Hubungan Tingkat Pengetahuan Ibu Tentang Gizi Dengan Status GIzi Pada Balita di Desa Papringan 7

dokumen-dokumen yang mirip
TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG PEMENUHAN GIZI PADA ANAK SEKOLAH DASAR KELAS 1-6 DI SD MOJOROTO II KOTA KEDIRI

MEDICA MAJAPAHIT. Vol 5. No. 2 Oktober Sri Sudarsih 1, Pipit Bayu Wijayanti 2 *)

HUBUNGAN POLA MAKAN DENGAN STATUS GIZI ANAK USIA 1-3 TAHUN DI PADUKUHAN PUCANGANOM DESA WEDOMARTANI NGEMPLAK SLEMAN YOGYAKARTA NASKAH PUBLIKASI

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI STATUS GIZI BAIK DAN GIZI KURANG PADA BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PAYO SELINCAH KOTA JAMBI TAHUN 2014

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG GIZI DENGAN STATUS GIZI BALITA DI KELURAHAN BALEDONO, KECAMATAN PURWOREJO, KABUPATEN PURWOREJO

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG GIZI KURANG PADA BALITA TERHADAP KEJADIAN GIZI KURANG DI DESA PENUSUPAN TAHUN 2013

ABSTRAK. Faktor - Faktor yang Berhubungan dengan Status Gizi Ibu Hamil Trimester I di RSIA Pertiwi Makassar

Gambaran Karakteristik Ibu Hamil, Tingkat Pengetahuan serta Sikap terhadap Asupan Gizi Ibu Hamil di Rumah Sakit Panti Wilasa Citarum Semarang

HUBUNGAN ANTARA PERAN IBU BALITA DALAM PEMBERIAN MAKANAN BERGIZI DENGAN STATUS GIZI PADA BALITA. Kata Kunci: Peran, ibu balita, gizi, status gizi.

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN DENGAN PERILAKU IBU DALAM PEMENUHAN KEBUTUHAN NUTRISI ANAK BATITA MALNUTRISI DI POSYANDU DESA SEMBUNGAN BOYOLALI

PENGARUH PERILAKU IBU DALAM MEMBERIKAN MAKANAN PENDAMPING ASI TERHADAP STATUS GIZI BAYI USIA 7-12 BULAN. Kolifah *), Rizka Silvia Listyanti

HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU TENTANG KADARZI DENGAN ASUPAN ENERGI DAN STATUS GIZI ANAK BALITA DI DESA JAGAN KECAMATAN BENDOSARI KABUPATEN SUKOHARJO

Hubungan Tingkat Ekonomi Keluarga Dengan Status Gizi Pada Lansia Di Posyandu Bina Keluarga Karang Wreda Kusuma Kecamatan Mojoroto Kota Kediri

BAB I PENDAHULUAN. seutuhnya dan pembangunan masyarakat seluruhnya. Untuk menciptakan sumber daya

HUBUNGAN POLA MAKAN IBU MENYUSUI DENGAN STATUS GIZI BAYI UMUR 0-6 BULAN DI BPS ATIK PUJIATI SUTARTO SLEMAN TAHUN 2009

STUDI TENTANG FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENYAKIT GONDOK PADA LANSIA DI DESA ARJOSARI KECAMATAN JABUNG MALANG

1 Universitas Indonesia

Sosial Ekonomi Keluarga Dengan Status Gizi Balita ABSTRAK

HUBUNGAN PERILAKU IBU DALAM PEMBERIAN MP-ASI DENGAN STATUS GIZI ANAK USIA BULAN DI DESA TAMANMARTANI KALASAN SLEMAN YOGYAKARTA

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Keberhasilan pembangunan suatu bangsa ditentukan oleh

I. PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi di Indonesia meningkat dengan pesat dalam 4 dekade

HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU TENTANG GIZI BALITA DENGAN STATUS GIZI BALITA DI POSYANDU DESA JOTOSANUR KECAMATAN TIKUNG TAHUN 2008

BAB I PENDAHULUAN. lainnya gizi kurang, dan yang status gizinya baik hanya sekitar orang anak

HUBUNGAN ANTARA ASUPAN PROTEIN, ZAT BESI, DAN VITAMIN C DENGAN KEJADIAN ANEMIA PADA ANAK USIA PRA SEKOLAH DI KELURAHAN SEMANGGI DAN SANGKRAH SURAKARTA

Woro Rahmanishati* STIKES Kota Sukabumi ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Ramadani (dalam Yolanda, 2014) Gizi merupakan bagian dari sektor. baik merupakan pondasi bagi kesehatan masyarakat.

HUBUNGAN PENDIDIKAN DAN PENGHASILAN IBU MENYUSUI DENGAN KETEPATAN WAKTU PEMBERIAN MAKANAN PENDAMPING ASI (MP ASI)

HUBUNGAN POLA ASUH GIZI DENGAN STATUS GIZI PADA BALITA USIA 1-3 TAHUN DI POSYANDU WILAYAH KERJA PUSKESMAS SEKARAN KOTA SEMARANG

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. intelektualnya dan keterampilan serta mulai mempunyai kegiatan fisik yang

BAB I PENDAHULUAN. Indeks Pembangunan Manusia (IPM) di Indonesia sangat dipengaruhi oleh rendahnya

BAB I PENDAHULUAN. adalah masalah gizi, yaitu kurang energi protein (KEP). Adanya gizi

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan anak di periode selanjutnya. Masa tumbuh kembang di usia ini

BAB I PENDAHULUAN. Masalah gizi kurang masih tersebar luas di negara-negara. berkembang termasuk di Indonesia, masalah yang timbul akibat asupan gizi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. berkualitas dan sukses di masa depan, demikian juga setiap bangsa menginginkan

HUBUNGAN ANTARA PEMBERIAN ASI DENGAN STATUS GIZI BAYI UMUR 1-6 BULAN DI DESA TEGALARUM KECAMATAN BOROBUDUR KABUPATEN MAGELANG TAHUN

PENATALAKSANAAN TUGAS KELUARGA DALAM PEMENUHAN NUTRISI DENGAN STATUS GIZI PENDERITA TB PARU DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS GAYAMAN MOJOANYAR MOJOKERTO

BAB I PENDAHULUAN. memasuki era globalisasi karena harus bersaing dengan negara-negara lain dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pembangunan kesehatan diarahkan untuk meningkatkan kesadaran,

GAMBARAN PERKEMBANGAN BALITA GIZI KURANG DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS CUKIR KABUPATEN JOMBANG

GAMBARAN KARAKTERISTIK KELUARGA BALITA DENGAN STATUS GIZI KURANG DAN BURUK DI KELURAHAN LANDASAN ULIN TENGAH KECAMATAN LIANG ANGGANG KOTA BANJARBARU

GAMBARAN FACTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN STATUS GIZI BALITA DI PUSKESMAS PEKAUMAN BANJARMASIN

GAMBARAN KARAKTERISTIK IBU HAMIL YANG MENDERITA KEKURANGAN ENERGI KRONIS (KEK) DI KECAMATAN WONOSALAM KABUPATEN DEMAK

HUBUNGAN USIA PENYAPIHAN DENGAN STATUS GIZI BALITA DI DUKUH PUNDONG SRIHARDONO BANTUL YOGYAKARTA TAHUN INTISARI

BAB I PENDAHULUAN. terjadi pada pertengahan tahun 2008 karena penurunan ekonomi global.

BAB PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

HUBUNGAN STATUS GIZI DENGAN PERKEMBANGAN MOTORIK ANAK UMUR 1 TAHUN DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PAKUAN BARU KOTA JAMBITAHUN 2013

BAB 1 PENDAHULUAN. (SDM) yang berkualitas, sehat, cerdas, dan produktif (Hadi, 2005). bangsa bagi pembangunan yang berkesinambungan (sustainable

Dukungan Suami dengan Kemauan Ibu Hamil dalam Pemberian ASI Eksklusif 62

BAB I PENDAHULUAN. Gizi merupakan salah satu penentu kualitas Sumber Daya Manusia. (SDM), karena keberhasilan pembangunan suatu bangsa ditentukan oleh

GAMBARAN TUMBUH KEMBANG ANAK USIA 6-24 BULAN YANG MENDAPAT ASI EKSKLUSIF DI DESA GASOL KECAMATAN CUGENANG KABUPATEN CIANJUR ABSTRAK

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG ASI EKSKLUSIF DENGAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DI DESA HARJOBINANGUN PURWOREJO GITA APRILIA ABSTRAK

HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU BALITA TENTANG POSYANDU DENGAN MOTIVASI KUNJUNGAN KE POSYANDU. Titiek Idayanti

BAB II TINJAUAN TEORITIS

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

Keluarga Sadar Gizi (KADARZI)

BAB 1 PENDAHULUAN. nutrisi yang cukup untuk dirinya sendiri maupun bagi janinnya. Maka bagi

BAB I PENDAHULUAN. dikonsumsi normal melalui proses digesti, absorbsi, transportasi,

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEBIASAAN BERPANTANG MAKANAN PADA IBU NIFAS SELAMA MASA PURPUERIUM DINI. Nuris Kushayati

BAB 1 PENDAHULUAN. Gizi merupakan salah satu masalah utama dalam tatanan kependudukan dunia.

BAB I PENDAHULUAN. berkesinambungan, meliputi seluruh kehidupan masyarakat baik dari segi sosial,

Jurnal Kesehatan Metro Sai Wawai Volume IV No.1 Edisi Juni 2011, ISSN: X

BAB I PENDAHULUAN. daya manusia yang berkualitas. Peningkatan sumber daya manusia harus

HUBUNGAN LINGKAR LENGAN ATAS (LILA) DAN KADAR HEMOGLOBIN (Hb) DENGAN BERAT BAYI LAHIR

BAB I PENDAHULUAN. pendekatan penanggulangnya harus melibatkan berbagai sektor terkait.

HUBUNGAN SIKAP TENTANG PENGATURAN MENU SEIMBANG DENGAN STATUS GIZI PADA REMAJA DI SMU NEGERI 2 SUKOHARJO

HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU TENTANG ASI EKSKLUSIF DENGAN PERILAKU PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DI PUSKESMAS DEPOK I SLEMAN YOGYAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Almatsier (2002), zat gizi (nutrients) adalah ikatan kimia yang

BAB I PENDAHULUAN. Keberhasilan pembangunan nasional suatu bangsa ditentukan oleh

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan masyarakat. Terciptanya SDM yang berkualitas ditentukan oleh

I. PENDAHULUAN. Di zaman seperti sekarang ini masih banyak dijumpai orang-orang yang mengalami

BAB I PENDAHULUAN. sering ditemukan dan merupakan masalah gizi utama di Indonesia

Jurnal Keperawatan, Volume XI, No. 1, April 2015 ISSN

BAB I LATAR BELAKANG. Kekurangan Vitamin A (KVA), Anemia Gizi Besi (AGB), Gangguan Akibat

STATUS GIZI BALITA DI LINGKUNGAN BONTO MANAI KELURAHAN ALLEPOLEA WILAYAH KERJA PUSKESMAS LAU KABUPATEN MAROS

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan fisiknya dan perkembangan kecerdasannya juga terhambat.

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU NIFAS DENGAN PEMBERIAN ASI KOLOSTRUM PADA BAYI BARU LAHIR DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PUTRI AYU KOTA JAMBI TAHUN

e-journal Boga, Volume 04, Nomor 09, Edisi Yudisium Periode Maret 2015, hal 71-75

TINGKAT PENGETAHUAN IBU HAMIL TENTANG KEKURANGAN ENERGI KRONIK (KEK) DI PUSKESMAS KEDUNG MUNDU KECAMATAN TEMBALANG KOTA SEMARANG

HUBUNGAN ANTARA KEJADIAN ANEMIA DENGAN KEMAMPUAN KOGNITIF ANAK USIA SEKOLAH DI SEKOLAH DASAR NEGERI (SDN) SUSUKAN 04 UNGARAN TIMUR

BAB 1 PENDAHULUAN. menggembirakan. Berbagai masalah gizi seperti gizi kurang dan gizi buruk,

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia mengalami masalah gizi ganda, yaitu masalah gizi kurang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN STATUS GIZI PADA BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS SUNGAI BILU BANJARMASIN

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2010 adalah mengumpulkan. dan menganalisis data indikator MDG s kesehatan dan faktor yang

BAB I PENDAHULUAN. pengukuran Indeks Pembangunan Manusia ( IPM ), kesehatan adalah salah

HUBUNGAN PENGETAHUAN ORANG TUA DENGAN PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT (PHBS) PADA ANAK USIA 3-6 TAHUN DI DI DESA PLOSOWAHYU KAB LAMONGAN

STUDI FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEPATUHAN IBU HAMIL DALAM MENGKONSUMSI TABLET BESI DI POLINDES BENDUNG JETIS MOJOKERTO.

BAB 1 PENDAHULUAN. Berbagai permasalahan gizi yang dialami Indonesia saat ini, baik gizi kurang

BAB I PENDAHULUAN. yang tidak seimbang menimbulkan masalah yang sangat sulit sekali

BAB I PENDAHULUAN. anak-anak, masa remaja, dewasa sampai usia lanjut usia (Depkes, 2003).

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Indonesia sedang mengalami masalah gizi ganda. Sementara gizi buruk

Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Padjadjaran

BAB 1 : PENDAHULUAN. keadaan gizi : contohnya gizi baik, gizi buruk, gizi kurang ataupun gizi lebih. Untuk dapat

BAB I PENDAHULUAN. balita yang cerdas. Anak balita salah satu golongan umur yang rawan. masa yang kritis, karena pada saat itu merupakan masa emas

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. perkotaan dan pedesaan berdasarkan kriteria klasifikasi wilayah. desa/kelurahan (Badan Pusat Statistik {BPS}, 2010).

Transkripsi:

Hubungan Tingkat Pengetahuan Ibu Tentang Gizi Dengan Status GIzi Pada Balita di Desa Papringan 7 HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG GIZI DENGAN STATUS GIZI PADA BALITA DI DESA PAPRINGAN KECAMATAN KALIWUNGU KABUPATEN KUDUS Kudarti Staf Pengajar Akademi Kebidanan Mardi Rahayu Kudus ABSTRAKSI Status Gizi adalah keadaan tubuh sebagai akibat konsumsi makanan dan penggunaan zat-zat gizi. Beberapa faktor yang mempengaruhi status gizi adalah pendidikan, pengetahuan, social budaya, social ekonomi, status lingkungan, ketersediaan pangan dan pekerjaan. Balita merupakan salah satu kelompok yang rawan gizi. Pengetahuan Ibu tentang yang baik sangat diperlukan agar dapat memberikan makanan yang berkualitas sesuai dengan jumlah yang dibutuhkan oleh balita. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan tingkat pengetahuan ibu tentang gizi dengan status gizi pada balita. Jenis penelitian ini adalah non eksperimental dengan pendekatan cross sectional berupa pengamatan terhadap obyek penelitian dengan menggunakan instrumen penelitian berupa kuesioner. Desain penelitian yang digunakan adalah Diskriptif analitik. Populasi penelitian ini adalah ibu-ibu yang mempunyai anak balita di Desa Papringan Kecamatan Kaliwungu Kabupaten Kudus. Sampel yang diambil adalah 50 orang. Hasil pengumpulan data diolah dengan menggunakan uji Statistik spearman rank dengan taraf signifikansi 0,05. Hasil penelitian menunjukkan adanya hubungan antara pengetahuan ibu tentang gizi dengan status gizi pada balita dengan nilai 0,0001 yang berarti lebih kecil dari α = 0,05. Sebagian besar responden mempunyai pengetahuan tentang gizi yang baik, maka diharapkan dapat memberikan makanan kepada balitanya dengan kualitas gizi yang baik dan kuantitas yang sesuai dengan kebutuhannya sehingga balita akan dapat tumbuh dengan optimal sesuai dengan usianya. Kata Kunci : Pengetahuan, gizi, status gizi, balita PENDAHULUAN Masalah gizi di Indonesia pada hakekatnya adalah masalah kesehatan masyarakat yang disebabkan oleh berbagai faktor yang saling terkait satu dengan lainnya.berbagai factor yang mempengaruhi masalah gizi diantaranya yaitu : keadaan sosial budaya, ekonomi, dan pendidikan (Notoatmodjo, 2003). Secara nasional ada empat masalah gizi yang utama yaitu Kurang Energi Protein (KEP), anemia besi, gangguan akibat kekurangan yodium dan kekurangan vitamin A. Golongan yang paling rawan terkena masalah gizi adalah bayi (0-1 tahun), anak sekolah (6-13 tahun), remaja (14-20 tahun), ibu hamil, dan ibu yang sedang menyusui (Supariasa, 2002). Kekurangan yodium pada ibu hamil dapat mengakibatkan abortus, lahir mati, kelainan bawaan pada bayi, dan meningkatkan angka kematian prenatal. Selain itu kekurangan yodium yang terjadi pada anak-anak menyebabkan pembesaran kelenjar gondok, pertumbuhan badan terganngu, kecerdasan dan perkembangan mental terganggu (Supariasa, 2002). Kekurangan vitamin A merupakan penyebab kebutaan yang paling sering terjadi pada anak-anak usia 2-3 tahun. Hal ini disebabkan anak tidak diberi makanan yang memenuhi syarat gizi, sementara anak belum bisa mengambil makanan sendiri (Supariasa, 2002). Anemia besi merupakan masalah gizi utama bagi semua kelompok umur dengan prevalensi paling tinggi pada kelompok ibu hamil yaitu sekitar 705 dan pada anak balita sekitar 40%. Anemia besi disebabkan oleh konsumsi makanan sehari-hari yang kurang mengandung zat besi dan terjadinya kehilangan zat besi yang tinggi pada anak yang terinfeksi cacing ankilostoma (Pudjiadi, 2003).

Hubungan Tingkat Pengetahuan Ibu Tentang Gizi Dengan Status GIzi Pada Balita di Desa Papringan 8 Angka kejadian Kurang Energi Protein (KEP) di Indonesia adalah masih relative tinggi bila dibandingkan dengan Negara ASEAN lainnya. Berdasarkan pemantauan status gizi oleh direktorat bina gizi masyarakat pada tahun 1998 prevalensi KEP pada balita adalah sekitar 39,8%. Beberapa faktor yang menyebabkan anak balita termasuk dalam golongan rawan gizi dan rawan kesehatan adalah : 1. Balita masih dalam masa transisi dari makanan bayi ke makanan orang dewasa sehingga masih memerlukan adaptasi 2. Balita sering dianggap sebagai kelompok umur yang belum berguna bagi keluarga karena balita belum sanggup membantu keluarga baik tenaga maupun untuk kerja 3. Balita masih dalam usia bermain sehingga sering kontak dengan tanah dengan berbagai kondisi yang mengakibatkan ia berpeluang besar untuk terkena penyakit infeksi padahal daya tahan tubuhnya belum cukup kuat untuk melawan penyakit 4. Balita masih dalam masa pertumbuhan yang sangat cepat terutama untuk pembentukan organ vital seperti jantung, paru, otak, dan syaraf sehingga membutuhkan gizi cukup dari segi kuantitas maupun kualitas. Sehingga apabila terjadi kekurangan gizi pada masa ini maka pertumbuhan anak akan terhambat yang sifatnya permanen, artinya kondisinya tidak dapat diperbaiki lagi walaupun status gizinya sudah baik. Demikian juga untuk pembentukan organ vital juga akan terhambat yang pada akhirnya akan mempengaruhi kecerdasan anak pada saat dewasa (Supariasa, 2002). Dari studi pendahuluan yang peneliti lakukan melalui wawancara dengan bidan Desa Papringan diperoleh gambaran dari jumlah total balita 498 anak didapatkan kasus gizi kurang 75 anak (15%) dan gizi buruk 25 anak (5%). Sedangkan menurut data hasil pemantauan status gizi Kabupaten Kudus tahun 2008 didapatkan gambaran dari jumlah total balita 17.879 didapatkan kasus gizi kurang 1549 balita (8,66%) dan kasus gizi buruk 96 balita (0,54%). (Dinkes Kudus, 2008). Pengetahuan yang dimiliki ibu sangat berpengaruh terhadap pola konsumsi makanan seluruh anggota keluarga. Karena peran ibu dalam suatu keluarga adalah sangat penting terutama dalam penyediaan makanan keluarga. Dengan memiliki pengetahuan yang baik tentang gizi diharapkan ibu bisa memberikan makanan yang berkualitas yang cukup mengandung zat gizi yang dibutuhkan tubuh terutama kepada anak-anaknya. Pengetahuan yang dimiliki ibu meliputi cara memilih makanan yang baik, cara memasak, dan mengolah makanan yang benar, cara penyimpanan bahan makanan, cara menyajikan makanan yang bervariasi dan menarik sehingga anak berselera untuk makan. Sehingga apabila ibu tidak memiliki pengetahuan yang baik tentang gizi maka kebutuhan gizi anak tidak akan terpenuhi yang mengakibatkan anak menjadi kurang gizi. Akibat gizi yang kurang anak menjadi kurus, kurang lincah, pertumbuhan terhambat, mudah terkena penyakit karena daya tahan tubuh kurang, tertinggal dalam belajar yang berakibat merugikan Negara dalam usaha untuk mencerdaskan bangsa. Berdasarkan dari berbagai uraian diatas maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul Hubungan Tingkat Pengetahuan Ibu dengan Status Gizi pada Balita di Desa Papringan Kecamatan Kaliwungu Kabupaten Kudus. METODE PENELITIAN Penelitian ini merupakan penelitian dengan cross sectional. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian diskriptif analitik. Penelitian ini bermaksud untuk mengetahui hubungan antara tingkat pengetahuan ibu tentang gizi dengan status gizi pada balita di Desa Papringan Kecamatan Kaliwungu Kabupaten Kudus. Dalam penelitian ini yang menjadi populasi adalah ibu-ibu yang mempunyai anak balita (umur 1-5 tahun) yang berada di Desa Papringan. Jumlah populasi adalah 498 balita. Pemilihan sampel dilakukan dengan cara purposive sampling. Pada penelitian ini peneliti memilih ukuran sampel

Hubungan Tingkat Pengetahuan Ibu Tentang Gizi Dengan Status GIzi Pada Balita di Desa Papringan 9 minimal yaitu 10 % dari jumlah populasi, sehingga besarnya sampel adalah 50 balita yang merupakan pembulatan 10 % dari total populasi sebanyak 498 balita. Lokasi tempat penelitian ini adalah di Desa Papringan, Kecamatan Kaliwungu, Kabupaten Kudus. HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL 1. Pengetahuan Ibu tentang gizi Tabel 5.1 Distribusi frekuensi pengetahuan ibu tentang gizi di Desa Papringan Kecamatan Kaliwungu Kabupaten Kudus Pengetahuan frekuensi Prosentase (%) Baik 29 58 Cukup 11 22 Kurang 10 20 Berdasarkan tabel diatas sebagian besar responden memiliki tingkat pengetahuan tentang gizi yang baik yaitu sebesar 58%. 2. Status Gizi balita Tabel 5.2 Distribusi frekuensi balita menurut jenis kelamin di Desa Papringan Kecamatan Kaliwungu Kabupaten Kudus Jenis Kelamin frekuensi Prosentase (%) Laki-laki 23 46 Perempuan 27 54 Berdasarkan tabel diatas menunjukkan bahwa sebagian besar balita adalah perempuan yaitu 50% dan selebihnya 46% adalah laki-laki. Tabel 5.3 Distribusi frekuensi balita menurut umur di Desa Papringan Kecamatan Kaliwungu Kabupaten Kudus Umur frekuensi Prosentase (%) 12-24 bulan 24 48 25-36 bulan 14 28 37-48 bulan 9 18 49-60 bulan 3 6

Hubungan Tingkat Pengetahuan Ibu Tentang Gizi Dengan Status GIzi Pada Balita di Desa Papringan 10 Berdasarkan tabel diatas menunjukkan bahwa sebagian besar balita adalah golongan umur batita (bawah tiga tahun) yaitu 76% yang terdiri dari golongan umur 12-24 bulan 48 % dan golongan umur 25-36 bulan 28% sedangkan yang paling sedikit yaitu 6 % adalah golongan umur 49-60 bulan. Tebel 5.4 Distribusi frekuensi balita menurut status gizi di Desa Papringan Kecamatan Kaliwungu Kabupaten Kudus Status gizi frekuensi Prosentase (%) Gizi baik 39 78 Gizi sedang 6 12 Gizi kurang 5 10 Berdasarkan tabel diatas sebagian besar balita memiliki status gizi yang baik yaitu 78%. 3. Hubungan tingkat pengetahuan ibu tentang gizi dengan status gizi balita Tabel 5.5 Distribusi frekuensi pengetahuan ibu tentang gizi berdasarkan status gizi balita di Desa Papringan Kecamatan Kaliwungu Kabupaten Kudus Pengetahuan Status gizi Total Baik Sedang Kurang Pengetahuan baik 28 (100%) 0 0 28 (100%) Pengetahuan cukup 11 (91,7%) 1 (8,3%) 0 12 (100%) Pengetahuan kurang 0 5 (50%) 5 (50%) 10 (100%) Berdasarkan tabel diatas responden yang memiliki tingkat pengetahuan baik sebagian besar status gizinya baik yaitu sebesar 100% dan responden yang memiliki tingkat pengetahuan kurang status gizi balitanya seimbang antara status gizi sedang dan status gizi kurang masing masing sebesar 50%. Dari hasil uji statistik dengan spearman rank diperoleh nilai rho hitung sebesar 0,788 yang berarti ada hubungan antara pengetahuan ibu tentang gizi dengan status gizi pada balita. Adapun ketentuan hipotesis diterima atau ditolak dengan melihat signifikansinya. Apabila nilai dibawah 0,25 maka hipotesis diterima. Dari hasil uji statistik spearman rank diperoleh nilai signifikan sebesar 0,0001 yang berarti ada hubungan antara tingkat pengetahuan ibu tentang gizi dengan status gizi pada balita di Desa Papringan Kecamatan Kaliwungu Kabupaten Kudus. PEMBAHASAN 1. Tingkat pengetahuan ibu tentang gizi di Desa Papringan Kecamatan Kaliwungu Kabupaten Kudus Pada tabel 5.1 didapatkan hasil distribusi frekuensi tingkat pengetahuan ibu tentang gizi yaitu tingkat pengetahuan baik 29 orang (58%), tingkat pengetahuan cukup 11 orang (22%) dan tingkat pengetahuan kurang 10 orang (20%). Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar responden memiliki tingkat pengetahuan tentang gizi yang baik. Menurut Paath (2005) berbagai gangguan gizi dan masalah psikososial dapat dicegah melalui pengetahuan dan perilaku penunjang dari orang tua, ibu atau pengasuh dalam keluarga untuk selalu menyediakan makanan dengan gizi seimbang bagi seluruh anggota keluarganya. Gizi seimbang adalah makanan yang dikonsumsi individu dalam satu hari yang beraneka ragam dan mengandung zat pembangun dan zat pengatur sesuai kebutuhan tubuh.

Hubungan Tingkat Pengetahuan Ibu Tentang Gizi Dengan Status GIzi Pada Balita di Desa Papringan 11 Seorang ibu yang memiliki tingkat pengetahuan tentang gizi yang baik diharapkan akan dapat memberikan makanan kepada balitanya dengan kuantitas dan kualitas makanan yang bergizi yang akan dapat mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan fisik dan mentalnya. Pengetahuan umum tentang gizi secara umum harus benar-benar diketahui oleh keluarga terutama ibu. Karena ibu yang selalu menyediakan kebutuhan makanan seluruh anggota keluarga. Tingkat pengetahuan dipengaruhi oleh pendidikan dan pengalaman (Notoatmodjo, 2003). Sebagian besar ibu ibu di Desa Papringan memiliki tingkat pengetahuan yang baik karena rata-rata pendidikan ibu adalah SMA. Hal ini sesuai dengan pendapat Notoadmodjo, bahwa semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang semakin tinggi tingkat pengetahuannya. Pengetahuan tentang gizi tersebut meliputi fungsi makanan, susunan makanan, kombinasi makanan, cara mengelola dan memilih makanan. Orang tua perlu mengetahui bahwa pada anak usia balita sering kali terjadi penolakan terhadap makanan tertentu. Kadang kadang anak akan menyukai satu jenis makanan saja selama berminggu-minggu. Oleh karena itu orang tua atau pengasuh anak tidak boleh bosan dalam menawarkan kembali berbagai jenis makanan setiap kali pada jam makan. Penyajian makanan yang dikombinasikan dengan susunan menu yang seimbang dan penyajian yang menarik serta bervariasi merupakan salah satu alternatif untuk lebih menarik minat makan pada anak. Pemberian makanan juga harus disesuaikan dengan usia dan aktifitas fisik dari seorang anak. Karena anak biasanya enggan untuk mengkonsumsi makanan yang mengandung kalori. Sehingga pemberian makanan cemilan atau kudapan merupakan cara terbaik untuk memberikan protein, kalori dan nutrisi esensial pada anak yang tidak dapat makan banyak pada jam makan. Tetapi kudapan hendaknya diberikan sedikitnya 90 menit sebelum makan untuk menghindari pengaruhnya terhadap nafsu makan. Karena kudapan memberikan 20% dari total asupan kalori dan 19% dari total asupan lemak dan lemak tak jenuh (Paath, 2005). a. Status Gizi Balita di Desa Papringan Kecamatan Kaliwungu Kabupaten Kudus Pada Tabel 5.4 didapatkan hasil distribusi frekuensi status gizi balita yang baik adalah 39 balita (78%), gizi sedang 6 balita (12%) dan gizi kurang 5 balita (10%). Hal tersebut menunjukkan bahwa sebagian besar balita mempunyai status gizi yang baik yaitu sekitar 78% dan hanya 10% yang memiliki status gizi kurang. Menurut Notoatmodjo (2003) balita merupakan kelompok yang rawan gizi. Hal tersebut karena pada masa balita anak sudah mulai bertambah berat badan dan aktifitas fisiknya sehingga memerlukan jumlah makanan yang lebih banyak. Sedangkan menurut Suharjo (2004) jaringan otak anak akan mencapai 80% dari berat otak orang dewasa sebelum usia 3 tahun. Sehingga apabila dalam masa ini terjadi gangguan gizi kurang akan dapat menimbulkan kelainan fisik dan metabolisme yang akan sulit atau tidak dapat disembuhkan yang pada akhirnya akan menghambat perkembangan anak selanjutnya. Selain itu perkembangan fisik dan intelektual juga sangat dipengaruhi oleh status gizi (Paath, 2005). Oleh karena itu pemberian makanan yang baik sesuai dengan jumlah, kualitas dan usia anak akan sangat penting sekali untuk pertumbuhan dan perkembangan fisik dan mental seorang balita. b. Hubungan Tingkat pengetahuan Ibu tentang gizi dengan status gizi balita di Desa Papringan Kecamatan Kaliwungu Kabupaten Kudus Pada tabel 5.5 didapatkan hasil bahwa responden yang memiliki tingkat pengetahuan baik mempunyai balita dengan status gizi baik sebanyak 28 orang (56%) dan responden yang memiliki tingkat pengetahuan cukup mempunyai balita dengan status gizi baik sebanyak 11 orang (22%) sedangkan responden yang memiliki tingkat

Hubungan Tingkat Pengetahuan Ibu Tentang Gizi Dengan Status GIzi Pada Balita di Desa Papringan 12 pengetahuan kurang mempunyai balita dengan status gizi kurang sebanyak 5 orang (10%) dan status gizi sedang sebanyak 5 orang (10%). Dari hasil analisis korelasi spearman rank antara tingkat pengetahuan ibu tentang gizi dengan status gizi balita diperoleh nilai p= 0,000 yang artinya nilai p lebih kecil daripada nilai alpha 0,05 sehingga hasil penelitian ini menunjukkan bahwa ada hubungan antara tingkat pengetahuan ibu tentang gizi dengan status gizi balita. Dari hasil penelitian tersebut diatas dapat dilihat bahwa pengetahuan ibu tentang gizi yang baik akan mempengaruhi status gizi pada balita. Hal ini sesuai dengan pendapat Suharjo (2004) bahwa status gizi dipengaruhi oleh berbagai faktor yang saling berkaitan yang mencakup aspek ekonomi, sosial, budaya, pengetahuan tentang gizi dan kesehatan. Dengan pengetahuan gizi yang baik seorang ibu akan dapat memilih bahan makanan yang berkualitas dan bergizi untuk dikonsumsi oleh anggota keluarganya sehingga anak-anaknya akan memperoleh makanan yang bergizi dan mencukupi sesuai dengan kebutuhannya. Dengan kebutuhan gizi yang mencukupi maka pertumbuhan dan perkembangan anak akan berjalan dengan normal sesuai dengan usianya. Pada masa balita terjadi penurunan laju pertumbuhan terhadap kebutuhan kalori yang tidak setinggi pada waktu bayi, sehingga nafsu makannya juga menurun. Akan tetapi kebutuhan protei, vitamin dan mineral tetap tinggi. Oleh karena itu orang tua khususnya ibu harus pandai dalam mengatur menu dan menyajikannya secara bervariasi agar anak tertarik dan merasa senang untuk makan. Pengenalan terhadap berbagai jenis bahan makanan menjadi hal yang tidak kalah pentingnya agar anak tidak hanya menyukai satu jenis makanan saja dan menghindari makanan yang lainnya. Dengan mengkonsumsi makanan yang beraneka ragam maka diharapkan kekurangan zat gizi pada satu makanan dapat terpenuhi oleh zat gizi yang terkandung didalam makanan tersebut (Moore, 1997). SIMPULAN DAN SARAN KESIMPULAN Berdasarkan hasil analisa dan pembahasan, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut : 1. Gambaran status gizi balita di Desa Papringan Kecamatan Kaliwungu Kabupaten Kudus adalah status gizi yang baik 78%, sedangkan status gizi sedang 12 % dan hanya 10% yang mempunyai status gizi kurang 2. Gambaran tingkat pengetahuan ibu tentang gizi di Desa Papringan Kecamatan Kaliwungu Kabupaten Kudus tingkat pengetahuannya cukup 22 % dan hamper sebagian besar mempunyai tingkat pengetahuan baik 58% dan hanya 20% yang mempunyai tingkat pengetahuan kurang. 3. Ada hubungan antara tingkat pengetahuan ibu tentang gizi dengan status gizi pada balita di Desa Papringan Kecamatan Kaliwungu Kabupaten Kudus dengan p= 0,000 < α =0,05. SARAN 1. Untuk tenaga Kesehatan Tenga kesehatan perlu ikut serta dalam upaya meningkatkan status gizi balita dengan cara memberikan penyuluhan tentang gizi serta penyakit penyakit yang disebabkan karena kekurangan gizi sehingga masyarakat dapat memperoleh informasi yang cukup tentang gizi dan membawa anaknya ke Puskesmas atau tenaga kesehatan bila dijumpai gejalagejala penyakit akibat kekurangan gizi.

Hubungan Tingkat Pengetahuan Ibu Tentang Gizi Dengan Status GIzi Pada Balita di Desa Papringan 13 2. Untuk Keluarga Perlunya peningkatan pemberdayaan keluarga melalui upaya perbaikan gizi keluarga. Kemampuan keluarga untuk mampu memberikan makanan kepada keluarga khususnya balita dalam kuantitas dan kualitas yang baik sehingga dapat meningkatkan status gizi balita. 3. Untuk Peneliti Pada penelitian yang akan datang, baik yang dilakukan peneliti sendiri maupun peneliti lain diharapkan dalam penyusunan instrument penelitian dapat lebih mendalam lagi sehingga dapat lebih terungkap fakta-fakta yang mendasari adanya hubungan antara tingkat pengetahuan tentang gizi dengan status gizi pada balita. Selain itu perlu juga menambahkan variabel lain yang mempengaruhi status gizi balita seperti pendidikan, pekerjaa, sanitasi lingkungan, ketersediaan pangan, sosial ekonomi dan social budaya. DAFTAR PUSTAKA Ancok, D (2002) Teknik Penulisan Skala Pengukuran, Yogyakarta : Pusat penelitian Kependudukan UGM Dinas Kesehatan Kabupaten Kudus, (2009) Profil Kesehatan Kabupaten Kudus Alimul, A. (2003). Riset Keperawatan dan Teknik Penulisan Ilmiah. Jakarta : Salemba Medika. Arikunto, S. (2002). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta : EGC Murti, B. (1997). Prinsip dan Metode Riset Epidemiologi. Yogyakarta : Gajah Mada Uni Press. Moore, M. (1997). Terapi Diet dan Nutrisi. Jakarta : Hipocrates Ngastiyah.(1997). Perawatan Anak Sakit. Jakarta : EGC Notoatmodjo, S.(1996). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta Notoatmodjo, S.(2003). Ilmu Kesehatan Masyarakat. Jakarta : Rineka Cipta Nursalam. (2003). Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan, Jakarta : Salemba Medika Paath, E. F, et al. (2005). Gizi dalam Kesehatan Reproduksi. Jakarta : EGC Pudjiadi, S. (2003). Ilmu Gizi Klinis pada Anak. Edisi ke-4. Jakarta : FKUI Sastroasmoro, S. (1995). Dasar dasar Metodologi Penelitian Klinis. Jakarta : FKUI Soekirman. (2000). Ilmu Gizi dan Aplikasinya untuk Keluarga dan Masyarakat. Jakarta: Dirjen Dikti Depdiknas Sugiyono. (2004). Statistik untuk Penelitian. Bandung : Alfa Beta Suharjo. (1992). Pemberian Makanan pada Bayi dan Anak. Yogyakarta : Kanisius Sulisyani, H. (2001). Menjaga Kesehatan Bayi dan Balita. Jakarta : Puspa Suara Supariasa, et al. (2002). Penilaian Status Gizi. Jakarta : EGC