BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II TINJAUAN PUSTAKA. melebihi daya dukung tanah yang diijinkan (Sukirman, 1992).

berlemak, larut dalam CCU serta tidak larut dalam air. Jika dipanaskan sampai suatu

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB III LANDASAN TEORI. bergradasi baik yang dicampur dengan penetration grade aspal. Kekuatan yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kerusakan yang berarti. Agar perkerasan jalan yang sesuai dengan mutu yang

1. Kontruksi Perkerasan Lentur (Flexible Pavement)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Berdasarkan bahan pengikatnya konstmksi perkerasanjalan dapat dibedakan atas:

sampai ke tanah dasar, sehingga beban pada tanah dasar tidak melebihi daya

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dikenal dengan istilah lateks. Di dalam lateks terkandung 25-40% bahan karet

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II STUDI PUSTAKA

TKS 4406 Material Technology I

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL HALAMAN PENGESAHAN HALAMAN PERSETUJUAN HALAMAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN ABSTRAK ABSTRACT KATA PENGANTAR DAFTAR TABEL

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB III LANDASAN TEORI. dari campuran aspal keras dan agregat yang bergradasi menerus (well graded)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang terletak pada lapis paling atas dari bahan jalan dan terbuat dari bahan khusus

BAB III LANDASAN TEORI

3.1 Lataston atau Hot Rolled Sheet

BAB I PENDAHULUAN. Peningkatan jumlah penduduk dan kemajuan teknologi pada zaman sekarang,

KINERJA CAMPURAN SPLIT MASTIC ASPHALT SEBAGAI LAPISAN WEARING COURSE (WC)

KAJIAN LABORATORIUM PENGGUNAAN MATERIAL AGREGAT BERSUMBER DARI KAKI GUNUNG SOPUTAN UNTUK CAMPURAN BERASPAL PANAS

DAFTAR LAMPIRAN DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR NTISARI BAB I PENDAHULUAN 1

BAB II LANDASAN TEORI

PERBANDINGAN KARAKTERISTIK AGREGAT KASAR PULAU JAWA DENGAN AGREGAT LUAR PULAU JAWA DITINJAU DARI KEKUATAN CAMPURAN PERKERASAN LENTUR

NILAI KEHANCURAN AGREGAT (AGGREGATE CRUSHING VALUE) PADA CAMPURAN ASPAL

PENGARUH KEPIPIHAN DAN KELONJONGAN AGREGAT TERHADAP PERKERASAN LENTUR JALAN RAYA ABSTRAK

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Jurnal Sipil Statik Vol.3 No.4 April 2015 ( ) ISSN:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Pekerasan Jalan

ASPEK GEOTEKNIK PADA PEMBANGUNAN PERKERASAN JALAN

BAB I PENDAHULUAN. agregat, dan agregat berperan sebagai tulangan. Sifat-sifat mekanis aspal dalam

Vol.16 No.2. Agustus 2014 Jurnal Momentum ISSN : X

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. Dalam campuran beraspal, aspal berperan sebagai pengikat atau lem antar partikel

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Lapisan Antara (Asphalt Concrete-Binder Course) Salah satu produk campuran aspal yang kini banyak digunakan oleh

TINJAUAN PUSTAKA. perkerasan lentur, perkerasan kaku, dan perkerasan komposit. Secara umum

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BABII TINJAUAN PUSTAKA

Perbandingan Kekerasan Kaku I Gusti Agung Ayu Istri Lestari 128

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 4.1. Hasil Pemeriksaan Agregat dari AMP Sinar Karya Cahaya (Laboratorium Transportasi FT-UNG, 2013)

lapisan dan terletak di atas tanah dasar, baik berupa tanah asli maupun timbunan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

melalui daerah berbentuk kerucut di bawah roda yang akan mengurangi tegangan

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI

Gambar 2.1 Lapis Perkerasan Jalan

BAB II KERANGKA TEORITIS. terletak diantara lapisan dasar tanah dan roda kendaraan, yang berfungsi

BAB I PENDAHULUAN. Campuran beraspal adalah suatu kombinasi campuran antara agregat dan aspal.

BAB II Tinjauan Pustaka TINJAUAN PUSTAKA. A. Perkerasan Jalan

PENGARUH VARIASI KANDUNGAN BAHAN PENGISI TERHADAP KRITERIA MARSHALL PADA CAMPURAN LAPIS ASPAL BETON-LAPIS ANTARA BERGRADASI HALUS

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

Alik Ansyori Alamsyah Fakultas Teknik Jurusan Teknik Sipil Universitas Muhammadiyah Malang

BAB I PENDAHULUAN. golongan, yaitu : struktur perkerasan lentur (Flexible Pavement) dan struktur

BAB III LANDASAN TEORI

KEUNTUNGAN DAN KERUGIAN FLEXIBLE PAVEMENT DAN RIGID PAVEMENT. Oleh : Dwi Sri Wiyanti

DR. EVA RITA UNIVERSITAS BUNG HATTA

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA. mengizinkan terjadinya deformasi vertikal akibat beban lalu lintas yang terjadi.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Jalan raya merupakan prasaranan perhubungan untuk melewatkan lalu lintas

PENGGUNAAN GILSONITE SEBAGAI ZAT ADITIF PADA PERKERASAN LENTUR JALAN RAYA MENGGUNAKAN SPESIFIKASI HRS - WC

I. PENDAHULUAN. pelayanan kesehatan, pendidikan, dan pekerjaan. Ketersediaan jalan adalah

ANALISIS KARAKTERISTIK CAMPURAN ASPHALT CONCRETE- BINDER COURSE (AC-BC) DENGAN MENGGUNAKAN ASPAL RETONA BLEND 55 TUGAS AKHIR

Agus Fanani Setya Budi 1, Ferdinan Nikson Liem 2, Koilal Alokabel 3, Fanny Toelle 4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB III LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

LAPISAN STRUKTUR PERKERASAN JALAN

KAJIAN KINERJA CAMPURAN BERASPAL PANAS JENIS LAPIS ASPAL BETON SEBAGAI LAPIS AUS BERGRADASI KASAR DAN HALUS

JENIS KERUSAKAN JALAN PADA PERKERASAN LENTUR LOKASI CIRI CIRI PENYEBAB AKIBAT CARA PENANGANAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Perkerasan Jalan

BAB III LANDASAN TEORI

KARAKTERISTIK MARSHALL ASPHALT CONCRETE-BINDER COURSE (AC-BC) DENGAN MENGGUNAKAN LIMBAH BETON SEBAGAI PENGGANTI SEBAGIAN AGREGAT KASAR

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. menghasilkan suatu perkerasan yang tidak stabil.

PENGARUH VARIASI RATIO FILLER-BITUMEN CONTENT PADA CAMPURAN BERASPAL PANAS JENIS LAPIS TIPIS ASPAL BETON-LAPIS PONDASI GRADASI SENJANG

perkerasan dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya, ukuran dan gradasi,

TINJAUAN STABILITAS PADA LAPISAN AUS DENGA MENGGUNAKAN LIMBAH BETON SEBAGAI PENGGANTI SEBAGIAN AGREGAT KASAR

gambar 3.1. teriihat bahwa beban kendaraan dilimpahkan ke perkerasan jalan

PENGARUH KEPADATAN MUTLAK TERHADAP KEKUATAN CAMPURAN ASPAL PADA LAPISAN PERMUKAAN HRS-WC

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. akibat dari pembebanan pada perkerasan ketanah dasar (subgrade) tidak melampaui

BAB 1. PENDAHULUAN. Perkerasan jalan merupakan lapisan perkerasan yang terletak diantara

BAB IV HASIL DAN ANALISA DATA. penetrasi, uji titik nyala, berat jenis, daktilitas dan titik lembek. Tabel 4.1 Hasil uji berat jenis Aspal pen 60/70

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. proporsi tertentu yang dicampur merata dan dilapis dengan hotmix aspal yang telah

PENGARUH PENGGUNAAN AGREGAT HALUS (PASIR BESI) PASUR BLITAR TERHADAP KINERJA HOT ROLLED SHEET (HRS) Rifan Yuniartanto, S.T.

ANALISA KARAKTERISTIK CAMPURAN ASPAL EMULSI DINGIN DAN PERBANDINGAN STABILITAS ASPAL EMULSI DINGIN DENGAN LASTON

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. tahun ke tahun makin meningkat. Laston (Asphalt Concrete, AC) yang dibuat sebagai

BAB III LANDASAN TEORI. perkerasan konstruksi perkerasan lentur. Jenis perkersana ini merupakan campuran

EFEK PEMAKAIAN PASIR LAUT SEBAGAI AGREGAT HALUS PADA CAMPURAN ASPAL PANAS (AC-BC) DENGAN PENGUJIAN MARSHALL

PENGARUH PERUBAHAN RASIO ANTARA FILLER DENGAN BITUMEN EFEKTIF TERHADAP KRITERIA MARSHALL PADA CAMPURAN LASTON JENIS LAPIS AUS

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Jalan merupakan prasarana transportasi darat yang memiliki peranan yang

Kamidjo Rahardjo Dosen Teknik Sipil FTSP ITN Malang ABSTRAKSI

PENGARUH LIMBAH BAJA ( STEEL SLAG ) SEBAGAI PENGGANTI AGREGAT KASAR NO. ½ DAN NO.8 PADA CAMPURAN HRS-WC TERHADAP KARAKTERISTIK MARSHALL 1

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Jalan

TINGKAT KEMUDAHAN MEMENUHI SPESIFIKASI PADA BERBAGAI JENIS CAMPURAN PANAS ASPAL AGREGAT.

Spesifikasi lapis tipis aspal pasir (Latasir)

Transkripsi:

6 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 PENGERTIAN UMUM Perkerasan jalan merupakan suatu konstruksi yang terdiri dari beberapa lapisan konstruksi jalan yang memikul dan menyebarkan beban lalu lintas di atasnya ke tanah dasar. Perkerasan jalan yang saat ini digunakan umumnya ada dua, yaitu: perkerasan kaku dan perkerasan lentur. Namun, ada juga yang menggunakan kombinasi dari kedua jenis perkerasan tersebut. Perkerasan tersebut dinamakan perkerasan komposit. 2.2 JENIS JENIS PERKERASAN 2.2.1 Perkerasan Kaku Perkerasan kaku umumnya hanya terdiri dari dua lapis, yaitu: pelat beton dan pondasi bawah (subbase). Namun lapisan beraspal kadang kadang masih digunakan untuk melapisi permukaan pelat beton (perkerasan komposit). Komponen perkerasan kaku dapat ditunjukkan pada Gambar 2.1 berikut. Gambar 2.1 Komponen Perkerasan Kaku Fungsi lapis pondasi pondasi bawah pada perkerasan kaku:

7 - Mengendalikan pengaruh pemompaan (pumping) - Mengendalikan aksi pembekuan - Sebagai lapisan drainase - Mengendalikan kembang susut tanah dasar - Memudahkan pelaksanaan, karena dapat juga berfungsi sebagai lantai kerja - Mengurangi terjadinya retak pada pelat beton 2.2.2 Perkerasan Lentur Perkerasan lentur terdiri dari tiga lapisan utama, yaitu: lapis permukaan (surface course), lapis pondasi (base course) dan lapis pondasi bawah (subbase course). Ketebalan ketiga lapisan ini yang menjadi kekuatan dari perkerasan lentur. Komponen perkerasan lentur dapat ditunjukkan pada Gambar 2.2 berikut. Gambar 2.2 Komponen Perkerasan Lentur 1. Lapis permukaan (surface course) Lapis permukaan berfungsi untuk memberikan keamanan dan permukaan yang rata. Syarat-syarat yang harus dipenuhi oleh lapis permukaan adalah: - Mempunyai kekesatan atau ketahanan terhadap gelinciran.

8 - Mampu menahan beban kendaraan dan deformasi permanen. - Dapat mencegah masuknya air ke dalam struktur perkerasan. Agar lapis permukaan memenuhi syarat diatas, maka campuran yang digunakan harus memiliki sifat: stabilitas, kelenturan, awet, tahan terhadap penggelinciran, kedap air, mudah dikerjakan, dan tahan terhadap kelelahan (fatique). Karakteristik permukaan akan lebih ditentukan terutama oleh jumlah kendaraan dan kondisi iklim daripada oleh beban maksimum yang diharapkan bekerja di permukaan perkerasan. Banyak persyaratan struktural dan fungsional telah diberikan pada lapis permukaan. Karena banyaknya material aspal yang tersedia untuk pembangunan jalan dan fleksibilitas dari cara pelaksanaannya, maka beberapa macam permukaan aspal dapat dibangun. Macan-macam tipe permukaan bergantung pada beban yang akan bekerja di permukaan perkerasan dan juga ketersediaan bahan. Lapis permukaan terbagi menjadi: - Lapis aus (wearing course) Merupakan lapisan diatas lapis pondasi. - Lapis pengikat (binder course) Merupakan lapisan transisi antara lapis pondasi dan lapis permukaan. 2. Lapis pondasi (base course) Lapis pondasi digunakan dalam perkerasan lentur untuk menambah kekuatan perkerasan melalui:

9 - Penambahan kekakuan dan ketahanan terhadap kelelahan (fatique) - Pembentukkan lapisan yang relatif lebih tebal, sehingga beban yang diterima perkerasan lebih menyebar. Fungsi lapis pondasi adalah: - Mendistribusikan tekanan akibat beban-beban lalu lintas agar tanah dasar tidak mengalami terkanan yang berlebih. - Sebagai dasar perletakkan lapis permukaan. Yang menjadi pertimbangan utama dalam perancangan lapis pondasi: - Ketebalan - Stabilitas terhadap beban lalu lintas - Ketahanan terhadap pelapukan Lapis pondasi harus mempunyai tahanan yang lebih tinggi terhadap deformasi dibandingkan dengan tanah dasar. Selain itu, lapis pondasi juga harus tahan terhadap pelapukan, karena lapis pondasi ini kurang terlindung dibandingkan dengan tanah dasar. Material yang stabilitasnya dipengaruhi oleh air harus tidak dipakai untuk lapis pondasi. Lapisan ini dapat menambah kekuatan struktur perkerasan, akan tetapi kontribusi terhadap perkerasan tidak begitu besar. Lebar lapis pondasi dibuat melebihi tepi dari lapis aus. hal ini bertujuan untuk meyakinkan kemungkinan adanya beban yang bekerja di tepi perkerasan yang akan didukung oleh lapisan dibawahnya. Bahan-bahan lapis pondasi harus cukup kuat dan awet, sehingga dapat menahan beban-beban yang bekerja

10 di bawahnya. Oleh karena itu, sebelum menentukan bahan-bahan untuk lapis pondasi, maka perlu dilakukan pengujian bahan. 3. Lapis pondasi bawah (subbase course) Fungsi dari lapis pondasi bawah: - Sebagai bahan dari struktur perkerasan untuk mendukung dan menyebarkan beban kendaraan. - Sebagai efisiensi penggunaan material, agar lapisan-lapisan yang lain dapat dikurangi tebalnya sehingga lebih hemat biaya. - Untuk mencegah material tanah dasar masuk ke dalam lapis pondasi. - Sebagai lapisan pertama agar pelaksanaan pembangunan jalan berjalan dengan lancar. Lapis pondasi bawah terdiri dari material pilihan, seperti kerikil alam yang stabil (awet), hanya material ini mungkin tidak sepenuhnya memenuhi syarat karakteristik seperti yang disyaratkan dalam lapis pondasi (base). Maksud penggunaan lapis pondasi bawah adalah untuk membentuk lapisan perkerasan yang relatif cukup tebal, tapi dengan biaya yang cukup murah. Dengan demikian kualitas lapis pondasi bawah dapat bervariasi, sejauh persyaratan tebal rancangan terpenuhi. Umumnya, penentuan persyaratan kepadatan dan kadar air ditentukan dari hasil-hasil uji laboratorium atau lapangan. Lapis pondasi bawah yang diletakkan di atas tanah dasar yang lunak, berguna untuk menutup tanah dasar tersebut agar mempunyai kapasitas dukung yang cukup. Dengan ini, alat berat dapat bekerja dengan baik saat pelaksanaan.

11 Kapasitas dukung perkerasan lentur murni, bergantung pada karakteristik distribusi beban dari sistem lapisan pembentuknya. Perkerasan lentur terdiri dari beberapa lapisan dengan material yang berkualitas tinggi diletakkan di dekat permukaan. Jadi kekuatan perkerasan lentur adalah lebih dihasilkan dari kerjasama lapisan yang tebal dalam menyebarkan beban ke tanah dasar (subgrade) daripada dihasilkan oleh aksi perlawanan pelat terhadap beban. Perancangan tebal perkerasan dipengaruhi oleh kekuatan tanah dasar. Jika perkerasan aspal mempunyai kekakuan tinggi, maka dapat berprilaku seperti perkerasan kaku dan kelelahan (fatique) pada permukaan perkerasan menjadi faktor yang menentukan. Tabel 2.1 Perbandingan Perkerasan Kaku dan Perkerasan Lentur No Perkerasan Kaku Perkerasan Lentur 1 2 Komponen perkerasan terdiri dari pelat beton yang terletak di tanah atau lapisan material granuler pondasi bawah Kebanyakan digunakan untuk jalan kelas tinggi Komponen perkerasan terdiri dari lapis aus, lapis pondasi dan lapis pondasi bawah Digunakan untuk semua kelas jalan dan tingkat volume lalu lintas 3 Pencampuran adukan beton mudah Pengontrolan campuran aspal lebih rumit dikontrol 4 5 6 7 8 9 Umur rencana dapat mencapai 40 tahun Lebih tahan terhadap drainase buruk Biaya awal pembangunan lebih tinggi Biaya pemeliharaan kecil Kekuatan perkerasan lebih ditentukan oleh kekuatan pelat beton Tebal struktur perkerasan adalah tebal pelat betonnya Umur rencana lebih pendek dari perkerasan kaku yaitu sekitar 20 tahun Kurang tahan terhadap drainase buruk Biaya awal pembangunan lebih murah Biaya pemeliharaan lebih besar Kekuatan perkerasan ditentukan oleh kerja sama setiap komponen lapisan perkerasan Tebal perkerasan adalah seluruh lapisan pembentuk perkerasan di tanah dasar

12 Campuran aspal yang nantinya akan digunakan dalam perkerasan jalan terdiri dari aspal, agregat (kasar & halus) dan dapat juga ditambahkan bahan tambahan yang berfungsi untuk menambah kekuatan campuran aspal. Perkerasan lentur terdiri dari lapisan lapisan yang disusun diatas tanah dasar. Lapisan lapisan tersebut yang akan menerima dan menyalurkan beban ke lapisan yang ada di bawahnya. Pada gambar 2.3 dapat terlihat bahwa beban kendaraan didistribusikan ke perkerasan jalan melalui bidang kontak roda yang berupa beban merata (P1). Beban tersebut diterima oleh lapisan permukaan dan didistribusikan menjadi P2 pada lapisan pondasi atas. Lalu P2 didistribusikan lagi ke lapis pondasi bawah menjadi P3 dan P3 didistribusikan lagi menjadi P4 di lapis tanah dasar. Gambar 2.3 Pola Distribusi Beban Roda ke Perkerasan Jalan

13 2.3 MATERIAL 2.3.1 Aspal Pengikat (binder) adalah suatu deskripsi untuk adhesif atau lem yang digunakan dalam perkerasan aspal. pengikat atau lem cair dapat didefinisikan sebagai pengikat ter dan aspal. Aspal merupakan material hasil penyaringan minyak mentah dan merupakan hasil dari industri perminyakan. Aspal digunakan untuk perekat, berwarna coklat gelap sampai hitam. Jika dipanaskan pada suhu tertentu maka aspal akan cair sedangkan pada suhu ruang bentuk aspal akan berbentuk padat. Bahan utama dari aspal adalah Hydrokarbon (bitumen). Aspal didapat dari hasil destilasi minyak bumi (aspal buatan), selain itu terdapat pula aspal alam. Sebelum digunakan, maka aspal perlu menjalani beberapa pengujian yang akan menyatakan bahwa aspal tersebut layak untuk digunakan. Pengujian tersebut diantaranya: pemeriksaan titik lembek aspal dan pemeriksaan penetrasi aspal. 2.3.1.1. Jenis Jenis Aspal Menurut asal terjadinya, aspal dapat dibagi menjadi dua kelompok, yaitu: - Aspal alam Merupakan aspal yang diperoleh langsung dari alam. Aspal ini dapat dibedakan lagi menjadi aspal gunung dan aspal danau. - Aspal buatan Merupakan aspal yang dibuat dengan cara memproses residu hasil destilasi minyak bumi. Residu tersebut dapat dibedakan menjadi: asphaltic base crude oil, parafin base crude oil dan mixed base

14 crude oil. Dari ketiga residu tersebut, asphaltic base crude oil yang memiliki kadar aspal yang paling besar. Aspal buatan dapat dibedakan menjadi: aspal minyak (berasal dari penyulingan minyak bumi) dan ter (berasal dari penyulingan batu bara). Ada beberapa tipe aspal: - Semen aspal (Asphalt cement) Semen aspal pada suhu ruang yaitu sekitar 20 C - 30 C berbentuk padat. Dalam perkerasan jalan, semen aspal ini merupakan material semi padat yang digunakan untuk membuat aspal panas (hot mix), untuk perawatan permukaan perkerasan, lapisan penutup (seal coat) dan pengisi retakan (crack filling). Macam-macan kualitas sistem digunakan untuk menspesifikasikan semen aspal dengan kekerasannya (hardness), kekentalan (viscosity) dan karakteristik kinerja yang diinginkan. bahan tambah dapat dikombinasikan dengan aspal semen untuk merubah sifatnya. Pengelompokan semen aspal dilakukan berdasarkan nilai penetrasi tempratur 25 C atau berdasarkan kekentalannya. Di Indonesia, semen aspal biasanya dibedakan atas nilai penetrasinya sbb: AC pen 40/50, yaitu semen aspal dengan penetrasi 40 50 AC pen 60/70, yaitu semen aspal dengan penetrasi 60 70 AC pen 80/100, yaitu semen aspal dengan penetrasi 80 100 AC pen 120/150, yaitu semen aspal dengan penetrasi 120 150

15 AC pen 200/300, yaitu semen aspal dengan penetrasi 200 300 Semen aspal dengan penetrasi rendah digunakan di daerah yang bercuaca panas dengan volume lalu lintas yang tinggi, sedangkan aspal dengan penetrasi tinggi digunakan di daerah yang bercuaca dingin dan bervolume lalu lintas rendah. - Cutback asphalt Pada pekerjaan jalan yang sederhana akan lebih menguntungkan jika menggunakan aspal dalam keadaan cair pada suhu yang relative lebih rendah dibandingkan dengan aspal penetrasi bermutu tinggi. Aspal cutback merupakan aspal semen yang dicampurkan dengan minyak yang mudah menguap yang dihasilkan dari destilasi tahap pertama dalam produksi aspal. Aspal cutback ini dibuat dengan tujuan untuk menghasilkan aspal cair yang dapat dikerjakan dengan peralatan tanpa menggunakan suhu yang tinggi. Dengan demikian, jika aspal ini dihamparkan pada jalan, maka cairan pelarut akan menguap dan aspal semen akan tertinggal. Ada beberapa jenis cutback asphalt : Aspal cutback tipe ikatan cepat (rapid curing, RC) Dibuat dengan melarutkan aspal dengan naptha atau semacam bensin (gasoline). Merupakan suatu aspal dasar yang penetrasinya sekitar 70 110 pada 77 F. Dengan menggunakan aspal dasar yang

16 berkonsistensi seperti ini, residu aspal yang tinggal sesudah terjadinya penguapan akan mempunyai penetrasi sekitar 80 120 pada 77 F. Pengontrolan yang cermat pada cairan naptha akan menjaga titik nyala material di atas 80 F. Aspal cutback tipe ikatan sedang (MC) Aspal ini dibuat dengan mencairkan aspal dasar yang mempunyai penetrasi 70 250 pada 77 F, dengan larutan semacam minyak tanah (kerosene). Pada banyak spesifikasi, sesudah dilakukan uji destilasi, maka material ini harus meninggalkan residu yang mempunyai penetrasi sekitar 120 250. Jadi ada 2 perbedaan menonjol pada aspal cair RC dan MC, yaitu: aspal cutback RC mempunyai aspal dasar keras dengan pelarut yang akan menguap pada suhu rendah dengan menhasilkan material ikatannya cepat. Aspal cutback MC mempunyai aspal dasar lebih lunak dan kurang mudah menguap dan akan menghasilkan ikatan dengan kecepatan lebih rendah dari material RC. Aspal cutback tipe ikatan lambat (slow curing, SC) Aspal jenis ini biasanya tidak disebut cutback karena pelarutnya mendekati seperti minyak bahan baker berat (heavy fuel oil). setiap tipe tersedia dalam empat macam kekentalan. Kekentalan cairan umunya bekisar dari grade 70, yang berisi banyak pelarut dan yang paling cair sampai grade 3000 yang berisi sedikit pelarut dan agak kental.

17 - Aspal emulsi (Asphalt emulsion) Secara umum emulsi diartikan sebagai sistem dispersi antara dua bahan zat cair yang tidak saling melarut. Salah satu zat cair itu terdispersi dalam zat cair yang lain dalam bentuk butir-butir yang sangat halus. Biasanya emulsi terdiri dari minyak dan air. Kalau fase dispersi terdiri atas minyak, emulsi disebut minyak dalam air, dan juga sebaliknya. Agar diperoleh emulsi yang stabil, biasanya ditambahkan zat pengemulsi seperti sabun dan deterjen lain dalam jumlah sedikit. Emulsi aspal pada umumnya terdiri dari tiga unsur dasar yaitu aspal, air dan bahan emulsi. Namun kadang-kadang emulsi dapat berupa bahan tambah lain antara lain antistrips, stabiliser, dll. Adapun keuntungan dalam menggunakan emulsi aspal: Dapat digunakan pada agregat yang dingin maupun panas Dapat digunakan dengan agregat basah maupun kering Menghilangkan resiko kebakaran dan timbulnya bahan beracun yang mungkin ditemui dalam penggunaan aspal cutback 2.3.1.2. Karakteristik Aspal Agar aspal dapat digunakan dalam perkerasan, maka harus dalam keadaan cair. untuk membuat aspal menjadi cair, maka harus dilakukan: - Memanaskan

18 - Melarutkan dengan larutan minyak yang disebut dengan aspal cutback (cutback asphalt) - Mengkombinasikan dengan air yang disebut dengan emulsi aspal (asphalt emulsion) Penggunaan aspal dalam perkerasan jalan raya harus memperhatikan hal-hal berikut: - Suhu saat aspal mulai menyala. Hal ini terkait dengan batas pemanasan izin dengan tanpa menimbulkan bahaya kebakaran. - Suhu pada saat aspal mulai meleleh. Hal ini terkait dengan proses pencampuran, penghamparan dan pemadatan. - Penetrasi aspal. Hal ini terkait dengan lokasi penggunaan aspal. jenis struktur yang ditangani dan kepadatan lalu lintas. - Kehilangan berat akibat pemanasan. Hal ini terkait dengan pencegahan kerapuhan aspal. Kekerasan aspal dinyatakan dengan angka penetrasinya. semakin besar angka penetrasinya, maka tingkat kekerasannya makin rendah karena lembak. Sebagai bahan untuk campuran perkerasan, aspal harus mempunyai kinerja, kekuatan dan keawetan yang memadai. Oleh karena itu pemilihan jenis aspal harus meninjau dari segi jenis, sifat dan maksud penggunaan yang terkait dengan syarat teknis dan kondisi di lapangan.

19 Sifat fisik aspal yang diperhitungkan dalam perancangan pembangunan dan pemeliharaan adalah: - Daya tahan atau keawetan (durability), yaitu kemampuan aspal dalam mempertahankan sifat aslinya oleh akibat pengaruh cuaca. - Adhesi dan kohesi. Adhesi adalah kemampuan aspal dalam mengikat agregat campuran, sehingga menghasilkan ikatan yang baik. Kohesi adalah kemampuan aspal untuk tetap mempertahankan ikatan aspal dengan aspal yang melekat pada agregat, sehingga agregat tetap di tempatnya. - Peka terhadap temperatur, karena aspal bersifat termoplastik yaitu aspal akan menjadi keras jika berada pada suhu rendah dan akan menjadi cair jika berada pada suhu yang tinggi. Aspal dibutuhkan dalam jumlah tertentu untuk mengikat partikel-partikel agregat, mengisi rongga antar agregat. Kadar aspal yang rendah dalam campuran akan mengurangi keawetan, kelenturan, kekuatan, kekedapan terhadap air dan mengurangi kemudahan dalam pengerjaan (workability). Akan tetapi bila terlalu banyak juga akan mengakibatkan stabilitas dan kekakuan campuran yang rendah.

20 2.3.2 Agregat Agregat merupakan batuan yang menjadi komponen utama dari lapisan perkerasan jalan. Kekuatan suatu perkerasan jalan ditentukan juga oleh sifat dan bentuk dari agregat yang menyusunnya. Ada beberapa jenis batuan, yaitu: - Batuan sedimen Merupakan batuan yang terbentuk dari akumulasi sedimen yang terbawa oleh air atau angin. Umumnya batuan sedimen memiliki struktur yang berlapislapis. - Batuan metamorf Merupakan batuan yang terbentuk dari salah satu batuan sedimen atau batuan igneous yang mengalami tekanan atau pemanasan yang sangat hebat. - Batuan igneous Merupakan batuan yang terbentuk melalui pendinginan dan pembekuan dari lelehan magma yang dimuntahkan ke permukaan bumi. Agregat yang biasa digunakan pada perkerasan jalan ada yang diperoleh langsung dari alam maupun dari hasil pengolahan oleh mesin. Agregat yang digunakan dalam campuran aspal ada 3 macam, yaitu: - Agregat kasar: merupakan batuan yang tertahan saringan no.8 (diameter 2.36 mm) - Agregat halus: merupakan batuan yang lolos saringan no.8 (diameter 2.36 mm) dan tertahan saringan no.200 (diameter 0.075 mm)

21 - Abu / bahan pengisi (filler): merupakan batuan halus yang lolos saringan no.200 (diameter 0.075 mm) Bahan pengisi (filler) yang merupakan material berbutir halus dapat terdiri dari debu batu, kapur padam, semen portland, maupun bahan-bahan non plastis lainnya. Bahan pengisi harus kering dan bebas dari bahan lain yang mengganggu. Bahan pengisi ini memiliki fungsi: Sebagai pengisi rongga antara partikel agregat yang lebih kasar, sehingga rongga udara menjadi lebih kecil dan menghasilkan tahanan gesek serta penguncian antar butiran yang tinggi. Dengan demikian akan meningkatkan stabilitas campuran. Jika ditambahkan ke dalam aspal, bahan pengisi akan menjadi suspensi, sehingga terbentuk mastik yang besama-sama dengan aspal mengikat partikel agregat. Dengan penambahan bahan pengisi, aspal menjadi lebih kental dan campuran agregat aspal menjadi bertambah kekuatannya. Pada dasarnya terdapat 3 macam agregat, yaitu: batu pecah, kerikil dan pasir. Batu pecah adalah batu dari batuan dasar (bed rock) atau boulder yang dipecah secara mekanis. Adapun sifat-sifat yang penting dari agregat yang dapat mempengaruhi kinerja perkerasan aspal adalah: - Gradasi dan bentuk butiran Bentuk butiran yang dimiliki oleh agregat ada bermacam-macam, antara lain: kubikal, panjang, pipih dan bulat. Gardasi yang baik dan bentuk butiran yang

22 bergerigi/tak beraturan, umumnya mempunyai tahanan geser yang tinggi. Agregat berbentuk bulat tidak cocok untuk perkerasan dengan volume lalu lintas tinggi atau lalu lintas dengan beban berat, hal ini karena agregat bulat mudah berdeformasi. - Kekerasan Kekerasan agregat diukur dari persen kehilangan material selama dilakukan uji abrasi (uji Los Angeles Abrasion). Kehilangan maksimum yang diijinkan adalah 35% untuk lapis permukaan dan 45% untuk lapis pondasi. Uji abrasi Los Angeles mengukur tahanan agregat kasar terhadap degradasi akibat abrasi dan tumbukan. - Keawetan (durability) Keawetan sama dengan kekerasan dengan ditambahkan syarat bahwa agregat harus tahan terhadap degradasi akibat perubahan cuaca. - Tekstur permukaan Tekstur suatu agregat menentukan kemudahan dalam pengerjaan (workability) dan keawetan campuran beraspal. Agregat halus akan lebih mudah diselimuti oleh aspal dan campuran menjadi lebih mudah dikerjakan, tapi tekstur agregat yang lebih kasar akan membentuk ikatan yang lebih kuat dengan aspal sehingga akan menambah kekuatan campuran. - Kebersihan Suatu agregat dikatakan bersih apabila tidak terdapat material yang dapat merusak agregat tersebut, misalnya: gumpalan lempung, serpih, mika, dll. Kebersihan juga mencakup pembersihan debu yang timbul saat pemecahan agregat.

23 - Penyerapan Penyerapan agregat adalah jumlah air yang diserap oleh agregat ketika direndam. Agregat yang baik adalah agregat yang angka penyerapannya kecil. Bila agregat yang penyerapannya besar maka aspal akan banyak diseap ketika pencampuran dilakukan dan akibatnya aspal yang dijadikan pengikat menjadi berkurang. - Adhesi Adhesi adalah daya tarik menarik agregat terhadap aspal. Aspal harus dapat malapisi permukaan agregat dan tidak tergradasi oleh akibat adanya air. - Tahanan gelincir / kekesatan Tahanan gelincir sangat dipengaruhi oleh tekstur agregat, khususnya agregat kasar. Kekesatan sebenarnya adalah tahanan agregat terhadap pengikisan permukaan. Untuk dapat memulai mix desain maka diperlukan komposisi agregat baik kasar dan halus. Agar dapat membedakan antara agregat kasar dan agregat halus, maka perlu dilakukan pemeriksaan gradasi dengan menggunakan metode Sieve Analysis. Gradasi yang nantinya akan didapatkan dari hasil Sieve Analysis, yaitu: - Gradasi seragam Dikatakan gradasi seragam bila agregat tersebut memiliki ukuran yang hampir sama. Selain itu jumlah agregat halus yang terkandung sedikit sehingga terdapat rongga diantara agregat tersebut. Gradasi ini akan mudah

24 untuk dimasuki oleh air, sedangkan hasil yang didapat akan memiliki permeabilitas tinggi dan stabilitas yang kurang. - Gradasi baik/rapat Dikatakan gradasi baik bila komposisi antara agregat kasar dan agregat halus berimbang. Rongga yang terdapat pada agregat-agregat tersebut minim karena akan terisi oleh agregat halus. Dari gradasi ini akan diperoleh hasil perkerasan yang memiliki stabilitas yang tinggi dan tahan terhadap deformasi. - Gradasi buruk Yang termasuk di dalam gradasi ini adalah agregat yang tidak memenuhi kategori diatas. Agregat bergradasi buruk akan menghasilkan lapisan perkerasan yang mutunya terletak diantara kedua jenis gradasi diatas. 2.3.3 Bahan Tambahan Bahan tambahan merupakan suatu bahan baik zat kimia maupun zat lainnya yang ditambahkan kedalam aspal pada perencanaan campuran aspal. Tujuan diberikan bahan tambahan agar menambah daya lekat aspal terhadap agregat. 2.4 PAVEMENT DISTRESS Pavement distress merupakan kerusakan yang terjadi pada lapis perkerasan lentur akibat kelelehan material yang berpengaruh terhadap penurunan ikatan antara aspal dengan agregat. Teori perkerasan jalan menyatakan air merupakan salah satu unsur yang melemahkan daya ikat aspal dengan agregat pada konstruksi perkerasan

25 lentur. Genangan akan memberikan kesempatan air menerobos pori permukaan jalan beraspal yang akan merusak ikatan agregat dengan aspal. Parameter pengaruh air yang harus dicermati adalah durasi waktu air menggenang di atas permukaan jalan daripada tingginya genangan. Watmove (2007) menyimpulkan pengaruh merembesnya air ke dalam pori-pori perkerasan karena drainase jalan yang tidak berfungsi dengan baik dapat menyebabkan penurunan sebesar 30%-50% modulus elastik pekerasan jalan. Fakta di lapangan memperlihatkan genangan air di permukaan jalan lebih disebabkan sistem drainase jalan yang tidak terintegrasi dengan sistem tata air wilayah. Gambar 2.4 Kerusakan Akibat Pavement Distress 2.5 TIPE-TIPE KERUSAKAN PADA PERKERASAN LENTUR Secara umum, terdapat banyak macam tipe kerusakan pada perkerasan lentur yaitu: 1. Deformasi Deformasi merupakan perubahan permukaan jalan dari kondisi awalnya. Deformasi dapat mengakibatkan turunnya kualitas kenyamanan lalu lintas karena permukaan jalan yang berdeformasi akan kasar dan kekesatan permukaan akan berkurang akibat genangan air. Terdapat beberapa tipe deformasi pada

26 perkerasan lentur: bergelombang (corrugation), alur (rutting), ambles (depression), sungkur (shoving), mengembang (swell), benjol dan turun (bump and sags). Gambar 2.5 Kerusakan Ambles Gambar 2.6 Kerusakan Bergelombang 2. Retak (crack) Secara teori, retak terjadi bila tegangan tarik yang terjadi melebihi tegangan tarik maksimum yang dapat ditahan oleh perkerasan lentur tersebut. Retak yang menjadi salah satu kerusakan perkerasan lentur memiliki berbagai bentuk, yaitu: retak memanjang, retak melintang, retak diagonal, retak berkelok-kelok, retak reflektif sambungan, retak blok, retak kulit buaya dan retak slip. Gambar 2.7 Retak Kulit Buaya Gambar 2.8 Retak Melintang

27 Gambar 2.9 Retak Blok Gambar 2.10 Retak Memanjang 3. Kerusakan pada tekstur permukaan Merupakan tipe kerusakan yang disebabkan oleh hilangnya material perkerasan secara berangsur-angsur dari permukaan ke arah bawah. Kerusakan ini tidak menyebabkan turunnya kualitas perkerasan, tapi hanya berpengaruh terhadap kenyamanan lalu lintas. Namun, bila kerusakan tidak segera diperbaiki maka akan berpengaruh terhadap kualitas perkerasan. Tipe-tipe perkerasa ini antara lain: butiran lepas, kegemukan, agregat licin, terkelupas dan stripping. Gambar 2.11Tipe Kerusakan Pada Tekstur Permukaan

28 4. Lubang Lubang merupakan lekukan permukaan perkerasan akibat hilangnya lapisan aus dan material lapis pondasi. Lubang terjadi akibat beban lalu lintas yang menggerus bagian kecil dari permukaan perkerasan sehingga air dapat masuk. Pada tipe kerusakan ini, air yang dapat mempercepat terjadinya kerusakan. Gambar 2.12 Tipe Kerusakan Lubang 5. Tambalan (patch) Merupakan penutupan bagian permukaan perkerasan yang mengalami perbaikan. Kerusakan ini dapat terjadi akibat tambalan yang menonjol atau amblas pada permukaan perkerasan. Gambar 2.13 Tipe Kerusakan Tambalan

29 6. Persilangan jalan rel Kerusakan ini dapat berupa benjol atau amblas di sekitar rel, sehingga terjadi perbedaan elevasi antara rel dengan permukaan perkerasan. 7. Kerusakan pada pinggir perkerasan Kerusakan jenis ini merupakan retak yang terjadi di pertemuan antara permukaan perkerasan dengan bahu jalan. Menurut AUSTROADS (1987), kerusakan jenis ini dibedakan menjadi: retak pinggir dan pinggir turun. Gambar 2.14 Tipe kerusakan Pada Pinggir Perkerasan