PERILAKU SINTAKSIS FRASA ADJEKTIVA SEBAGAI PENGUAT JATI DIRI BAHASA INDONESIA

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. peristiwa berkomunikasi. Di dalam berkomunikasi dan berinteraksi, manusia

KATA MENANGIS : BENTUK, PERILAKU, DAN MAKNA. Kumairoh. Sastra Indonesia Fakultas Ilmu Budaya. Universitas Dipnegoro. Abstrak

BAB I PENDAHULUAN. Kemiripan makna dalam suatu bentuk kebahasaan dapat menimbulkan

BAB I PENDAHULUAN. sarana yang berfungsi untuk mengungkapkan ide, gagasan, pikiran dan

BAB I PENDAHULUAN. yang sempurna, manusia dibekali dengan akal dan pikiran. Dengan akal dan

BAB I PENDAHULUAN. gramatikal dalam bahasa berkaitan dengan telaah struktur bahasa yang berkaitan. dengan sistem kata, frasa, klausa, dan kalimat.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Manusia merupakan makhluk yang selalu melakukan. komunikasi, baik itu komunikasi dengan orang-orang yang ada di

Thema- Rhema dalam Bahasa Indonesia: Satu Tinjauan Tata Bahasa Fungsional. Oleh: Tatang Suparman NIP

BAB I PENDAHULUAN. Istilah sintaksis berasal dari bahasa Yunani (Sun + tattein) yang berarti

Cakrawala, ISSN , Volume 3, November KEDUDUKAN BAHASA JAWA DAN BAHASA ARAB DALAM EJAAN BAHASA INDONESIA Oleh : Drs. Bowo Hermaji, M.Pd.

BAB I PENDAHULUAN. tersebut adalah bahasa. Bahasa adalah sitem lambang bunyi yang bersifat arbiter

BAB 5 PENUTUP. Campur code..., Annisa Ramadhani, FIB UI, Universitas Indonesia

KATA BESAR: BENTUK, PERILAKU, DAN MAKNA. Disusun Oleh: SHAFIRA RAMADHANI FAKULTAS ILMU BUDAYA, UNIVERSITAS DIPONEGORO, SEMARANG,50257

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Bahasa adalah suatu alat komunikasi pada manusia untuk menyatakan

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah mahluk sosial yang sempurna dibandingkan dengan mahluk ciptaan

BAB I PENDAHULUAN. merupakan sistem lambang bunyi yang arbitrer, yang dipergunakan oleh

RELASI MAKNA KLAUSA DALAM KALIMAT MAJEMUK PADA TERJEMAHAN SURAT LUQMAN

BAB I PENDAHULUAN. dibandingkan komunikasi dalam bentuk tulisan. bahasa Indonesia ragam lisan atau omong.

ANALISIS STRUKTUR FUNGSIONAL PADA PERIBAHASA INDONESIA: TINJAUAN SINTAKSIS

BAB I PENDAHULUAN. Begitu pula melalui bahasa, menurut Poerwadarmita (1985; 5), bahasa adalah alat

BAB I PENDAHULUAN. dapat berupa tujuan jangka pendek, menengah, dan panjang. Dalam mata

STRUKTUR KALIMAT BAHASA INDONESIA DALAM KARANGAN DESKRIPSI MAHASISWA PROGRAM BAHASA DAN SASTRA INDONESIA UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA.

BAB I PENDAHULUAN. Manusia merupakan makhluk sosial yang selalu berinteraksi antara satu

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. sehingga bahasa merupakan sarana komunikasi yang utama. Bahasa adalah

BAB I PENDAHULUAN. yang belum mengecap ilmu pengetahuan di sekolah atau perguruan tinggi

KAJIAN FRASA NOMINA BERATRIBRUT PADA TEKS TERJEMAHAN AL QURAN SURAT AL-AHZAB NASKAH PUBLIKASI. Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan

BAB V PENUTUP. bahasa Jawa dalam bahasa Indonesia pada karangan siswa kelas VII SMPN 2

STRUKTUR FUNGSIONAL DAN RAGAM KALIMAT PADA TERJEMAHAN ALQURAN SURAT AL QALAM

BAB I PENDAHULUAN. (Wirjosoedarmono dalam Husain Junus dan Arifin Banasuru, 1996: 14).

BAB I PENDAHULUAN. dapat disesuaikan, dan diungkapkan kembali kepada orang lain sebagai bahan

BAB V PENUTUP. berdasarkan konteks pemakaian dibedakan atas istilah umum, dan istilah

ANALISIS KESALAHAN PENGGUNAAN BAHASA INDONESIA OLEH SISWA ASING Oleh Rika Widawati

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. di luar bahasa, dan yang dipergunakan akal budi untuk memahami hal-hal tersebut

BAB I PENDAHULUAN. untuk hidup bersama. Untuk menjalani kehidupan sehari-hari antara orang yang

BAB I PENDAHULUAN. diperlukan adanya sarana agar komunikasi tersebut dapat berjalan dengan

BAB I PENDAHULUAN. sosial masyarakat yang diakibatkan oleh kemajuan teknologi, perubahan

PENGGUNAAN DEIKSIS DALAM BAHASA INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. Linguistik adalah ilmu tentang bahasa; penyelidikan bahasa secara ilmiah (Kridalaksana,

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Dalam kehidupan sehari-hari manusia dan bahasa tidak dapat

KESALAHAN EJAAN DAN KETIDAKBAKUAN KATA PADA KARANGAN ARGUMENTASI SISWA KELAS X SMA NEGERI 2 SUKOHARJO Tahun Pelajaran 2008/2009 SKRIPSI

Menurut Abdul Chaer setiap bahasa mempunyai sarana atau alat gramatikal tertentu untuk menyatakan makna-makna atau nuansa-nuansa makna gramatikal (Abd

BAB 1 PENDAHULUAN. Masa Orientasi Siswa (selanjutnya disebut MOS) merupakan suatu

RELASI SUBJEK DAN PREDIKAT DALAM KLAUSA BAHASA GORONTALO SKRIPSI

BAB V PENUTUP. Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan tentang kajian. Aji Kabupaten Jepara dapat disimpulkan sebagai berikut.

KATA ULANG BAHASA INDONESIA PADA MAJALAH PAPIRUS EDISI JANUARI 2015

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. realitas, dan sebagainya. Sarana yang paling utama dan vital untuk memenuhi

Analisis Morfologi Kelas Kata Terbuka Pada Editorial Media Cetak. Abstrak

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB II KAJIAN PUSTAKA. onoma yang berarti nama dan syn yang berarti dengan. Secara harfiah sinonim

BAB 2 LANDASAN TEORETIS

BAB I PENDAHULUAN. dipilih umat manusia dalam berkomunikasi dibanding berbahasa non lisan. Hal ini

BAB I PENDAHULUAN. Negara Indonesia merupakan negara kesatuan yang terdiri atas beribu pulau, yang

BAB I PENDAHULUAN. Manusia sebagai makhluk sosial membutuhkan alat untuk berinteraksi dengan

BAB 1 PENDAHULUAN. Realisasi sebuah bahasa dinyatakan dengan ujaran-ujaran yang bermakna.

PENDAHULUAN. Saat ini, komunikasi merupakan hal yang sangat penting dikarenakan

KLASIFIKASI EMOSIONAL DALAM UNGKAPAN BAHASA INDONESIA YANG MENGGUNAKAN KATA HATI

BAB I PENDAHULUAN. berinteraksi, dan mengidentifikasi diri (Kridalaksana, 2001: 21). Sebagai alat

BAB I PENDAHULUAN. untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya dalam lingkungan. manusia untuk saling menyampaikan pesan dan maksud yang akan

TATA KATA DAN TATA ISTILAH BAHASA INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. ikrar ketiga Sumpah Pemuda 1928 yang berbunyi: Kami poetra dan poetri

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Bab I Pendahuluan. Latar Belakang Pemikiran

BAB I PENDAHULUAN. pergeseran. Pergeseran makna yang belum begitu jauh memungkinkan penutur

BAB I PENDAHULUAN. bermasyarakat. Bahasa sudah diajarkan sejak dulu baik di keluarga maupun di. peran yang sangat penting dalam proses pembelajaran.

PENANDA KOHESI GRAMATIKAL KONJUNGSI ANTARKALIMAT DAN INTRAKALIMAT PADA TEKS PIDATO KENEGARAAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

KATA JAHAT DENGAN SINONIMNYA DALAM BAHASA INDONESIA: ANALISIS STRUKTURAL

BAB I PENDAHULUAN. Para ahli bahasa selalu menghimbau agar pemakaian bahasa senantiasa berusaha untuk

BASINDO Jurnal Kajian Bahasa, Sastra Indonesia, dan Pembelajarannya Vol 1 No 1 - April 2017 (14-24)

2. Punya pendirian, peduli sesama, berkomitmen dan bisa bertanggung jawab. Menurut aku, gentleman punya sifat yang seperti itu. Kalau punya pacar, dia

BAB V PENUTUP. burung lawet ini adalah elips (pelesapan S,P,O,K) hal ini dilakukan untuk

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan objek dari linguistik, karena linguistik merupakan

Analisis Sapaan Dalam Novel Gumuk Sandhi Karya Poerwadhie Atmodihardjo

BAB I PENDAHULUAN. Kridalaksana (1983: 107) menjelaskan modalitas memiliki beberapa arti.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dita Marisa, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Dalam kehidupan bermasyarakat, manusia tidak terlepas dengan

BAB I PENDAHULUAN. maupun sebagai komunikan (mitra baca, penyimak, pendengar, atau pembaca).

BAB I PENDAHULUAN. Sarana yang paling utama dan vital untuk memenuhi kebutuhan tersebut adalah

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. yang ada di luar bahasa yang digunakan oleh akal budi untuk memahami hal-hal

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan teknologi media massa berjalan dengan pesat saat ini.

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan alat komunikasi yang efektif. Bahasa dan proses

BAB I PENDAHULUAN. benar. Ini ditujukan agar pembaca dapat memahami dan menyerap isi tulisan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bahasa merupakan alat komunikasi sehari-hari yang digunakan oleh manusia.

BAB I PENDAHULUAN. komunikasi, sebab bahasa adalah alat komunikasi yang sangat penting,

RELASI TEMPORAL ANTARKLAUSA DALAM KALIMAT MAJEMUK BERTINGKAT PADA HARIAN SOLO POS EDISI APRIL 2010 SKRIPSI. Untuk memenuhi sebagian persyaratan

FRASE PREPOSISIONAL DI PADA KUMPULAN CERPEN BERJUTA RASANYA KARYA TERE LIYE:KAJIAN SINTAKSIS

TINDAK TUTUR DALAM BERCERITA SISWA KELAS X SMA NEGERI 2 CIAMIS

BAB I PENDAHULUAN. alam pikiran sehingga terwujud suatu aktivitas. dalam pikiran pendengar atau pembaca.

BAB I PENDAHULUAN. arbitrer yang digunakan oleh suatu anggota masyarakat untuk bekerja sama,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Hidup bermasyarakat merupakan salah satu sifat manusia. Manusia tidak

BAB I PENDAHULUAN. dengan bahasa Indonesia. Bahasa Indonesia memiliki dialek oleh karena seperti

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Unsur sintaksis yang terkecil adalah frasa. Menurut pandangan seorang

METODOLOGI PENELITIAN. kualitatif. Menurut pakar Jalaludin Rahmat penelitin deskriptif adalah

BAB I PENDAHULUAN. diterbitkan kurang begitu memperhatikan aspek gramatikal bahkan masih

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Konsep adalah gambaran mental dari obyek, proses atau apa pun yang ada di luar

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sekelompok objek, peristiwa atau fenomena lainnya. Woodruff ( dalam Amin, 1987 ),

BAB I PENDAHULUAN. yang ada di wilayah Sulawesi Tenggara, tepatnya di Pulau Buton. Pada masa

Transkripsi:

-Konferensi Nasional Bahasa dan Sastra III- PERILAKU SINTAKSIS FRASA ADJEKTIVA SEBAGAI PENGUAT JATI DIRI BAHASA INDONESIA Munirah Pascasarjana Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Unismuh Makassar munirah. kip@gmail.com Abstrak Setiap bahasa pada dasarnya merupakan simbol jati diri penuturnya, begitu pula halnya dengan bahasa Indonesia juga merupakan simbol jati diri bangsa. Oleh karena itu, bahasa Indonesia harus senantiasa kita jaga, kita lestarikan, dan secara terus-menerus harus kita bina dan kita kembangkan agar tetap dapat memenuhi fungsinya sebagai sarana komunikasi modern yang mampu membedakan bangsa kita dari bangsa-bangsa lain di dunia. Bahasa merupakan sarana pembentukan jati diri seseorang. Sebagai alat komunikasi, bahasa merupakan saluran perumusan maksud kita, melahirkan perasaan kita dan memungkinkan kita menciptakan kerja sama dengan sesama warga masyarakat. Dalam pertuturan, bahasa diwujudkan dalam bentuk satuan-satuan bahasa yang disebut kalimat. Bahasa adalah sebuah sistem, artinya, bahasa dibentuk oleh sejumlah komponen yang berpola secara tetap dan dapat dikaidahkan. Salah satu sistem bahasa dalam sintaksis adalah frasa. Pemakaian frasa adajektiva membuat pengungkapan maksud dan tujuan menjadi lebih mengesankan, lebih hidup, lebih jelas dan menarik. Struktur frasa yang terdapat dalam penggunaan bahasa Indonesia, antara lain berstruktur KS + Ps, Ps + KS, KS + Pr + KS, dan KS + KS. Penggunaan frasa berstruktur KS + Ps, Ps + KS, KS+Pr+KS, dan KS + KS tersebut merupakan contoh pemanfaatan bentuk penggunaan frasa adjektiva yang menarik dan menimbulkan efek-efek estetis pada pembaca untuk membentuk jati diri bangsa. Dengan memilih dan memanfaatkan struktur frasa yang menarik sesuai dengan makna kalimat akan memperkuat jati diri bahasa Indonesia. Kata Kunci: frasa, adjektiva, pola Pendahuluan Peranan bahasa sebagai media komunikasi semakin terasa pentingnya. Hal ini sejalan dengan tingkat peradaban manusia yang semakin mengalami peningkatan. Sebagai alat komunikasi, bahasa merupakan saluran perumusan maksud kita, melahirkan perasaan kita dan memungkinkan kita menciptakan kerja sama dengan sesama warga masyarakat. Dalam pertuturan, bahasa diwujudkan dalam bentuk satuan-satuan bahasa yang disebut kalimat. Sedangkan kalimat itu sendiri terdiri atas beberapa satuan kata yang dirangkaikan. Satuan pembentuk kalimat tersebut menempati satu fungsi tertentu. Fungsi-fungsi yang dimaksud adalah subjek (s),predikat (p), objek (o), pelengkap (pel), dan keterangan (k). Subjek merupakan bagian kalimat yang merupakan pokok pembicaraan; predikat merupakan bagian kalimat yang memberi penjelasan mengenai mengapa, bagaimana, atau apa yang terjadi terhadap pokok pembicaraan itu; objek merupakan bagian kalimat yang memberi penjelasan terhadap kejadian yang menyangkut pokok pembicaraan; pelengkap merupakan bagian kalimat yang berdiri langsung di belakang predikat jika tidak ada objek dan di belakangi objek jika unsur pelengkap ini hadir; dan keterangan merupakan bagian dari yang memberi penjelasan tambahan mengenai kapan, di mana, atau dalam keadaan apa peristiwa yang dialami pokok pembicaraan itu berlangsung. Setiap bahasa merupakan simbol jati diri penuturnya, begitu pula halnya dengan bahasa Indonesia juga merupakan simbol jati diri bangsa. Oleh karena itu, bahasa Indonesia harus senantiasa kita jaga, kita lestarikan, dan secara terus-menerus harus kita bina dan kita kembangkan agar tetap dapat memenuhi fungsinya sebagai sarana komunikasi modern yang mampu membedakan bangsa kita dari bangsa-bangsa lain di dunia. Lebih-lebih dalam era global seperti sekarang ini, jati diri suatu bangsa menjadi suatu hal yang amat penting untuk dipertahankan agar bangsa kita tetap dapat menunjukkan keberadaannya di antara bangsa lain 106

-Konferensi Nasional Bahasa dan Sastra IIIdi dunia. Oleh karena itu, bahasa perlu dibina dengan mengkaji satuan-satuan bahasa tersebut. Salah satu aspek yang membangun dari tataran kalimat adalah Frasa. Salah satu jenis frasa dalam pembahasan ini adalah frasa adjektiva yang dijadikan sebagai bahan acuan atau referensi tentang perilaku sintaksis dan frasa. Pembahasan 1. Pengertian Perilaku Sintaksis dan Frasa Adjektiva a. Perilaku Sintaksistem Bahasa sebagai fenomena yang memadukan bagian dunia makna dan bagian dunia bunyi yang terdiri tiga subsistem, yaitu subsistem fonologis, morfologis, gramatikal dan leksikal. Salah satu subsistem tersebut adalah tataran sintaksis. Kata sintaksis berasal dari kata Yunani (sun = dengan + tattein menempatkan. Jadi, kata sintaksis secara etimologis berarti menempatkan bersama-sama kata-kata menjadi kelompok kata atau kalimat. Sintaksis adalah tata bahasa yang membahas hubungan antarkata dalam tuturan. Sama halnya dengan morfologi, akan tetapi morfologi menyangkut struktur gramatikal di dalam kata. Unsur bahasa yang termasuk di dalam sintaksis adalah frase, kalusa, dan kalimat. Tuturan dalam hal ini menyangkut apa yang dituturkan orang dalam bentuk kalimat. b. Frasa Adjektiva Frasa adalah satuan gramatikal yang berupa gabungan kata yang bersifat nonpredikatif, atau lazim juga disebut gabungan kata yang mengisi salah satu fungsi sintaksis di dalam kalimat (Chaer, 1994:22). Lebih lanjut, Alwi,dkk. (2000) mengatakan bahwa Frasa adjektiva adalah satuan gramatikal yang terdiri atas dua kata atau lebih sedang intinya adalah adjektiva (sifat) dan satuan itu tidak membentuk klausa. Setiap kata atau frasa dalam kalimat mempunyai fungsi yang mengaitkannya dengan kata atau frasa lain yang ada dalam kalimat tersebut. Fungsi tersebut bersifat sintaksis, artinya berkaitan dengan urutan kata atau frasa dalam kalimat. Frasa adjektiva merupakan frasa yang unsur intinya berupa kata sifat, sedangkan atributnya bisa berupa frasa atau pun kelas kata yang lain. Frasa adjektiva ini biasanya berkombinasi dengan adverbia agak, lebih, sangat, sekali, dan paling. Perhatikan contoh berikut: Mereka berdua sangat gembira walaupun sampai satu jam belum ada penumpang yang tertarik kepada opak yang dijajakan Euis dari luar jendela bis. Frasa sangat gembira dalam kalimat tersebut merupakan frasa adjektiva. Unsur intinya yaitu gembira, berkategori kata sifat (adjektiva) yang dikombinasikan dengan kata sangat berkategori adverbia. Frasa adalah satuan gramatikal yang berupa gabungan kata yang bersifat nonpredikatif, atau lazim juga disebut gabungan kata yang mengisi salah satu fungsi sintaksis di dalam kalimat (Chaer, 1994:22). Menurut Ramlan (1987:151) frasa adalah satuan gramatik yang terdiri dari dua kata atau lebih yang tidak melebihi batas unsur klausa. Adapun Verhaar (1999:292) mende inisikan frasa sebagai kelompok kata yang merupakan bagian fungsional dari tuturan yang lebih panjang. Sementara itu, menurut Koentjoro (dalam Baehaqie, 2008: 14), frasa adalah satuan gramatikal yang terdiri atas dua kata atau lebih dari dua kata yang tidak berciri klausa dan pada umumnya menjadi pembentuk klausa. Contohnya adalah frasa-frasa dalam kalimat (1) Saya sedang menulis artikel kebahasaan. Dalam kalimat (1) terdapat dua frasa yakni sedang menulis dan artikel kebahasaan. Frasa adjektiva adalah satuan gramatikal yang terdidri atas dua kata atau lebih sedang intinya adalah adjektiva (sifat) dan satuan itu tidak membentuk klausa, misalnya (1) Ibu bapakku sangat gembira.(2) Baju itu sangat indah, (3) Mobil ferozamu baru sekali. Frasa adjektiva UP-nya berupa kata yang termasuk kategori adjektiva. UP-nya dapat diberi a iks ter- (paling), sangat, paling agak, alangkah-nya, se-nya. Frasa adjektiva biasanya menduduki fungsi predikat. Contoh: Rumahnya besar Contoh: menakutkan (memiliki a iks verba, tidak bisa diberi kata sedang 107

-Konferensi Nasional Bahasa dan Sastra IIIatau sudah. Tetapi bisa diberi kata sangat ). Hubungan struktur unsur-unsur pembentuk frasa adjektiva diperoleh beberapa struktur frasa yakni pola D-M (diterangkan-menerangkan), M-D (menerangkan-diterangkan) yang dijelaskan dalam bentuk struktur simpel (sederhana) dan struktur kompleks (rumit). Berikut bentuk struktur frasa yang diperoleh dari data novel Keluarga Cemara. 1) Frasa adjektiva berstruktur KS + Ps Terdiri atas KS sebagai unsur pusat diikuti Ps (penerang sifat) sebagai atribut: (1) Abah pesan tidak boleh malu, Abah akan marah sekali kalau Ara malu dan takut. Frasa adjektiva marah sekali yang berstruktur KS + Ps yakni adjektiva marah dan sekali merupakan unsur atribut yang hanya menjelaskan lebih tegas adjektiva marah sebagai unsur inti, berdasarkan makna menurut KBBI (2008:1267), marah adalah puas dan lega, tanpa rasa susah dan kecewa, dan sekali sebagai atribut yang menerangkan kata marah. Hal lain juga terlihat pada contoh berikut ini. (2) Ibu senang sekali, kalian sudah datang. Pada frasa senang sekali memiliki makna gramatikal sangat dan terlihat jelas bahwa yang menjadi unsur inti adalah adjektiva senang (diterangkan), dan kata sekali sebagai atribut yang menerangkan kata senang. Berdasarkan contoh tersebut dapat dilihat bahwa frasa pintar sekali, bersemangat sekali, dan bagus sekali memiliki makna gramatikal sangat. Pada frasa tersebut kata pintar, bersemangat, dan bagus merupakan unsur inti (yang diterangkan) yang menyatakan sikap batin dari frasa tersebut dan diikuti oleh kata sekali yang berkategori adverbia untuk menyatakan keadaan atau tindakan yang bertaraf tertinggi. 2) Frasa adjektiva berstruktur Ps + KS Terdiri atas Ps sebagai atribut diikuti ole KS sebagai unsur pusat. Dapat dilihat pada contoh berikut ini: (1) Rasanya bukan hanya Ara yang tidak mengenali dalam sekali pandang. Frasa sekali pandang berstruktur Ps + KS yakni adjektiva sekali dan pandang merupakan unsur atribut yang hanya menjelaskan lebih tegas adjektiva pandang sebagai unsur inti sedangkan sekali sebagai penerang sifat (Ps). Berdasarkan makna menurut KBBI (2008:1010), pandang adalah penglihatan yang tetap dan agak lama, dan sekali adalah satu kali. 3) Frasa adjektiva berstruktur KS + Pr + KS Menurut KBBI (2008:702) kiri merupakan arah, pihak, atau sisi bagian badan kita yang berisi jantung, selalu berbuat (bekerja) dengan tangan kiri. Sedangkan, kanan menurut KBBI (2008:615) merupakan arah, pihak, atau sisi bagian badan kita yang tidak berisi jantung, sisi (pihak) yang merupakan lawan dari kiri. Frasa adjektiva tersebut merupakan reduplikasi semantis. Dikatakan demikian karena kiri dan kanan merupakan arah yang berlawanan atau kata yang memiliki arti yang menunjukkan arah tapi berlawan (antonim). Contoh: Toh yang naik pesawat terbang hanya duduk di sayap, kiri dan kanan. Abah terlalu kaku dan keras. Hasil analisis tersebut menjelaskan bahwa frasa adjektiva kaku dan keras yang berstruktur KS + Pr + KS, yang mana KS adalah inti dari frasa, Pr adalah perangkai dan KS merupakan atribut, dengan kata lain frasa ini disebut adjektiva reduplikasi semantis. Dikatakan reduplikasi semantis, karena jika dilihat berdasarkan maknanya menurut KBBI (2008:606), kaku adalah keras tidak dapat dilenturkan. Sedangkan kata keras menurut KBBI (2008:676) adalah padat kuat dan tidak mudah berubah bentuknya atau tidak mudah pecah. 108

-Konferensi Nasional Bahasa dan Sastra III- 4) Frasa adjektiva berstruktur KS + KS Baiklah, Ibu Mariam menghela nafas. Tersenyum ramah. Hasil analisis pada contoh frasa tersebut menunjukkan frasa adjektiva yang berstruktur KS + KS. Yang menjadi inti yaitu tersenyum, sedangkan ramah merupakan unsur atribut. Bentuk lain struktur KS + KS adjektiva juga ditemukan, yakni adjektiva reduplikasi semantis. Reduplikasi semantis sebenarnya adalah reduplikasi sinonim. Frasa adalah satuan gramatikal yang berupa gabungan kata yang bersifat nonpredikatif, atau lazim juga disebut gabungan kata yang mengisi salah satu fungsi sintaksis di dalam kalimat (Chaer, 1994:22). Frasa adjektiva adalah satuan gramatikal yang terdiri atas dua kata atau lebih sedang intinya adalah adjektiva (sifat) dan satuan itu tidak membentuk klausa. Penggunaan frasa adjektiva yang diuraikan pada makalah ini antara lain empat struktur yaitu berstruktur KS + Ps, Ps + KS, KS + Pr + KS, dan KS + KS. 2. Jati Diri Bahasa Indonesia Dalam kamus besar bahasa Indonesia jati diri mempunyai pengertian yaitu ciri-ciri, gambaran, atau keadaan khusus seseorang atau suatu benda, identitas, inti, jiwa, semangat, dan daya gerak dari dalam, spiritualitas. Jadi jati diri adalah segala sesuatu yang dapat menunjukkan identitas, ciri-ciri atau apapun yang dapat menggambarkan keadaan seseorang atau suatu benda. Jati diri atau yang lazim juga disebut identitas merupakan ciri khas yang menandai seseorang, sekelompok orang, atau suatu bangsa. Jika ciri khas itu menjadi milik bersama suatu bangsa, hal itu tentu menjadi penanda jati diri bangsa tersebut. Seperti halnya bangsa lain, bangsa Indonesia juga memiliki jati diri yang membedakannya dari bangsa yang lain di dunia. Jati diri itu sekaligus juga menunjukkan keberadaan bangsa Indonesia di antara bangsa lain. Salah satu simbol jati diri bangsa Indonesia itu adalah bahasa, dalam hal ini tentu bahasa Indonesia. Hal itu sejalan dengan semboyan yang selama ini kita kenal, yaitu bahasa menunjukkan bangsa. Secara sederhana, bahasa dapat diartikan sebagai alat untuk menyampaikan sesuatu yang terlintas di dalam hati. Namun, lebih jauh bahasa bahasa adalah alat untuk berinteraksi atau alat untuk berkomunikasi, dalam arti alat untuk menyampaikan pikiran, gagasan, konsep atau perasaan. Bahasa adalah sebuah sistem, artinya, bahasa dibentuk oleh sejumlah komponen yang berpola secara tetap dan dapat dikaidahkan. Sistem bahasa berupa lambang-lambang bunyi, setiap lambang bahasa melambangkan sesuatu yang disebut makna atau konsep. Karena setiap lambang bunyi itu memiliki atau menyatakan konsep atau makna, maka dapat disimpulkan bahwa setiap ujaran bahasa memiliki makna. Bahasa berperan utama dalam pembentukan pengalaman atau pemahaman seseorang tentang alam semesta. Dengan pembentukan pengalaman dan pemahaman ini bahasa telah berperan dalam pembentukan jati diri seseorang atau suatu bangsa. Bahasa merupakan sistem arti dan bentuk yang diekspresikan dalam bunyi, tulisan, atau isyarat (Hallliday 2004, Martin 1992). Secara teknis linguistik ketiga elemen bahasa itu masing-masing disebut semantik (arti), tata bahasa atau leksikogramar (bentuk), dan ekspresi yang dapat berupa bunyi, tulisan, atau isyarat. Ketiga elemen itu merupakan strata dan membentuk hubungan semiotik. Dengan pengertian ini bahasa memiliki cakupan yang lebih luas dari pemahaman tradisional (yang memandang bahasa terfokus pada bunyi), yakni bahasa lisan, bahasa tulisan, atau bahasa isyarat. Setiap bahasa memiliki sistem semantik, leksikogramar dan ekspresi yang unik (di samping keuniversalan bahasa) yang membedakan satu bahasa dengan yang lain. Hal ini berimplikasi bahwa pengalaman atau pemahaman tentang realitas yang dibentuk dengan suatu bahasa berbeda dengan pengalaman atau pemahaman yang dibentuk dengan bahasa 109

-Konferensi Nasional Bahasa dan Sastra IIIlain. Dengan kata lain, bahasa merupakan sarana pembentukan jati diri seseorang atau suatu bangsa. Satu bangsa berbeda dengan yang lain karena persepsi bangsa itu terhadap alam dan sosial semesta berbeda dengan persepsi yang lain dan perbedaan persepsi itu akibat perbedaan bahasa. Bahasa merupakan elemen penting dalam kehidupan umat manusia. Karena bahasa merupakan alat komunikasi untuk berinteraksi satu sama lain. Itulah mengapa bahasa menjadi salah satu faktor krusial dalam kehidupan bermasyarakat di dunia. Secara historis, bahasa Indonesia merupakan bagian dari rumpun Melayu, karena bahasa Melayu merupakan cikal bakal adanya bahasa Indonesia. Bahasa Melayu sendiri mengalami penyebaran di beberapa Negara di Asia Tenggara, seperti Indonesia, Malaysia bahkan Filipina. Dengan berbagai faktor geogra is serta antropologis yang berbeda di tiap negara, maka bahasa Melayu pun mengalami asimilasi karena berbagai faktor tersebut, demikian pula dengan bahasa Melayu yang terasimilasi oleh berbagai faktor di Indonesia, sehingga muncullah bahasa Indonesia. Sebagai bahasa nasional. Bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional, seharusnya bukan hanya menjadi bahasa pemersatu bangsa yang hanya dijadikan alat komunikasi antar daerah yang memiliki perbedaan bahasa dengan daerah lain. Lebih dari itu, bahasa Indonesia harus mampu menjadi sebuah simbol dari jati diri bangsa yang bermartabat. Penutup Pemakaian frasa adjektiva membuat pengungkapan maksud dan tujuan menjadi lebih mengesankan, lebih hidup, lebih jelas dan menarik. Struktur frasa yang terdapat dalam penggunaan bahasa Indonesia, antara lain berstruktur KS + Ps, Ps + KS, KS + Pr + KS, dan KS + KS. Penggunaan frasa berstruktur KS + Ps, Ps + KS, KS+Pr+KS, dan KS + KS tersebut merupakan contoh pemanfaatan bentuk penggunaan frasa adjektiva yang menarik dan menimbulkan efek-efek estetis pada pembaca untuk membentuk jati diri bangsa. Dengan memilih dan memanfaatkan struktur frasa yang menarik sesuai dengan makna kalimat akan menperkuat jati diri bahasa Indonesia. Sangat disadari bahwa pembahasan ini masih belum mendekati kesempurnaan. Perlu pengkajian lebih lanjut tentang penggunaan frasa adjektiva dalam sebuah karya sastra khususnya novel masih sangat banyak yang tidak mampu dibahas secara keseluruhan. Oleh karena itu, disarankan kepada civitas adakemik yang ingin mengangkat objek yang sama atau bahkan karya lain dari penulis tersebut agar kiranya kemudian dapat mengkaji permasalahan sehubungan dengan tingkat keterbacaan singkat dengan analisis yang berbeda. Misalnya saja melihat penggunaan adjektiva dalam novel segi perilaku semantik. Tingkat keterbacaan tersebut dikaitkan dengan konteks penggunaan menarik untuk dikaji dan hasilnya dapat menambah wawasan dalam tata bahasa, khususnya jati diri bahasa Indonesia. Daftar Pustaka Alwi, Hasan, dkk, 2003. Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka. Baehaqie, Imam. 2008. Sintaksis : Teori dan Analisisnya. Yogyakarta : Pustaka Pelajar. Chaer, Abdul. 1994. Linguistik Umum. Jakarta : PT Rineka Cipta. Chaer, Abdul. 2006. Tata Bahasa Praktis bahasa Indonesia. Jakarta: Rineka Cipta. Junus, Andi Muhammad & Junus, Andi Fatimah.2009.Pembentukan Kalimat Bahasa Indonesia. Makassar: Badan Penerbit Universitas Negeri Makassar. Kridalaksana, Harimurti. 19855. Tata Bahasa Deskriptif Bahasa Indonesia. Jakarta: Depdikbud. 110

-Konferensi Nasional Bahasa dan Sastra III- Kridalaksana, Harimurti. 2005. Kelas Kata dalam Bahasa Indonesia. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama. Nurgiyantoro, Burhan. 2000. Teori Pengkajian Fiksi. Yogyakarta: Gaja Mada Universitas Press. Ramlan, M. 1987. Sintaksis. Yogyakarta : CV Karyono. Veerhar, J.W.M. 1999. Asas-asas Linguistik Umum. Yogyakarta: Gajah Mada University Press 111