PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

dokumen-dokumen yang mirip
PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

NAMA JABATAN DAN GELAR, KEDUDUKAN, PENGHASILAN DAN LARANGAN KEANGGOTAAN PARTAI POLITIK WAKIL KEPALA DAERAH TINGKAT I

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 207 TAHUN 1961 TENTANG KEDUDUKAN KEUANGAN MENTERI PERTAMA, WAKIL MENTERI PERTAMA DAN MENTERI

UU 12/1959, KEDUDUKAN KEUANGAN PERDANA MENTERI, WAKIL-WAKIL PERDANA MENTERI, MENTERI DAN MENTERI MUDA REPUBLIK INDONESIA.

Mengingat : Pasal-pasal 73, 89 dan 90 ayat 1 Undang-undang Dasar Sementara Republik Indonesia.

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Bentuk: UNDANG-UNDANG (UU) Oleh: PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA. Nomor: 81 TAHUN 1958 (81/1958) Tanggal: 23 OKTOBER 1958 (JAKARTA)

UNDANG-UNDANG DARURAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 1956 TENTANG KEDUDUKAN KEUANGAN KETUA, WAKIL KETUA DAN ANGGOTA KONSTITUANTE

LEMBARAN DAERAH JAWA TENGAH Seri C 1973 Nr 63

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa perlu diadakan peraturan tentang kedudukan keuangan Ketua, Wakil Ketua dan anggota M.P.R.S.

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 1954 TENTANG KEDUDUKAN KEUANGAN KETUA, WAKIL KETUA DAN ANGGOTA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

Mengingat: pasal 7 Penetapan Presiden No. 3 tahun 1959 tentang Dewan Pertimbangan Agung Sementara;

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 81 TAHUN 1958 TENTANG KEDUDUKAN KEUANGAN KETUA, WAKIL KETUA DAN ANGGOTA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT

LEMBARAN DAERAH PROPINSI DAERAH TINGKAT I JAWA BARAT

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTAMADYA KEPALA DAERAH TINGKAT II YOGYAKARTA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 1953 TENTANG KEDUDUKAN KEUANGAN KETUA DAN ANGGAUTA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

Bentuk: UNDANG-UNDANG (UU) Oleh: PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA. Nomor: 1 TAHUN 1959 (1/1959) Tanggal: 14 JANUARI 1959 (JAKARTA)

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

LEMBARAN DAERAH PROPINSI BALI

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UU 81/1958, KEDUDUKAN KEUANGAN KETUA, WAKIL KETUA DAN ANGGOTA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT *)

PERATURAN DAERAH PROVINSI DAERAH TINGKAT I LAMPUNG NOMOR 2 TAHUN 1978

Menimbang : bahwa perlu diadakan peraturan untuk menentukan penggantian kerugian bagi anggota Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia Serikat;

LEMBARAN DAERAH PROPINSI BALI

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN DAERAH TINGKAT II BADUNG Nomor : 19 Tahun1981 Seri D Nomor 19

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 1959 TENTANG KEDUDUKAN KEUANGAN KETUA, WAKIL KETUA DAN ANGGOTA KONSTITUANTE

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANJAR TINGKAT II BANJAR NOMOR : 1 TAHUN 1981 TENTANG : KEDUDUKAN KEUANGAN KETUA, WAKIL KETUA DAN

PERATURAN DAERAH KOTAMADYA DAERAH TINGKAT II SURAKARTA. No : 25 TAHUN 1977

PERATURAN DAERAH KABUPATEN DAERAH TINGKAT II BADUNG NOMOR : 2 TAHUN 1977 TENTANG

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN DAERAH PROPINSI BALI

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Mengingat: Pasal 113 dari Undang-undang Dasar Sementara Republik Indonesia. Dengan Persetujuan: DEWAN PERWAKILAN RAKYAT,

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

KEDUDUKAN KEUANGAN KETUA DAN ANGGAUTA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA

UU 11/1959, KEDUDUKAN KEUANGAN PRESIDEN, WAKIL PRESIDEN DAN PEJABAT YANG MENJALANKAN PEKERJAAN JABATAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA.

UU 1/1959, KEDUDUKAN KEUANGAN KETUA, WAKIL KETUA DAN ANGGOTA KONSTITUANTE *) Tentang:KEDUDUKAN KEUANGAN KETUA, WAKIL KETUA DAN ANGGOTA KONSTITUANTE *)

GUBERNUR KEPALA DAERAH TINGKAT I JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROPINSI DAERAH TINGKAT I JAWA TIMUR NOMOR 15 TAHUN 1981 TENTANG

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

LEMBARAN DAERAH PROPINSI BALI (PENGUMUMAN RESMI DAERAH PROPINSI BALI) No. 138 Th Nopember 1972.

LEMBARAN DAERAH PROVINSI BALI

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN HULU SUNGAI TENGAH NOMOR 29 TAHUN 2000

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

11 LEMBARAN DAERAH Oktober KABUPATEN LAMONGAN 15/E 2006 SERI E PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAMONGAN NOMOR 18 TAHUN 2006 TENTANG

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

WALIKOTAMADYA KEPALA DAERAH TINGKAT II YOGYAKARTA

PENETAPAN PERATURAN UMUM MENGENAI SYARAT-SYARAT KECAKAPAN, PENGETAHUAN DAN CARA PEMILIHAN SERTA PENGESAHAN KEPALA DAERAH

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN ASAHAN

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 67 TAHUN 1958 TENTANG PERUBAHAN BATAS-BATAS WILAYAH KOTAPRAJA SALATIGA DAN DAERAH SWATANTRA TINGKAT II SEMARANG

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PEMERINTAH KABUPATEN SUMBAWA BARAT

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN DAERAH TINGKAT II BADUNG NOMOR 8 TAHUN 1990 TENTANG


PENETAPAN BAGIAN VIIIB (KEMENTRIAN PERHUBUNGAN JAWATAN PELAYARAN) DARI ANGGARAN REPUBLIK INDONESIA TAHUN DINAS 1954 *)

MALUKU. DAERAH SWATANTARA TINGKAT I. PENETAPAN MENJADI UNDANG-UNDANG.

PENETAPAN BAGIAN VI (KEMENTRIAN PERTAHANAN) DARI ANGGARAN REPUBLIK INDONESIA TAHUN DINAS 1954 *) ANGGARAN (BAGIAN VI). KEMENTRIAN PERTAHANAN.

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Dengan Persetujuan: DEWAN PERWAKILAN RAKYAT, MEMUTUSKAN:

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN DAERAH TINGKAT II BADUNG NOMOR 7 TAHUN 1997 TENTANG

PERATURAN DAERAH PROPINSI LAMPUNG NOMOR 7 TAHUN 1990

Oleh:PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA. Nomor:20 TAHUN 1958 (20/1958) Tanggal:17 JUNI 1958 (JAKARTA)

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,.

PEMERINTAH PROPINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH PROPINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 12 TAHUN 1996

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 75 TAHUN 1957 TENTANG VETERAN PEJUANG KEMERDEKAAN REPUBLIK INDONESIA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 1958 TENTANG PENETAPAN PRESENTASE DARI PENERIMAAN BEBERAPA PAJAK NEGARA UNTUK DAERAH

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

*) Disetujui D.P.R. dalam rapat pleno terbuka ke-70 tanggal 2 Nopember 1956 pada hari Jum'at, P. 41/

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 1956 TENTANG PERATURAN PERJALANAN DINAS DALAM NEGERI BAGI PARA MENTERI

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 1957 TENTANG POKOK-POKOK PEMERINTAHAN DAERAH *) PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Bentuk: UNDANG-UNDANG (UU) Oleh: PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA. Nomor: 2 TAHUN 1960 (2/1960) Tanggal: 7 JANUARI 1960 (JAKARTA)

UNDANG-UNDANG DARURAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 1957 TENTANG KEDUDUKAN KEUANGAN KETUA, WAKIL KETUA DAN ANGGOTA KONSTITUANTE

LEMBARAN DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA (Berita resmi Daerah Istimewa Yogyakarta)

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 1954 TENTANG PENANGGUNGAN PAJAK PERALIHAN DAN PAJAK UPAH BAGI PEGAWAI NEGERI OLEH NEGARA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 1959 TENTANG PEMBERIAN TUNJANGAN DAERAH TIDAK AMAN KEPADA PEGAWAI NEGERI SIPIL.

LEMBARAN DAERAH KOTAMADYA DAERAH TINGKAT II YOGYAKARTA (Berita Resmi Kotamadya Daerah Tingkat II Yogyakarta)

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 1949 TENTANG PEMBERIAN UANG TUNGGU KEPADA PEGAWAI NEGERI YANG DIBERHENTIKAN SEMENTARA

LEMBARAN DAERAH PROPINSI DAERAH TINGKAT I JAWA BARAT

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN DAERAH TINGKAT II SUMEDANG NOMOR : 5 TAHUN : 1991 Seri : D. 5.

Tentang: VETERAN PEJUANG KEMERDEKAAN REPUBLIK INDONESIA *) VETERAN PEJUANG KEMERDEKAAN REPUBLIK INDONESIA.

Transkripsi:

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 46 TAHUN 1957 TENTANG PERATURAN UMUM MENGENAI GAJI, UANG JALAN DAN UANG PENGINAPAN SERTA PENGHASILAN- PENGHASILAN LAIN BAGI KEPALA DAERAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa menurut ketentuan dalam pasal 28 ayat (3) Undang-undang Nomor 1 tahun 1957, dapat ditetapkan Peraturan Umum tentang gaji, uang jalan dan uang penginapan serta penghasilan-penghasilan lain bagi Kepala Daerah, b. bahwa berhubung dengan keadaan keuangan Negara dan masa peralihan pada waktu ini, untuk sementara waktu Peraturan Umum dimaksud dianggap sangat perlu. Mengingat: 1. Pasal 28 ayat (3) Undang-undang Nomor 1 tahun 1957, 2. Peraturan Pemerintah Nomor 44 tahun 1957 (Lembaran Negara tahun 1957 Nomor 98) tentang Penetapan Peraturan Umum mengenai syarat-syarat kecakapan, pengetahuan dan cara pemilihan serta pengesahan Kepala Daerah, Mendengar: Keputusan Dewan Menteri dalam rapatnya yang ke 47 pada tanggal 11 Oktober 1957, MEMUTUSKAN: Menetapkan: PERATURAN PEMERINTAH TENTANG PERATURAN UMUM MENGENAI GAJI, UANG JALAN DAN UANG PENGINAPAN SERTA PENGHASILAN-PENGHASILAN LAIN BAGI KEPALA DAERAH. Ketentuan Umum Pasal 1 (1) Dalam Peraturan ini yang dimaksud dengan Kepala Daerah ialah Kepala Daerah yang dipilih berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 44 tahun 1957 (Lembaran Negara tahun 1957 Nomor 98) tentang Penetapan Peraturan Umum mengenai syarat-syarat kecakapan, pengetahuan dan cara pemilihan serta pengesahan Kepala Daerah. (2) Bagi Kepala Daerah yang diangkat sesuai ketentuan dalam Pasal 74 ayat (4) Undang-undang Nomor 1 tahun 1957 berlaku juga ketentuan-ketentuan dalam Peraturan ini. (3) Jika seorang Pegawai Negeri/Daerah dipilih menjadi Kepala Daerah maka ia menjalankan sesuatu 1 / 6

kewajiban Negara dalam arti dimaksud dalam Peraturan Pemerintah Nomor 41 tahun 1952 jo Peraturan Pemerintah Nomor 37 tahun 1956, selama menjalankan kewajiban dimaksud ia diberhentikan dari jabatannya semula. (4) Berdasarkan ketentuan-ketentuan umum termaktub dalam Peraturan ini, Dewan Perwakilan Rakyat Daerah menetapkan Peraturan Daerah tentang gaji, uang jalan dan uang penginapan serta penghasilanpenghasilan lain bagi Kepala Daerah. (5) Masa jabatan Kepala Daerah mulai pada tanggal pengesahan pemilihannya dan berakhir pada tanggal pengesahan pemberhentiannya, pada tanggal berakhirnya masa jabatannya atau pada tanggal ia meninggal dunia. (6) Sesuai dengan ketetapan Pasal 28 ayat (2) Undang-undang Nomor 1 tahun 1957 Peraturan Daerah dimaksud dalam ayat (4) tidak berlaku sebelum disahkan oleh Menteri Dalam Negeri bagi daerah tingkat 1 dan oleh Dewan Pemerintah Daerah tingkat I bagi daerah tingkat II. Gaji, tunjangan anak, tunjangan kemahalan setempat, sumbangan Negara pajak pegawai dan tunjangan kemahalan umum Pasal 2 (1) Kepada Kepala Daerah tingkat I diberikan gaji minimum paling tinggi Rp. 1.300,- dengan kenaikan berkala tiap-tiap tahun hingga pada tahun masa jabatan terakhir dicapai gaji maximum paling tinggi Rp. 1.550,-. Kepada Kepala Daerah tingkat II diberikan gaji minimum paling tinggi Rp. 1.000,- dengan kenaikan berkala tiap-tiap tahun hingga pada tahun masa jabatan terakhir dicapai gaji maximum paling tinggi Rp. 1.300,-. (2) Di samping gaji tersebut dalam ayat (1) pasal ini diberikan tunjangan anak, tunjangan kemahalan setempat, sumbangan Negara pajak pegawai dan tunjangan kemahalan umum menurut peraturanperaturan yang berlaku bagi pegawai daerah. (3) Cara pembayaran gaji dan lain-lain penghasilan yang berhubungan dengan jabatannya dilakukan sesuai dengan ketentuan yang berlaku bagi pegawai daerah. Rumah kediaman dan mobil/atau kendaraan dinas lainnya Pasal 3 (1) Selama masa memangku jabatannya untuk Kepala Daerah dapat disediakan sebuah rumah dinas daerah dan sebuah mobil dinas atau kendaraan dinas lainnya dengan pengemudinya. (2) Ongkos-ongkos pemeliharaan rumah dan pekarangan, pemakaian air, penerangan demikian pula ongkos pemakaian mobil untuk dinas atau kendaraan dinas lainnya dan pemeliharaannya, ditanggung oleh Pemerintah Daerah dalam batas-batas yang ditetapkan lebih lanjut oleh Pemerintah Daerah. Biaya perjalanan biaya penginapan Pasal 4 Untuk biaya perjalanan dan biaya penginapan Kepala Daerah diberi penggantian menurut peraturan daerah tentang pemberian biaya perjalanan dinas dalam negeri bagi pegawai daerah buat golongan I. 2 / 6

Tunjangan jabatan Pasal 5 Kepada Kepala Daerah tiap bulan diberikan tunjangan jabatan sebesar, a. Daerah tingkat I Rp. 250,- b. Daerah tingkat II Rp. 175,- Biaya pengobatan, biaya perawatan kedokteran Pasal 6 Kepada Kepala Daerah dan anggota keluarganya dapat diberi penggantian biaya pemeriksaan, pengobatan dan perawatan kedokteran menurut peraturan-peraturan daerah yang berlaku bagi pegawai daerah. Tunjangan kematian Pasal 7 Apabila Kepala Daerah meninggal dunia maka kepada ahli warisnya diberikan gaji dan tunjangan kematian menurut ketentuan-ketentuan yang berlaku bagi pegawai daerah. Tanda penghargaan Pasal 8 (1) Kepada Kepala Daerah pada akhir masa jabatannya atau pada waktu ia berhenti dengan hormat dari jabatannya diberi penghargaan berupa uang sekaligus untuk setiap tahun memangku jabatannya sejumlah dua kali gaji pokok yang menjadi haknya pada saat ia berhenti dengan sebanyak-banyaknya enam kali gaji pokok. (2) Masa memangku jabatan yang kurang dari satu tahun dibulatkan ke atas menjadi satu tahun penuh. Ketentuan-ketentuan penutup Pasal 9 Semua persoalan-persoalan yang timbul dalam pelaksanaan peraturan ini diselesaikan oleh Menteri Dalam Negeri bagi daerah tingkat I dan oleh Dewan Pemerintah Daerah tingkat I bagi daerah tingkat II. Pasal 10 Peraturan Pemerintah ini mulai berlaku pada hari diundangkan dan berlaku surut hingga tanggal 1 Oktober 3 / 6

1957. Agar supaya setiap orang dapat mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Pemerintah ini dengan penempatan dalam Lembaran Negara Republik Indonesia. Ditetapkan Di Jakarta, Pada Tanggal 28 Oktober 1957 PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Ttd. SOEKARNO MENTERI DALAM NEGERI, Ttd. SANOESI HARJADINATA Diundangkan, Pada Tanggal 31 Oktober 1957 MENTERI KEHAKIMAN, Ttd. G.A. MAENGKOM 4 / 6

PENJELASAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 46 TAHUN 1957 TENTANG PERATURAN UMUM MENGENAI GAJI, YANG JALAN DAN UANG PENGINAPAN SERTA PENGHASILAN- PENGHASILAN LAIN BAGI KEPALA DAERAH Dengan tidak mengurangi wewenang Daerah untuk mengatur sendiri kedudukan keuangan Kepala Daerah maka dalam masa peralihan j.i. selama Kepala Daerah belum dapat dipilih seperti dimaksud dalam pasal 23 Undang-undang Nomor 1 tahun 1957 dan berhubung dengan keadaan keuangan Negara dewasa ini, sesuai pasal 28 ayat 3 Undang-undang Nomor 1 tahun 1957, Peraturan Pemerintah ini dimaksudkan untuk menetapkan peraturan umum tentang kedudukan keuangan Kepala Daerah yang harus diikuti daerah-daerah supaya bagi daerah-daerah dapat dicapai suatu keseimbangan yang wajar mengenai peraturan materi ini. Dalam pasal 2 peraturan ini selalu diberikan keleluasaan kepada daerah dalam batas-batas yang telah ditentukan dan dengan mengingat keseimbangan yang harus dicapai - untuk menentukan tinggi rendah keuntungan material Kepala Daerah yang dipandang sesuai dengan kedudukan serta fungsinya di dalam daerahnya. Dalam hal ini perlu diperhatikan pasal 2 yang menentukan jumlah-jumlah tertinggi bagi "gaji permulaan" dan "gaji terakhir" Kepala Daerah. Daerah Swatantra Tingkat I misalnya dapat menentukan bahwa Kepala Daerah : Contoh 1 : Contoh 2: Contoh 3: Contoh 4: gaji permulaannya... Rp. 1300,- gaji terakhirnya... Rp. 1550,- gaji permulaannya... Rp. 1100,- gaji terakhirnya... Rp. 1550,- gaji permulaannya... Rp. 900,- gaji terakhirnya... Rp. 1400,- gaji permulaannya... Rp. 1000,- gaji terakhirnya... Rp. 1250,- Kemungkinan ini justru dimaksud untuk dapat dicapainya suatu keseimbangan dalam perbandingannya dengan daerah-daerah lain dan penetapannya harus dengan mengingat kekuatan keuangan daerah yang bersangkutan. Di samping gaji dan penghasilan-penghasilan lainnya yang erat berhubungan dengan gaji maka kepada Kepala Daerah diberikan juga tunjangan-tunjangan yang lebih bersifat sosial seperti biaya pengobatan, biaya perawatan kedokteran, tunjangan kematian sedangkan tanda penghargaan yang diberikan kepadanya pada akhir masa 5 / 6

jabatannya atau pada waktu ia berhenti dengan hormat tersebut dalam pasal 8, dimaksudkan sebagai tanda jasa atas segala tenaga dan fikiran yang telah dicurahkan selama memangku jabatannya. Kepala Daerah hanya diberhentikan "tidak dengan hormat" bila ia melakukan suatu perbuatan kriminil dalam hal mana ia tidak berhak akan tanda penghargaan itu. Mengingat sifatnya maka tanda penghargaan ini diberikan dengan tidak memperhatikan apakah Kepala Daerah yang bersangkutan dipilih dari pegawai Negeri atau bukan pegawai Negeri. 6 / 6