Hayati, et al, Pengaruh Posisi Kerja terhadap Kejadian Low Back Pain pada Pekerja.

dokumen-dokumen yang mirip
PENGARUH POSISI KERJA TERHADAP KEJADIAN LOW BACK PAIN PADA PEKERJA SEPATU DI KAMPUNG SEPATU, KELURAHAN MIJI, KECAMATAN PRAJURIT KULON, KOTA MOJOKERTO

HUBUNGAN SIKAP KERJA DUDUK DENGAN KELUHAN NYERI PUNGGUNG BAWAH PADA PEKERJA RENTAL KOMPUTER DI PABELAN KARTASURA


BAB I PENDAHULUAN. akibat nyeri punggung. Nyeri punggung bagian bawah merupakan penyebab

BAB 1 PENDAHULUAN. memenuhi kebutuhan hidup. Sebagian aktivitas dan pekerjaan tersebut

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

ANALISIS POSTUR KERJA PADA TENAGA KERJA DENGAN METODE REBA AREA WORKSHOP PT X JAKARTA TIMUR

BAB 1 PENDAHULUAN. Nyeri tulang belakang atau yang sering disebut low back pain adalah

PERBEDAAN PENGARUH PENAMBAHAN WILLIAM S FLEXION EXERCISES PADA INTERVENSI SHORT WAVE DIATHERMY DAN TRANSCUTANEUS ELECTRICAL NERVE STIMULATION PADA

BAB I PENDAHULUAN. sudut iga terbawah dan lipat bokong bawah yaitu regio lumbo-sakral

SIKAP DUDUK ERGONOMIS MENGURANGI NYERI PUNGGUNG BAWAH NON SPESIFIK PADA MAHASISWA PROGRAM STUDI FISIOTERAPI FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS UDAYANA

BAB I PENDAHULUAN. Rumah sakit sebagai salah satu fasilitas pelayanan kesehatan merupakan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. dalam mencari pengobatan (Kambodji, 2002). menyebabkan sekitar 12,5% dari seluruh angka sakit.

BAB I PENDAHULUAN. Low Back Pain (LBP) merupakan salah satu masalah pada. muskuloskeletal paling umum dan saat ini menjadi masalah paling luas

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

BAB I PENDAHULUAN. masalah kesehatan yang dapat mengganggu proses kerja sehingga menjadi kurang

BAB I PENDAHULUAN.

I. PENDAHULUAN. Keluhan low back pain (LBP) dapat terjadi pada setiap orang, dalam kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. paling sering terjadi. Menurut Harrianto (2009) NPB banyak diderita oleh

BAB I PENDAHULUAN. populasi pada usia>50 tahun dan sering terjadi pada usia didapatkan pada usia tahun. Di Amerika Serikat, kasusnyeri

BAB I PENDAHULUAN. manusia pada umumnya, hasil karya dan budaya, untuk meningkatkan

SKRIPSI HUBUNGAN ANTARA TINGGI HAK SEPATU DENGAN KELUHAN NYERI PUNGGUNG BAWAH MIOGENIK PADA PRAMUNIAGA DI LIPPO MALL BADUNG BALI

BAB I PENDAHULUAN. belum bisa dihindari secara keseluruhan. Dunia industri di Indonesia masih

BAB I PENDAHULUAN. lingkungan tersebut. Risiko-risiko tersebut dapat menimbulkan berbagai penyakit. Penyakit akibat kerja (PAK) adalah penyakit

BAB I PENDAHULUAN. merupakan penyebab 40% kunjungan pasien berobat jalan terkait gejala. setiap tahunnya. Hasil survei Word Health Organization / WHO

BAB I PENDAHULUAN. atau man made disease. Penyakit Akibat Kerja menurut OSHA. tahun 1992, dimana sekitar 62% pekerja menderita Musculoskeletal

BAB I PENDAHULUAN. sekitar 270 juta kasus kecelakaan kerja pertahun di seluruh dunia (Ferusgel,

Disusun untuk Memenuhi Persyaratan dalam Pengambilan Gelar Sarjana Fisioterapi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. lumbal atau lumbo-sakral dan sering disertai dengan penjalaran nyeri ke arah

BAB I PENDAHULUAN. Di dalam era globalisasi sekarang ini aktivitas penduduk semakin meningkat, dalam

BAB I PENDAHULUAN. Nyeri punggung bawah atau Low Back Pain (LBP) merupakan. sehingga dengan demikian walaupun etiologi LBP dapat bervariasi dari yang

Putri AS, Saftarina F, Wintoko R Faculty of Medicine of Lampung University

BAB 1 PENDAHULUAN. Nyeri Punggung Bawah (NPB) merupakan gangguan musculoskeletal yang

BAB I PENDAHULUAN. dilakukan. Posisi duduk adalah posisi istirahat didukung oleh bokong atau paha di

BAB I PENDAHULUAN. telah meningkatkan kualitas hidup manusia dan menjadikan rata-rata umur

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB V PEMBAHASAN. yang cukup kuat untuk menyebabkan peningkatan resiko keluhan low back

BAB I PENDAHULUAN. Menurut International Labor Organization (ILO) dalam Nurhikmah

BAB I PENDAHULUAN. LBP sering dijumpai dalam praktek sehari-hari, terutama di negara-negara

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan di setiap negara. Di dunia, sedikitnya 50% dari semua petugas. mencapai 80% dari semua tenaga kesehatan.

GAMBARAN POSISI KERJA DAN KELUHAN GANGGUAN MUSCULOSKELETAL PADA PETANI PADI DI DESA KIAWA 1 BARAT KECAMATAN KAWANGKOAN UTARA

Bab I Pendahuluan. I.1 Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Ergonomi adalah ilmu, seni dan penerapan teknologi untuk menyerasikan atau

UNIVERSITAS UDAYANA GAMBARAN KEJADIAN NYERI PUNGGUNG BAWAH PADA TENAGA KERJA BONGKAR MUAT (TKBM) DI PELABUHAN BENOA TAHUN 2015

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Negara-negara maju pernah mengalami low back pain. Prevalensi tahunannya

HUBUNGAN BERDIRI LAMA DENGAN KELUHAN NYERI PUNGGUNG BAWAH MIOGENIK PADA PEKERJA KASIR

BAB I PENDAHULUAN. teknologi dan perangkat komputer dalam menyelesaikan pekerjaan di

I. PENDAHULUAN. dari berbagai sebab (kelainan tulang punggung/spine sejak lahir, trauma,

Penentuan Faktor Resiko Musculetal Disorder (MSDs) Bagi Pekerja Pengglasir Keramik

BAB I PENDAHULUAN. Peranan manusia sebagai sumber tenaga kerja masih dominan dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pembangunan nasional di Indonesia selama ini telah dapat

PERBEDAAN ANGKA KEJADIAN NYERI MUSKULOSKELETAL ANTARA PRIA DAN WANITA PADA KELOMPOK TANI NIRA DI DUSUN NGUDI MULYO PAJANGAN BANTUL

BAB I PENDAHULUAN. Peningkatan produktivitas kerja akan tercapai jika semua komponen dalam

BAB I PENDAHULUAN. Leher manusia adalah struktur yang kompleks dan sangat rentan terhadap

BAB I PENDAHULUAN. Dunia industri di Indonesia masih didominan dengan penggunaan tenaga

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Indonesia

ABSTRAK HUBUNGAN POSISI KERJA DOKTER GIGI TERHADAP LOW BACK PAIN DI RSKGM KOTA BANDUNG

BAB I PENDAHULUAN. Beberapa data yang tersedia menurut World Health Organization (2010),

BAB 1 PENDAHULUAN. peningkatan peran serta masyarakat untuk lebih aktif. Aktivitas manusia sangat

BAB I PENDAHULUAN. pegal yang terjadi di daerah pinggang bawah. Nyeri pinggang bawah bukanlah

BAB 1 PENDAHULUAN. kesehatan kerja bagi tubuh dalam aspek ergonomi (Windi, Rasmidar Samad 2015).

BAB 1 PENDAHULUAN. Gangguan pada sistem otot rangka/musculoskeletal disorders (MSDs)

BAB I PENDAHULUAN. bidang semakin ketat. Persaingan yang semakin ketat tersebut menuntut kualitas

Analisis Postur Kerja dengan Rapid Entire Body Assesment (REBA) di Industri Pengolahan Tempe

BAB I PENDAHULUAN. 1 UU Nomor 1 tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja) (Kuswana,W.S, 2014).

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Manusia dituntut untuk berusaha atau bekerja dalam rangka memenuhi

BAB I PENDAHULUAN. bagian yang memberikan sumbangan terbesar dalam industri tekstil pada

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Undang-Undang Republik Indonesia No. 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan, pada

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN NYERI PINGGANG PADA PENGERAJIN BATIK TULIS DI KECAMATAN DANAU TELUK KOTA JAMBI TAHUN 2012

BAB I PENDAHULUAN. Low back pain atau nyeri punggung bawah merupakan salah satu kelainan

BAB I PENDAHULUAN. Laundry dikenal sebagai kegiatan binatu atau pencucian pakaian dengan. mencucikan pakaian-pakaian (Samsudin, 2009).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

HUBUNGAN LAMA BERKENDARA DENGAN TIMBULNYA KELUHAN NYERI PUNGGUNG BAWAH PADA PENGENDARA SEPEDA MOTOR

BAB I. punggung bawah. Nyeri punggung bawah sering menjadi kronis, menetap atau. sehingga tidak boleh dpandang sebelah mata (Muheri, 2010).

BAB 1 PENDAHULUAN. bawah merupakan gangguan musculoskeletal yang sering terjadi pada. yang dialami pekerja adalah sikap kerja yang tidak alamiah yang

BAB I PENDAHULUAN. tempat kerja perlu terjamin pula keselamatannya. Dalam Undang Undang

Low back pain ( LBP) atau nyeri punggung bawah merupakan

SKRIPSI AUTO STRETCHING

BAB 1 : PENDAHULUAN. nomor 13 tahun 2003 tentang ketenagakerjaan pada pasal 86, menjelaskan

BAB I PENDAHULUAN. Beberapa situasi dan kondisi pekerjaan, baik tata letak tempat kerja atau

BAB I PENDAHULUAN. Tubuh terbentuk atas banyak jaringan dan organ yang masing-masing

ABSTRACT

1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) merupakan salah satu bidang

BAB I PENDAHULUAN. dan memiliki besar derajat kebebasan. Posisi ini bekerja mempromosikan

BAB I PENDAHULUAN. dengan program pengembangan dan pendayagunaan SDM tersebut, pemerintah juga memberikan jaminan kesejahteraan, kesehatan dan

Universitas Indonesia

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. penyakit, baik fisik, mental, dan sosial. Maka diperlukan suatu kesehatan yang

BAB I PENDAHULUAN. Health Association) adalah beberapa kondisi atau gangguan abnormal

BAB 1 PENDAHULUAN. suatu pekerjaan. Komputer yang banyak digunakan oleh segala kalangan untuk

MUSCULOSKELETAL DISORDERS. dr.fauziah Elytha,MSc

BAB 1 PENDAHULUAN. Perkembangan dunia perindustrian di era globalisasi dan Asean Free Trade

BAB I PENDAHULUAN. kesepuluh penyebab terjadinya kesakitan dan kematian. Faktor pekerjaan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pekerja merupakan salah satu komponen yang perlu mendapatkan

BAB V PEMBAHASAN. terbanyak pada usia 35 tahun sebanyak 76 responden (80.00%) dan

Transkripsi:

Pengaruh Posisi Kerja terhadap Kejadian Low Back Pain pada Pekerja di Kampung Sepatu Kelurahan Miji-Prajurit Kulon- Mojokerto (The Effect of Working Position on the Incidence of Low Back Pain in the Kampung Sepatu Workers at District Miji-Prajurit Kulon-Mojokerto) Khulaida Fatila Hayati, Irawan Fajar Kusuma, Muhammad Hasan Fakultas Kedokteran Universitas Jember Jln. Kalimantan 37, Jember 68121 e-mail: khulaidafatilahayati@gmail.com Abstract Low Back Pain is the main symptom reported to health practitioners in association with decreased of work productivity. The ergonomics work positions is one of the factor causing low back pain. This research aimed to know the effect of the working position (standing and seated) on the incidence of low back pain. As many as 60 respondents divided into 2 groups. Pain scale was measured using Visual Analog Scale (VAS) and Pain Assessment Scale. Data was analysed using Chi Square test and showed a value of 0.037. X 2 value on seated position was 14.267 higher than standing position 13,467. It can be concluded that working position had an impact on the incidence of low back pain. Keywords: working position, low back pain, kampung sepatu, ergonomy Abstrak Low Back Pain merupakan gejala utama yang dilaporkan kepada praktisi kesehatan berkaitan dengan menurunnya produktivitas kerja. Posisi kerja yang ergonomi menjadi faktor penentu terjadinya Low Back Pain. Penelitian ini bertujuan mengetahui adanya pengaruh posisi kerja terhadap kejadian Low Back Pain. Sebanyak 60 responden dibagi menjadi 2 kelompok kerja: berdiri dan duduk. Indeks nyeri diukur dengan Visual Analog Scale (VAS) diikuti dengan Pain Assessment Scale. Data dianalisis dengan Chi Square Test dan didapatkan nilai 0,037. Nilai X 2 hitung pada posisi kerja duduk lebih tinggi yaitu 14,267 dibandingkan dengan posisi kerja berdiri yaitu 13,467. Kedua posisi kerja baik berdiri maupun duduk sama-sama mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap kejadian Low Back Pain. Namun posisi kerja duduk lebih tinggi pengaruhnya dibanding dengan posisi kerja berdiri. Berdasarkan data hasil penelitian menunjukkan bahwa posisi kerja memang memiliki pengaruh terhadap kejadian Low Back Pain. Kata kunci: posisi kerja, low back pain, kampung sepatu, ergonomi Pendahuluan Indonesia merupakan salah satu negara berkembang di dunia. Hal ini ditunjukkan dengan semakin banyaknya industri yang tumbuh dari waktu ke waktu. Salah satunya tercermin melalui Kampung Sepatu di Kota Mojokerto, Jawa Timur. Kampung Sepatu adalah perkampungan bagi sentra perajin sepatu di Kelurahan Miji, Kecamatan Prajurit Kulon, Kota e-jurnal Pustaka Kesehatan, vol. 2 (no. 3), September 2014 398

Mojokerto yang telah dikembangkan sejak tahun 1990. Sejak berdirinya, pengelolaan usaha dilakukan secara tradisional dan berjalan apa adanya, baik manajemen, proses produksi, p e n g e m a s a n, s a m p a i d e n g a n s i s t e m pemasaran dan tanpa adanya upaya perbaikan pengelolaan (manajemen), pelatihan pekerja dan perbaikan jaringan pemasaran. Pada studi kolaborasi tentang nyeri, WHO mendapatkan hasil bahwa 33% penduduk di negara berkembang mengalami nyeri persisten. Nyeri ini pada akhirnya akan berkaitan dengan kondisi depresi, sehingga dapat mengganggu kualitas hidup dan menurunkan level aktivitas pekerja. Pernyataan oleh WHO ini di dukung oleh studi terbaru yang dilakukan oleh Ragozzino et al. (2012) memberikan gambaran distribusi anatomi dari neuralgia. 56% terjadi di regio throrax, 13% di bagian wajah, 13% di regio lumbal, dan 11% di regio servikal [1] [2] [3]. Dari situasi kerja tersebut, para pekerja rentan terkena Nyeri Punggung bagian Bawah (NPB). Hal ini sependapat dengan Diana Samara (2005) yang menyatakan bahwa Low Back Pain berkaitan dengan seringnya m e n g a n g k a t, m e m b a w a, m e n a r i k d a n mendorong barang berat, sering atau lamanya membengkokkan badan, membungkuk, duduk atau berdiri lama atau postur tubuh lain yang tidak natural. Pendapat lain mengatakan bahwa pada kasus berdiri dalam jangka yang lama, tubuh hanya bisa mentolerir tetap berdiri dengan satu posisi hanya selama 20 menit. Jika lebih dari batas tersebut, perlahan-lahan elastisitas jaringan akan berkurang dan akhirnya tekanan otot meningkat dan timbul rasa tidak nyaman pada daerah punggung [4]. Dari hasil penelitian Cropcord Indonesia (2004) menunjukkan bahwa penderita Low Back Pain pada jenis kelamin pria prevalensinya sebesar 18,2% dan pada wanita sebesar 13,6%. Sedangkan dari populasi, y a n g pernah mengalami Low Back Pain sekali dan lebih selama hidupnya antara 60% hingga 90% (Setyohadi, 2005) [4]. Setyawan (2008) menyebutkan sekitar 90% dari seluruh kasus Low Back Pain disebabkan oleh faktor mekanik, yaitu Low Back Pain pada struktur anatomi normal yang digunakan secara berlebihan atau akibat sekunder dari trauma atau deformitas, yang menimbulkan stress atau strain pada otot, tendon dan ligamen. Selain itu, dari segi anatomi dan fungsional, Low Back Pain juga dapat disebabkan karena adanya kelainan pada spine (ruas tulang belakang), d i m a n a spine merupakan struktur penyangga tubuh dan kepala yang selalu terlibat dalam berbagai sikap tubuh dan gerakan sehingga mudah sekali mengalami gangguan [4]. Metode Penelitian Penelitian ini adalah penelitian survei analitik ( S u r v e y R e s e a r c h M e t h o d ), dilaksanakan di Kampung Sepatu, Kota Mojokerto pada bulan Juni-September 2013. Dalam penelitian ini, peneliti meneliti dua kelompok posisi kerja yaitu posisi kerja duduk dan berdiri. Peneliti memberi batasan jumlah sampel tiap kelompok adalah sebanyak 30 orang. Jumlah total sampel adalah 60 orang. Responden yang menjadi sampel dalam penelitian ini adalah yang memenuhi kriteria: usia 30-40 tahun, karena pada usia tersebut rentan sekali terjadi L o w B a c k P a i n dibandingkan dengan kelompok usia di bawahnya, jenis kelamin laki-laki, Indeks Masa Tubuh 20-25, durasi bekerja selama 7 jam. dengan waktu istirahat adalah 1 jam dan menandatangi Informed Consent. Serangkaian pertanyaan penelitian untuk penilaian nyeri, yaitu Visual Analog Scale (VAS) [5] yang sudah tervalidasi [6]. Agar hasil yang didapatkan objektif merujuk kepada Low Back Pain, maka VAS akan diiringi dengan Pain Assessment Scale [7]. Setelah hasil di dapatkan kemudian dilakukan analisis data dengan Chi Square Test Crosstabulation SPSS 20 for windows. Hasil Penelitian Setelah melakukan penelitian, hasil data pengisian responden pada Visual Analog Scale adalah sebagai berikut seperti pada tabel 1 dan 2. Tabel 1. Deskripsi Data Hasil Pengukuran Pain Scale Variabel Posisi Kerja Berdiri e-jurnal Pustaka Kesehatan, vol. 2 (no. 3), September 2014 399

Tabel 2. Deskripsi Data Hasil Pengukuran Pain Scale Variabel Posisi Kerja Duduk Dari kedua posisi kerja, didapatkan hasil sesuai tabel di atas. Dan hasilnya menunjukkan skor nyeri yang paling banyak muncul adalah skor 4. Skor ini memiliki kualitas nyeri berupa uncomfortable, yaitu nyeri yang tidak nyaman. Pada skala nyeri ini, nyeri dirasakan sebagai bentuk tidak nyaman responden selama melakukan pekerjaan, sehingga responden harus beberapa kali merubah posisinya, agar nyeri yang dirasakan berkurang. Untuk skor nyeri terbanyak selanjutnya adalah skor 6. Skor ini memiliki kualitas nyeri yang dreadful. Pada kategori ini nyeri yang dirasakan adalah nyeri yang hebat. Sehingga nyeri ini mengganggu pekerjaan responden. Selain responden harus merubah posisinya agar nyeri berkurang, responden juga harus berhenti sesaat agar nyeri yang dirasa ini tidak semakin menyiksa. Namun, nyeri jenis ini setelah melakukan pemberhentian sejenak, sudah bisa di toleransi lagi oleh responden. Berdasarkan data hasil penelitian menunjukkan bahwa posisi kerja memang memiliki pengaruh terhadap kejadian Low Back Pain. Dibuktikan dengan hasil uji statistik Chi Square Test Crosstab nilai X 2 hitung atau nilai Pearson Chi-Square Test adalah sebesar 8,480 dengan Degree of Freedom (df) bernilai 3. Dan Asymp. Sig. (2-sided) memiliki nilai 0,037. Jika dibandingkan kedua hasil analisa dari posisi kerja duduk dan berdiri, maka kedua posisi kerja baik berdiri maupun duduk samasama mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap kejadian Low Back Pain. Namun jika dibandingkan secara lebih rinci, maka posisi kerja duduk lebih tinggi pengaruhnya dibanding dengan posisi kerja berdiri, hal itu dapat dibuktikan dengan hasil Chi Square Test Crosstab, nilai X 2 hitung pada posisi kerja duduk lebih tinggi yaitu 14,267 dibandingkan dengan posisi kerja berdiri yaitu 13,467. Pembahasan Dari hasil analisa tersebut dapat dijelaskan bahwa secara umum posisi kerja berdiri atau membungkuk dalam waktu yang lama, terlebih dilakukan dengan posisi yang salah akan memicu terjadinya nyeri punggung bawah (Low Back Pain) sekalipun posisi kerja berdiri masih mempunyai pergerakan yang dapat meregangkan otot khususnya punggung bagian bawah. Berikut ini disajikan gambar (foto) posisi kerja yang diambil dari responden dan posisi kerja yang benar sesuai dengan teori yang sudah peneliti dapatkan (Gambar 1) Gambar 1. Posisi Berdiri Responden Posisi berdiri pada pekerja plong merupakan sikap berdiri yang buruk, mengunci dan menempatkan panggul mereka ke depan, dan diikuti dengan pelengkungan tulang belakang yang berlebihan, yang meregangkan vertebra dan menimbulkan tekanan yang tidak diperlukan ke sendi-sendi panggul. Sikap berdiri seperti ini juga dapat menegangkan otot punggung bawah dan mengekibatkan otot punggung bawah tegang menyebabkan tekanan p a d a c a k r a m p u n g g u n g b a w a h d a n memperburuk peredaran darah pada punggung bawah. Jika dibandingkan dengan pekerja dari Amerika posisi kaki dengan kuda-kuda yang lebih baik, dan posisi tulang belakang lurus dengan menggunakan engsel panggul sebagai tumpuan, sikap ini akan meringankan beban punggung dalam menahan gaya gravitasi [8-13]. e-jurnal Pustaka Kesehatan, vol. 2 (no. 3), September 2014 400

Pada pekerja di Kampung sepatu posisi panggul buruk, dan mengunci panggul, terlebih pekerja ini melakukan setiap hari dalam waktu yang lama, maka jaringan-jaringan di sekitarnya telah menyesuaikan diri dengan posisi yang tidak seharusnya bekerja. Posisi seperti ini dapat mengakibatkan otot dan ligamen pada pangkal paha serta otot hamstring cenderung pandek dan kaku, sedangkan otot daerah pantat cenderung lemah yang mengakibatkan duduk kurang nyaman. Sedangkan untuk pekerja dari Amerika, tulang belakang menumpuk dengan baik sehingga dapat tegak sekaligus rileks tanpa adanya ketegangan otot untuk menopang tulang belakang sehingga duduk terasa nyaman [8-13]. Gambar 2. Posisi Kerja Berdiri Pekerja Brazil Posisi panggul anterversi seperti pada gambar pekerja dari Brazil menjaga tingkat dasar otot hamstring, karena itu dapat melindungi dari cedera, dan menempatkan tulang ekor langsung di dasar organ panggul sehingga memberikan dukungan tulang yang kuat dibawahnya, dan mampu berdiri dalam waktu lama tanpa harus mengganti kaki sebagai penumpu beban tubuh. Sedangkan pada pekerja di Kampung Sepatu posisi panggul retroversi memungkinkan otot hamstring untuk menyesuaikan diri dengan panjang otot yang lebih pendek dari pada biasanya dan beban tubuh tertumpu pada kaki, dan jika posisi ini berlangsung dalam waktu yang lama maka akan mengganggu peredaran darah tulang belakang [8-13]. Sedangkan untuk posisi kerja duduk, didapatkan perbandingan sebagai berikut: Gambar 3. (A) Posisi Duduk Responden; (B) Posisi Duduk Pekerja Amerika Simpulan dan Saran Posisi kerja memiliki pengaruh terhadap terjadinya Low Back Pain pada pekerja di Kampung Sepatu. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai faktor lain yang mempengaruhi terjadinya Low Back Pain. Daftar Pustaka [1] WHO. Neurological Disorders Public Health Challenges. 2 0 1 3. http://www.who.int/mental_health/neurology/n eurological_disorders_report_web.pdf. [ 2 4 Agustus 2013]. [2] The UMHS Clinical Care Guidelines Committee. Low Back Pain Exercises, University of Michign Health System. 2007. http://www.med.umich.edu/1libr/guides/adult %20LBP%20Exercises.pdf. [24 Agustus 2013]. [3] Mortimer M, Pernold G, Wiktorin C. Low Back Pain in a General Population. Natural Course and Influence of Physical Exercise-A 5-Year Follow-up of the Musculoskeletal Intervention Center-Norrtälje Study. The M e d s c a p e J u r n a l. 2 0 0 7. http://www.medscape.com/viewarticle/55181 4. [24 Agustus 2013]. [4] USU. Insidensi Low Back Pain. 2013.. http://repository.usu.ac.id/bitstream/1234567 89/24616/5/Chapter%20I.pdf. [24 Agustus 2013]. [5] P a i n S c a l e F o r m. 2013. http://www.ttuhsc.edu/provost/clinic/forms/ac Form3.02.A.pdf. [24 Agustus 2013]. e-jurnal Pustaka Kesehatan, vol. 2 (no. 3), September 2014 401

[6] Validation of Visual Analog Scale. 2013. http://www.mvclinic.es/wp- content/uploads/price-et-al-83-validation- VAS-pain.pdf. [24 Agustus 2013]. [7] P a i n A s s e s s m e n t S c a l e. 2013. http://www.painedu.org/downloads/nipc/pai n%20assessment%20scales.pdf. [ 2 4 Agustus 2013]. [8] Gokhale, Esther, Adams, Susan. 8 Langkah untuk Bebas Nyeri Punggung. Yogyakarta: PT. Citra Aji Parama. 2008. [9] Solomon L, Nayagam, Selvadurai, Warwick, David J. Apley s System of Orthopaedics and Fractures Eight Edition. London: Arnold International Students Edition. 2001. [10] Salter, Robert B. Text Book of Disorders and Injuries of the Musculoskeletal System Third Edition. USA: Lippincott Williams & Wilkins. 1999. [11] Putz, Reinhard, Pabst, Reinhard. Atlas Anatomi Manusia Sobotta Jilid 1 dan 2. Jakarta: EGC. 2006. [12] Snell, Richard S. Neuroanatomi Klinik. Jakarta: EGC. 2010. [13] Rasjad C. Pengantar Ilmu Bedah Ortopedi. Jakarta: Yarsif Watampone. 2009. e-jurnal Pustaka Kesehatan, vol. 2 (no. 3), September 2014 402