-1- PERATURAN KEPALA LEMBAGA SANDI NEGARA NOMOR 7 TAHUN 2013 TENTANG PEDOMAN PEMBINAAN MATERIIL SANDI DI INSTANSI PEMERINTAH

dokumen-dokumen yang mirip
BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN KEPALA LEMBAGA SANDI NEGARA NOMOR 19 TAHUN 2015 TENTANG ALAT PENDUKUNG UTAMA PERSANDIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN KEPALA LEMBAGA SANDI NEGARA NOMOR 6 TAHUN 2016 TENTANG PENGENDALIAN PERSANDIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.292, 2010 LEMBAGA SANDI NEGARA. Komunikasi Sandi. Pedoman.

LEMBAGA SANDI NEGARA PERATURAN KEPALA LEMBAGA SANDI NEGARA NOMOR 14 TAHUN 2010 TENTANG PEDOMAN GELAR JARING KOMUNIKASI SANDI

LEMBAGA SANDI NEGARA PERATURAN KEPALA LEMBAGA SANDI NEGARA NOMOR 9 TAHUN 2010 TENTANG PEDOMAN SERTIFIKASI PERALATAN SANDI

PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 11 TAHUN 2018 TENTANG PEDOMAN POLA HUBUNGAN KOMUNIKASI SANDI DI LINGKUNGAN PEMERINTAH PROVINSI JAWA TENGAH

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH TENTANG PENYELENGGARAAN PERSANDIAN UNTUK PENGAMANAN INFORMASI DI LINGKUNGAN PEMERINTAH PROVINSI JAWA TENGAH

PERATURAN KEPALA LEMBAGA SANDI NEGARA NOMOR 4 TAHUN 2017 TENTANG JADWAL RETENSI ARSIP SUBSTANTIF LEMBAGA SANDI NEGARA

2017, No Peraturan Pemerintah Nomor 28 Tahun 2012 tentang Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 43 Tahun 2009 tentang Kearsipan (Lembaran Negara R

PERATURAN KEPALA LEMBAGA SANDI NEGARA NOMOR 4 TAHUN 2011 TENTANG VISI DAN MISI LEMBAGA SANDI NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

LEMBAGA SANDI NEGARA PERATURAN KEPALA LEMBAGA SANDI NEGARA NOMOR 5 TAHUN 2009 TENTANG

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA LEMBAGA SANDI NEGARA,

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4/PMK.06/2013 TENTANG

BERITA NEGARA. Lembaga Sandi Negara. Tempat Kegiatan Sandi. PERATURAN KEPALA LEMBAGA SANDI NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIAMIS NOMOR 4 TAHUN 2008 TENTANG POKOK-POKOK PENGELOLAAN BARANG MILIK DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 250/PMK.06/2011 TENTANG

WALIKOTA DEPOK PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN WALIKOTA DEPOK NOMOR 83 TAHUN 2016 TENTANG

2017, No Penilaian dan Penetapan Nilai Tingkat Pengamanan Persandian dipandang sudah tidak sesuai lagi dengan perkembangan hukum dan kebutuhan

2017, No Peraturan Pemerintah Nomor 28 Tahun 2012 tentang Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 43 Tahun 2009 tentang Kearsipan (Lembaran Negara R

PERATURAN KEPALA LEMBAGA SANDI NEGARA NOMOR 4 TAHUN 2016 TENTANG PEMELIHARAAN DAN PERBAIKAN PERALATAN SANDI DAN ALAT PENDUKUNG UTAMA PERSANDIAN

SALINAN NO : 14 / LD/2009

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2006 TENTANG PENGELOLAAN BARANG MILIK NEGARA/ DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

SALINAN TENTANG. Nomor. Dan Pelabuhan Bebas. Batam; Mengingat. Pemerintah

BUPATI SEMARANG PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN SEMARANG NOMOR 4 TAHUN 2017 TENTANG PENGELOLAAN BARANG MILIK DAERAH

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 3 TAHUN 2017 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG PENGELOLAAN BARANG MILIK DAERAH

PERATURAN KEPALA LEMBAGA SANDI NEGARA NOMOR 2 TAHUN 2014 TENTANG SERTIFIKASI KOMPETENSI PEJABAT FUNGSIONAL SANDIMAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN KEPALA LEMBAGA SANDI NEGARA NOMOR 15 TAHUN 2016 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA BALAI SERTIFIKASI ELEKTRONIK

PERATURAN REKTOR UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA NOMOR /UN40/HK//2017 TENTANG PENGELOLAAN BARANG MILIK UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR 74/Permentan/OT.140/12/2012 TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN PINJAMAN LUAR NEGERI DAN HIBAH KEMENTERIAN PERTANIAN

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2006 TENTANG PENGELOLAAN BARANG MILIK NEGARA/DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

MENTERI KEUANGAN ' REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA 4/PMK.06/2013 TENTANG

PERATURAN KEPALA LEMBAGA SANDI NEGARA NOMOR 7 TAHUN 2016 TENTANG OTORITAS SERTIFIKAT DIGITAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KERINCI TAHUN 2010 NOMOR 3 PERATURAN DAERAH KABUPATEN KERINCI NOMOR 3 TAHUN 2010 TENTANG PENGELOLAAN BARANG MILIK DAERAH

PERATURAN DAERAH KABUPATEN REMBANG NOMOR 11 TAHUN 2007 TENTANG PENGELOLAAN BARANG MILIK DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI REMBANG,

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 225/PMK.05/2014 TENTANG

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, a. bahwa berita rahasia negara yang dikirim melalui sarana komunikasi perlu dilindungi dari kebocoran;

PERATURAN DAERAH KABUPATEN REJANG LEBONG

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BREBES NOMOR 7 TAHUN 2007 TENTANG PENGELOLAAN BARANG MILIK DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BREBES,

WALIKOTA TASIKMALAYA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 94 TAHUN 2011 TENTANG BADAN INFORMASI GEOSPASIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN KEPALA LEMBAGA SANDI NEGARA NOMOR 10 TAHUN 2017 TENTANG PENYELENGGARAAN SERTIFIKAT ELEKTRONIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

2012, No Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 67, Tambahan Lembaran

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2006 TENTANG PENGELOLAAN BARANG MILIK NEGARA/DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2007 TENTANG TIM PENERTIBAN BARANG MILIK NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

2015, No Indonesia Tahun 2004 Nomor 5, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4355); 3. Undang Undang Nomor 45 Tahun 2013 tentang T

PEMERINTAH KABUPATEN JENEPONTO

WALIKOTA PROBOLINGGO PROVINSI JAWA TIMUR

WALIKOTA DEPOK PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN WALIKOTA DEPOK NOMOR 70 TAHUN 2016 TENTANG

PEMERINTAH PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH NOMOR 2 TAHUN 2008 TENTANG PENGELOLAAN BARANG MILIK DAERAH

BUPATI JOMBANG PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN JOMBANG NOMOR 11 TAHUN 2015 TENTANG PENGELOLAAN BARANG MILIK DAERAH

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.31/MEN/2012 TENTANG

2017, No Negeri Sipil (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2000 Nomor 198, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4019); 4. Pe

2017, No Peraturan Kepala Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi tentang Penetapan Rencana Strategis Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi

WALIKOTA DEPOK PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN WALIKOTA DEPOK NOMOR 112 TAHUN 2016 TENTANG

2016, No diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 47 Tahun 2015 tentang Perubahan atas Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 2014 tentang Peratura

LEMBARAN BERITA DAERAH KABUPATEN KARAWANG

WALIKOTA BALIKPAPAN PROVINSI KALIMANTAN TIMUR PERATURAN DAERAH KOTA BALIKPAPAN NOMOR 16 TAHUN 2014 TENTANG PENGELOLAAN BARANG MILIK DAERAH

BERITA NEGARA. No.1842, 2016 KEMENRISTEK-DIKTI. Pengelolaan BMN. Wewenang dan Tanggung Jawab. Pelimpahan.

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 72 TAHUN 2012

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG KEINSINYURAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

RAPERDA PENGELOLAAN BARANG MILIK DAERAH BUPATI BELITUNG PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BELITUNG

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 46 TAHUN 2013 TENTANG BADAN TENAGA NUKLIR NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

RANCANGAN PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 33 TAHUN 2016 TENTANG PENYELENGGARAAN UJI MUTU OBAT PADA INSTALASI FARMASI PEMERINTAH

SALINAN BUPATI BULELENG, Menimbang : bahwa sebagai pelaksanaan ketentuan Pasal 511 ayat (1),

TENTANG PENGELOLAAN BARANG MILIK DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA SURABAYA,

PERATURAN KEPALA LEMBAGA SANDI NEGARA NOMOR 13 TAHUN 2016 TENTANG PEMBAYARAN HONORARIUM MENGAJAR BAGI PENGAJAR NON WIDYAISWARA DI LEMBAGA SANDI NEGARA

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA

WALIKOTA TASIKMALAYA

BUPATI GARUT PROVINSI JAWA BARAT

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 112 TAHUN 2014 TENTANG

LAMPIRAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2015 PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2014

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 105 TAHUN 2004 TENTANG PENGELOLAAN ARSIP STATIS PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 33 TAHUN 2012 TENTANG JARINGAN DOKUMENTASI DAN INFORMASI HUKUM NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 27 TAHUN 2014 TENTANG PENGELOLAAN BARANG MILIK NEGARA/DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

Walikota Tasikmalaya

LEMBARAN DAERAH KOTA BOGOR. Nomor 2 Tahun 2018 Seri E Nomor 2 PERATURAN DAERAH KOTA BOGOR NOMOR 2 TAHUN 2018 TENTANG PENGELOLAAN BARANG MILIK DAERAH

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 46 TAHUN 2013 TENTANG BADAN TENAGA NUKLIR NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI LUWU UTARA PROVINSI SULAWESI SELATAN

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 94 TAHUN 2011 TENTANG BADAN INFORMASI GEOSPASIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN KEPALA ARSIP NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2015 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BENGKAYANG NOMOR 12 TAHUN 2007 TENTANG PENGELOLAAN BARANG MILIK DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BENGKAYANG,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA LEMBAGA SANDI NEGARA,

MENTERI NEGARA RISET DAN TEKNOLOGI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI NEGARA RISET DAN TEKNOLOGI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 06 /M/PER/XII/2011 TENTANG

BUPATI KAPUAS PROVINSI KALIMANTAN TENGAH PERATURAN BUPATI KAPUAS NOMOR 42 TAHUN 2016 TENTANG

Transkripsi:

-1- PERATURAN KEPALA LEMBAGA SANDI NEGARA NOMOR 7 TAHUN 2013 TENTANG PEDOMAN PEMBINAAN MATERIIL SANDI DI INSTANSI PEMERINTAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA LEMBAGA SANDI NEGARA, Menimbang: a. bahwa dalam rangka mendukung penyelenggaraan persandian diperlukan materiil sandi yang selalu dalam kondisi siap pakai dan terkelola secara terencana, menyeluruh, terus menerus dan berkesinambungan; b. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a perlu menetapkan Peraturan Kepala Lembaga Sandi Negara tentang Pedoman Pembinaan Materiil Sandi di Instansi Pemerintah; Mengingat: 1. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintah Antara Pemerintah, Pemerintah Daerah Provinsi, dan Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4737); 2. Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2006 tentang Pengelolaan Barang Milik Negara/Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2006 Nomor 20, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4609) sebagaimana telah diubah dengan...

-2- dengan Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2008 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 78, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4885); 3. Keputusan Presiden Nomor 103 Tahun 2001 tentang Kedudukan, Tugas, Fungsi, Kewenangan, Susunan Organisasi, dan Tata Kerja Lembaga Pemerintah Non Departemen sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Peraturan Presiden Nomor 3 Tahun 2013; 4. Peraturan Presiden Nomor 9 Tahun 2005 tentang Kedudukan, Tugas, Fungsi, Susunan Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Negara Republik Indonesia sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Peraturan Presiden Nomor 20 tahun 2008; 5. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 96/PMK.06/2007 Tahun 2007 tentang Tata Cara Pelaksanaan Penggunaan, Pemanfaatan, Penghapusan dan Pemindahtanganan Barang Milik Negara; 6. Keputusan Kepala Lembaga Sandi Negara Nomor 0192/K/SK.1.003/97 Tahun 1997 tentang Pedoman Pokok Penyelenggaraan Sistem Pengamanan Berita Rahasia Negara; 7. Keputusan Kepala Lembaga Sandi Negara Nomor 76/K/KEP.4.003/2000 Tahun 2000 tentang Sistem Persandian Negara; 8. Keputusan Kepala Lembaga Sandi Negara Nomor 119/K/KEP.4.003/2000 Tahun 2000 tentang Pedoman Pembinaan Sistem Sandi; 9. Peraturan Kepala Lembaga Sandi Negara Nomor HK.101/PERKA.194/2006 Tahun 2006 tentang Petunjuk Pelaksanaan Pengelolaan Barang Milik...

-3- Milik Negara di Lingkungan Lembaga Sandi Negara; 10. Peraturan Kepala Lembaga Sandi Negara Nomor OT.001/PERKA.122/2007 Tahun 2007 tentang Organisasi dan Tata Kerja Lembaga Sandi Negara; 11. Peraturan Kepala Lembaga Sandi Negara Nomor 4 Tahun 2011 tentang Visi dan Misi Lembaga Sandi Negara; MEMUTUSKAN: Menetapkan: PERATURAN KEPALA LEMBAGA SANDI NEGARA TENTANG PEDOMAN PEMBINAAN MATERIIL SANDI DI INSTANSI PEMERINTAH. BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Kepala Lembaga Sandi Negara ini yang dimaksud dengan: 1. Persandian adalah kegiatan di bidang pengamanan informasi rahasia yang dilaksanakan dengan menerapkan konsep, teori, dan seni dari ilmu kripto beserta ilmu pendukung lainnya secara sistematis, metodologis, dan konsisten serta terikat pada etika profesi sandi. 2. Materiil Sandi yang selanjutnya disebut Matsan adalah barang atau benda dalam penyelenggaraan Persandian. 3. Peralatan Sandi yang selanjutnya disebut Palsan adalah seperangkat alat yang digunakan untuk kegiatan pengamanan informasi terdiri dari mesin sandi dan media lain yang berisi program aplikasi sandi yang secara langsung berfungsi dan/atau mempengaruhi proses penyandian. 4. Mesin...

-4-4. Mesin Sandi adalah alat yang mengandung algoritma kriptografi dan dapat difungsikan untuk proses penyandian baik enkripsi maupun dekripsi. 5. Instansi Pemerintah adalah sebutan kolektif dari unit organisasi pemerintahan yang menjalankan tugas dan fungsinya sesuai dengan ketentuan yang berlaku meliputi kementerian negara, lembaga pemerintah non kementerian, pemerintah provinsi, pemerintah kabupaten, pemerintah kota, serta lembaga-lembaga yang menjalankan fungsi pemerintahan dengan menggunakan APBN dan/atau APBD. 6. Personil Sandi adalah personil berkualifikasi sandi yang bertugas secara penuh di bidang persandian dalam rangka pengamanan pemberitaan rahasia negara. 7. Pengawasan dan pengendalian persandian bidang tertentu adalah kegiatan pengawasan dan pengendalian persandian dengan obyek yang hanya berhubungan dengan penyelenggaraan persandian dan/atau Sistem Persandian Negara yang selanjutnya disebut Sisdina meliputi SDM sandi, materiil sandi, tempat kegiatan sandi dan JKS. Pasal 2 (1) Matsan merupakan barang milik negara atau daerah yang diperoleh dari APBN atau APBD. (2) Matsan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) termasuk dan tidak terbatas pada: a. palsan; b. kunci sistem sandi; c. alat kriptoanalisis; d. peralatan manajemen kunci; e. modul enkripsi; dan f. modul manajemen kunci. Pasal 3...

-5- Pasal 3 (1) Matsan yang dimiliki Instansi Pemerintah bersifat rahasia. (2) Matsan yang bersifat rahasia sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diklasifikasikan ke dalam 3 (tiga) tingkat kerahasiaan, yaitu: a. Sangat Rahasia; b. Rahasia; dan c. Konfidensial atau Terbatas. (3) Tingkat kerahasiaan Matsan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) ditetapkan oleh Pembina. BAB II MAKSUD, TUJUAN, ASAS, DAN RUANG LINGKUP Bagian Kesatu Maksud dan Tujuan Pasal 4 (1) Maksud disusunnya peraturan ini sebagai acuan dalam pelaksanaan Pembinaan Matsan di lingkungan Instansi Pemerintah. (2) Tujuan disusunnya peraturan ini agar terwujud kesamaan pola pikir dan tindakan bagi pejabat dan/atau personil yang terkait dalam Pembinaan Matsan di lingkungan Instansi Pemerintah. Bagian Kedua Asas Pasal 5 (1) Pembinaan Matsan dilaksanakan berdasarkan asas fungsional, manfaat, aman, utuh, efisien, efektif, dan akuntabel. (2) Asas sebagaimana dimaksud pada ayat (1): a. asas fungsional diarahkan agar dalam Pembinaan Matsan dilakukan sesuai dengan tanggung jawab dan fungsi Pembina, Pembina Teknis, dan Pengguna; b. asas...

-6- b. asas manfaat diarahkan agar dalam perencanaan dan pengadaan Matsan hanya berdasarkan kebutuhan nyata Pengguna, sehingga Matsan dapat dimanfaatkan secara optimal; c. asas aman diarahkan dalam pembinaan Matsan memperhatikan dan mengutamakan aspek keamanan, sehingga penyelenggaraan persandian dapat berjalan tertib, lancar dan aman serta mampu mendukung tugas pokok dan fungsi Instansi Pemerintah; d. asas utuh diarahkan agar dalam Pembinaan Matsan dilakukan secara menyeluruh, terus menerus, dan berkesinambungan mulai dari tahap perencanaan, pengadaan, penyimpanan, pendistribusian, penggunaan, pemeliharaan, dan pemusnahan yang diadministrasikan secara lengkap, baik, dan tertib; e. asas efisien dan efektif diarahkan agar dalam Pembinaan Matsan dapat lebih berdaya guna dan berhasil guna serta mampu mendukung kelancaran dan keamanan penyelenggaraan Persandian pada Instansi Pemerintah; dan f. asas akuntabel diarahkan agar setiap tindakan dalam rangka Pembinaan Matsan dapat memenuhi akuntabilitas baik dari segi administratif maupun fisik sebagai bentuk pertanggung jawaban pengelolaan barang milik negara atau daerah. Bagian Ketiga Ruang Lingkup Pasal 6 Ruang lingkup pembinaan materiil sandi meliputi kegiatan: a. Perencanaan kebutuhan dan penganggaran; b. Pengadaan; c. Penyimpanan; d. Pendistribusian; e. Penggunaan; f. Pemeliharaan; g. Penghapusan; dan h. Pengawasan...

-7- h. Pengawasan dan pengendalian. BAB III PENGORGANISASIAN Pasal 7 Penanggungjawab pembinaan materiil sandi terdiri atas: a. Pembina; b. Pembina Teknis; dan c. Pengguna. Pasal 8 Pembina yaitu Lembaga Sandi Negara selaku pembina tunggal persandian negara. Pasal 9 (1) Pembina Teknis yang menyelenggarakan persandian merupakan organisasi penyelenggara persandian di instansi pemerintah. (2) Pembina Teknis bertanggung jawab: a. merumuskan rencana kebutuhan dan penganggaran pengadaan dan pemeliharaan Matsan di instansinya; b. menetapkan pengadaan Matsan di instansi pemerintah hanya untuk kebutuhan di instansinya; c. mengajukan usul penetapan penggunaan Matsan kepada Pembina; d. mengkoordinasikan pelaksanaan kebijakan pembinaan Matsan di instansi kepada Pembina; e. mengusulkan penghapusan Matsan di instansi pemerintah kepada Pembina; f. menetapkan kebijakan penggunaan Matsan di instansinya; g. melakukan pengawasan penggunaan h. Matsan...

-8- h. Matsan di instansinya; i. melakukan pengawasan pelaksanaan kebijakan pembinaan Matsan di instansinya; dan j. menyusun Laporan Matsan secara berkala kepada Pembina. Pasal 10 (1) Pengguna yaitu aparatur negara yang karena tugas dan kewenangannya di bidang pemerintahan baik secara langsung atau tidak memerlukan pengamanan informasi dengan menggunakan persandian. (2) Pengguna bertanggung jawab: a. menggunakan Matsan instansi pemerintah secara efisien dan efektif; b. mencatat dan melaporkan permasalahan teknis dan non teknis tentang pengelolaan materiil sandi kepada Pembina Teknis; c. memberikan masukan kepada Pembina Teknis mengenai kebutuhan sarana dan prasarana persandian guna mendukung tugas dan tanggung jawab di lingkungan pekerjaan; dan d. membuat laporan secara berkala tentang pengelolaan peralatan sandi kepada Pembina Teknis. BAB IV PEMBINAAN MATSAN Bagian Kesatu Perencanaan Kebutuhan dan Penganggaran Pasal 11 (1) Perencanaan kebutuhan Matsan dilaksanakan berdasarkan pertimbangan yang rasional, logis dan tepat sesuai analisis kebutuhan. (2) Perencanaan...

-9- (2) Perencanaan anggaran kebutuhan Matsan yang diusulkan mencakup anggaran pengadaan, operasional, pemeliharaan, dan aspek penyerta lainnya terkait materiil sandi yang dimaksud. (3) Perencanaan kebutuhan Matsan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah Matsan yang telah direkomendasi oleh Pembina. (4) Anggaran kebutuhan Matsan berasal dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara atau Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah. Bagian Kedua Pengadaan Pasal 12 (1) Pengadaan Matsan dilaksanakan oleh Lembaga Sandi Negara. (2) Pengadaan Matsan dilaksanakan berdasarkan: a. analisis kebutuhan; dan/atau b. permintaan Instansi Pemerintah. (3) Dalam hal tertentu Instansi Pemerintah dapat melaksanakan Pengadaan Matsan secara Mandiri. (4) Hal tertentu sebagaimana dimaksud pada ayat 3 meliputi: a. Lemsaneg tidak dapat memenuhi pengadaan Matsan sesuai permintaan Instansi Pemerintah; dan b. Matsan yang diadakan secara Mandiri oleh Instansi Pemerintah telah disertifikasi oleh Lemsaneg. Bagian Ketiga Penyimpanan Pasal 13 (1) Penyimpanan Matsan dilakukan oleh UTP pada tempat yang sesuai dan memenuhi syarat keamanan. (2) Tata cara...

-10- (2) Tata cara penyimpanan Matsan dan bukti-bukti pemilikan diatur dalam peraturan tersendiri. Bagian Keempat Pendistribusian Pasal 14 (1) Pendistribusian Matsan merupakan pemindahan Matsan dari satu tempat atau lokasi ke tempat atau lokasi lain atau dari satu instansi ke instansi lain sesuai prosedur yang berlaku. (2) Setiap pendistribusian Matsan dilaksanakan dengan berita acara serah terima, dan untuk Matsan yang berstatus pinjam pakai harus dilengkapi dengan naskah perjanjian dan/atau kesepakatan yang ditandatangani oleh para pihak dari instansi terkait. (3) Pendistribusian Matsan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus ditangani dan ditatausahakan dengan baik, serta dijamin keamanan dan keutuhannya sampai di tempat tujuan. (4) Para pihak sebagaimana dimaksud pada ayat (3) adalah Pejabat Kuasa Pengguna Barang atau pejabat lain yang diberi wewenang untuk menyerahkan dan/atau menerima barang pada instansi masing-masing untuk bertindak sebagai: a. pihak pertama adalah pejabat yang mengatasnamakan sebagai Pihak yang menyerahkan; b. pihak kedua adalah pejabat yang mengatasnamakan sebagai Pihak yang menerima; dan/atau c. pihak yang mengetahui dan melegalisasi adalah pimpinan instansi yang menyerahkan. (5) Setiap Matsan yang didistribusikan harus dikemas dengan baik agar terhindar dari terjadinya kehilangan dan kerusakan. (6) Mesin sandi dan/atau modul enkripsi yang didistribusikan harus dalam keadaan netral atau non aktif (tidak terisi kunci sistem sandi), terjamin keutuhan, keamanan dan keselamatannya sampai di tempat tujuan dan dibawa Personil Sandi yang telah mendapat legitimasi Pembina atau Pembina Teknis. (7) Pendistribusian...

-11- (7) Pendistribusian kunci sistem sandi dapat dilakukan oleh Personil Sandi dan/atau sistem pendistribusian online sesuai rekomendasi Pembina. Bagian Kelima Penggunaan Pasal 15 (1) Pembina bertanggung jawab untuk menetapkan kebijakan penggunaan Matsan, pelayanan sertifikasi Matsan, dan pencabutan sertifikasi dan label Matsan. (2) Matsan digunakan untuk kepentingan pengamanan informasi di lingkungan pemerintahan pusat atau daerah. (3) Penggunaan Matsan di instansi pemerintah, baik sebagai fasilitas JKS Nasional maupun di jalur komunikasi umum dilaksanakan menurut ketentuan yang berlaku. Bagian Keenam Pemeliharaan Pasal 16 (1) Pemeliharaan merupakan usaha, pekerjaan, kegiatan dan tindakan yang dilakukan dengan tujuan untuk menjaga agar Matsan yang ada dapat terus berfungsi sebagaimana mestinya dan untuk mengatur atau mengendalikan biaya, baik untuk pencegahan maupun perbaikan jika terjadi kerusakan. (2) Pembina bertanggung jawab untuk menetapkan manajemen kunci sandi dan algoritma. (3) Pembina Teknis bertanggung jawab atas pemeliharaan Matsan yang ada di bawah pembinaannya. (4) Pembina Teknis dapat menganggarkan biaya operasional, pemeliharaan dan perawatan Matsan yang ada di bawah pembinaannya. (5) Pengguna...

-12- (5) Pengguna bertanggung jawab atas pemeliharaan fisik Matsan yang pengadaannya dilakukan oleh Pembina. (6) Pemeliharaan Matsan dilaksanakan secara bertingkat dengan berpedoman pada petunjuk pemeliharaan Matsan. Bagian Ketujuh Penghapusan Pasal 18 (1) Penghapusan Matsan dilakukan dengan tindakan : a. Penghapusan Matsan dari daftar barang; atau b. Penghapusan Matsan dengan tindak lanjut pemusnahan. (2) Pelaksanaan penghapusan Matsan diatur dengan peraturan tersendiri. Bagian Kedelapan Pengawasan Dan Pengendalian Pasal 19 (1) Pembina bertanggung jawab untuk melakukan audit dan penilaian penggunaan Matsan. (2) Dalam kegiatan pembinaan Matsan harus dilakukan pengawasan dan pengendalian secara menyeluruh, terus menerus dan berkesinambungan oleh Pembina Teknis pada instansi masingmasing sesuai dengan wewenang dan tanggungjawabnya. (3) Pembina Teknis harus membuat laporan rutin dan/atau insidentil tentang pelaksanaan pembinaan Matsan berdasarkan kewenangan dan tanggungjawab masing-masing. (4) Pembina berwenang melakukan pengawasan, pemeriksaan dan pengendalian terhadap penggunaan Matsan yang dipergunakan di lingkungan Instansi Pemerintah dan pelaksanaannya akan diatur dengan peraturan tersendiri. BAB V...

-13- BAB V KETENTUAN LAIN-LAIN Pasal 20 (1) Personil Sandi yang ditugaskan untuk melaksanakan persandian harus memiliki akses kripto dan/atau akses keamanan yang ditetapkan dengan Surat Keputusan Pembina dan/atau Pembina Teknis pada instansi masing-masing. (2) Instansi yang memiliki dan/atau menyimpan Matsan yang tidak dipergunakan lagi wajib melaporkan kepada Pembina. (3) Lembaga Sandi Negara melakukan penelitian dan pengembangan di bidang Matsan. (4) Lembaga Sandi Negara bertanggung jawab untuk memberikan asistensi dan bantuan teknis pembinaan Matsan. (5) Lembaga Sandi Negara memberikan pelayanan dan bantuan teknis kepada instansi di bidang pembinaan Matsan dan JKS yang akan diatur dalam peraturan tersendiri. BAB VI KETENTUAN PERALIHAN Pasal 22 (1) Matsan yang telah ada sebelum berlakunya peraturan ini wajib diinventarisasi, diadministrasikan dan dikelola dengan tertib, benar dan tepat disesuaikan dengan peraturan ini. (2) Seluruh biaya yang timbul sebagai akibat pelaksanaan pembinaan Matsan dibebankan pada anggaran instansi masing-masing. BAB VII...

-14- BAB VII KETENTUAN PENUTUP Pasal 23 Pada saat Peraturan Kepala Lembaga Sandi Negara ini mulai berlaku: a. Pasal 1 ayat 1 Peraturan Kepala Lembaga Sandi Negara Nomor 5 Tahun 2009 tentang Pedoman Teknis Penghapusan dengan Tindak Lanjut Pemusnahan Materiil Sandi; dan b. Pasal 1 angka 7 Peraturan Kepala Lembaga Sandi Negara Nomor 10 Tahun 2010 tentang Tempat Kegiatan Sandi; dicabut dan dinyatakan tidak berlaku. Pasal 24 Peraturan Kepala Lembaga Sandi Negara ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan. Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Kepala Lembaga Sandi Negara ini dengan penempatannya dalam Berita Negara Republik Indonesia. Ditetapkan di Jakarta pada tanggal 9 Oktober 2013 KEPALA LEMBAGA SANDI NEGARA, ttd DJOKO SETIADI Diundangkan di Jakarta pada tanggal 18 Oktober 2013 MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA, ttd AMIR SYAMSUDIN BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 2013 NOMOR 1236