BAB II TINJAUAN PUSTAKA

dokumen-dokumen yang mirip
Modul (MEKANIKA TANAH I)

MEKANIKA TANAH KLASIFIKASI DARI SIFAT TANAH MODUL 3. UNIVERSITAS PEMBANGUNAN JAYA Jl. Boulevard Bintaro Sektor 7, Bintaro Jaya Tangerang Selatan 15224

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

KLASIFIKASI TANAH SI-2222 MEKANIKA TANAH I

Proses Pembentukan Tanah

MODUL 4,5. Klasifikasi Tanah

BAB III LANDASAN TEORI

BAGIAN 3-2 KLASIFIKASI TANAH

DAFTAR ISI. TUGAS AKHIR... i. LEMBAR PENGESAHAN... ii. LEMBAR PENGESAHAN PENDADARAN... iii. PERNYATAAN... iv. PERSEMBAHAN... v. MOTTO...

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI

II. TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB IV HASIL PEMBAHASAN DAN PENELITIAN

TINJAUAN SIFAT PLASTISITAS TANAH LEMPUNG YANG DISTABILISASI DENGAN KAPUR ABSTRAKSI

TINJAUAN PUSTAKA. (dikokohkan) yang tersusun dari partikel padat yang terpisah-pisah dengan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanah adalah material yang terdiri dari agregat (butiran) mineral-mineral

BAB IV HASIL PEMBAHASAN DAN ANALISIS

TINJAUAN PUSTAKA. Tanah adalah material yang terdiri dari agregat (butiran) mineral-mineral padat

PENGARUH TEMPERATUR PADA PENGERINGAN SAMPEL TANAH TERHADAP PENENTUAN NILAI ATTERBERG LIMITS

Tanah dan Batuan. Definisi. TKS 4406 Material Technology I

BAB III LANDASAN TEORI. saringan nomor 200. Selanjutnya, tanah diklasifikan dalam sejumlah kelompok

PENGARUH PENAMBAHAN ABU AMPAS TEBU DAN SERBUK GYPSUM TERHADAP KARAKTERISTIK TANAH LEMPUNG EKSPANSIF DI BOJONEGORO

TINJAUAN KUAT TEKAN BEBAS DAN PERMEABILITAS TANAH LEMPUNG TANON YANG DISTABILISASI DENGAN KAPUR DAN FLY ASH. Tugas Akhir

PENGARUH SIKLUS BASAH KERING PADA SAMPEL TANAH TERHADAP NILAI ATTERBERG LIMIT

BAB IV HASIL PENELITIAN. dilakukan di laboratorium akan dibahas pada bab ini. Pengujian yang dilakukan di

HASIL DAN PEMBAHASAN. (undisturb) dan sampel tanah terganggu (disturb), untuk sampel tanah tidak

POKOK BAHASAN II KLASIFIKASI TANAH DASAR (SUBGRADE) DENGAN CARA AASHTO

PENGARUH PENGGUNAAN ABU CANGKANG KELAPA SAWIT GUNA MENINGKATKAN STABILITAS TANAH LEMPUNG

BAGAN ALIR BAHASAN BAGAN ALIR BAHASAN. Mata kuliah. Mata kuliah MEKANIKA TANAH (PS-1335) Prof. Ir.Noor Endah Msc. Ph.D.

PENGARUH PENAMBAHAN ABU AMPAS TEBU TERHADAP KUAT GESER TANAH LEMPUNG YANG DISTABILISASI DENGAN KAPUR

STUDI LABORATORIUM DALAM MENENTUKAN BATAS PLASTIS DENGAN METODE FALL CONE PADA TANAH BUTIR HALUS DI WILAYAH BANDUNG UTARA

PENENTUAN NILAI CBR DAN NILAI PENYUSUTAN TANAH TIMBUNAN (SHRINKAGE LIMIT) DAERAH BARITO KUALA

TANAH LEMPUNG NON EKSPANSIF

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA. Lapisan bumi ditutupi oleh batuan, dimana material tersebut mengandung

STUDI SIFAT FISIK TANAH ORGANIK YANG DISTABILISASI MENGGUNAKAN CORNICE ADHESIVE. Iswan 1) Muhammad Jafri 1) Adi Lesmana Putra 2)

KOMPOSISI TANAH. Komposisi Tanah 2/25/2017. Tanah terdiri dari dua atau tiga fase, yaitu: Butiran padat Air Udara MEKANIKA TANAH I

BAB I PENDAHULUAN. Tanah merupakan dasar dari suatu struktur atau konstruksi, baik itu

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Pengujian sampel tanah asli di laboratorium didapatkan hasil :

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Herwandi 1), Marsudi 2), Aprianto 2)

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanah adalah material yang terdiri dari butiran mineral-mineral padat yang

POKOK BAHASAN III KLASIFIKASI TANAH DASAR (SUBGRADE) DENGAN CARA USCS

HASIL DAN PEMBAHASAN. Pengujian sifat fisik tanah adalah sebagai pertimbangan untuk merencanakan dan

STUDI POTENSI TANAH TIMBUNAN SEBAGAI MATERIAL KONSTRUKSI TANGGUL PADA RUAS JALAN NEGARA LIWA - RANAU DI KABUPATEN LAMPUNG BARAT. G.

BABII TINJAUAN PUSTAKA

PENGARUH PENAMBAHAN KAPUR TERHADAP NILAI PLASTISITAS TANAH LEMPUNG DI KABUPATEN FAKFAK PROVINSI PAPUA BARAT

MEKANIKA TANAH SIFAT INDEKS PROPERTIS TANAH MODUL 2. UNIVERSITAS PEMBANGUNAN JAYA Jl. Boulevard Bintaro Sektor 7, Bintaro Jaya Tangerang Selatan 15224

PENGARUH PENAMBAHAN PASIR PADA TANAH LEMPUNG TERHADAP KUAT GESER TANAH

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PENGUJIAN PARAMETER KUAT GESER TANAH MELALUI PROSES STABILISASI TANAH PASIR MENGGUNAKAN CLEAN SET CEMENT (CS-10)

PENGUJIAN MATERIAL TANAH GUNUNG DESA LASOSO SEBAGAI ALTERNATIF BAHAN TIMBUNAN PILIHAN PADA PERKERASAN JALAN

II. TINJAUAN PUSTAKA. dengan zat cair dan gas yang mengisi ruang-ruang kosong diantara partikel

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Pengujian kadar air menggunakan tanah terganggu (disturbed), dilakukan

Seminar Nasional : Peran Teknologi di Era Globalisasi ISBN No. :

TINJAUAN VARIASI DIAMETER BUTIRAN TERHADAP KUAT GESER TANAH LEMPUNG KAPUR (STUDI KASUS TANAH TANON, SRAGEN)

PENGARUH TANAH GADONG TERHADAP NILAI KONSOLIDASI DAN KUAT DUKUNG TANAH LEMPUNG TANON YANG DI STABILISASI DENGAN SEMEN

PEMANFAATAN LIMBAH PABRIK GULA (ABU AMPAS TEBU) UNTUK MEMPERBAIKI KARAKTERISTIK TANAH LEMPUNG SEBAGAI SUBGRADE JALAN (059G)

Pengaruh Kandungan Material Plastis Terhadap Nilai CBR Lapis Pondasi Agregat Kelas S

BAB II HUBUNGAN FASE TANAH, BATAS ATTERBERG, DAN KLASIFIKASI TANAH

PENGARUH PENAMBAHAN TANAH GADONG PADA STABILISASI TANAH LEMPUNG TANON DENGAN SEMEN (Studi Kasus Kerusakan Jalan Desa Jono, Tanon, Sragen)

TUGAS AKHIR STABILISASI TANAH DENGAN SEMEN PADA LOKASI BERAU - KALIMANTAN TIMUR ( PADA RENTANG PROSENTASE 3% - 11%)

Seminar Nasional : Peran Teknologi di Era Globalisasi ISBN No. :

Spesifikasi agregat untuk lapis fondasi, lapis fondasi bawah, dan bahu jalan

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Tanah. 1. Definisi Tanah. Tanah adalah lapisan permukaan bumi yang berasal dari material induk

BAB I PENDAHULUAN. bangunan. Tanah yang terdiri dari campuran butiran-butiran mineral dengan atau

PERBAIKAN TANAH DASAR JALAN RAYA DENGAN PENAMBAHAN KAPUR. Cut Nuri Badariah, Nasrul, Yudha Hanova

PENENTUAN BATAS PLASTIS TANAH DENGAN MODIFIKASI FALL CONE TEST PADA TANAH LEMPUNG DI DAERAH BANDUNG SELATAN

STUDI PENGARUH ASPAL CUT-BACK TERHADAP NILAI CBR TANAH LEMPUNG

II. TINJAUAN PUSTAKA. dinding. Batu bata terbuat dari tanah lempung yang dibakar sampai. berwarna kemerah-merahan.

BATAS SUSUT. Kadar air, w= 100% 89.63

KATA PENGANTAR. Alhamdulillahirabbil alamin, segala puji dan syukur kehadirat Allah SWT atas

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. diperhatikan, sebab didalam konstruksi jalan raya tanah adalah tempat. dihamparkannya langsung item-item pekerjaan.

TINJAUAN PUSTAKA. kosong diantara partikel-partikel padat tersebut (Das, 1995). butiran-butiran hasil dari pelapukan massa batuan massive, dimana

SIFAT-SIFAT FISIS DAN MEKANIS TANAH TIMBUNAN BADAN JALAN KUALA KAPUAS

PENGGUNAAN LIMBAH BATU BATA SEBAGAI BAHAN STABILISASI TANAH LEMPUNG DITINJAU DARI NILAI CBR. Hairulla

PENGARUH CAMPURAN ABU SABUT KELAPA DENGAN TANAH LEMPUNG TERHADAP NILAI CBR TERENDAM (SOAKED) DAN CBR TIDAK TERENDAM (UNSOAKED)

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB VII ANALISIS SARINGAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Vol.17 No.1. Februari 2015 Jurnal Momentum ISSN : X. PENGARUH GARAM DAPUR (NaCl) TERHADAP KEMBANG SUSUT TANAH LEMPUNG

BAB III METODE PENELITIAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

METODE PENELITIAN. Sampel tanah yang digunakan berupa tanah lempung anorganik yang. merupakan bahan utama paving block sebagai bahan pengganti pasir.

STUDI PERKIRAAN KOMPOSISI TANAH DARI HASIL UJI TINGGI JATUH KERUCUT (FALL CONE TEST)

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanah merupakan kumpulan-kumpulan dari bagian-bagian yang padat dan

Yusuf Amran. Jurusan Teknik Sipil Universitas Muhammadiyah Metro Jl. Ki Hajar Dewantara 15 A Metro, Lampung.

BAB 4. HASIL DAN ANALISIS PENYELIDIKAN TANAH

kelompok dan sub kelompok dari tanah yang bersangkutan. Group Index ini dapat

TINJAUAN PUSTAKA. Tanah adalah material yang terdiri dari agregat (butiran) mineral-mineral padat yang

KARAKTERISTIK TANAH. Angga Yuhistira Teknologi dan Manajemen Lingkungan - IPB

BAB I PENDAHULUAN. dari bebatuan yang sudah mengalami pelapukan oleh gaya gaya alam.

Pengaruh Lama Waktu Curing Terhadap Nilai CBR Dan Swelling Pada Tanah Lempung Ekspansif Di Bojonegoro Dengan Campuran 15% Fly Ash

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PENGARUH PENAMBAHAN BAHAN CAMPURAN DENGAN KOMPOSISI 75% FLY ASH DAN 25% SLAG BAJA PADA TANAH LEMPUNG EKSPANSIF TERHADAP NILAI CBR DAN SWELLING

Oleh: Dewinta Maharani P. ( ) Agusti Nilasari ( ) Bebby Idhiani Nikita ( )


Transkripsi:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori Pembangunan jalan dimana tanah dasar merupakan tanah ekspansif yang terdiri dari tanah kelempungan dengan mempunyai kembang susut yang sangat besar, maka ilmu geoteknik memegang peranan penting pada persoalan ini. Oleh karena itu prinsip dasar yang perlu di pelajari adalah ilmu mekanika tanah yang menyangkut sifat tanah ekspansif dan metode metode untuk memperlambat tingkat kembang susut tanah ekspansif. Dasar pemikiran untuk mengetahui perilaku paerubahan volume adalah di karenakan bahwa tidak sedikit permukaan jalan yang berada di atas tanah ekspansif mengalami kerusakan berbentuk retakan dan bergelombang ataupun longsoran akibat perilaku mengembang dan menyusut. Penyebab utama dari kembang susut tanah lempung adalah terciptanya penambahan dan pengurangan kadar air yang berlebihan karena rongga pori dalam tanah akan merapat atau merenggang sesuai dengan prosentase kadar air yang terkandung di dalamnya. Sehingga fluktuasi kadar air agar tidak terjadi perbedaan yang sangat tinggi pada tanah dasar perlu di pertahankan, hal itu adalah salah satu cara dari penanggulangan kerusakan jalan yang diakibatkan oleh tanah ekspansif. II - 1

2.2 Deskripsi Tanah Tanah didefinisikan sebagai akumulasi partikel mineral yang tidak mempunyai atau lemah ikatan antar partikelnya, yang terbentuk karena pelapukan. Dan diantara partikel partikel tanah terdapat ruang kosong yang di sebut pori pori (void space) yang berisi air dan udara. Ikatan yang lemah antara partikel partikel tanah disebabkan oleh pengaruh karbonat atau oksida yang tersenyawa di antara partikel partikel tersebut, atau dapat juga disebabkan oleh adanya material organik. Hasil pelapukan yang tetap berada pada tempat semula disebut tanah sisa (residual soil), sedangkan hasil pelapukan yang tersangkut ke tempat lain dan mengendap di beberapa tempat yang berlainan disebut tanah bawaan (transportation soil). Media pengangkut tanah berupa gaya gravitasi, angin, air, dan gletsyer. Proses penghancuran dalam pembentukan tanah dari batuan terjadi secara fisis atau kimiawi, proses fisis anatara lain berupa erosi akibat tiupan angin, pengikisan oleh air dan gletsyer, atau perpecahan akibat pembekuan dan pencairan es dalam batuan. Proses kimiawi menghasilkan perubahan pada susunan mineral batuan aslinya, salah satu penyebabnya adalah air yang mengandung asam alkali, oksigen, dan karbondioksida. Sedangkan istilah tanah ekspansif pada umumnya diberikan pada material tanah atau batuan yang memiliki potensi untuk menyusut atau mengembang ketika kadar air berubah. II - 2

2.3 Klasifikasi Tanah Sistem klasifikasi tanah adalah suatu sistem pengaturan beberapa jenis tanah yang berbeda beda tapi mempunyai sifat yang serupa ke dalam kelompok kelompok dan sub kelompok berdasarkan pemakaiannya. klasifikasi tanah dibedakan berdasarkan tekstur dan pemakaiannya. Penjelasan lebih lanjut dapat di lihat pada uraian dibawah ini : 1. Klasifikasi Tanah Berdasarkan Tekstur Tekstur tanah adalah keadaan permukaan tanah yang bersangkutan, tekstur tanah dipengaruhi oleh ukuran tiap tiap butir yang ada dalam tanah. Sistem klasifikasi berdasarkan tekstur tanah dikembangkan oleh Departemen Pertanian Amerika ( USDA ). Berdasarkan system ini tanah dibagi menjadi tiga, yaitu : a). Pasir : butiran dengan diameter 2,0 sampai dengan 0,05 mm. b). Lanau : butiran dengan diameter 0,05 sampai dengan 0,002 mm. c). Lempung : butiran dengan diameter lebih kecil dari 0,002 mm. 2. Klasifikasi Tanah Berdasarkan Pemakaiannya Sistem klasifikasi tanah berdasarkan tekstur terlalu sederhana karena hanya berdasarkan pada distribusi ukuran butirannya saja. Padahal dalam kenyataannya di lapangan jumlah dan jenis dari material lempung yang dikandung oleh tanah sangat mempengaruhi sifat fisis tanah yang II - 3

bersangkutan. Oleh karena itu harus memperhitungkan sifat plastisitas tanah yang disebabkan kandungan mineral lempung untuk menafsirkan ciri ciri suatu tanah. 2.3.1 Klasifikasi tanah menurut AASHTO Sistem klasifikasi AASHTO pada umumnya dipakai oleh departemen jalan raya di semua Negara bagian di America serikat. Sistem klasifikasi ini dikembangkan dalam tahun 1929 sebagai Public Road Administration Classification System. Sistem ini sudah mengalami beberapa perbaikan; versi yang saat ini berlaku adalah yang diajukan oleh Committee on Classification of Materials for Subgrade and Granular Type Road of the Highway Research Board dalam tahun 1945 (ASTM Standard no D-3282, AASHTO metode M145). Apabila sistem klasifikasi AASHTO dipakai untuk mengklasifikasi tanah, maka data hasil uji dicocokkan dengan angka-angka yang diberikan dalam table 2.1. Tabel 2.1 Klasifikasi Tanah Sistem AASHTO ( Braja,1990 ) II - 4

Klasifikasi umum klasifikasi kelompok Tanah Berbutir ( 35% atau kurang dari seluruh contoh tanah lolos ayakan No. 200) A 1 A-2 A-3 A-1-a A-1-b A-2-4 A-2-5 A-2-6 A-2-7 Analisis ayakan ( % lolos ) No. 10 Maks50 No. 40 Maks25 Maks50 Min51 No. 200 Maks15 Maks25 Maks10 Maks35 Maks35 Maks35 Maks35 Sifat fraksi yang lolos ayakan No. 40 Batas Cair (LL ) Maks40 Min41 Maks40 Maks41 Indeks Plastisitas (PI ) Maks 6 NP Maks10 Maks10 Min11 Min11 Tipe material Batu pecah, krikil, Pasir Krikil dan pasir yang berlanau atau yang paling dan pasir halus lempung Dominan Penilaian sebagai bahan Baik sekali sampai baik tanah dasar II - 5

Klasifikasi umum Tanah Lanau Lempung ( Lebih dari 35% dari seluruh contoh tanah lolos ayakan No. 200) A 7 klasifikasi kelompok A 4 A-5 A -6 A - 7-5 A - 7-6 Analisis ayakan ( % lolos ) No. 10 No. 40 No. 200 Min 36 Min 36 Min 36 Min 36 Sifat fraksi yang lolos ayakan No. 40 Batas Cair (LL ) Maks 40 Min 41 Maks 40 Maks 41 Indeks Plastisitas (PI ) Maks 10 Maks 10 Min 11 Min 11 tipe material yang paling Tanah berlanau Tanah berlempung Dominan penilaian sebagai bahan tanah dasar Baik sekali sampai jelek II - 6

Sistem klasifikasi tanah adalah suatu pengaturan beberapa jenis tanah yang berbeda beda tapi mempunyai sifat serupa ke dalam kelompokkelompok dan subkelompok berdasarkan pemakaiannya. Sistem klasifikasi memberikan bahasa yang mudah untuk menjelaskan secara singkat sifat sifat tanah yang bervariasi tanpa penjelasan yang rinci. Sebagian besar sistem klasifikasi tanah yang telah dikembangkan untuk tujuan rekayasa didasarkan pada sifat sifat indeks tanah yang sederhana seperti : Ukuran butir dan plastisitas. Dengan mengetahui klasifikasi tanah, engineer telah mengetahui gambaran yang baik mengenai prilaku tanah tersebut dalam berbagai situasi, misalnya selama konstruksi, dibawah beban-beban structural dan lain-lain. Sistem ini pada mulanya diperkenalkan oleh casagrande dalam tahun 1942, untuk dipergunakan pada pekerjaan pembuatan lapangan terbang yang dilaksanakan oleh The Army Corps of Engineer selama perang dunia II. Dalam rangka kerja sama dengan United States Bureau of Reclamation tahun 1952, system ini disempurnakan. System klasifikasi Unified diberikan pada table 2.3. system ini mengelompokkan tanah ke dalam dua kelompok besar, yaitu : 2.3.2 Klasifikasi tanah menurut USCS 1. Tanah berbutir kasar ( coarse grained soil ), yaitu : tanah krikil dan pasir dimana kurang dari 50 % berat total contoh tanah lolos ayakan No. 200, symbol dari kelompok ini dimulai dengan huruf awal G atau S. G II - 7

adalah untuk krikil (gravel) atau tanah berkrikil, dan S adalah untuk pasir ( sand ) atau tanah berpasir. 2. Tanah berbutir halus ( Fine grained soil ), yaitu tanah dimana lebih dari 50% berat total contoh tanah lolos ayakan No.200, symbol dari kelompok ini dimulai dengan huruf awal M untuk lanau ( silt ) anorganik, C untuk lempung ( clay ) anorganik, dan O untuk lanau-organik dan lempungorganik. Simbol PT digunakan untuk tanah gambut ( peat ), muck, dan tanah tanah lain dengan kadar organik yang tinggi. Simbol symbol lain yang dipergunakan untuk klasifikasi tanah USCS adalah : W = Well Graded ( tanah dengan gradasi baik ) P = Poorly graded (tanah dengan gradasi buruk ) L = Low plasticity ( Plastisias rendah ) (LL < 50) H = High plasticity ( palstisitas tinggi ) (LL > 50) II - 8

Tabel 2.2 Sistem klasifikasi USCS ( Braja, 1990 ) II - 9

Beberapa organisasi telah mengembangkan batasan batasan ukuran jenis tanah, karena ukuran butir tanah yang sangat bervariasi serta untuk menggambarkan tanah berdasarkan ukuran partikelnya. Pada tabel 2.3 di tunjukkan batasan batasan ukuran tanah berdasarkan ukuran butir: Tabel 2.3 Batasan - batasan ukuran tanah Ukuran butiran (mm) Nama golongan Krikil Pasir Lanau Lempung MIT > 2 2-0,06 0,06-0,002 < 0,002 USDA > 2 2-0,05 0,05-0,002 < 0,002 AASHTO 76,2 2 2-0,075 0,075-0,002 < 0,002 Halus ( lanau dan lempung) < USCS 76,2-4,75 4,75-0,075 0,0075 2.4 Pembentukan Tanah Ekspansif Batuan awal pembentuk tanah ekspansif menurut Donaldson 1969 dapat diklasifikasikan dalam 2 kelas, yaitu : 1. Batuan beku Tanah ekspansif yang berasal dari batuan yang mengalami pelapukan, diman mineral felspar dan peroxene terurai secara kimia,dan membentuk II - 10

mineral montmorillonit dan mineral lempung lainnya dalam bentuk tanah ekspansif. 1. Batuan sedimen Pada batuan sedimen ini sudah mengandung mineral montmorillonit sejak awalnya. Kemudian terurai secara fisik akibat pelapukan membentuk tanah ekspansif. Beberapa mineral yang terkandung pada tanah ekspansif : a. Mineral montmorillonite Mineral ini mempunya sifat pengembangan yang sangat tinggi, sehingga tanah yang mengandung mineral ini akan mempunyai potensi pengembangan sangat tinggi. Rumus kimia mineral Monmorillonite : Al2 Mg (Si4O10) (OH)2 K H2O b. Mineral Illite Mineral ini mempunyai sifat pengembangan yang sedang sampai tinggi, sehingga tanh lempung yang mengandung mineral tersebut akan mempunyai potensi pengembangan yang medium. Rumus kimia mineral Illite : KyAl2 (Fe2Mg2Mg3) (Si4-y Aly) O10 (OH)2 II - 11

c. Kaolinite Mineral ini merupakan kelompok anggota kaolinite, yaitu hydrous alumino silicate. Rumus kimia kaolinite : Al2 Si2 O5 (OH)4 2.5 Identifikasi Tanah Ekspansif Identifikasi tanah ekspansif dapat dilakukan dengan 2 cara, yaitu : cara tidak langsung dan cara langsung. Identifikasi tanah ini sangat berhubungan dengan hasil pengujian laboratorium dan lapangan serta tingkat pengembangan. 1. Identifikasi tidak langsung Cara identifikasi tidak langsung ini dapat di analisis berdasarkan parameter berikut : a. Batas batas Atterberg 1). Cara Van Der Merwe Van Der Merwe 1964 menggunakan indeks plastisitas (PI) dan fraksi lempung (CF) untuk menggolongkan tanah ke dalam aktiviti kelas rendah (low), sedang (medium), dan tinggi (high) Grafik yang digunakan untuk mengidentifikasikan tanah ekspansif diberikan pada gambar 2.1. II - 12

Gambar 2.1 grafik Identifikasi tanah lempung 2). Cara Holtz and Gibbs Holtz and Gibbs (1956)menyajikan kriteria untuk memperkirakan potensial tanah tak terganggudengan pembebanan sebesar 6,9 kpa. II - 13

Tabel 2.4 : korelasi indeks uji dengan tingkat pengembangan Data dari Indeks Test Kemungkinan Tingkat Colloid Content PI SL Pengembangan Pengembangan % % % (% perubahan volume) >28 >35 <11 >30 Sangat tinggi 25 20-31 41 7-12 20-30 Tinggi 15 13 23 28 10-16 10-20 Sedang <15 <18 >15 <10 Rendah Keterangan : PI = Indeks Plastisitas SL = Sringkage Limit 3). Cara chen Chen (1988) menggunakan indeks tunggal berdasrkan nilai indeks plastisitas (PI) untuk mengidentifikasi tanah ekspansif. II - 14

Tabel 2.5 Korelasi Nilai Indeks plastisitas dengan tingkat pengembangan. Indeks Plastisitas PI (%) Potensi Pengembangan 0-15 Rendah 10-35 Sedang 20 55 Tinggi >55 Sangat tinggi Batas batas Atterberg dan Uji Penetrasi Standar Chen (1969) mengembangkan korelasi antara fraksi lolos saringan No.200, batas cair (LL) dan nilai N hasil uji SPT untuk memperkirakan tingkat pengembanagn tanah ekspansif. II - 15

Tabel 2.6 korelasi data lapangan dan laboratorium dengan tingkat pengembangan. Data Lapangan dan Laboratorium Kemungkinan Tingkat Persentase lolos LL N Pengembangan Pengembangan b. saringan A No.200 k % (pukulan/feet) (% perubahan t volume) >95 i 60 v 95 30 i 60 <30 t >60 40-60 30-40 <30 >30 20 30 10 20 <10 >10 3-10 1-5 <5 Sangat tinggi Tinggi Sedang Rendah 1). Cara Skempton Skempton (1953) mendefinisikan aktiviti (Ac) sebagai indeks plastisitas dibagi dengan prosntase fraksi lempung (CF). Ac = PI/CF Aktiviti ini berkorelasi kuat dengan potensi pengembangan dan dapat diklasifikasikan seperti di bawah ini. II - 16

Tabel 2.7 korelasi nilai aktiviti dengan potensi pengembangan Nilai Tingkat Potensi Aktiviti (Ac) Keaktifan Pengembangan < 0,75 Tidak aktif Rendah 0,75 < Ac < 1,25 Normal Sedang > 1,25 Aktif Tinggi 2). Cara Seed dan Kawan kawan Seed dan kawan kawan menggunakan aktiviti skempton yang telah di modifikasi yaitu : Ac = PI/(CF 10) Keterangan : Ac = Nilai Aktiviti PI = Indeka Plastisitas (%) CF = Prosentase fraksi lempung (%) Angka 10 adalah faktor reduksi. Dari nilai aktiviti ini kemudian digunakan untuk menentukan potensi tingkat pengembangan tanah sebagaimana terlihat dalam gambar 2.2. II - 17

Gambar 2.2 Grafik Klasifikasi Seed dkk II - 18