukur sudut horizontal dan vertikal saat survei. Misalnya dalam bidang falak adalah dapat mengukur arah kiblat. b) Theodolit dapat digunakan untuk mengukur ketinggian suatu bangunan bertingkat. c) Menentukan titik suatu bangunan, tegak lurusnya bangunan, menentukan elevasi bangunan, dan membuat sudut-sudut bangunan. C. Penentuan Arah Kiblat dengan Theodolit dalam Buku Ephemeris Hisab Rukyat 2013 Penentuan arah kiblat dengan menggunakan theodolit yang dijelaskan dalam buku Ephemeris Hisab Rukyat 2013 pada dasarnya hampir sama dengan metode arah kiblat dengan theodolit dalam literatur-literatur ilmu

55 falak lainnya namun ada beberapa yang membedakan diantaranya adalah formula yang digunakan dan tahap pelaksanaannya. Berikut adalah tahapan dalam penentuan arah kiblat dengan theodolit dalam buku Ephemeris Hisab Rukyat 2013 yaitu sebagai berikut: a. Persiapan 15 Pengukuran arah kiblat dengan untuk suatu tempat atau kota dengan alat theodolit dan data astronomis Ephemeris Hisab Rukyat maka dilakukan terlebih dahulu adalah : a. Menentukan kota yang akan diukur arah kiblatnya. b. Menyiapkan data Lintang Tempat ( φ ) dan Bujur Tempat ( λ ). c. Melakukan perhitungan arah kiblat untuk tempat yang bersangkutan. Data arah kiblat hendaklah diukur dari titik Utara ke Barat ( U B ). d. Menyiapkan data astronomis Ephemeris Hisab Rukyat pada hari atau tanggal pengukuran. e. Membawa jam penunjuk waktu yang akurat. f. Menyiapkan Theodolit. b. Pelaksanaan 16 Setelah segala sesuatu yang diperlukan seperti diatas sudah tersedia maka pengukuran arah kiblat dengan theodolit dilakukan dengan langkahlangkah sebagai berikut: a. Pasang theodolit pada penyangganya. 15 Kementrian Agama RI, Ephemeris Hisab Rukyat 2013, Jakarta, 2012, hal 402 16 Ibid

56 b. Periksa waterpass yang ada padanya agar theodolit benar-benar datar. c. Berilah tanda atau titik pada tempat berdirinya theodolit(misalnya T). d. Bidiklah Matahari dengan Theodolit e. Kuncilah theodolit dengan skrup horizontal clamp dikencangkan) agar tidak bergerak. f. Tekan tombol 0-set pada theodolit agar angka pada layar HA (horizontal Angle) menunjukkan 0 (nol). g. Mencatat waktu Ketika membidik Matahari tsb jam berapa (W). akan lebih baik dan memudahkan perhitungan selanjutnya apabila pembidikan Matahari dilakukan tepat jam. (Misalnya 09:00 WIB tepat. h. Mengkonversi waktu yang dipakai dengan GMT ( misalnya WIB dikurangi 7 jam) i. Melacak nilai Deklinasi Matahari ( δ ) pada waktu hasil konversi tersebut (GMT) dan nilai Equation Of Time (e) saat Matahari berkulminasi (misalnya pada jam 5 GMT) dari Ephemeris. j. Menghitung waktu Meridian Pass (MP) pada hari itu dengan rumus: 17 MP = ((BD λ ) 15 ) + 12 e BD = Bujur Daerah WIB = 105 WITA = 120 WIT = 135 17 Ibid, hal 403

57 λ e = Bujur Tempat = Equation Of Time. k. Menghitung Sudut Waktu Matahari (t) dengan rumus: t = (MP W) 15 l. Menghitung Azimuth Matahari (Am) dengan rumus : Tan Am = [(( cos φ tan δ) / sin t ) (sin φ / tan t )] m. Arah Kiblat ( AK) dengan Theodolit adalah : 1) Jika nilai deklinasi Matahari (δ) lebih besar daripada nilai Lintang tempat dan pembidikan dilakukan sebelum waktu zuhur maka AK = 180 + AM + SK 2) Jika nilai deklinasi Matahari (δ) lebih besar daripada nilai Lintang tempat dan pembidikan dilakukan sesudah waktu zuhur maka AK = SK AM 3) Jika nilai deklinasi Matahari (δ) lebih kecil daripada nilai Lintang tempat dan pembidikan dilakukan sebelum waktu zuhur maka AK = 180 AM + SK 4) Jika nilai deklinasi Matahari (δ) lebih kecil daripada nilai Lintang tempat dan pembidikan dilakukan sesudah waktu zuhur maka AK = AM + SK n. Bukalah Kunci horizontal tadi (kendurkan skrup horizontal clamp) o. Putar theodolit sedemikian rupa hingga layar theodolit menampilkan angka senilai hasil perhitungan AK tersebut.

58 Apabila theodolit diputar kekanan ( searah jarum jam) maka angkanya semakin membesar (bertambah). Sebaliknya jika theodolit diputar kekiri (anti jarum jam) maka angkanya semakin mengecil ( berkurang ). p. Turunkan sasaran theodolit sampai menyentuh tanah pada jarak sekitar meter dari theodolit. Kemudian berilah tanda atau titik pada sasaran itu (misalnya titik Q ). q. Hubungkan antara titik sasaran (Q) tersebut dengan tempat berdirinya theodolit (T) dengan garis lurus atau benang. r. Garis atau benang itulah arah kiblat untuk tempat ybs. D. Contoh Perhitungan Arah Kiblat dengan Theodolit di dalam Ephemeris Hisab Rukyah 2012 Contoh perhitungan 1 : Lokasi yang diukur Lintang Tempat (φ) Bujur Tempat (λ) : PP. Darun Najaah : 6 59 7,9 LS : 110 21 44,9 BT Tanggal Pengukuran : 04 april 2013 Pembidikan dilakukan pada jam 09:00 WIB atau 02:00 GMT. Deklinasi Matahari (δ o ) jam 02:00 GMT : 5 42 05 Equation Of Time (e) jam 05:00 GMT : -0 j 3 m MP = ((BD λ ) 15 ) + 12 e = ((105 110 21 44,8 ) 15) + 12 - (-0 j 3 m ) = 11 j 41 m 33,01 d WIB

59 Sudut Waktu (t o ) = (MP W) 15 = (11 j 41 m 33,01 d 09 j 00 m ) 15 = 40 23 15,2 Azimuth (A o ) Tan A o = [((cos φ tan δ o ) sin t o ) ( sin φ tan t o )] = [((cos -6 59 7,74 tan 5 42 05 ) sin 40 23 15,2 ) (sin -6 59 7,74 tan 40 23 15,2 )] A o = 73 30 41,26 Arah Kiblat pada theodolit (AK) Jika nilai Deklinasi Matahari (δ o ) lebih besar daripada Lintang Tempat (φ) dan pembidikan dilakukan sebelum waktu zuhur maka AK = 180 + AM + SK AK = 180 + AM + SK AK = 180 + 73 30 41,26 + 65 29 5,35 = 318 59 46,6 Kemudian theodolit diputar sedemikian rupa hingga layar theodolit (HA) menampilkan angka 318 59 46,6 dan seterusnya lihat langkah langkah diatas.