MENTERI RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI REPUBLIK INDONESIA

dokumen-dokumen yang mirip
MENTERI RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI REPUBLIK INDONESIA

2017, No tentang Pembentukan Peraturan Perundangundangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 199); 3. Keputusan Presiden

2015, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2008 tentang Kementerian Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 166,

PERATURAN MENTERI DESA, PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL, DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA

2018, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan (Lembaran Negara Republik Indonesia T

2017, No Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5234); 2. Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2013 tentang Keantariksaan (Lembaran Negara

- 1 - DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA LEMBAGA ILMU PENGETAHUAN INDONESIA REPUBLIK INDONESIA,

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA

2017, No sehingga perlu diganti dengan Peraturan Menteri yang baru; d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, huru

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

2 Rancangan Peraturan Menteri di Kementerian Ketenagakerjaan; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2008 tentang Kementerian Negara (Lembaran Ne

2017, No Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 N

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

2017, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2008 tentang Kementerian Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 166,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2011 TENTANG PEMBENTUKAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2011 TENTANG PEMBENTUKAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2011 TENTANG PEMBENTUKAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 88 TAHUN 2013 TENTANG

MENTERI NEGARA PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN PERLINDUNGAN ANAK REPUBLIK INDONESIA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2011 TENTANG PEMBENTUKAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA ARSIP NASIONAL REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ KEPALA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2011 TENTANG PEMBENTUKAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2011 TENTANG PEMBENTUKAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

, No.2010 Indonesia Nomor 5234); 3. Peraturan Presiden Nomor 87 Tahun 2014 tentang Peraturan Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tent

PERATURAN KEPALA LEMBAGA SANDI NEGARA NOMOR 16 TAHUN 2015 TENTANG PENYUSUNAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN DI LEMBAGA SANDI NEGARA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PEMBENTUKAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

2016, No Keputusan Presiden Nomor 103 Tahun 2001 tentang Kedudukan, Tugas, Fungsi, Kewenangan, Susunan Organisasi, dan Tata Kerja Lembaga P

2017, No Peraturan Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional tentang Tata Cara Pembentukan Peraturan Kepala Badan di Lingkunga

2017, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan (Lembaran Negara Republik Indonesia

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENKUM. Peraturan Perundang-undangan. Penyusunan. Pedoman

2016, No (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 199); 3. Peraturan Presiden Nomor 6 Tahun 2015 tentang Badan Ekonomi Kreat

2017, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan(Lembaran Negara Republik Indonesia

- 3 - MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM TENTANG TATA CARA PEMBENTUKAN PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM.

MENTERI RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN NOMOR 9 TAHUN 2017 TENTANG TATA CARA PEMBENTUKAN PERATURAN KEPALA BADAN NASIONAL PENCARIAN DAN PERTOLONGAN,

PEMERINTAH KABUPATEN PROBOLINGGO

2017, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan (Lembaran Negara Republik Indonesia

BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA

BUPATI PASURUAN PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN PASURUAN NOMOR 2 TAHUN 2015 TENTANG PEMBENTUKAN PERATURAN DAERAH

PEMERINTAH KABUPATEN TULUNGAGUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN TULUNGAGUNG NOMOR 15 TAHUN 2012 TENTANG PEMBENTUKAN PRODUK HUKUM DAERAH

PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN TIMUR NOMOR 5 TAHUN 2012 TENTANG PEMBENTUKAN PERATURAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 47 TAHUN 2013 TENTANG

2017, No Eselon I, dan Keputusan Pimpinan Unit OrganisasiEselon I di Lingkungan Kementerian Pemuda dan Olahraga sudah tidak sesuai dengan tata

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 53 TAHUN 2011 TENTANG PEMBENTUKAN PRODUK HUKUM DAERAH

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP REPUBLIK INDONESIA,

Yth.: 1. Pimpinan Tinggi Madya; dan 2. Pimpinan Tinggi Pratama.

BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 33 TAHUN 2013

MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 04 TAHUN 2012 TENTANG

MATRIKS PERUBAHAN UNDANG-UNDANG TENTANG PEMBENTUKAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN

BUPATI TANGERANG PROVINSI BANTEN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANGERANG NOMOR 7 TAHUN 2015 TENTANG PEMBENTUKAN PERATURAN DAERAH

BERITA DAERAH KABUPATEN BANTUL

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

RANCANGAN BUPATI BANTUL PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN BUPATI BANTUL NOMOR TAHUN 2014 TENTANG

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA PERATURAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2012 TENTANG

GUBERNUR SULAWESI SELATAN PERATURAN DAERAH PROVINSI SULAWESI SELATAN NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG PEMBENTUKAN PERATURAN DAERAH

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA,

BERITA NEGARA. KEMEN-ATR/BPN. Produk Hukum. Pembentukan dan Evaluasi. PERATURAN MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL

2016, No Peraturan Presiden Nomor 7 Tahun 2015 tentang Organisasi Kementerian Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor

WALIKOTA YOGYAKARTA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 65 TAHUN 2017 TENTANG PEDOMAN PEMBENTUKAN PRODUK HUKUM DAERAH

MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN MENTERI AGAMA TENTANG TATA CARA PEMBENTUKAN PERATURAN MENTERI PADA KEMENTERIAN AGAMA.

PROVINSI RIAU BUPATI KEPULAUAN MERANTI PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEPULAUAN MERANTI NOMOR 07 TAHUN 2014 TENTANG

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN NARKOTIKA NASIONAL REPUBLIK INDONESIA,

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG PEMBENTUKAN PRODUK HUKUM DAERAH

MENTERI RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN GUBERNUR BANTEN NOMOR 40 TAHUN 2015 TENTANG TATA CARA PEMBENTUKAN PRODUK HUKUM DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANTEN,

LEMBARAN DAERAH KOTA CIMAHI NOMOR : 159 TAHUN : 2013 PERATURAN DAERAH KOTA CIMAHI NOMOR 3 TAHUN 2013 TENTANG PEMBENTUKAN PRODUK HUKUM DAERAH

PERATURAN DAERAH PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR 10 TAHUN 2013 TENTANG

- 1 - GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 1 TAHUN 2015 TENTANG PEMBENTUKAN PERATURAN DAERAH

2017, No Peraturan Presiden Nomor 87 Tahun 2014 tentang Peraturan Pelaksanaan Undang-undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peratu

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 13 / HUK / 2011 TENTANG PROSEDUR PENYUSUNAN NASKAH HUKUM DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN SOSIAL

2 Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2008 tentang Kementerian Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 166, Tambahan Lemba

PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN TIMUR NOMOR 5 TAHUN 2012 TENTANG PEMBENTUKAN PERATURAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI TRENGGALEK PROVINSI JAWA TIMUR

2016, No Rakyat tentang Pembentukan Kesepakatan Bersama dan Perjanjian Kerja Sama di Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat; Menginga

PERATURAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 / HUK / 2011 TENTANG PROSEDUR PENYUSUNAN NASKAH HUKUM DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN SOSIAL

PERATURAN KEPALA BADAN NASIONAL PENANGGULANGAN BENCANA NASIONAL NOMOR '6 TAHUN 2014 TENTANG

BUPATI KEPULAUAN SELAYAR

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG PEMBENTUKAN PRODUK HUKUM DAERAH

MENTERI RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI REPUBLIK INDONESIA

- 1 - PEMERINTAH DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 1 TAHUN 2013 TENTANG PEMBENTUKAN PERATURAN DAERAH

PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 98/Permentan/OT.140/7/2014 TENTANG

2016, No Peraturan Pemerintah Nomor 59 Tahun 2015 tentang Keikutsertaan Perancang Peraturan Perundangundangan dalam Pembentukan Peraturan P

BUPATI TAPIN PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN BUPATI TAPIN NOMOR 02 TAHUN 2014 TENTANG

- 1 - PEMERINTAH PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 2 TAHUN 2011 TENTANG PEMBENTUKAN PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

MENTERI RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN NOMOR 2 TAHUN 2016 TENTANG PEDOMAN PEMBENTUKAN PERATURAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

GUBERNUR KALIMANTAN BARAT

MENTERI RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI REPUBLIK INDONESIA

2016, No (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 182, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5568) sebagaimana telah

WALIKOTA KEDIRI PERATURAN DAERAH KOTA KEDIRI NOMOR 10 TAHUN 2013 TENTANG PEDOMAN PEMBENTUKAN PRODUK HUKUM DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

TENTANG BUPATI MUSI RAWAS,

Transkripsi:

SALINAN MENTERI RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 53 TAHUN 2016 TENTANG TATA CARA PEMBENTUKAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN DI KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa dalam rangka mewujudkan pembentukan peraturan perundang-undangan yang sesuai dengan cara, metode, dan standar yang telah ditentukan, perlu menetapkan Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi tentang Tata Cara Pembentukan Perundangundangan di Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Perundang-Undangan (Lembaran Negara Tahun 2011 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5336); 2. Pemerintah Nomor 59 Tahun 2015 tentang Keikutsertaaan Perancang/Penyusun Perundangundangan dalam Pembentukan Perundangundangan dan Pembinaannya (Lembaran Negara Tahun 2015 Nomor 186, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5729);

-2-3. Presiden Nomor 87 Tahun 2014 tentang Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Perundangundangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 199); 4. Presiden Nomor 13 Tahun 2015 tentang Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 14); 5. Keputusan Presiden Nomor 121/P Tahun 2014 tentang Pembentukan Kementerian dan Pengangkatan Kabinet Kerja Periode Tahun 2014-2019; 6. Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi Nomor 15 Tahun 2015 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 889); MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN MENTERI RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI TENTANG TATA CARA PEMBENTUKAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN DI KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI. BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam ini yang dimaksud dengan: 1. Pembentukan Perundang-undangan adalah pembentukan peraturan perundang-undangan yang mencakup tahapan perencanaan, penyusunan, pembahasan, pengesahan atau penetapan, dan pengundangan. 2. Perundang-undangan adalah peraturan tertulis yang memuat norma hukum yang mengikat secara umum dan dibentuk/ditetapkan oleh lembaga negara atau pejabat yang berwenang melalui prosedur yang ditetapkan dalam Perundang-undangan.

-3-3. Undang-Undang adalah Perundang-undangan yang dibentuk oleh Dewan Perwakilan Rakyat dengan persetujuan bersama Presiden. 4. Pemerintah Pengganti Undang-Undang adalah Perundang-undangan yang ditetapkan oleh Presiden dalam hal ihwal kegentingan yang memaksa. 5. Pemerintah adalah Perundangundangan yang ditetapkan oleh Presiden untuk menjalankan Undang-Undang sebagaimana mestinya. 6. Presiden adalah Perundangundangan yang ditetapkan oleh Presiden untuk menjalankan perintah Perundang-undangan yang lebih tinggi atau dalam menyelenggarakan kekuasaan pemerintahan. 7. Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi yang selanjutnya disebut adalah Perundang-undangan yang ditetapkan oleh untuk menjalankan perintah peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi atau dalam menyelenggarakan tugas dan fungsinya. 8. Program Legislasi Nasional yang selanjutnya disebut Prolegnas adalah instrumen perencanaan program pembentukan undang-undang yang disusun secara terencana, terpadu, dan sistematis. 9. Pemrakarsa adalah unit utama di Kementerian, perguruan tinggi negeri, dan lembaga pemerintah non kementerian di bawah koordinasi Kementerian. 10. Biro adalah Biro Hukum dan Organisasi. 11. Kepala Biro adalah Kepala Biro Hukum dan Organisasi. 12. Sekretaris Jenderal adalah Sekretaris Jenderal Kementerian. 13. Kementerian adalah Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi. 14. adalah menteri riset, teknologi, dan pendidikan tinggi.

-4- Pasal 2 Pembentukan Perundang-undangan dilakukan berdasarkan asas Pembentukan Perundang- Undangan yang baik, meliputi: a. kejelasan tujuan; b. kesesuaian antara jenis, hierarki, dan materi muatan; c. dapat dilaksanakan; d. kedayagunaan dan kehasilgunaan untuk kepentingan publik; e. kejelasan rumusan; dan f. keterbukaan. Pasal 3 Jenis Perundang-undangan dalam ini terdiri atas: a. Undang-Undang/ Pemerintah Pengganti Undang-Undang; b. Pemerintah; c. Presiden; dan d.. Pasal 4 (1) Pembentukan Perundang-undangan meliputi tahapan: a. perencanaan; b. penyusunan; c. pembahasan; d. pengesahan/penetapan; e. pengundangan; dan f. penyebarluasan. (2) Tahapan pembentukan Perundang-undangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) mengikutsertakan Perancang/Penyusun Perundang-undangan.

-5- BAB II PERENCANAAN Pasal 5 (1) Perencanaan penyusunan Undang-Undang dilakukan dalam Prolegnas. (2) Perencanaan penyusunan Undang-Undang sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disusun berdasarkan: a. perintah Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945; b. perintah Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat; c. perintah Undang-Undang lainnya; d. sistem perencanaan pembangunan nasional; e. rencana pembangunan jangka panjang nasional; f. rencana pembangunan jangka menengah; g. rencana kerja pemerintah; dan h. aspirasi kebutuhan hukum masyarakat. Pasal 6 (1) Perencanaan penyusunan Pemerintah dilakukan dalam suatu program penyusunan Pemerintah. (2) Perencanaan penyusunan Pemerintah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) memuat daftar judul dan pokok materi muatan Rancangan Pemerintah untuk menjalankan Undang-Undang sebagaimana mestinya. (3) Perencanaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan untuk jangka waktu 1 (satu) tahun. Pasal 7 (1) Perencanaan penyusunan Presiden dilakukan dalam suatu program penyusunan Presiden. (2) Perencanaan penyusunan Presiden disusun berdasarkan perintah peraturan perundangan-undangan yang lebih tinggi atau dalam menyelenggarakan kekuasaan pemerintahan.

-6- (3) Perencanaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan untuk jangka waktu 1 (satu) tahun. Pasal 8 (1) Perencanaan penyusunan dilakukan dalam suatu program penyusunan. (2) Perencanaan penyusunan disusun berdasarkan perintah peraturan perundangan-undangan yang lebih tinggi atau berdasarkan kewenangan. (3) Pelaksanaan perencanaan penyusunan Rancangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dikoordinasikan oleh Sekretariat Jenderal. (4) Perencanaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan untuk jangka waktu 1 (satu) tahun. Pasal 9 (1) Pemrakarsa dapat mengajukan usul perencanaan penyusunan Perundang-undangan. (2) Usul sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disertai dengan konsepsi yang meliputi: a. urgensi dan tujuan penyusunan; b. sasaran yang ingin diwujudkan; c. pokok pikiran, lingkup, objek yang akan diatur; dan d. jangkauan dan arah pengaturan. (3) Usul sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dituangkan dalam bentuk: a. naskah akademik bagi Rancangan Undang-Undang; atau b. naskah urgensi/policy paper bagi Rancangan Pemerintah, Rancangan Presiden, dan Rancangan. (4) Usul sebagaimana dimaksud pada ayat (3) diajukan secara tertulis oleh Pemrakarsa kepada melalui Sekretaris Jenderal. (5) Format naskah akademik dan naskah urgensi sebagaimana dimaksud pada ayat (3) tercantum dalam

-7- Lampiran I yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari ini. Pasal 10 (1) Selain menyampaikan usul secara tertulis sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (4), Pemrakarsa Rancangan Undang-Undang, Rancangan Pemerintah, dan Rancangan Presiden menyampaikan paparan mengenai urgensi penyusunan Rancangan Undang- Undang, Rancangan Pemerintah, dan Rancangan Presiden dalam forum rapat pimpinan di lingkungan Kementerian. (2) Penyampaian usul perencanaan Rancangan Undang- Undang, Rancangan Pemerintah, dan Rancangan Presiden sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan untuk mendapatkan arahan dari. Pasal 11 Berdasarkan usul sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10, Sekretaris Jenderal melalui Kepala Biro menyusun daftar rencana penyusunan Rancangan Perundangundangan yang sesuai dengan target kinerja untuk 1 (satu) tahun ke depan melalui rapat koordinasi dengan seluruh unit eselon I yang dilakukan sebelum tahun berjalan. Pasal 12 (1) Hasil rapat koordinasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11 berupa daftar rancangan Perundangundangan. (2) Daftar rancangan Perundang-undangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) memuat: a. judul; b. pokok materi muatan/arah pengaturan; c. amanat peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi; d. Pemrakarsa; dan

-8- e. keterangan, dalam hal dibentuk berdasarkan kewenangan. (3) Format daftar rancangan Perundangundangan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) tercantum dalam Lampiran II yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari ini. Pasal 13 (1) Sekretaris Jenderal menyampaikan daftar Rancangan Perundang-undangan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 kepada untuk mendapatkan persetujuan. (2) Daftar Rancangan Undang-Undang, Rancangan Pemerintah, dan Rancangan Presiden yang telah disetujui oleh disampaikan kepada Badan Pembinaan Hukum Nasional Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia untuk diusulkan masuk dalam Prolegnas, Program Penyusunan Pemerintah, dan Program Penyusunan Presiden. (3) Daftar Rancangan yang telah disetujui oleh ditetapkan menjadi Program Penyusunan. (4) Program Penyusunan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) ditetapkan dengan Keputusan. Pasal 14 (1) Dalam keadaan tertentu, Pemrakarsa dapat menyusun Rancangan di luar Program Penyusunan berdasarkan izin prakarsa dari. (2) Keadaan tertentu sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi: a. perintah peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi; atau b. kebutuhan organisasi.

-9- Pasal 15 (1) Pengajuan usul di luar Program Penyusunan harus disampaikan oleh Pemrakarsa kepada melalui Sekretaris Jenderal. (2) Dalam hal memberikan izin prakarsa sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Pemrakarsa melakukan penyusunan Rancangan. Pasal 16 Perencanaan penyusunan Rancangan Undang-Undang, Rancangan Pemerintah, dan Rancangan Presiden mengacu pada ketentuan peraturan perundangundangan. BAB III PENYUSUNAN Pasal 17 (1) Penyusunan Rancangan Undang-Undang, Rancangan Pemerintah, dan Rancangan Presiden dilakukan oleh Pemrakarsa berkoordinasi dengan Biro. (2) Dalam penyusunan Rancangan Undang-Undang, Rancangan Pemerintah, dan Rancangan Presiden, Pemrakarsa membentuk panitia antarkementerian dan/atau nonkementerian. (3) Panitia antarkementerian dan/atau nonkementerian sebagaimana dimaksud pada ayat (2) terdiri atas unsur Pemrakarsa, unit eselon I terkait, Biro, perwakilan kementerian/lembaga, dan Perancang/Penyusun Perundang-undangan. (4) Dalam melakukan penyusunan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat mengikutsertakan ahli hukum, praktisi, dan/atau akademisi yang menguasai substansi yang diatur dalam Rancangan Undang-Undang, Rancangan Pemerintah, dan Rancangan Presiden.

-10- (5) Anggota tim wajib menyampaikan laporan kepada dan/atau meminta arahan dari mengenai perkembangan penyusunan Rancangan Rancangan Undang-Undang, Rancangan Pemerintah, dan Rancangan Presiden dan/atau permasalahan yang dihadapi untuk mendapatkan arahan atau keputusan. Pasal 18 (1) Rancangan Undang-Undang, Rancangan Pemerintah, dan Rancangan Presiden yang telah dibahas antarkementerian dan/atau nonkementerian disampaikan oleh Pemrakarsa kepada melalui Sekretaris Jenderal. (2) Sekretaris Jenderal menyampaikan Rancangan Undang- Undang, Rancangan Pemerintah, dan Rancangan Presiden sebagaimana dimaksud pada ayat (1) kepada Direktur Jenderal Perundang-undangan Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia untuk diharmonisasikan. Pasal 19 Penyusunan Rancangan Undang-Undang, Rancangan Pemerintah, dan Rancangan Presiden mengacu pada ketentuan peraturan perundang-undangan. Pasal 20 (1) Penyusunan Rancangan dilakukan oleh Pemrakarsa. (2) Dalam penyusunan Rancangan, Pemrakarsa dapat membentuk tim penyusunan Rancangan. (3) Tim penyusunan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) terdiri atas unsur Pemrakarsa, unit eselon I terkait, Biro, dan Perancang/Penyusun Perundangundangan.

-11- (4) Dalam melakukan penyusunan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat mengikutsertakan kementerian/lembaga terkait, ahli hukum, praktisi, dan/atau akademisi yang menguasai substansi yang diatur dalam Rancangan. (5) Anggota tim wajib menyampaikan laporan kepada dan/atau meminta arahan dari pimpinan unit masingmasing mengenai perkembangan penyusunan Rancangan dan/atau permasalahan yang dihadapi untuk mendapatkan arahan atau keputusan. Pasal 21 (1) Hasil penyusunan Rancangan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 20 disampaikan secara tertulis kepada melalui Sekretaris Jenderal untuk mendapat persetujuan dan penetapan. (2) Penyampaian hasil penyusunan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disertai dengan penjelasan atau keterangan. Pasal 22 (1) Berdasarkan penyampaian hasil penyusunan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 21, Sekretaris Jenderal melalui Kepala Biro melakukan harmonisasi dan sinkronisasi Rancangan dalam waktu paling lama 1 (satu) bulan. (2) Dalam melakukan harmonisasi dan sinkronisasi Rancangan, Biro melibatkan wakil dari Pemrakarsa dan/atau unit terkait. Pasal 23 Harmonisasi dan sinkronisasi Rancangan dimaksudkan untuk: a. menyelaraskan Rancangan dengan: 1. peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi; dan 2. teknik penyusunan peraturan perundang-undangan. b. menghasilkan kesepakatan terhadap subtansi yang diatur dalam Rancangan.

-12- Pasal 24 Biro menyampaikan Rancangan yang telah disepakati dalam rapat harmonisasi dan sinkronisasi kepada Pemrakarsa dan Sekretaris Jenderal untuk mendapatkan paraf persetujuan pada lembar naskah Rancangan yang ditandatangani oleh dalam waktu paling lama 7 (tujuh) hari kerja. Pasal 25 (1) Dalam hal terdapat permohonan masukan terhadap rancangan Perundang-undangan yang diprakarsai oleh kementerian dan/atau lembaga pemerintah nonkementerian lainnya, menugaskan Biro dan unit kerja terkait lainnya untuk melakukan telaahan terhadap rancangan peraturan perundang-undangan. (2) Telaahan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri atas: a. materi muatan; dan b. hukum. (3) Telaahan terhadap materi muatan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf a mencakup latar belakang, tujuan penyusunan Perundangundangan, sasaran yang ingin diwujudkan, jangkauan dan arah pengaturan serta keterkaitannya dengan kebijakan Kementerian. (4) Telaahan hukum sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf b mencakup telahaan terhadap penerapan prinsipprinsip hukum, legal drafting, penafsiran hukum dan penerapan kerangka Perundang-undangan. Pasal 26 (1) Hasil telahaan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 25 dirangkum dan disusun dalam sebuah laporan. (2) Hasil telaahan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disampaikan oleh Sekretaris Jenderal kepada.

-13- (3) Hasil telahaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) digunakan sebagai bahan rekomendasi kepada pemrakarsa penyusunan Perundang- Undangan. BAB IV PENETAPAN Pasal 27 (1) Sekretaris Jenderal menyampaikan Rancangan yang telah mendapatkan paraf persetujuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 26 untuk memperoleh penetapan dalam waktu paling lama 7 (tujuh) hari kerja terhitung sejak Rancangan yang telah mendapat paraf persetujuan diterima. (2) Rancangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dibuat dalam 3 (tiga) rangkap, dengan ketentuan: a. 1 (satu) rangkap naskah yang disertai paraf persetujuan Pemrakarsa, Kepala Biro, dan Sekretaris Jenderal; dan b. 2 (dua) rangkap naskah tanpa disertai paraf persetujuan. (3) Rancangan ditetapkan oleh menjadi dengan membubuhkan tanda tangan. BAB V PENGUNDANGAN Pasal 28 (1) Biro membubuhkan nomor dan tahun pada naskah asli yang telah mendapatkan penetapan. (2) Naskah asli sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disampaikan oleh Sekretaris Jenderal kepada Direktur Jenderal Perundang-undangan Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia untuk diundangkan dalam Berita Negara Republik Indonesia dan/atau Tambahan Berita Negara Republik Indonesia.

-14- (3) Ketentuan mengenai tata cara pengundangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. BAB VI PENYEBARLUASAN Pasal 29 (1) Kepala Biro membuat salinan yang telah diundangkan dalam Berita Negara Republik Indonesia. (2) Salinan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disebarluaskan oleh Biro. Pasal 30 (1) Biro sebagaimana dimaksud dalam Pasal 32 ayat (2) melakukan penyebarluasan Perundangundangan yang telah diundangkan. (2) Penyebarluasan Perundang-undangan yang telah disahkan/ditetapkan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan salinan naskah Perundang- Undangan yang telah diundangkan dalam Berita Negara Republik Indonesia dan Tambahan Berita Negara Republik Indonesia. (3) Perundang-undangan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dapat disosialisasikan kepada pemangku kepentingan oleh Biro. BAB VII PARTISIPASI MASYARAKAT Pasal 31 (1) Sebelum Rancangan Perundang-undangan disahkan/ditetapkan, Kementerian dapat melibatkan partisipasi masyarakat untuk memperoleh masukan. (2) Masukan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan secara lisan dan/atau tertulis.

-15- (3) Masukan secara lisan dan/atau tertulis sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat dilakukan melalui: a. rapat dengar pendapat umum; b. kunjungan kerja; c. uji publik; d. sosialisasi; e. seminar/ lokakarya; dan/atau f. diskusi. (4) Untuk memudahkan masyarakat dalam memberikan masukan secara lisan dan/atau tertulis sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Rancangan Perundang-undangan diunggah dalam situs Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi. BAB VIII KETENTUAN LAIN-LAIN Pasal 32 Standar Operasional Prosedur Pembentukan Perundang-Undangan tercantum dalam Lampiran III yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari ini. Pasal 33 Tahapan penyusunan, pembahasan, penetapan, dan/atau penyebarluasan Perundang-undangan yang diatur dalam ini berlaku secara mutatis mutandis bagi penetapan Keputusan. BAB IX KETENTUAN PENUTUP Pasal 34 ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.

-16- Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan ini dengan penempatannya dalam Berita Negara Republik Indonesia. Ditetapkan di Jakarta pada tanggal 23 September 2016 MENTERI RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI REPUBLIK INDONESIA, TTD. MOHAMAD NASIR Diundangkan di Jakarta pada tanggal 7 Oktober 2016 DIREKTUR JENDERAL PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN KEMENTERIAN HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA, TTD. WIDODO EKATJAHJANA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 2016 NOMOR 1492 Salinan sesuai dengan aslinya Kepala Biro Hukum dan Organisasi Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi, TTD. Ani Nurdiani Azizah NIP. 195812011985032001i:

- 1 - SALINAN LAMPIRAN I PERATURAN MENTERI RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI NOMOR 53 TAHUN 2016 TENTANG TATA CARA PEMBENTUKAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN DI KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI A. Sistematika Naskah Akademik Rancangan Undang-Undang JUDUL KATA PENGANTAR DAFTAR ISI BAB I PENDAHULUAN BAB II KAJIAN TEORITIS DAN PRAKTIS EMPIRIS BAB III EVALUASI DAN ANALISIS PERATURAN PERUNDANG- UNDANGAN TERKAIT BAB IV LANDASAN FILOSOFIS, SOSIOLOGIS, DAN YURIDIS BAB V JANGKAUAN, ARAH PENGATURAN, DAN RUANG LINGKUP MATERI MUATAN UNDANG-UNDANG BAB VI PENUTUP DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN: RANCANGAN UNDANG-UNDANG B. Sistematika Naskah Urgensi Rancangan Pemerintah, Rancangan Presiden, Dan Rancangan 1. Judul Rancangan Perundang-undangan Judul Rancangan Perundang-undangan memuat judul rancangan peraturan perundang-undangan yang akan dibentuk/ disusun. 2. Latar Belakang Latar belakang memuat pemikiran dan alasan-alasan perlunya pembentukan atau penyusunan rancangan peraturan perundangundangan, ditinjau dari aspek filosofis, yuridis, dan sosiologis.

- 2-3. Tujuan Penyusunan Tujuan penyusunan memuat mengenai hal-hal yang menjadi tujuan pembentukan atau penyusunan rancangan peraturan perundangundangan. 4. Sasaran yang Ingin Diwujudkan Sasaran yang ingin diwujudkan memuat mengenai hal-hal yang ingin diwujudkan dengan adanya pembentukan atau penyusunan rancangan peraturan perundang-undangan. 5. Jangkauan dan Arah Pengaturan Jangkauan dan arah pengaturan memuat mengenai ruang lingkup materi muatan yang akan diatur dalam rancangan peraturan perundang-undangan. MENTERI RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI REPUBLIK INDONESIA, TTD. MOHAMAD NASIR Salinan sesuai dengan aslinya Kepala Biro Hukum dan Organisasi Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi, TTD. Ani Nurdiani Azizah NIP. 195812011985032001i:

- 3 - SALINAN LAMPIRAN II PERATURAN MENTERI RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 53 TAHUN 2016 TENTANG TATA CARA PEMBENTUKAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN DI KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI DAFTAR RANCANGAN PERATURAN MENTERI RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI No. Judul Materi Muatan Amanat Perundangundangan 1. 2. 3. 4. 5. Pemrakarsa Keterangan MENTERI RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI REPUBLIK INDONESIA, TTD. MOHAMAD NASIR Salinan sesuai dengan aslinya Kepala Biro Hukum dan Organisasi Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi, TTD. Ani Nurdiani Azizah NIP. 195812011985032001i:

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR PENYUSUNAN PERATURAN MENTERI LAMPIRAN III PERATURAN MENTERI RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI NOMOR 53 TAHUN 2016 TENTANG TATA CARA PEMBENTUKAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN DI KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI No Kegiatan 1 Mengajukan usul Rancangan kepada melalui Sekretaris Jenderal 2 Menugaskan Biro Hukum dan Organisasi untuk menelaah Rancangan Pemrakarsa Sekretaris Jenderal Pelaksana Biro Hukum dan Organisasi Direktur Jenderal Perundangundangan Mutu Baku Kelengkapan Waktu Output Rancangan Rancangan 3 Menelaah Rancangan Rancangan 4 Melakukan harmonisasi dan sinkronisasi Rancangan 5 Menyetujui dan memaraf Rancangan Rancangan Rancangan 1 hari Rancangan 1 hari Rancangan 7 hari ker Hasil telaahan Rancangan 1 bulan Hasil harmonisasi dan sinkronisasi Rancangan 7 hari kerja Rancangan yang telah diparaf Keterangan 6 Menetapkan dan menandatangani 7 hari kerja 7 Membubuhkan nomor dan tahun pada naskah asli yang telah mendapatkan penetapan 1 hari yang telah dibubuhkan nomor dan tahun

No Kegiatan 8 Menyampaikan naskah asli yang telah dibubuhkan nomor dan tahun 9 Menyampaikan naskah asli kepada Direktur Jenderal Perundang-undangan Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia untuk diundangkan dalam Berita Negara Republik Indonesia dan/atau Tambahan Berita Negara Republik Indonesia Pemrakarsa Sekretaris Jenderal Pelaksana Biro Hukum dan Organisasi Direktur Jenderal Perundangundangan Mutu Baku Kelengkapan Waktu Output 1 hari yang telah dibubuhkan nomor dan tahun 7 hari ker yang telah dibubuhkan nomor dan tahun Keterangan 10 Membuat salinan yang telah diundangkan dalam Berita Negara Republik Indonesia dan membubuhkan stempel pada salinan 2 hari Salinan 11 Menyampaikan salinan kepada Pemrakarsa dan unit terkait 1 hari MENTERI RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI REPUBLIK INDONESIA, TTD. MOHAMAD NASIR Salinan sesuai dengan aslinya Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi Kepala Biro Hukum dan Organisasi, TTD. Ani Nurdiani Azizah NIP. 195812011985032001